Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH FETOMATERNAL

“ ENDOKRINOLOGI JANIN”

Dosen Pengampu : Erna Widyastuti, S. SiT, M.Kes

Oleh :

1. Dian Mustika Febriani


2. Dyah Ferri Sri Ayudi
3. Enik Ekowati
4. Suminarsih
5. Umi Indah Warnaningsih
6. Yanuita Devi Rahmawati

KELAS NON REGULER KERJASAMA


DINKES KABUPATEN GROBOGAN
PRODI PROFESI KEBIDANAN SEMARANG
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans
untuk digunanakndi dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang
tetap beredar dan bekerjadidalam tubuh.Hormon merupakan senyawa kimia khsus
diproduksi oleh kelenjar endokrin tertentu. terdapathormon setempat dan hormon
umum. contoh dari hormon setempat adalah: Asetilkolin yangdilepaskan oleh
bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan syaraf rangka. Sekretin
yangdilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam darah menuju
penkreas untukmenimbulkan sekresi pankreas dan kolesistokinin yang dilepaskan
diusus halus, diangkutkekandung empedu sehingga timbul kontraksi kandung
empedu dan pankreas sehinggatimbul sekresi enzim.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
2. Fungsi Sistem Endokrin
3. Endokrinologi Janin

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunanmikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,
lempengan ataugumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler.Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem
saraf, mengontrol dan memadukan fungsitubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.Fungsi mereka satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengankarakteristik tertentu.
Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yangmempunyai asal
dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsidari
kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak
melaui saluran, tapidari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah.
Selanjutnya hormon tersebut dibawake sel-sel target (responsive cells) tempat
terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjareksokrin keluar dari tubuh kita
melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjarludah.Tubuh kita
memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, adayang
berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon tersebut hanya
menghasilkanhormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar
timus. Selain itu ada beberapa organendokrin yang menghasilkan zat lain selain
hormon yakni:
B. Fungsi Sistem Endokrin
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darur
C. Endokrinologi Janin
Pengertian tentang endokrinologi janin meningkat sangat cepat selama dekade
lalu. Sebelum ditemukan metode pengambilan sampel darah janin, dahulu
pengetahuan tentang endokrinologi janin sangat tergantung pada informasi yang
didapat dari jaringan abortus, janin anensefal, dan sampel dari ibu saat persalinan
preterm atau aterm. Dengan tehnik kordosintesis sekarang ini telah
memungkinkan melakukan pemeriksaan endokrinologi janin dengan kondisi
fisiologis.
Secara garis besar sistim endokrin janin terdiri dari sistim hipotalamus-hipofisis
dan target organnya, sistim hormon paratiroid-kalsitonin, dan sistim endokrin
pankreas.
1. Sistim hipotalamus- hipofisis
Aksis neuroendokrin janin terdiri dari hipotalamus, eminensia mediana,
pembuluh darah portal hipotalamus- hipofisis, dan hipofisis. Perkembangan
sistim neural hipotalamus dimulai pada minggu. Hipotalamus menghasilkan
hormon pelepas (releasing hormone) seperti: gonadotropin releasing hormone
(GnRH); thyrotropin (TRH); corticotropin relesing hormone (CRH); dan
growth hormone releasing hormone (GHRH), dan hormon penghambat
(inhibitory hormone) seperti prolactin inhibiting factor (PIF) untuk mengontrol
