Anda di halaman 1dari 5

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA DARI MASA

ORDE LAMA SAMPAI ERA REFORMASI


Febiy Sukirman
1813121032
7C Ilmu Administrasi Publik
ABSTRAK

A. Pendahuluan
Pembangunan Nasional merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas sebagaimana
yang di amanatkan dalam Undang-Undang dasar 1945, yaitu “melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia memajukan kesejahtraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dinia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Negara”.
Pembangunan nasional dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, bertahap dan berlanjut untuk memicu peningkatan kemampuan nasional
dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain
yang maju.
Berbagai macam prospek pembangunan telah dilakukan dari Orde Lama, Orde
Baru hingga masa Reforasi untuk terus mendorong kesejahtraan dan kemajuan bangsa
kea rah yang lebih baik, dalam hal ini pembangunan nasional juga harus dimulai
dari,oleh, dan untuk rakyat, dilaksanakan diberbagai aspek kehidupan bangsa yang
meliputi politik, ekonomi, sosial budaya dan aspek pertahanan keamanan.
Pembangunan nasional pada dasarnya sangat membutuhkan kesinergian antara
masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dalam pembangunan
dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan
suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah harus saling
menunjang, saling mengisi, saling melengkapi dalam memajukan masyarakat dan
nasional pada umumnya.
Setiap era kepemimpinan nasional, Presiden Republik Indonesia, menghadapi
tantangan zaman, dan memiliki gaya, pemikiran, dan strategi tersendiri di dalam
mengelola Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perencanaan pembangunan
di Indnesia telah mengalami perubahan dari masa ke masa, yang tentunya disesuaikan
dengan kondisi bangsa.
B. Pembahasan
1. Rencana Pembangunan Pada Masa Orde lama
Pada masa Orde Lama atau era Presiden Soekarno, strategi pembangunan
didasarkan perencanaan pembangunan lebih menekankan pada usaha pembangunan
politik, hal ini sesuai dengan situasi saat itu yaitu masa perjuangan fisik untuk
mempertahankan kemerdekaan nasional, Tahun 1947 dimulai suatu perencanaan
beberapa sektor ekonomi dan diberi nama Plan Produksi Tiga Tahun RI untuk tahun
1948, 1949, dan 1950, ditujukan terhadap bidang- bidang pertanian, peternakan,
perindustrian dan kehutanan. Dan juga beberapa program lainnya.
Rencana Kasimo (Kasimo Plan) Program ini disusun oleh Menteri Urusan
Bahan MakananI J Kasimo. Program ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-
1950) mengenai usaha swasembada pangan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang
Negara, dibentuk pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo pada tahun 1947. Tugas biro
ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir Juanda diangkat sebagai menteri
perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan LimaTahun
(RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Badan ini tidak
dapat berjalan dengan baik karena, adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan
Eropa Barat pada akhir tahun1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan
pendapatan negara merosot, selain itu masih adanya perjuangan pembebasan Irian
Barat, dan nasionalisasi perusahaan- perusahaan Belanda di Indonesia, hal ini
menimbulkan gejolak ekonomi. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah,
menyebabkan banyak daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-
masing.
Pada masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967, MPR
Sementara (MPRS) menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar
perencanaan nasional yaitu TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik
republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP MPRS
No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana 1961-1969, dan Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-
Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.
2. Rencana Pembangunan Pada Masa Orde Baru
Pada awal kelahirannya, Orde Baru memang memfokuskan programnya
terhadap pembangunan ekonomi. Hal ini didasarkan kepada kondisi ekonomi
Indonesia diawal Orde Baru yang cukup memprihatinkan, sehingga fokus ekonomi
harus berdasarkan pada amanat panca sila untuk menciptakan kemanusiaan yang adil
dan beradab. Dalam programnya pemerintahan Orde Baru menetapkan dua kebijakan
ekonomi, yakni jangka panjang dan jangka pendek.
a. Program Jangka Pendek
Presiden Soeharto pada awal pemerintahannya dihadapkan pada masalah yang
cukup sulit dibidang ekonomi. Berbagai permasalahan terjadi seperti inflasi yang
mencapai 650% berakibat melonjaknya harga-harga kebutuhan. Selain itu alat-alat
produksi mengalami kerusakan terutama di sektor pertanian. Permasalah tersebut
berakibat pada kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Rehabilitas
dan stabilitas ekonomi menjadi kebijakan awal pemerintahan Orde Baru dalam
