Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

CARDIOTOCOGRAPHY
DALAM KEBIDANAN
( CTG )

Dosen Pengampu
Erna Widyastuti ,S.SiT,M.Kes

Di susun oleh :
Siti Sulistyowati
P1337424821056

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Fetomaternal, dengan judul “Makalah
Cardiotocography Dalam Kebidanan (CTG)”.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segela bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Karangrayung, Juni 2021

Siti Sulistyowati,S.Tr.Keb

ii
DAFTAR ISI

Judul
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Cardiotocography ............................................................................... 2
B. Indikasi Cardiotocography.................................................................................... 2
C. Syarat Pemeriksaan Cardiotocography................................................................. 3
D. Persiapan dan Pelaksanaan Cardiotocography ..................................................... 3
E. Cara Menginterpretasi Hasil Pemeriksaan Cardiotocography.............................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh
penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan
kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh
gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar,
persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan
tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk
kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini
jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam
menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan
kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat
segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan
mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami
kematian saat baru lahir.

B. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian Cardiotocography
b. Mengetahui indikasi Cardiotocography
c. Mengetahui syarat pemeriksaan Cardiotocography
d. Mengetahui persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan Cardiotocography
e. Mengetahui cara menginterpretasi hasil pemeriksaan Cardiotocography

1
BAB II
PEMBAHASA
N

A. PENGERTIAN CARDIOTOCOGRAPHY
Cardiotocography adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan
janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah
bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28
minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi. Cardiotocography merupakan
pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraanya (fetal-wellbeing). Dalam
Cardiotocography terdapat 3 hal yang di catat :
a. Denyut jantung janin
b. Kontraksi Rahim
c. Gerakan janin.
Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan
gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan
frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak
diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam
waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi
yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut
mungkin diperlukan.

B. INDIKASI CARDIOTOCOGRAPHY
Pemeriksaan Cardiotocography biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi,
dan indikasinya terdiri dari :
IBU JANIN
a. Pre-eklampsia-eklampsia a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Ketuban pecah b. Gerakan janin berkurang
c. Diabetes mellitus c. Suspek lilitan tali pusat
d. Kehamilan > 40 minggu d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi
e. Vitium cordis janin
f. Asthma bronkhiale e. Hidrops fetalis
g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
IBU JANIN
h. Infeksi TORCH g. Kelainan presentasi, termasuk
i. Bekas SC pasca versi luar.
j. Induksi atau akselerasi persalinan h. Mekoneum dalam cairan
Persalinan preterm. ketuban
k. Hipotensi. i. Riwayat lahir mati
l. Perdarahan antepartum. j. Kehamilan ganda
m. Ibu perokok.

C. SYARAT PEMERIKSAAN CARDIOTOCOGRAPHY


1. Usia kehamilan > 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer
(pada Cardiotocography terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik

D. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN CARDIOTOCOGRAPHY


1. Persiapan Pasien
a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik
ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
b. Kosongkan kandung kencing.
c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat
janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum
maksimum DJJ.
f. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah
kontraksi berakhir..
g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah
punktum maksimum.
h. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet
bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu
selama perekaman Cardiotocography.
i. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin
dicapai).
k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotocography.
l. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
m. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
alat pada tempatnya.
n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
o. Berikan hasil rekaman Cardiotocography kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap
kepada dokter.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan CTG
a. Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh
diberikan sedativa.
b. Prosedur pelaksanaan :
1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3) Dipasang kardio dan tokodinamometer
4) Frekuensi jantung janin dicatat
5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar buny
6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak
reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan
ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2
jam sarapan)
8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST
secara individual
E. CARA MENGINTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN CARDIOTOCOGRAPHY
REAKTIF TIDAK REAKTIF
1. Denyut jantung basal antara 120-160 1. Denyut jantung basal 120-160
kali per menit kali per menit
2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih 2. Variabilitas kurang dari 6 denyut
per menit /menit
3. Gerakan janin terutama gerakan multipel 3. Gerak janin tidak ada atau
dan berjumlah 5 gerakan atau lebih kurang dari 5 gerakan dalam 20
dalam 20 menit menit
4. Reaksi denyut jantung terutama 4. Tidak ada akselerasi denyut
akselerasi pola ”omega” pada NST yang jantung janin meskipun diberikan
reaktif berarti janin dalam keadaan rangsangan dari luar
sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian
5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM
pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe
yang lain diulang setiap minggu

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif.
Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti :
barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan
CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes
dengan kontraksi (OCT).
SINUSOIDAL HASIL PEMERIKSAAN ABNORMAL
(BAIK REAKTIF ATAUPUN NON
REAKTIF)

1. Ada osilasi yang persisten pada 1. Bradikardi


denyut jantung asal 2. Deselerasi 40 atau lebih di bawah
2. Tidak ada gerakan janin (baseline),atau djj mencapai 90dpm
3. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam yang lamanya 60 detik atau lebih
keadaan bahaya. Bila paru-paru janin Pada pemeriksaan ini sebaiknya
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini di dilakukan terminasi kehamilan
dapatkan pada keadaan isoimunisasi- bila janin sudah viable
RH.
atau pemeriksaan ulang
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang
setiap 12-24 jam bila janin belum
meragukan, hendaknya diulangi dalam
waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan viable.
pemeriksaan CST (Contraction Stress Test).
Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam
bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut
mungkin diperlukan.

Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai
1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang
dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis,
DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil CTG yang reaktif tidak menjamin bahwa
keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan
ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi
positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST
atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG).
Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau
terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk
menilai profil biofisik janin yang lainnya).

SAAT PERSALINAN
1. Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini
mendorong untuk melakukan seksio sesarea.
2. Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada
persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi
3. Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila
terdapat :

6
 Deselarasi lambat berulang
 Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)
 Pewarnaan mekonium
 Gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit )
 Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus >
18 jam)

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
CTG atau Cardiotocography adalah suatu alat kedokteran yang digunakan untuk
mengetahui gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin, seberapa jauh gangguan
tersebut, hingga akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Pemeriksaan Cardiotocography sangat penting untuk ibu hamil. Terutama kehamilan
yang disertai komplikasi seperti pre-eklamsia, ketuban pecah dini, kehamilan lebihdari 40
mg, diabetes, hipertensi,asma, tiroid,penyakit infeksi kronis dan komplikasi penyakit
lainnya.

B. SARAN
Untuk dapat memahami Cardiotocography (CTG) pada ibu hamil, kita harus sering
membaca dan memahami materi – materi dari sumber keilmuan yang ada ( buku,internet,
dan lain – lain) agar lebih mudah paham dan selalu ingat.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
AbarwatiA, E R , Sunarsih,T. 2011. KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
https://www.halodoc.com/kesehatan/cardiotocography-ctg
http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/Cardiotocography.html

Anda mungkin juga menyukai