KOHERENSI
SRI SUMARNI
Kohesi
adalah hubungan di antara kalimat dalam sebuah wacana, baik dari segi
gramatikal (tata bahasa) maupun dari segi tingkat leksikal (kosa kata).Konsep
kohesi mengacu pada hubungan unsur teks yang disebutkan sebelumnya, dengan
yang disebutkan sesudahnya (Zaimar dan Harahap, 2009). Suatu wacana
dikatakan kohesi jika unsur bahasanya saling merujuk dan berkaitan secara
sistematis. Dengan kohesi, setiap kata atau kalimat dalam wacana saling mengikat
secara harmonis dan wajar. Dalam hubungannya dengan Koherensi, maka kohesi
merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi
Piranti (=sarana/alat) Kohesi
Piranti kohesi dalam sebuah wacana mencakup kohesi gramatikal dan
kohesi leksikal.
1) Kohesi gramatikal
artinya kepaduan hubungan semantis (makna) antar unsur yang ditandai alat bahasa yang
digunakan. Kohesi gramatikal dapat berwujud referensi (pengacuan), subtitusi
(penggantian/penyulihan), elipsis (pelesapan), konjungsi (penghubungan), inversi (pembalikan),
dan pemasifan kalimat
Pengacuan (Referensi), satuan bahasa yang mengacu pada satuan bahasa lain yang mendahului
atau mengikutinya.Contoh : - Keluarga itu berniat membangun rumah. Sudah lama sekali mereka
menumpang dirumah saudaranya.→keluarga itu , mereka, dan -nya merupakan pengacuan (kata
ganti orang)
Substitusi (penyulihan) adalah hubungan antar kata dan kata lain yang digantikannya. Suatu kata
dapat digantikan oleh kata lain untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghindari penyebutan
berulang. Contoh : - Arloji yang saya beli kemarin rusak, tapi untungnya itu bisa cepat diganti.
→Substitusi Nominal , kata itu menggantikan frasa nominal arloji yang saya beli kemarin.
- Mereka bekerja keras. Kami juga begitu.→ Substitusi verbal, karena kata begitu menggantikan
frasa verbal bekerja keras.
Elipsis (Pelepasan) adalah penghilangan unsur (subjek, predikat, objek, atau
keterangan) pada sebuah struktur secara sengaja untuk mengefektifkan kalimat.
Contoh : - Budi seketika terbangun, Budi menutupi matanya karena silau, Budi
mengusap muka dengan saputangannya, lalu Budi bertanya, “Di mana ini?”→
menjadi : Budi seketika terbangun., menutupi matanya karena silau, mengusap
muka dengan saputangannya, lalu bertanya, “Di mana ini?”
Konjungsi(penghubungan) :menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang
lain dalam wacana. Contoh : - Relawan tim Alpha membebaskan sandera dengan
senjata. Para duta besar membebaskan sandera dengan diplomasi
politik.→Relawan tim Alpha membebaskan sandera dengan senjata sedangkan
para duta besar dengan diplomasi politik.( “sedangkan” adalah konjungsi)
Inversi (Pembalikan) :Pembalikan susunan DM (diterangkan-menerangkan).
Contoh : - Kemarin saya pergi ke Yogya. Di sana saya membeli buku.
→normalnya: Saya membeli buku di Yogya.
b) Sinonim, berfungsi untuk menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan Bahasa tertentu
dengan satuan Bahasa yang lain dalam wacana. Contoh ; - Saya sudah terima bayaran. Gajiku naik.
- Tina adalah sosok wanita yang pandai bergaul. Betapa tidak. Baru pindah dua hari ke sini, dia
sudah bisa beradaptasi dengan baik.
- Gunakan landasan teori yang tepat untuk memecahkan
Antonim, satuan bahasa yang maknanya berlawanan atau beroposisi. Contoh : -
Hidup dan matinya perusahaan tergantung dari usaha kita. Jangan hanya diam
menunggu kehancuran, mari kita mencoba bergerak dengan cara lain.
Koherensi adalah kepaduan gagasan, fakta, idemenjadi suatu untaian yang logis
sehingga pesan yang dikandung dalam wacanamudah memahami. Bila
suatuwacana tidak memiliki koherensi, maka akan menjadi tidak logis, tidak ada
keterkaitan/keterhubungan makna antar kalimat agar menjadi kalimat yang utuh
dan logis.Jadi dalam wacana koherensi, kalimat yang dihasilkan mempunyai
hubungan satu sama lain.