memulihkan kondisi tersebut. Rehabilitas maksudnya perbaikan fisik terhadap
prasarana-prasarana dan alat produksi. Dan stabilitas dimaksudkan pengendalian
inflasi supaya harga tidak melonjak terus menerus.
Program stabilitas dan rehabilitas ekonomi yang dilakukan pemerintahan Orde Baru
menumbuhkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi semula mencapai 650% berhasil
ditekan menjadi 120 pada tahun 1969. Kerusakan sarana prasaran mulai diperbaiki
dan diremajakan. Pemerintah Orde Baru siap melaksanakan program jangka panjang
khususnya dibidang pertanian.
b. Program Jangka Panjang
Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan
yang disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita I
(1969) tersebut fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim
usaha dan investasi. Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada
pencapaian pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan
dengan penekanan pada sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku. Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V (1989-1994),
selain berusaha mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga mulai bergerak
menitikberatkan pada sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang
ekspor, industri yang menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan
industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri.
3. Rencana Pembangunan Pada Masa Era Reformasi
Ketiadaan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) di era reformasi, telah
mendorong Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadirkan UU No 17/2007,
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025.
Strategi pembangunan yang sesuai konteks Indonesia. Ekonomi Indonesia
memadukan pendekatan sumber daya (resources), pengetahuan (knowledge), dan
budaya (culture). Pertumbuhan ekonomi yang dianut adalah pertumbuhan disertai
pemerataan, growth with equality, agar benar-benar membawa rasa adil. Ekonomi
dalam negeri yang berdimensi kewilayahan, daerah-daerah menjadi kekuatan
ekonomi lokal. Dengan strategi pro-pertumbuhan, pro-lapangan kerja, pro-rakyat
miskin, dan pro-lingkungan diletakkan dalam kerangka pembangunan nasional.
RPJP Nasional ini merupakan, dokumen perencanaan pembangunan nasional
untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional untuk tahun 2005 sampai dengan
2025 diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Pelaksanaan RPJP
Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam
periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2010-2014. Mendorong percepatan pembangunan wilayah-wilayah di luar pulau jawa,
sambil menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di pulau jawa. Sejalan dengan itu,
diluncurkan pula Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025. Melalui MP3EI, pendekatan terobosan
(breakthrough), tidak ‘business as usual’, dan kebijakan terpadu (integrated policy)
dilakukan dalam pengembangan koridor ekonomi wilayah, konektivitas wilayah, dan
sumber daya manusia. RPJM ini merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5
(lima) tahun terdiri dari : RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II
Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, RPJM Nasional IV Tahun
2020–2024.
RPJM tersebut kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) setiap tahunnya. RKP rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat
prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam
bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan
pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh). RPJP Nasional untuk tahun 2005
sampai dengan 2025 diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah, dengan
berpedoman pada RPJP Daerah serta memerhatikan RPJM Nasional.
Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, mewujudkan
masyarakat yang berahklak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab.
C. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas sebagai arah perjalanan pembangunan Indonesia, arah
tersebut telah menciptakan berbagai pembaharuan-pembaharuan untuk terus menuju
ke kesejahteraan rakyat. Catatan-catatan diatas ini tidak lain dimaksudkan agar setiap
tindakan pembangunan secara langsung atau tidak lansung dilaksanakan demi
meningkatkan kecerdasan dan kemakmuran rakyat banyak. Khususnya dalam
meningkatkan perekonomian Indonesia yang lebih baik.
Sistem kebijakan pembangunan di Negara Indonesia sudah menunjukkan
perbaikan ke arah yang lebih demokratis ada pasca Reformasi. Paling tidak ada masa
reformasi ini, semua proses pembangunan baik pusat maupun daerah dituntut supaya
harus melibatkan publik dalam proses perencanaan, pelaksanaan hingga
pengawasannya.
Dari Orde Lama hingga era Reformasi pembangunan Indonesia terus
menciptakan suasana yang kondusif, damai, aman, dan sejahtera. Dari segi birokrasi
perubahan periode ke periode selanjutnya semakin menonjol peran masyarakat dalam
pembangunan republik ini.

Anda mungkin juga menyukai