Anda di halaman 1dari 23

Metode pembelajaran klinik merupakan salah satu

metode mendidik peserta didik di klinik yang


memungkinkan pendidik dan memilih dan
menerapkan cara mendidik yang sesuai objektif
(tujuan) dan karakteristik individual peserta didik
berdasarkan kerangka konsep pembelajaran.
BST

Bedside Teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung


didepan pasien dimana pembelajaran mengaplikasikan
kamampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara integrasi.
Bedside Teaching merupakan metode mengajar kepada peserta
didik, yang aktivitasnya dilakukan disamping tempat tidur klien
dan meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan
kebidanan yang dibutuhkan klien
Keuntungan Bedside Teaching

bedside teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan


klinik. Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain
1) Observasi langsung.
2) Menggunakan seluruh pikiran.
3) Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
4) Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.
5) Memperagakan fungsi :
a) Perawatan
b) Keterampilan interaktif:
Kekurangan Bedside Teaching

1) Gangguan (misalnya ada panggilan telepon/HP


berdering).
2) Waktu rawat inap yang singkat.
3) Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.
4) Tidak dapat mengacu pada buku.
5) Pelajar lelah
Hambatan Bedside Teaching

1) Pasien merasa tidak nyaman.


2) Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak
stabil.
3) Pasien tidak ada di tempat.
4) Pasien salah pengertian dalam diskusi.
5) Pasien tidak terbuka.
6) Pasien tidak kooperatif atau marah.
Perbedaan BST dan Choacing

 Keterampilan bedside teaching diterapkan di beberapa situasi di


mana ada pasien.
 melakukan komunikasi dan pengamatan langsung
COACHING

Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi


kerja dimana ada seorang yang mendampingi, memberikan
tantangan, menstimulasi dan membimbing untuk terus
berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu
prestasi yang diharapkan. Seseorang yang
melakukan coaching disebut coach dan orang
yang dicoaching disebut coachee.
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat
meningkatkan kinerja individu dan organisasi, keseimbangan
yang lebih baik antara pekerjaan dengan kehidupan,
motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri yang lebih baik,
pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan
pelaksanaan manajemen perubahan.
Teknik
Tahap Orientasi
 Tahap ini merupakan tahap perkenalan dan tahap pengkondisian agar
tercipta suasana yang saling mempercayai.
Tahap Klarifikasi
 Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan. Masalah yang akan
dipecahkan diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan juga
permasalahan mana yang akan dipecahkan terlebih dahulu.
Tahap Pemecahan (Perubahan)
 Pada tahap ini coachee dengan bantuan coach berusaha mencari solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi. Coachberusaha memberikan saran
dan alternatif-alternatif, namun coachee sendirilah yang harus
mengembangkan solusi permasalahan yang dihadapi.
Tahap Penutup
 Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah
dicapai coachee dari proses coaching. Hal-hal yang pada tahap
pendahuluan disepakati untuk diubah atau diperbaiki akan dinilai apakah
tujuan tersebut telah tercapai atau belum.
Keuntungan Coaching
a. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan
minatnya
b. Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode penilaian
termasuk observasi
c. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta
d. Coaching lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training
kelompok
e. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan
keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus menerus
dan personal
Kerugian:
1. Tidak memberikan peluang adanya sentuhan humanis
2. Jika atasan tidak kompeten akan memberikan pengarahan
yang justru salah
3. Jika dilakukan dalam keadaan yang benar dapat
mengakibatkan hubungan secara pribadi
Evaluasi praktik klinik merupakan sebuah proses untuk
menentukan tercapai tidaknya kompetensi mahasiswa dalam
praktik. Evaluasi dibutuhkan untuk peningkatan dalam
pembelajaran klinik atau berfungsi sebagai penilaian
formatif.
OSCE
suatu metode untuk menguji kompetensi klinik secara objektif dan terstruktur dalam bentuk
putaran stase dengan waktu tertentu.

Objektif Objektif

Objektif karena semua mahasiswa karena yang diuji keterampilan klinik tertentu
diuji dengan ujian yang sama dengan menggunakan lembar penilaian tertentu.

