Anda di halaman 1dari 4

PENERAPAN TRILOGI PEMBANGUNAN DALAM

PEMERATAAN HASIL PEMBANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

PENERAPAN TRILOGI PEMBANGUNAN DALAM


PEMERATAAN HASIL PEMBANGUNAN
BAB II

TRILOGI PEMBANGUNAN PADA MASA SOEHARTO


Pada masa kepemimpinan Soeharto, Soeharto mempunyai program
pembangunan jangka pendek yang disebut Pelita (pembangunan lima
tahun). Selama masa kepemimpinannya soeharto mampu menjalankan
program pembangunan pelita hingga mencapai pelita VI dan telah menjadi
program pembangunan jangka panjang. Dari pelita I hingga VI ada pelita
yang menekankan program pembangunannya pada Trilogi Pembangunan
yaitu di pelita III. Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 april 1979 hingga 31
maret 1984.

Trilogi pembangunan adalah wacana pembangunan nasional yang


dicanangkan oleh pemerintah orde baru di indonesia sebagai landasan
penentuan kebijakan politik, ekonomi, dan sosial dalam melaksanakan
pembangunan negara. Isi Trilogi pembangunan adalah sebagai berikut :
- Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
- Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
- Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
Upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya tidak mungkin
tercapai tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sedangkan
pertumbuhan ekonomi tidak mungkin dapat dicapai tanpa adanya stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis. Hal ini tercemin bahwa unsur-unsur dalam
trilogi pembangunan harus dikembangkan secara selaras, serasi, terpadu,
dan saling mengait.
Unsur-unsur dalam Trilogi pembangunan adalah :
A. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, berarti bahwa
pembangunan itu harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah
tanah air, serta hasil-hasilnya harus dapat dirasakan oleh seluruh rakyat
secara adil dan merata. Apa yang dimaksud dengan adil dan merata ? Adil
dan merata mengandung arti bahwa setiap warga negara harus menerima
hasil-hasil pembangunan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan bagi
yang mampu berperan lebih, harus menerima hasilnya sesuai dengan
dharma baktinya kepada bangsa dan negara.
B. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi mengandung arti bahwa :
1. Pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi dari angka laju
pertumbuhan penduduk
2. Upaya mengejar pertumbuhan ekonomi harus tetap
memperhatikan keadilan keadilan dan pemeataan.
3. Harus tetap dijaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
dengan bidang-bidang pembangunan lainnya
C. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, dimaksudkan agar
dalam pelaksanaan pembangunan itu : 1. Terdapat kondisi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang aman, tentram, tertib yang
tercipta karena berlakunya aturan yang di sepakati bersama
2. Dalam kondisi stabilitas nasional terdapat iklim yang
mndorong berkembangnya kreativitas masyarakat dalam
pembangunan bangsa dan negara.

Didalam pelaksanaan pembangunan selalu diperhatikan asas


pemerataan yang menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia dengan melanjutkan, meperluas, dan memberikan kedalaman
pada pelaksanaan delapan jalur pemerataan yang selama ini telah ditempuh
pemerintah. Adapun yang dimaksud dengan delapan jalur pemerataan itu
adalah :
- Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya
pangan, sandang dan papan
- Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
keselamatan
- Pemerataan pembagian pendapatan
- Pemerataan kesempatan kerja
- Pemerataan kesempatan berusaha
- Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan
khususnya bagi generasi muda kaum wanita
- Pemerataan penyebaran pembangunan di wilayah tanah air
- Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan [1]

Di indonesia segala sesuatunya berlandaskan kepada Pancasila dan


UUD 1945, begitu juga dalam hal pembangunan. Sesungguhnya Pancasila
dan UUD 1945 merupakan landasan pembangunan yang ideal. Dalam hal ini
beliau (presiden Soeharto) mengungkapkan bahwa :
"mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila itu tidaklah mungkin hanya dengan melaksanakan satu pelita saja.
Masyarakat adil dan makmur tidak akan jatuh dari langit, harus di
perjuangkan melalui pembangunan secara bertahap, di perlukan landasan
yang kuat, ialah industri yang di dukung oleh pertanian yang tangguh."[2]
Dasar pembangunan yang belandasan kepada pancasila melalui
tahapan-tahapan pelita untuk mencapai cita-cita masyarakat adil dan
makmur sebagaimana dikataan oleh Soeharto telah dapat terwujud salah
satunya melalui pelita III yaitu Trilogi Pembangunan. Trilogi pembangunan
yang di canangkan oleh presiden Soeharto ini berhasil meningkatkan
pertumbuhan indonesia dari minus 2,25% pada tahun 1963 menjadi naik
tajam sebesar 12% pada tahun 1969 atau setahun setelah dirinya ditunjuk
sebagai pejabat presiden. Selama periode tahun 1967-1997, pertumbuhan
ekonomi indonesia dapat ditingkatkan dan di pertahankan rata-rata 72%
pertahun.

Namun demikian, meski Trilogi pembangunan mampu meningkatkan


pertumbuhan ekonomi, perancanaan trilogi pembangunan ini menuai
kontroversi karena pada pelaksanaannya mengakibatkan hal-hal berikut :

- Pelaksanaan stabilitas politik menghasilkan regulasi dimana diterbitkan


sejumlah peraturan yang mengakibatkan pengendalian pers dan
pengendalian aksi mahasiswa.
- Dalam hal procedural diterbitkan undang-undang tentang organisasi
masa dan undang-undang partai politik pertumbuhan ekonomi menghasilkan
penanaman modal asing yang mengakibatkan utang luar negri.
- Serbuan para insvestor asing ini kemudian melambat ketika terjadi
jatuhnya harga minyak dunia, yang mana selanjutnya dirangsang ekstra
melalui kebijakan regulasi (liberalisasi) pada tahun 1983-1988. Tampa
disadari, kebijakan penarikan insvestor yang sangat liberal ini
mengakibatkan undang-undang Indonesia yang mengatur arus modal
menjadi yang sangat liberal di lingkungan internasional.

Namun kebijakan yang sama juga menghasilkan intensifikasi pertanian di


kalangan petani. Dalam pemerataan hasil, pelaksanaannya membuka jalur-
jalur distributive seperti kredit usaha tani dan mitra pengusaha besar dan
kecil.

Demikian sekilas uraian tentang Trilogi Pembangunan. Trilogi Pembangunan


menjadi salah satu instrumen pemersatu energi bangsa yang dipergunakan
presiden Soeharto dalam membangun kembali indonesia. Trilogi
pembangunan merupakan visi kedaulatan dan kemandirian ekonomi bangsa
yang diletakan dalam road map trilogi pembangunan yang dengan targetnya
merumuskan secara jelas yaitu tercapainya tinggal landas (setara dengan
negara maju) pada tahun 2019/2020 dengan struktur perekonomian yang di
dukung industri strategis yang kuat namun terlihat justru semakin menjauh
saat sekarang. Bahkan sejumlah ahli ekonomi menyatakan telah terjadi
deindustralisasi pada era reformasi. Segala jerih payah untuk mewujudkan
kedaulatan dan kemandirian ekonomi bangsa itu kini harus ditata kembali.
Kegagalan ini merupakan kegagalan bersama sebagai sebuah bangsa yang
dalam proses transisi tahun 1998 tidak bisa memetakan secara akurat siapa
lawan dan siapa loyalis nusantara yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai