Anda di halaman 1dari 14

Perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Orde

Baru sampai dengan awal Reformasi, serta peranan mahasiswa dan pemuda dalam
perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

Kompetensi Dasar : Mengevaluasi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa


Indonesia pada masa Orde Baru sampai dengan awal Reformasi, serta peranan mahasiswa
dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia
Indikator Pembelajaran
 Menganalisis kehidupan politik dan ekonomi pada masa orde baru.
 Menganalisis berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa Reformasi 1998
 Mengevaluasi kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Orde Baru.
 Menganalisis kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Reformasi
 Mengevaluasi kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal Reformasi.
 Menganalisis peran mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan.

Tugas dalam pembelajaran


 Buatlah Peta konsep mencakup tentang materi di atas.
 Setelah selesai pengerjaan untuk sementara di foto dan dikumpulkan lewat WA.
 Hasil pengerjaan peta konsep, nantinya di kumpulkan pada saat pembelajaran dimulai
kembali.
 Batas waktu pengumpulan Sabtu, 4 April 2020.
 Jaga kesehatan, ikuti aturan-aturan dari pemerintah untuk mencegah penyebaran virus
Covid 19 serta berdoa agar selalu diberikan kesehatan dan musibah virus Covid 19
segera berakhir.
 Di bawah telah disediakan materi singkat materi yang akan kita bahas
 Apabila ada hal yang tidak dimenerti dalam pembelajaran silahkan hubungi lewat WA

MATERI PEMBELAJARAN
Perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Orde
Baru sampai dengan awal Reformasi, serta peranan mahasiswa dan pemuda dalam
perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia
Kamu pastinya sudah nggak asing dong ketika mendengar kata ‘Orde Baru’? Ya, Orde Baru
adalah masa sebelum Reformasi dan masa sesudah Orde Lama. Sekedar informasi, jadi yang
memberi nama orde lama itu adalah pemerintahan orde baru, padahal Bung Karno tidak suka
dengan sebutan itu, Ia lebih suka disebut orde revolusi. Nah, pada kali ini kita akan
memelajari kehidupan politik dan ekonomi masa orde baru. 

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA ORDE BARU


Kalau kita bicara soal orde baru, pasti yang paling teringat adalah nama Soeharto. Ya,
orde baru dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun. Waktu yang tidak sebentar. Selama 32
tahun masa kepemimpinannya, banyak kebijakan yang memiliki pengaruh cukup besar
terhadap proses berjalannya Negara kita ini. Mulai dari kebijakan politik maupun kebijakan
ekonomi.
Kebijakan politik yang dikeluarkan terbagi menjadi dua, yaitu kebijakan politik dalam
negeri dan luar negeri. Masing-masing kebijakan tentunya dikeluarkan berdasarkan
kebutuhan Negara. Idealnya, kebijakan yang dikeluarkan adalah yang menguntungkan dan
mengedepankan kepentingan rakyat banyak. Nah, kita lihat nih beberapa kebijakan politik
pada masa orde baru.
Kebijakan Politik Dalam Negeri
1. Pelaksanaan pemilu 1971
Pemilu yang sudah diatur melalui SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan dilaksanakan
pada tahun 1971 ini, berbeda dengan pemilu pada tahun 1955 (orde revolusi atau orde lama).
Pada pemilu ini para pejabat pemerintah hanya berpihak kepada salah satu peserta Pemilu
yaitu Golkar. Dan kamu tahu? Golkar lah yang selalu memenangkan pemilu di tahun
selanjutnya yaitu tahun 1977, 1982, 1987, 1992, hingga 1997.
2. Penyederhanaan partai politik
Penyederhanaan partai politik menjadi dua partai dan satu golongan karya yaitu:

3. Dwifungsi ABRI
Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan
sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik ABRI diarahkan untuk
mampu berperan secara aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam
MPR yang dikenal sebagai Fraksi ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde Baru
sangat dominan.
4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau Ekaprasetya Pancakarsa,
bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai
Pancasila. Semua organisasi tidak boleh menggunakan ideologi selain Pancasila, bahkan
dilakukan penataran P4 untuk para pegawai negeri sipil.
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia antara lain
1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucil dari
pergaulan internasional dan menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik dunia.
Keadaan ini kemudian mendorong Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB
berdasarkan hasil sidang DPRGR. Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif
kembali menjadi anggota PBB.