pelepasan hormon hipofisis. Perkembangan emenensia mediana terjadi pada
umur kehamilan 9 minggu, sedangkan perkembangan pembuluh darah portal
hipofisis-hipotalamus terjadi pada umur kehamilan 12 minggu. Pada
kehamilan minggu ke 8 sampai 13, hipotalamus dan hipofisis janin secara in
vitro mulai merespon rangsangan stimulus maupun inhibisi. Pada pertengahan
umur kehamilan, aksis hipotalamus-hipofisis janin sudah merupakan suatu
unit fungsional dan autonom untuk mengadakan mekanisme kontrol umpan
balik
2. Hormon hipofisis anterior Sel-sel hipofisis anterior telah berdiferensiasi mulai
minggu ke 7- 16 kehamilan membentuk sel gonadotrof yang mengsekresi
gonadotropin yang terdiri dari luitenising hormone (LH) dan folicle-
stimulating hormone (FSH); sel tirotrof mengsekresi thyroid-stimulating
hormone (TSH); sel laktotrof mengsekresi prolaktin; sel somatotrof
mengsekresi growth hormone (GH); dan sel kortikotrof mengsekresi
adrenocorticotrophine (ACTH).
3. Gonadotropin
Gonadotropin (FSH dan LH) telah ditemukan pada hipofisis sejak kehamilan
minggu ke sembilan. Terdapat perbedaan profil gonadotropin antara janin
perempuan dan laki laki. Pada janin perempuan gonadotropin hipofisis
meningkat sampai pertengahan kehamilan, kemudian terjadi penurunan setelah
itu. Sedangkan pada janin laki laki, gonadotropin hipofisis meningkat
sepanjang kehamilan. Hormon testosteron diproduksi oleh sel Leydig yang
dimulai pada trimester pertama kehamilan, dan mencapai maksimal pada
minggu ke 17- 21 kehamilan. Selain itu testis juga menghasilkan hormon e
stradiol dalam jumlah sangat minimal. Fungsi sel Leydig testis diatur oleh LH
janin, walaupun demikian produksi testosteron janin meningkat maksimal
seiring dengan produksi hCG maksimal oleh plasenta. Pada ovarium janin
perempuan, bakal sel primordial berdiferensiasi menjadi ova sepanjang
trimester pertama dan kedua kehamilan. Janin bulan ke empat kehamilan telah
menghasilkan folikel, bahkan pada bulan ke enam kehamilan banyak folikel
preantral telah berkembang. Aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium pada fetus
telah terbentuk utuh pada akhir trimester ke dua kehamilan dan mempunyai
kemampuan untuk memproduksi hormon. Namun demikian produksi hormon
estrogen dan progesteron dari plasenta ibu pada trimester ke tiga kehamilan
lebih lanjut akan menekan pematangan aksis hipotalamus- hipofisis ovarium
pada janin.
4. TSH (tirotropin) TSH (tirotropin) plasma janin meningkat sesuai umur
kehamilan dimana kadarnya rendah pada umur kehamilan 16-18 minggu dan
maksimal pada umur kehamilan 35-40 minggu1. Kadar TSH janin didapatkan
lebih tinggi dibandingkan kadar TSH orang dewasa. Sebaliknya kadar tiroxin
(T4) total janin didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.
Hal ini diduga disebabkan oleh nilai ambang untuk terjadinya umpan balik
negatif lebih tinggi pada fase prenatal dibandingkan periode postnatal. Tidak
ada hubungan antara nilai hormon tiroid serum janin dan ibu dengan kadar
TSH, dan keadaan ini menunjukkan bahwa aksis hipofisis-tiroid janin
berkembang secara tersendiri dan tidak dipengaruhi oleh sistim tiroid ibu.
Respon TSH hipofisis terhadap TRH hipotalamus terjadi pada awal trimester
tiga kehamilan. Demikian juga injeksi T4 kedalam cairan amnion 24 jam
sebelum seksio sesar elektif akan meningkatkan kadar T4 janin dan sebaliknya
terjadi penurunan kadar TSH janin. Hal ini menunjukkan bahwa pada janin
tejadi mekanisme umpan balik negatif dari TSH.
5. Hormon Prolaktin dan Hormon pertumbuhan Hormon prolaktin dan hormon
pertumbuhan (growth hormone) merupakan hormon polipeptida. Prolaktin
sudah bisa terdeteksi di hipofisis janin pada minggu ke 8-10 kehamilan1.
Kadar prolaktin tetap rendah sampai umur kehamilan 25-30 minggu kemudian