Jika kohesi berkenaan dengan perpautan bentuk, maka koherensi berkenaan
dengan perpautan makna. Meskipun kohesi dan koherensi umumnya berpautan,
bukan berarti bahwa kohesi harus ada agar wacana menjadi koheren. Ada wacana
yang ditinjau dari segi teks nya kohesi, tetapi tidak koheren. Demikian juga
sebaliknya, ada wacana yang ditinjau dari segi teksnya tidak kohesi, tetapi
koheren.
‘Dengan bantuan pemerintah pejabat itu membeli Mazda baru. Mobil itu
berwarna biru. Biru tua menjadi idam-idaman warna mobil pemuda sekarang.
Modernisasi memang telah banyak mengubah keadaan dalam waktu singkat. Saat
ini manusia seakan-akan di persimpangan jalan. Jalan ke sorga atau ke neraka
rupanya tidak dipedulikan lagi. Sorga dunia dituntutnya dengan itikad neraka
yang penuh dengan kebobrokan’.
Pada contoh di atas tampak kekohesian pada Mazda-mobil; warna biru-biru tua;
sekarang- modernisasi; waktu singkat-saat ini; jalan-jalan; sorga-neraka-sorga
dunia. Akan tetapi, terdapatkekacauan perpautan antar kalimat sehingga sukar
menggambarkan wacana tsb menjadi sebuah wacana yang koheren.
Tujuan penerapan koherensi antara lain ialah agar tercipta wacana yang memiliki
sifat serasi, runtut, dan logis. Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan harmonis nya
hubungan antar kalimat dalam kesatuan wacana. Runtut artinya urut, sistematis,
tidak terputus-putus, tetapi bertautan satu sama lain. Sedangkan sifat logis
mengandung arti masuk akal, wajar, jelas, dan mudah dimengerti.
Jenis hubungan antar bagian dalam wacana Koheren :
1. Hubungan Sebab-Akibat
Kalimat pertama menyatakan sebab, sedangkan kalimat berikutnya menyatakan
akibat.
2. Hubungan Akibat-Sebab
Kalimat pertama menyatakan akibat, kalimat berikutnya menyatakan sebab
terjadinya/tindakan pada kalimat pertama.
3. Hubungan Sarana-Hasil
Kalimat kedua menyatakan sarana untuk perolehan yang dinyatakan pada kalimat
pertama.
4. Hubungan Sarana-Tujuan
Kalimat pertama menyatakan syarat untuk tercapainya apa yang dinyatakan pada
kalimat lain.
5. Hubungan Alasan-Tindakan
Kalimat pertama menyatakan alasan tindakan yang dinyatakan pada kalimat
berikutnya.
6. Hubungan Latar-Simpulan
Salah satu kalimat menyatakan simpulan atas pernyataan pada kalimat lainnya
7. Hubungan Kelonggaran-Hasil
Salah satu kalimatnya menyatakan kegagalan suatu usaha yang dinyatakan pada
kalimat lainnya.
8. Hubungan Syarat-Hasil
Salah satu kalimat menyatakan syarat untuk tercapainya apa yang dinyatakan
pada kalimat lainnya.
9. Hubungan Perbandingan
Kalimat pertama dibandingkan dengan yang dinyatakan pada kalimat berikutnya
10. Hubungan Parafrastis
Gagasan yang dinyatakan secara berbeda namun intinya maknanya tetap sama.
11. Hubungan Amplikatif
Gagasan yang dinyatakan pada kalimat pertama diperkuat atau ditegaskan dengan gagasan pada
kalimat berikutnya.
12. Hubungan Aditif
Gagasan yang dinyatakan pada kalimat pertama diikuti atau ditambah dengan gagasan pada
kalimat berikutnya.
13. Hubungan Identifikasi
Gagasan yang dinyatakan pada kalimat pertama didentifikasi dengan kalimat berikutnya. Berikut
penggunaan hubungan identifikasi dalam kalimat
14.Hubungan Generik-Spesifik
Kalimat pertama menyatakan gagasan umum atau luas, sedangkan kalimat berikutnya menyatakan
gagasan khusus atau sempit. Berikut penggunaan hubungan generik-spesiik dalam kalimat
15. Hubungan Generik-Spesifik
Kalimat pertama menyatakan gagasan umum atau luas, sedangkan kalimat
berikutnya menyatakan gagasan khusus atau sempit.
16. Hubungan Generik-Spesifik
Kalimat pertama menyatakan gagasan umum atau luas, sedangkan kalimat
berikutnya menyatakan gagasan khusus atau sempit. Berikut penggunaan
hubungan generik-spesiik dalam kalimat
17. Argumentatif (makna alasan)
Kalimat kedua menyatakan argumen (alasan) bagi pendapat yang dinyatakan pada
kalimat pertama.
Koherensi pada Setiap Jenis Wacana