Selama ujian peserta berkeliling melalui beberapa stasiun yang berurutan. Pada masing ‐ masing stase
ada suatu tugas atau soal yang harus dilakukan/ demonstrasikan atau pertanyaan yang harus dijawab.
Peserta akan diobservasi oleh penguji. Pada beberapa stasiun peserta juga dapat diuji mengenai
kemampuan menginterpretasi data atau materi klinik serta menjawab pertanyaan lisan. Setiap stase
dibuat seperti kondisi klinik yang mendekati senyata mungkin. Dalam OSCE penilaian berdasar pada
keputusan yang sifatnya menyeluruh dari berbagai komponen kompetensi. Setiap stase mempunyai
materi uji yang spesifik. Semua peserta diuji terhadap materi klinik yang sama. Lamanya waktu untuk
masing-masing stase terbatas.
Komponen OSCE

 Soal Ujian
 Penguji dan teruji
 Pasien Standar (PS) / Probandus
 Peralatan ujian
 Sarana dan Prasarana
Kompetensi yang di nilai

 Kemampuan anamnesis
 Kemampuan pemeriksaan fisik
 Penegakan diagnosis
 Tatalaksana
 KIE pada pasien
 Perilaku professional
Kelebihan OSCE

 Penekanan pada pengkajian kinerja ketrampilan dibandingkan


pengetahuan teoritikal mahasiswa
 Mahasiswa dicermati lebih baik ketika melakukan tugas dibandingkan
acuan asesman pada hasil yang di laporkan
 Penguji mempunyai kontrol yang lebih baik pada sejumlah besar isi
 Rentang ketrampilan klinik lebih luas bisa diuji pada periode waktu
yang singkat
 Variabel klien dan penguji dapat dihindari
 Memungkinkan umpan balik
 Kesalahan pembelajaran bisa dikoreksi lebih efektif
Kekurangan OSCE

 Hanya bagian-bagian pengetahuan yang diujikan & bukannya pendekatan


keseluruhan pada manajemen pasien
 Penguji yang mengamati mahasiswa berulang kali melakukan tugas yan sama
 Pasien kadang sukar diperiksa atau ditanya berulang kali tentang hal yang
sama
 Melakukuan pengorganisasian & waktu yang lebih banyak dalam membina
sistem
Perbedaan

 OSCE :
Menguji keterampilan mahasiswa secara komprehensif meliputi aspek kognitif,
psikomotor dan afektif dan dilakukan hanya ke probandus atau phantom. Dilakukan
penilaian sesuai dengan daftar tilik yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan
standar dari institusi.

 DOPS :
Penilaian lebih komprehensif hanya kepada satu pasien secara langsung dan ada
umpan balik dari pembimbing ke mahasiswa agar keterampilan yang sudah dilakukan
lebih ditingkatkan.

 MINI CEX :
Diobservasi secara bertahap sesuai dengan keterampilan yang dilakukan serta
dilakukan pada satu kasus yang diobservasi selama beberapa hari. Pada akhir
dilakukan evaluasi dan umpan balik oleh pembimbing tentang kemajuan dalam
melakukan observasi.
MINI CEX
Mini Cex adalah salah satu metode penilaian yang dirancang
untuk mengukur performa peserta didik dalam pendidikan
tahap klinik. Penilaian Mini Cex dilakukan oleh seorang
penilai yang sudah dilatih terhadap peserta didik yang
berinteraksi langsung dengan pasien, yang terdiri dari tujuh
komponen yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik,
profesionalisme, clinical judgment, keterampilan konseling,
organisasi atau efisiensi dan penilaian secara keseluruhan.
1. Menilai peserta didik pada level“does” piramid Miller.
2. Menggunakan pasien yang sebenarnya sehingga biaya lebih
murah dibandingkan dengan menggunakan pasien simulasi.
Selain itu peserta didik juga memiliki pengalaman untuk
melihat gejala dan tanda penyakit tertentu pada pasien yang
mungkin tidak bisa disimulasikan.
3. Menggunakan beberapa jenis kasus, sehingga penilaian
performa mahasiswa dapat dilakukan pada berbagai kasus.
4. Jumlah penilai lebih dari satu dan keputusan penilaian tidak
oleh satu orang penilai. Hal ini akan meningkatkan reabilitas
instrumen mini cex.
5. Peserta didik mendapatkan feedback dari beberapa penilai
untuk
meningkatkan performanya
6. Mini cex dilakukan beberapa kali, sehingga memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk dapat meningkatkan
performanya.
7. Dilakukan pada berbagai setting, sehingga memberi pengalaman
pada peserta didik untuk melayani pasien pada berbagai setting.
1. Mini cex kurang tepat dalam menilai attitude walaupun ada item
profesionalisme, sehingga ada institusi yang telah mengembangkan Professional
Mini Evaluation Exercise (P-mex).
2. Sangat tergantung pada jenis kasus yang ditemui pada saat melaksanakan
kegiatan, jika kasus kurang, maka kesempatan mahasiswa untuk menemui kasus
yang variatif juga kurang.
3. Feedback yang diberikan.
4. Waktu memberikan feedback terbatas karena hanya disediakan waktu 15-20
menit untuk setiap sesi mini cex.
5. Observasi berulang yang dilakukan untuk ujian formatif akan
memberikan bias, jika penilai yang sama terlibat dalam penilaian sumatif
yang dapat membuat instrumen ini menjadi kurang reliabel.
6. Kurang holistik dibandingkan ujian long case.

Anda mungkin juga menyukai