meningkat sesuai peningkatan umur kehamilan dan mencapai puncak sekitar
nmol/L saat janin aterm. Hal ini disebabkan karena estrogen menstimulasi
sintesis dan pelepasan prolaktin oleh sel laktotrof hipofisis, sehingga
peningkatan kadar prolaktin plasma janin paralel dengan peningkatan kadar
estrogen plasma janin pada trimester akhir kehamilan. Peningkatan kadar
prolaktin janin juga dipengaruhi TRH dan dihambat oleh dopamin1. Tidak ada
hubungan antara kadar prolaktin plasma janin dan kadar prolaktin plasma
ibu3. Fungsi hormon prolaktin pada janin diduga berperan pada pematangan
paru, osmoregulasi, dan pertumbuhan kelenjar adrenal3. Hormon pertumbuhan
mulai disintesis dan disekresi oleh hipofisis janin pada minggu ke 8-10
kehamilan, dan terdeteksi pada plasma janin mulai minggu ke 12 kehamilan.
Kadar hormon pertumbuhan pada plasma janin yang dideteksi di tali pusat
adalah 1-4 nmol selama trimester pertama kehamilan, dan meningkat
mencapai puncak sekitar nmol pada pertengahan kehamilan. Kadarnya
kemudian menurun progresif pada paruh kedua kehamilan sampai mencapai
kadar sekitar 1,5 nmol pada kehamilan aterm1. Sintesis dan sekresi hormon
pertumbuhan janin diatur  oleh GHRH dan somatostatin yang dihasilkan oleh
hipotalamus janin. Sel somatotrof dihipofisis respon terhadap somatostatin
pada minggu ke kehamilan, sedangkan terhadap GHRH pada minggu ke 18-22
kehamilan. Penurunan kadar hormon pertumbuhan pada kehamilan lanjut
terjadi mungkin karena peningkatan pelepasan somatostatin atau penurunan
sekresi GHRH. Peranan hormon pertmbuhan pada janin belum jelah diketahui
karena janin anensefal dengan gangguan perkembangan organ otak dan
hipotalamus tetap mempunyai berat badan janin normal3.
6. Adrenocotricotropin (ACTH) ACTH terdeteksi dengan tehnik
imunohistokimia pada hipofisis janin pada minggu ke 10 kehamilan.
Penelitian menunjukkan bahwa hipofisis janin manusia respon terhadap CRH
dari hipotalamus yaitu pada minggu ke 14 kehamilan, respon ini cenderung
tidak mengalami peningkatan sesuia peningkatan umur kehamilan. Kadar
CRH pada plasma janin aterm berkisar 0,03 nmol/L, sedangkan kadar ACTH
plasma janin pada pertengahan kehamilan berkisar 55 pmol/L yang merupakan
kadar maksimal untuk menstimulasi pembentukan steroid adrenal. Pada umur
kehamilan lanjut, kelenjar adrenal janin menghasilkan 100-200 mg steroid
termasuk dehydroepiandrosterone (DHEA) dan pregnenolone. Selain itu
kelenjar adrenal janin juga menghasilkan kortisol dan aldosteron. Kortisol
adrenal merupakan 2/3 dari seluruh kortisol janin, sedangkan 1/3 lainnya
berasal dari transfer kortisol plasenta1. Sistim kontrol umpan balik ACTH
matang selama paruh kedua kehamilan dan periode neonatal dini.
Deksametason dapat menekan aksis hipofisis-adrenal janin aterm tetapi tidak
pada minggu ke18-20 kehamilan1. Fungsi kortisol adalah untuk
mempersiapkan janin menghadapi kehidupan ekstra uterina1.
7. Hormon hipofisis posterior Hipofisis posterior disebut juga neurohipofis telah
tebentuk sempurna pada janin minggu ke 10-12 kehamilan.
Ada 3 hormon peptida dari hipofisis posterior janin yang diidentifikasi selama
kehidupan janin. Ketiga hormon tersebut adalah arginine vasopressin (AVP),
oksitosin, dan arginine vasotocin (AVT), namun yang paling penting adalah
AVP dan oksitosin. Hormon hipofisis posterior disintesis dari molekul
prekursor menjadi hormon non peptida melalui konversi enzimatik dan
selanjutnya terikat dengan suatu protein pengangkut yang disebut neurophysin
dalam bentuk granula pada neklei paraventrikular, supraoptikus, dan
suprakiasmatikus3. 10 8. Arginine vasopressin Arginine vasopressin disebut
juga hormon antidiuretik (ADH) telah ditemukan sejak minggu ke 12
kehamilan3. Kadar vasopressin pada janin manusiasebelum persalinan belum
