Anda di halaman 1dari 4

Analisis Paradigma Pembangunan Era Orde Lama, Orde Baru, Awal Reformasi

dan Saat Ini


Nama : Tri Kusuma Wardani NPM : 2015021002

1. Pembangunan pada Era Orde Lama


Era Orde lama dimulai dari tahun 1959 – 1967 yang dipimpin oleh presiden soekarno.
pembangunan pada era ini di gagas oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan tiga
ketetapan yang dijadikan dasar perencanaan nasional
 Pertama : TAP MPRS No.I/MPRS/1960 yang berisi mengenai Manifesto Politik republik
Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
 Kedua : TAP MPRS No.II/MPRS/1960 yang berisi mengenai Garis-Garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969
 Ketiga : TAP MPRS No.IV/MPRS/1963 yang berisi mengenai Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan

Dengan dasar diatas membuka babak baru untuk membuka peluang dalam pembangunan
indonesia dalam memciptakan suasana indonesia yang lebih kondusif, aman, damai dan
sejahtera.

Proses rekontruksi dan rehabilitasi yang telah diamanatkan MPRS memiliki tujuan utama dalam
hal perubahan perekonomian untuk pembangunan nasional yang telah mengalami penurunan
drastis yang berakibat pada kemiskinan dan kerugian setelah masa penjajahan oleh bangsa
belanda.

Selanjutnya pada tahun 1947 perencanaan pembangunan diindonesia diawali dengan lahirnya
“Panitia Pemikir Siasat Ekonomi” perencanaan ini masih tertuju dalam bidang ekonomi
mengingat sangat pentingnya penanganan yang sangat serius tentang kondisi ekonomi negara.
tanpa perencanaan tersebut tujuan utama untuk merubah ekonomi kolonial menjadi sistem
ekonomi nasional tidak dapat terwujud dengan sendirinya apalagi tidak didukung dengan UU
yang berlaku pada saat itu.
Pada tahun 1960 – 1965 proses pembangunan mulai menemukan titik permasalahan dengan
kondisi politik yang carut marut sehingga mengakibatkan perhatian pemerintah tidak maksimal
lagi pada perekonomian indonesia khususnya dalam memperbaiki tingkat ekonomi masyarakat.
pada masa itu pemerintah Indonesia mengalami titik terendah dalam perekonomian.
persediaan bahan pangan sangat menipis sementara pemerintah tidak dapat mengimpor beras
serta kebutuhan pokok yang lain sehingga mengakibatkan harga barang naik drastis hingga 650
persen pada th 1966. keadaan ini terus berlangsung hingga pembangunan mengalami
keterpurukan dan sampai akhirnya muncul gerakan G-30-S/PKI dan berakhir dengan lengsernya
presiden soekarno pada masa itu.

2. Pembangunan pada Era Orde Baru


Peristiwa G-30-S / PKI yang terjadi pada 1 Maret 1966 menandai pergantian zaman dari orde
lama ke orde baru. Saat itu, Presiden Sokano diminta untuk menandatangani surat yang
kemudian disebut "SUPERSEMAR". Inti dari surat tersebut adalah bahwa Presiden Sokano
memerintahkan Jenderal Suharto untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk
menjaga kelangsungan hidup negara, dan Lindungi presiden Sukarno saat itu. Belakangan, surat
yang disebut "supersemar" itu dimaknai sebagai media yang memberikan seluruh
kekuasaannya kepada Suharto.
Selain itu, setelah Soeharto mengambil alih kepemimpinan, ia bekerja keras untuk membangun
kembali, terutama di bidang politik, karena tanpa pembangunan kembali politik negara tidak
akan bisa berkembang. Selama kurun waktu tersebut, negara terus berkembang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan banyak lapangan kerja.
Peningkatan pendapatan per kapita membuktikan hal tersebut.
Untuk mendukung pembangunan berbagai program dan rencana pembangunan pun
digalakkan, berikut beberapa rencana pembangunan pada masa orde baru:
1. Rancangan Dasar Undang-Undang Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun
1961-1969, hasil kerja DEPERNAS
2. REPELITA yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun, dari REPELITA I sampai dengan VII
Meski menuai beragam sukses, pembangunan yang ada pada masa orde baru juga memiliki
beberapa kelemahan. Adapun beberapa kelemahan pembangunan pada masa orde baru adalah
sebagai berikut:
1. Banyak industri yang bahan dasarnya dari luar negeri sehingga tidak memiliki daya jual
tinggi karena terlalu mahal hingga mengakibatkan bengkrutnya indusrti tersebut.
2. Mengandalkan utang luar negeri untuk membiayai pembangunan dan menutup defisit
anggaran.
3. Akumulasi bunga utang luar negeri yang terus berkembang dan memberatkan
pemerintah.
4. Banyak muncul lembaga-lembaga keuangan yang kuat basis dananya dan merugiakan
Bank Indonesia.
5. Pembangunan yang kurang merata sehingga timbul kesenjangan antara daerah satu
dengan daerah lain.
3. Pembangunan pada Era Revormasi
Era Reformasi dimulai dengan naiknya Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia. Pada era
reformasi ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mendapat perubahan, namun juga kebijakan
ekonomi. Sehingga beberapa kebijakan yang sudah dilaksanakan selama 32 tahun, terpaksa
mendapat perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
Setelah Habibie, tampuk kepemimpinan pun berganti ke presiden Abdurrahman Wahid, pada
masa ini belum ada tindakan yang cukup signifikan untuk menyelamatkan negara dari
keterpurukan. Selanjutnya setelah Abdurrahman Wahid lengser, Masa kepemimpinan beralih
ke tangan Megawati Soekarnoputri, Beberapa kebijakan pun diambil untuk menangani masalah
perekonomian bangsa indonesia. Berikut beberapa kebijakan yang diambil untuk mengatasi
persoalan-persoalan ekonomi:
1. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi merupakan menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil mengangkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,1 %. Akan tetapi kebijakan ini memicu
beragam kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
2. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

Secara garis besar rencana dan program pembangunan pada era reformasi disebut dengan
PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) sebagaimana repelita di era orde baru.
Perbedaan antara REPELITA dan PROPENAS ada pada sifat isinya. PROPENAS sendiri
merupakan penjabaran dari GBHN 1999 adapun PROPENAS dijabarkan dengan REPETA
(Rencana Pembangunan Tahunan). Sementara itu, untuk penjabaran per departemen dan
per PEMDA dibuatlah RESTRA (Rencana dan Strategi) untuk setiap departemen dan PEMDA.

1. Pembangunan pada Era Masa Kini

Nawa cita paradigma pembangunan manusia yang komperehensif dan menjadikan


pembangunan di Indonesia tidak semata untuk kepentingan pertumbuhan, dan tidak hanya
membuat kemewahan tetapi mendorong terjadinya perubahan yang luar biasa di luar
lingkup ekonomi. Sehingga pemerintah dapat menghapus kemiskinan, kelaparan, dapat
memperluas kesempatan aktivitas ekonomi, mengurangi deprikasi sosial, serta dapat
menghapus tirani yang represif.

Anda mungkin juga menyukai