Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESEHATAN PEREMPUAN

DAN PERENCANAAN KELUARGA


( Gender dan Seksualitas)

DOSEN PENGAMPU
Andi Dian Diarfah, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Oleh :
Nur Tilawah Mustiqa. Z
(70400121004)

PRODI KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa dipraktikkan pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas ini, maka kami
mohon maaf yang sebesar – besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima Kasih.

Gowa, 04 April 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 5

A. Definisi Gender Dan Seksualitas ................................................................ 5


B. Budaya Yang Mempengaruhi Gender......................................................... 6
C. Diskriminasi Gender .................................................................................... 6
D. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender ......................................................... 7
E. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender Dalam Pelayanan Kesehatan 9
F. Isu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi ................................................. 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 14

A. Kesimpulan .................................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia yang semakin pesat di jaman ini menimbulkan
beberapa persoalan yang pelik. Perubahan zaman berdampak adanya beberapa
pergeseran di setiap lini kehidupan mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi
sampai kepada penyadaran diri dan pemikiran. Perkembangan dunia yang
semakin maju membukakan kesempatan bagi setiap orang untuk berkiprah
secara terbuka di berbagai bidang kehidupan. Tak ayal tersebut tidak lepas dari
peran dan sosok seorang perempuan yang hari ini kiprahnya tak bisa
dikesampingkan. Banyak bidang yang semula dipegang oleh kaum Adam kini
bergeser mampu ditempati oleh kaum Hawa Peran perempuan di sini ternyata
mampu setara dengan kaum laki-laki. Persoalan muncul tatkala ada persepsi
negatif dan ketidakberterimaan sebagian masyarakat terhadap peran perempuan
di dunia publik. Adanya hal tersebut memunculkan pemikiran yang tidak sehat di
beberapa kalangan atau di sebagian masyarakat, yang bisa menimbulkan debat
kusir berkepanjangan. Hal ini perlu diluruskan kembali mengingat kaum
perempuan pun bisa berperan aktif dalam melestarikan dan mengupayakan hal-
hal di luar dunia domestik.

Pada dasarnya perempuan dan laki-laki berbeda pada karakteristik secara


fisik dan perbedaan itu menjadi suatu masalah ketika dijadikan suatu
ketidakadilan, pertentangan, penekanan dan penindasan, sehingga
memunculkan adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Ketidaksetaraan
gender sudah menjadi isu yang lama tidak terpecahkan. Di seluruh penjuru dunia,
baik di negara maju maupun berkembang masih mengalami permasalahan
ketimpangan gender yang bermuara pada meningkatnya perilaku bersifat
diskriminasi kepada kaum yang menjadi termarjinalkan akibat ketimpangan
tersebut, yaitu khususnya pada kaum perempuan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Gender Dan Seksualitas
2. Budaya Yang Mempengaruhi Gender
3. Diskriminasi Gender
4. Bentuk Bentuk Ketidakadilan Gender
5. Ketidaksetaraan Dan Ketidakadilan Gender Dalam Pelayanan Kesehatan
6. Isu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Gender Dan Seksualitas
2. Untuk Mengetahui Budaya Yang Mempengaruhi Gender
3. Untuk Mengetahui Diskriminasi Gender
4. Untuk Mengetahui Bentuk Bentuk Ketidakadilan Gender
5. Untuk Mengetahui Ketidaksetaraan Dan Ketidakadilan Gender Dalam
Pelayanan Kesehatan
6. Untuk Mengetahui Isu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definiisi Gender dan Seksualitas


1. Pengertian Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan
perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan
Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan
sejak kecil. Istilah gender, belum ada dalam perbendaharaan kamus besar
Bahasa Indonesia. Kata gender berasal dari Inggris, gender berarti jenis
kelamin.
Gender dapat diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan perilaku. Secara kodrat, nilai dan
perilaku. Secara kodrat, memang diakui adanya perbedaan (discrimination)
antara laki-laki dengan perempuannya yaitu dalam aspek biologis. Perbedaan
secara biologis antara laki-laki dengan perempuan yaitu senantiasa
digunakan untuk menentukan dalam relasi gender, seperti pembagian status,
hak-hak, peran, dan fungsi di dalam masyarakat. Padahal, gender yang
dimaksud adalah mengacu kepada peran perempuan dan laki-laki yang
dikontruksikan secara sosial.

2. Seksualitas
Secara garis besar, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), seksualitas
merupakan aspek hidup manusia yang mencakup seks, identitas dan peran
gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, keintiman dan reproduksi.
Seksualitas dialami dan diekspresikan dalam pikiran, fantasi, hasrat,
kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, kebiasaan, peran dan relasi. Seksualitas
ini dialami dan diekspresikan dalam pikiran, fantasi, hasrat, kepercayaan,
sikap, nilai, perilaku, kebiasaan, peran dan relasi. Meskipun seksualitas bisa
mencakup semua dimensi ini, tidak semuanya selalu dialami atau
diekspresikan.

5
B. Budaya yang Mempengaruhi Gender
Budaya adalah akal budi,29 sebagai bagian yang memiliki peran dalam
didasarkan pada seksual dan sangat memberikan variasi dalam perannya, baik
dalam satu budaya maupun budaya lainnya atau bahkan sampai pada
pengelompokan strata sosial. Pada bagian lain laki-laki dan perempuan
memberikan ruang dan peran tersendiri untuk saling melengkapi dalam proses
kehidupan.
Pada umumnya laki-laki adalah orang yang lebih kuat, lebih aktif, serta
ditandai dengan kebutuhan yang besar mencapai tujuan dominasi, otonomi, dan
agresi. Sebaliknya perempuan dipandang sebagai lebih lemah dan kurang aktif,
lebih menaruh perhatian, pada afiliasi, berkeinginan untuk mengasuh, serta
mengalah. Sistem kepercayaan masyarakat tentang gender lebih merupakan
pada asumsi yang kebenarannya dapat diterima sebagian saja karena
kepercayaan orang dalam suatu masyarakat tidak selalu dapat menunjukkan
kenyataan yang akurat dan yang sebenarnya.
Budaya masyarakat memaknai gender sebagai pembagian peran antara laki-
laki dan perempuan. Secara anatomi antara laki-laki dan permpuan berbeda,
namun mereka terlahir dengan peran dan tanggungjawab yang sama, akan tetapi
dalam perkebangannya dalam budaya masyarakat memiliki perbedaan diantara
keduanya. Ketimpangan dalam kehidupan sosial membuat perempuan dinomor
duakan dalam berbagai hal yang terjadi berdasarkan realita kehidupan. Dalam
kajian budaya antara laki-laki dan perempuan menekankan pada gagasan dalam
identitas sebagai kontsruksi perkembangan sosial.

C. Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender merupakan perlakuan tidak setara antara laki – laki dan
perempuan yang memengaruhi hidup suatu individu. Menurut definisi KBBI
daring, diskriminasi kelamin merupakan membedakan sikap dan perlakuan
terhadapa sesame manusia berdasarkan pembedaan jenis kelamin. Diskriminasi
gender paling jelas terlihat dalam dunia kerja yang tanpa disadari menganut
konsep otoritas yang patriarkis.
Wright (2013) menjabarkan tiga poin mengenai konsep otoritas yang selau
relevan dengan diskriminasi gender dalam dunia kerja. Pertama, otoritas dinilai
dari posisi maupun kedudukan, baik status individu atau tanggun jawab yang

6
menguntungkan bagi individu. Kedua, otoritas merupakan salah satu cara utama
untuk mendapatkan keuntungan tambahan di luar penghasilan primer. Ketiga,
yang mungkin paling signifikan, kekuatan posisi atau kedudukan dalam hierarki
otoritas dapat menjadi salah satu mekanisme utama yan terus mempertahankan
diskriminasi gender dalam dunia kerja.

D. Bentuk – Bentuk Ketidakadilan Gender


Ketidakadilan gender kerap terjadi pada individu, keluarga, masyarakat,
dan negara. Ketidakadilan gender kerap dikategorikan dalam lima bentuk
yaitu :

Mengerjakan tanggung jawab secara


berlebihan, yang seharusnya dapat dilakukan
pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan

Beban Ganda (Double


Burden) Contoh :
Seorang istri harus melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti memasak, mencuci,
berbelanja, mengasuh anak, melayani
kebutuhan suami, dsb, sementara istri juga
bekerja di luar rumah. Sedangkan suami hanya
bekerja saja tanpa mengerjakan tugas rumah
tangga (yang umumnya dilakukan istri). Tugas-
tugas rumah tangga tersebut sebetulnya bisa
juga dikerjakan oleh suami

7
 Perempuan tidak dapat berkontribusi dalam
suatu aspek atau bidang pekerjaan tertentu
karena stereotype tertentu yang melekat cukup
lama pada perempuan contoh : perempuan
adalah individu lemah, terlalu perasa, sensitif,
cengeng.
 Karena fungsi reproduksi yang dimiliki
Peminggiran (Marginalisasi) perempuan, perempuan dianggap akan
menghambat pekerjaan

Contoh :
Pekerjaan yang berkaitan dengan
pembangunan (gedung, jalan, dsb) minim
kontribusi perempuan karena perempuan
dianggap lemah secara fisik dan psikologi,
fungsi reproduksi perempuan dinilai akan
menghambat pekerjaan (ketika perempuan
haid, hamil dan menyusui)
 Terjadi karena perempuan/laki-laki dianggap
lemah dan ditundukkan
 Terjadi karena adanya narasi tubuh perempuan
sebagai objek seksual
Kekerasan (violence)
Contoh :

a. Kekerasan fisik : dipukul,


ditampar
b. Kekerasan seksual : dipegang
pada bagian tubuh tertentu (tanpa
persetujuan darikorban?)
c. Kekerasan psikologis : ucapan
menyakitkan, kata-kata kotor,
bentakan, hinaan dan ancaman.

8
Pelabelan yang melekat pada jenis kelamin dan
berhubungan dengan fungsi dan perannya, yang
tidak mengandung kebenaran mutlak.

Contoh :

 Perempuan : tugas pokoknya adalah


memasak, mencuci, mengasuh anak, dan
Pelabelan (Stereotype)
tugas rumah tangga lainnya.
 Perempuan : lemah, cengeng, perasa,
sensitif
 Laki-laki : tugas pokoknya adalah bekerja
mencari nafkah
 Laki-laki : tidak boleh menangis, kuat, tidak
perasa, galak, tidak rapi.

Tindakan pembedaan karena jenis kelamin, suku,


agama, ras.

Contoh :

Diskriminasi
 Perempuan : Tidak harus berpendidikan
tinggi, Harus bisa memasak
 Laki-laki : Harus berpendidikan, Harus
bekerja di luar rumah

E. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender Dalam Pelayanan Kesehatan


Status perempuan begitu rendah karena akibat ketidaksetaraan gender yang
dibiarkan terus berlangsung. Dengan potret buram yang sudah dijelaskan
sebelumnya, perhatian yang lebih besar mestinya diberikan kepada perempuan.
Bukan berarti laki-laki terlupakan. Tetapi perhatian terhadap perempuan menjadi
lebih utama sebab perempuan sedemikian tertinggalnya dan teramat lama
terabaikan nasibnya. Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan
gender terhadap kesehatan baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga
lanjut usia.

9
KETIDAKSETARAAN GENDER KETIDAKSETARAAN GENDER
NO
(PEREMPUAN) (LAKI-LAKI)
Rata-rata perempuan di pedesaan
1 bekerja 20% lebih lama daripada Laki-laki bekerja 20% lebih pendek.
laki-laki.
Perempuan mempunyai akses yang
Laki-laki menikmati akses sumber
2 terbatas terhadap sumberdaya
daya ekonomi yang lebih besar.
ekonomi.
Perempuan tidak mempunyai akses Laki-laki mempunyai akses yang
3 yang setara terhadap sumberdaya lebih baik terhadap sumberdaya
pendidikan dan pelatihan. pendidikan dan pelatihan.
Perempuan tidak mempunyai akses Laki-laki mempunyai akses yang
yang setara terhadap kekuasaan mudah terhadap kekuasaan dan
4
dan pengambilan keputusan pengambilan keputusan di semua
disemua lapisan masyarakat. lapisan masyarakat.
Perempuan menderita dan
Laki-laki tidak mengalami tingkat
mengalami kekerasan dalam rumah
5 kekerasan yang sama dengan
tangga dengan kadar yang sangat
perempuan.
tinggi.

Selain itu, juga ada beberapa ketidaksetaraan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Kesetaraan gender dalam hak, yaitu adanya kesetaraan hak dalam peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan.
a. Kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan dan laki-laki
mempunyai hak yang sama dalam kesehatan, misalnya menentukan
jumlah anak, jenis persalinan, pemilihan alat kontrasepsi, dll.
b. Kesetaraan hak dalam ekonomi/keuangan yaitu perempuan dan laki-laki
mempunyai hak yang sama dalam memilih alat kontrasepsi.
c. Kesetaraan hak dalam masyarakat yaitu adanya budaya di beberapa
daerah yang mengharuskan masyarakat mengikuti budaya tersebut
sehingga tidak terjadi kesehatan yang responsif gender. Selain itu,
perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam berpolitik dan
dalam pengambilan keputusan.
2. Kesetaraan gender dalam sumber daya, yaitu adanya kewenangan dalam
penggunaan sumber daya terhadap kesehatan.
a. Di tingkat rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai alokasi
yang sama untuk mengakses pelayanan kesehatan.

10
b. Di tingkat ekonomi, perempuan dan laki-laki mempunyai kemampuan
yang sama untuk membelanjakan uang untuk keperluan kesehatan.
Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama
dalam membelanjakan pendapatannya untuk kesehatan.
c. Di tingkat masyarakat, tidak tersedianya sarana dan pra-sarana publik
yang responsif gender, seperti tidak adanya tempat untuk menyusui,
tempat ganti popok bayi.
3. Kesetaraan gender dalam menyuarakan pendapat, yaitu ekspresi terhadap
kebutuhan akan kesehatan dan laki-laki tidak lagi mendominasi pendapat
dalam kesehatan.
a. Di tingkat rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai
kesempatan yang sama untuk mengekspresikan rujukan kesehatan yang
diharapkan, sesuai tingkat pendidikannya, kesempatan untuk
memberikan umpan balik atas pelayanan yang diterimanya.
b. Di bidang ekonomi, pengetahuan ibu untuk memilih tempat rujukan yang
tepat tidak didukung oleh kemampuan ekonomi suami. Perempuan dan
laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam menyampaikan
keluhan atau komplainterhadap kepuasan pelayanan.
c. Di tingkat masyarakat, pendapat tentang memiliki anak yang sehat
didukung dengan ajaran agama yang diyakini.

Dalam berbagai aspek ketidaksetaraan gender tersebut sering ditemukan pula


ketidakadilan gender, yaitu ketidakadilan (unfairness, unjustice) berdasarkan
norma dan standar yang berlaku, dalam hal distribusi manfaat dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan (dengan pemahaman bahwa laki-laki dan
perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan).
Keadilan antara lain ditentukan oleh norma atau standar yang dianggap pantas
atau adil dalam suatu masyarakat, yang mungkin berbeda satu dengan yang lain
dan mungkin berubah dari waktu ke waktu. Sering kali sulit untuk menentukan
norma atau standar yang dapat diterima oleh berbagai pihak, karena terkait
dengan nilai-nilai dan penentuan keputusan, sehingga istilah ketidaksetaraan
lebih sering digunakan. Istilah “ketidaksetaraan” menyiratkan bahwa kesenjangan
yang terjadi tidak dinilai apakah hal tersebut dapat dianggap pantas atau adil

11
dalam suatu tatanan masyarakat. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
ketidakadilan adalah ketidaksetaraan yang tidak pantas atau tidak adil.

Contoh-contoh tentang ketidakadilan gender dalam bidang kesehatan:


1. Ketidakadilan dalam Hal Penyakit dan Kematian
Dibeberapa wilayah dunia, ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki
berkaitan langsung dengan perkara hidup dan mati, terutama bagi kaum
perempuan. Misalnya tergambarkan dari tingginya angka kesakitan dan
kematian perempuan. Hal ini terjadi karena berbagai bentuk pengabaian
terhadap kesehatan, gizi an kebutuhan perempuan secara langsung kualitas
hidupnya.
2. Ketidakadilan dalam Kelahiran Bayi
Anak laki-laki lebih diinginkan kehadirannya daripada anak perempuan.
Sekalipun kitas tahu semua agama tidak membedakan jenis kelamin anak.
Namun karena kebanyakn laki-laki lebih tinggi status di masyarakat, maka
mencuatnya isu ketidaksetaraan gender yang tercermin dari kuatnya
keinginan orangtua untuk mempunyai anak laki-laki dari pada anak
perempuan.
3. Ketidakadilan dalam Rumah Tangga
Seringkali terdapat ketidakadilan gender yang mendasar di dalam rumah
tangga dan bentuknya bermacam-macam. Dari perkara yang sederhana
sampai kepada yang rumit. Begitu juga pembagian peran dan tanggung
jawabdalam rumah tangga, sering kali tidak adil. Misalnya dalam pembagian
tugas mengurus rumah tangga dan mengurus anak.

F. Isu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi perempuan menjadi salah satu hal penting bagi
perempuan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO, 2007)
kesehatan reproduksi merupakan kondisi sehat secara fisik, mental, dan sosial
yang utuh, dan bukanlah bebas dari penyakit atau cacat yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan operasi reproduksi.
Masalah reproduksi tidak dapat dipisahkan dari seksualitas dan tubuh manusia
yang melibatkan masalah kesehatan biologis bagi perempuan. Kesehatan

12
reproduksi juga terkait dengan isu non biologis seperti pemenuhan hak-hak
reproduksi perempuan.
Isu gender berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi perempuan, seperti
ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan reproduksi serta sikap
dan perilaku di lingkungan yang cenderung mengutamakan laki-laki. Stigma yang
muncul di masyarakat Indonesia terhadap penyakit reproduksi pada wanita.
Penyakit yang sama yang diderita pria dan wanita memiliki efek yang berbeda
dalam masyarakat untuk perlakuan diskriminasi secara fisik dan seksual.
Empat isu gender dalam berbagai siklus kehidupan yaitu: Kesehatan
Reproduksi Peka Gender. Pelayanan Kesehatan Reproduksi yang bersikap “Peka
Gender”, yaitu :
a. Memberikan pelayanan yang berkualiatas dan memiliki berbagai jenis
pelayanananyang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, berlaku secara adil,
tanpa membedakan jenis kelamin dan status sosialnya.
b. Memberikan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan perbedaan
kebutuhan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan kodratnya.
b. Memahami sikap antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi penyakit
dan masyarakat harus menentukan sikap yang baik.
c. Memahami perbedaan tentang penyakit yang diderita antara laki laki dan
perempuan
d. Menyesusaikan pelayananan sehingga hambatan yang dihadapi baik laki-
laki maupun perempuan sebagai akibat adanya perbedaan dapat diatasi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gender merupakan pembahasan yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Ia
akan senantiasa melekat seiring dengan perkembangan jaman yang mampu menggeser
perubahan cara berpikir dan tatanan sosial. Gender adalah suatu konsep yang mengkaji
tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari pembentukan
kepribadian yang berasal dari masyarakat (kondisi sosial, adatistiadat dan kebudayaan
yang berlaku). Gender merupakan perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara
laki-laki dan per empuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah
sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut harus dibedakan dengan posisi laki-
laki dan perempuan dari segi jenis kelamin yang telah digariskan secara kodrati.

B. Saran
Pembahasan gender dalam makalah ini belum sempurna. Masih banyak
permasalahan gender yang belum dikupas tuntas. Harapan besar pembaca bisa
melengkapi pengetahuan dan wawasan gender ini dengan lebih luas. Beberapa
tema penting masih bisa dibahas seperti konsep gender menurut Islam dalam
perspektif Alquran dan hadis.

14
DARTAR PUSTAKA

Apriliandra, S., & Krisnani, H. (2020). PERILAKU DISKRIMINATIF PADA


PEREMPUAN AKIBAT KUATNYA BUDAYA PATRIARKI DI INDONESIA
DITINJAU DARI PERSPEKTIF KONFLIK. Kolaborasi Resolusi Konflik, 1-13.

Argentina, F., & Sibero, H. T. (2014). Management Of Infantil Hemangioma. JUKE,


65-74.

Farchiyah, F., Sukmawan, R. F., Purba, T. S., Bella, A., & Imtinan. (2021).
KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN DI INDONESIA. Seminar
Nasional Kesehatan Masyarakat UPNVJ, 73-83.

Ikhsana, M., Agus Santoso, B., & Handriani, I. (2019). Faktor Resiko dan Karakteristik
Infantil Hemangioma di RSUD Dr. Soetomo Tahun 2015 - 2019. Rekonstruksi
dan Estetik, 25-33.

Jalil, A., & Aminah, S. (2018). GENDER DALAM PERSFEKTIF BUDAYA DAN
BAHASA . Al-Maiyyah, 278-300.

Kartini, A., & Maulana, A. (2019). REDEFINISI GENDER DAN SEKS. Jurnal Kajian
Perempuan & Keislaman, 217-239.

Nafianti, S. (2010). Hemangioma pada Anak. Kesehatan, 204-206.

Sarina, & Ahmad, M. R. (2021). DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PEREMPUAN


PEKERJA DI KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR. Pinisi Journal Of Sociology
Education Review, 64-71.

15

Anda mungkin juga menyukai