diketahui dengan jelas, namun pada janin hewan aterm didapatkan kadar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dewasa. Fungsi vasopressin antara
lain untuk memelihara kondisi kardiovaskular janin saat terjadi stres. Hal ini
dibuktikan dengan kadar yang meningkat saat terjadi hipoksia janin dan
perdarahan. Pada kasus resus isoimunisasi, kadar vasopressin janin bisa
digunakan sebagai petunjuk adanya distres janin. Oksitosin Oksitosin
ditemukan di hipofisis janin pada trimester kedua kehamilan. Kadar oksitosin
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur kehamilan. Persalinan secara
bermakna menstimulasi peningkatan kadar oksitosin janin, sedangkan pada
saat yang sama kadar oksitosin ibu tetap atau hanya meningkat sedikit. Tidak
diketahui dengan jelas saat kapan pelepasan oksitosin janin terjadi, demikian
juga mekanisme pelepasannya. Diduga oksitosin janin berperan terhadap
aktivasi sistim endokrin lain dari janin yang memainkan peranan penting
dalam terjadinya persalinan. Sistim hormon paratiroid-kalsitonin Kelenjar
paratiroid janin berkembang antara minggu ke 5-12 kehamilan, dan
diameternya bertambah mulai 0,1 mm pada minggu ke 14 kehamilan menjadi
1-2 mm saat kelahiran1. Kelenkar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid
sedangkan sel-sel C parafolikuler tiroid menghasilkan kalsitonin1. Kedua
kelenjar ini akan berfungsi selama kehamilan trimester ke dua dan tiga1.
Walaupun demikian kadar hormon paratiroid janin tetap lebih rendah
dibandingkan kadar pada ibu, hal ini untuk mengadaptasi kebutuhan kalsium
janin yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang6. Sebaliknya kadar
kalsitonin janin lebih tinggi dibandingkan kadar pada ibu, hal ini mungkin
disebabkan oleh stimulasi hiperkalsemia kronik pada janin1. Sistim endokrin
pancreas Pankreas janin sudah dapat teridentifikasi pada minggu ke 4
kehamilan, dan sel alfa dan beta sudah berdiferensiasi pada minggu ke 8-9
kehamilan1. Pankreas menghasilkan antara lain insulin dan glukagon. Sel sel
beta pankreas telah berfungsi dari minggu ke 14-20 kehamilan1, namun
pankreas belum sensistif untuk melepaskan insulin sebelum minggu ke 28
kehamilan3. Bahkan peneliti lain menunjukkan bahwa infus glukose pada
wanita hamil sebelum dimulainya persalinan gagal menyebabkan peningkatan
sekresi insulin1. Kadar insulin pankreas meningkat dari < 0,5 U/g pada
minggu ke 7-10 menjadi 4 U/g pada minggu ke 16-25 kehamilan, dan pada
umur kehamilan mendekati aterm meningkat menjadi 13 U/g. Kadar ini lebih
tinggi dibandingkan kadar insulin pankreas orang dewasa yang berkisar 2
U/g1. Hal yang sama untuk kadar glukagon pankreas yang juga meningkat
sesuai peningkatan umur kehamilan, dimana kadarnya berkisar 6 ug/g pada
pertengahan umur kehamilan. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan pada orang
dewasa yang berkisar 2 ug/g 1

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukanfungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankanhomeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapatdibedakan dengan karakteristik tertentu.Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membatumensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual
dan reproduksi.
B. Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar ,seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arief, M. Rudyanto. (2011), Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP
& 13 MySQL, Andi, Yogyakarta. Darsono, agustinus. ( 2011 ),
2. Hotel Front Office, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Febrian.
Jack (2007)
3. Kamus Komputer & Teknologi Informasi.Informatika. Informatika, Bandung
Hanif Al Fatta.(2007)
4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta Jogiyanto.
(2007)

Anda mungkin juga menyukai