2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan


hubungan dengan Tiongkok
Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan
Singapura. Untuk memulihkan hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian
antara Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul
Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan
Singapura melalui pengakuan kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.
3. Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional
Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan internasional dengan melakukan
beberapa upaya, yaitu:
KEHIDUPAN EKONOMI

Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka dalam
memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan.
Bukan tanpa dasar, Trilogi Pembangunan dibuat karena Indonesia mengalami inflasi yang
sangat tinggi pada awal tahun 1966, kurang lebih sebesar 650% setahun. Nah, beberapa
kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pada masa orde baru adalah:
1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
Pada April 1969, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang
bertujuan untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta kebutuhan sandang
dan pangan. Repelita ini akan dievaluasi selama lima tahun sekali.
a. Repelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) Sasaran utama yang hendak dicapai adalah
pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pertumbuhan
ekonomi berhasil naik 3 sampai 5,7% sedangkan tingkat inflasi menurun menjadi 47,8%.
Namun, kebijakan pada masa Repelita I dianggap menguntungkan investor Jepang dan
golongan orang-orang kaya saja. Hal ini memicu timbulnya peristiwa Malapetaka Lima
Belas Januari (Malari).
b. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
c. Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III menekankan pada Trilogi
Pembangunan dengan menekankan pada azas pemerataan, yaitu:
d. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989) menitikberatkan pada sektor pertanian menuju
swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
sendiri.
e. Repelita V (1 April 1989-31 Maret 1994) menitikberatkan pada sektor pertanian untuk
memantapkan swasembada pangan, meningkatkan produksi pertanian, menyerap tenaga
kerja, dan mampu menghasilkan mesin-mesin sendiri.
f. Repelita VI dimulai pada tahun 1994, pembangunan berfokus pada pada sektor ekonomi,
industri, pertanian dan peningkatan sumber daya manusia.

2. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional (peasant) ke cara modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi pertanian
umumnya dilakukan empat usaha pokok, yang terdiri dari:
a. Intensifikasi, yaitu penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi pertanian untuk
memanfaatkan lahan yang ada guna memperoleh hasil yang optimal; Perubahan ini dilakukan
melalui program Panca Usaha Tani yang terdiri dari:
b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal;
c. Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani);
d. Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis).

Reformasi 1998 Dan Peran Pemuda di Masa Perubahan Orde Baru dan Awal
Sekarang kamu sudah tahu kan seperti apa kehidupan politik dan ekonomi masa orde baru?
Meskipun kamu tidak mengalaminya, setidaknya kamu sudah mengetahui beberapa hal
penting yang terjadi pada masa orde baru.
“Berikan aku seribu orangtua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku
sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia!”
 
Kutipan dari Bung Karno tersebut mungkin sudah tidak asing di telinga
kamu ‘kan? Sejak dulu, kehadiran pemuda memang dianggap dapat membawa perubahan,
termasuk peran pemuda dalam pergantian pemerintah orde baru ke reformasi. Di masa itu,
banyak pemuda yang tidak setuju dengan sebagian kebijakan pemerintah. Alhasil,  di tahun
1998, terjadi protes besar-besaran dari pemuda dan mahasiswa. Untuk tahu bagaimana
pemuda berperan di masa perubahan orde baru ke reformasi, simak baik-baik artikel ini, mas
bro!
Pemerintahan masa orde baru berlangsung hingga 32 tahun, tepatnya dari tahun
1966 hingga 1998. Ada berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah masa orde
baru. Meski ada sebagian yang baik untuk kelangsungan Bangsa Indonesia, ada juga
kebijakan yang dianggap tidak memihak pada rakyat.
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan
gerakan rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi
monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden
Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi Presiden Republik
Indonesia sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tanggal 11
Maret 1966 hingga tahun 1998. Pada April 1998, Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden
Republik Indonesia untuk ketujuh kalinya (tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try
Soetrisno (1993-1997) dan Baharuddin Jusuf Habibie (Oktober 1997-Maret 1998). Namun,
mereka tidak mengakui Soeharto dan melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu,
hingga 1999, dan selama 29 tahun, Partai Golkar merupakan partai yang menguasai Indonesia
selama hampir 30 tahun, melebihi rezim PNI yang menguasai Indonesia selama 25 tahun.
Namun, terpilihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata mendapatkan kecaman dari
mahasiswa karena krisis ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh penduduk
Indonesia mengalami kemiskinan.

Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada


pertengahan tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan pro-
demokrasi pasca Peristiwa 27 Juli 1996 yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga kebutuhan
melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan
mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut,
gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.

Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah


pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4
Mei 1998. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa
tuntutan, seperti:

 Adili Soeharto dan kroni-kroninya,


 Laksanakan amendemen UUD 1945,

 Hapuskan Dwi Fungsi ABRI,


 Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,

 Tegakkan supremasi hukum,

 Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN

Perhatikan gambar di bawah, pemicu protes dari masa pada masa orde baru .

Berbagai masalah yang ada di infografik di atas akhirnya memicu protes yang
menghasilkan dua peristiwa besar bagi sejarah Indonesia.

Peristiwa Trisakti (Mei 1998)


Setelah sebelumnya mahasiswa melalui HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Denpasar
melakukan unjuk rasa menuntut reformasi, pada 4 Mei 1998, empat organisasi mahasiswa
mengajukan usulan melalui Sidang Umum MPR kedua. Berbagai usaha terus dilakukan untuk
membawa reformasi di Indonesia, mulai dari diskusi antar guru besar hingga unjuk rasa.
Sampai akhirnya, pada 12 Mei 1998 terjadi demonstrasi besar-besaran di depan Universitas
Trisakti, Jakarta. Perisitiwa ini memakan enam korban jiwa dari kalangan mahasiswa akibat
tembakan aparat keamanan. Di antaranya adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hertanto,
Hendirawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan
nama Tragedi Trisakti.
 

Suasana Tragedi Trisakti Mei 1998 (Sumber: indowarta.com).


Peristiwa tersebut tidak membuat semangat mahasiswa surut, dan justru menyulut adanya
demonstrasi yang lebih besar pada 13-14 Mei 1998. Di Jawa Tengah, mahasiswa menduduki
kantor DPRD Jawa Tengah dan memaksa para wakil rakyat untuk turut dalam aksi
keprihatinan. Selain di Jawa Tengah, kerusuhan juga terjadi di wilayah Indonesia lainnya,
termasuk Jakarta. Aksi tersebut diperparah dengan penjarahan di berbagai belahan Jakarta.
Puncaknya, pada 18 Mei 1998, mahasiswa berhasil menduduki atap gedung DPR/MPR RI di
Senayan. Di hari yang sama, ketua MPR/DPR RI, Harmoko, menyarankan presiden untuk
mengundurkan diri. Mahasiswa pun menuntut dilakukannya Sidang Istimewa. Meski begitu,
Presiden Soeharto masih belum mau mundur dari jabatannya.
 

Mahasiswa Menduduki Gedung DPR/MPR RI Mei 1998 (Sumber: bem.eng.ui.ac.id).


 
Berbagai usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil. Pada 19 Mei 1998, beberapa menteri
kabinet Soeharto memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Kondisi yang semakin tidak
terkendali akhirnya memaksa Soeharto untuk meletakkan jabatannya di depan
Mahkamah Agung pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 10.00 pagi. Pada saat yang sama,
Soeharto kemudian menunjuk wakilnya B.J. Habibie untuk menggantikan posisinya.

Peristiwa Semanggi I dan II (November 1998)


Meski kepemimpinan Orde Baru saat itu sudah berganti, bukan berarti permasalahan selesai.
Pada November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang Istimewa untuk
membahas agenda pemerintahan serta Pemilu. 
Mahasiswa bergolak kembali karena tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan tidak
percaya dengan anggota DPR/MPR ketika itu. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan
militer dari politik serta menuntut pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.
Saat itu, apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra dari pimpinan
universitas karena mahasiswa berada di bawah tekanan aparat.
 

Dokumentasi Peristiwa Semanggi November 1998 (Sumber: tendasejarah.com).


 
Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan
dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama
dikenal dengan Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 11-13 November 1998 yang
menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi Semanggi II
terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan
sebelas orang lainnya di seluruh Jakarta serta menyebabkan 217 korban luka-luka.
Sejarah Indonesia membuktikan bahwa perjuangan pemuda tak bisa dibendung. Pemuda
merupakan sosok yang berani dan cerdas, termasuk peran pemuda di masa perubahan Orde
Baru ke Reformasi. 

Anda mungkin juga menyukai