Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SKRINING PRAKONSEPSI

Disusun:
ANGGI PUSPITA SARI
DIAN PERMATASARI DAULAY
LATIFAH HANUM NASUTION
MIFTAHURRAHMAH HUSNI
MUJAHIDAH ULFA
NIA KHAIRIAH
NIRWANA MAIBANG
RIZKA AULIA ZEIN
SELA MEILANI PUTRI

DOSEN PENGAMPU : SADDIYAH RANGKUTI, SST.,M.Kes


PROGRAM STUDY SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SUMATRA UTARA
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI ) di Indonesis merupakan yang terunggi di ASEAN yatu 359
per l00.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1000 kelahiran hidup. AKI dan
AKB merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat. Data AKI danAKB jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya memang telah mulai menurun, namun belum menunjukkan hasil yang
signifikan bila dibandingkan salah satu target Millennium Development Goals (MDGs) yang lalu yaitu
untuk menurunkan AKI sampai 102 pcr 100.000 kelahiran hidup dan AKB 34 per 1.000 kelahuran pada
tahun 2015. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya menurunkan AKI dan
AKB, namun demikian tetap diperlukan upaya akselerasi pencapaian target Kesehatan Ibu dan Anak.
(SDKI.2012).

Salah satu cara untuk menurunkan AKI adalah perawatan kesehatan yang dimulai sebelum
konsepsi yakni saat masa remaja. Perawatan kesehatan pra konsepsi mengacu pada intervensi biomedis.
perilaku dan preventif sosial yang dapat meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat (WHO,
2013). Serangkaian intervensi tersebut bertujuan mengintervensi dan memodifikasi resiko biomedis,
perilaku, dan sosial yang berkaitan dengan keschatan perempuan serta hasil kehamilannya nanti. masa pra
konscpsi yaitu masa sebelum konsepsi dan masa antara konscpsi yang dapat dimulai dalam jangka waktu
dua tahun sebelum konsepsi atau bahkan dengan tingginya AKI dan AKB asuhan pra konscpsi oleh
Kemenkes RI dimulai scjak masa remaja atau biasa discbut periode distal (Wulandari, 2017. Yulirawuti,
2016).

Masa kehamilan merupakan masa yang dinantikan olch pasangan suami istri setelah pernikahan.
Namun banyak pasangan suami istri yang tidak mempersiapkan keschatan diri dalam kesehatan
reproduksinya. Mereka mengagap kehamilan dan mempunyai anak adalah hal yang alami yang tidak
perlu persiapan keschatan secara khusus. Kesehatan prakonscpsi dapat berubah dan meningkat maka
membutuhkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, tonnga keschatan dan pembuat
kebijakan (Johnson. 2008). Padahal kualitas keschatan suatu bangsa dimulai pada saat masa prakonscpsi.
Kegiatan skrimng prakonsepsi ini merupakan kegiatan yang terus dikembangkan untuk meningkatkan
kesehatan prakonsepsi dan perawatan keschatan sebagai pendekatan baru untuk meningkatkan hasil
kehamilan untuk ibu dan bayi. Untuk itu diperlukan kebijakan di komunitas untuk memberikan dukungan
untuk program perawatan kesehatan sebelum terjadinya konpsi, yang bertujuan agar akses wnita subur
untuk meningkatkan kesuburan dan kehamilan sehingga derajat kesehatan dapat meningkat.
(Johnson,2008).

B.   Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan Skrining Prakonsepsi?


2.    Apa yang dimaksud dengan potensi untuk mewarisi penyakit genetik pada skrining prakonsepsi?

3. Apa itu Status gizi pada skrining pra konsepsi?

4. Apa itu kondisi medis pada skrining prakonsepsi?

5.Apa itu pemaparan terhadap penyakit menular dan status vaksinasi pada prakonsepsi?

6.Apa itu masalah psikososial pada prakonsepsi?

C.   Tujuan

1.    Untuk mengetahui apa itu skrining prakonsepsi

2.    Untuk mengetahui potensi untuk mewarisi penyakit genetik pada skrining prakonsepsi

3.    Untuk mengetahui status gizi pada skrining pra konsepsi

4. Untuk mengetahui kondisi medis pada skrining prakonsepsi

5. Untuk mengetahui pemaparan terhadap penyakit menular dan status vaksinasi pada prakonsepsi

6. Untuk mengetahui masalah psikososial pada prakonsepsi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.   Pengertian Skrining Prakonsepsi

1.   Skrining Prakonsepsi

S krining pra konsepsi atau disebut juga perawatan prakonsepsi adalah serangkaian intervensi yang
bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial yang berkaitan dengan
kesehatan wanita serta hasil kehamilan nantinya. Skrining prakonsepsi dilakukan sebagai langkah
pertama untuk memastikan kesehatan calon ibu serta calon unuk sedini mungkin, bahkan sebelum proses
pembuahan terjadi (CDC.2000) Yang termasuk dalam Perawatan masa prakonsepsi yaitu pada masa
sebelum konsepsi dan masa anatara konsepsi yang dapat dimulai dalam jangka waktu dua tahun sebelum
konsepsi. (WHO, 2013)

Manfaat skrining pra konsepsi :

 Bagi seorang wanita, skriining para nikah tidak hanya sekedar untuk merencanakan kehamilan.
tetapi untuk menjaga dan memilih kebiasaaan untuk hidup sehat.
 Bagi seorang laki laki. skrining pra nikah berguna untuk memilih untuk menjaga tetap sehat dan
membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama, dan sebagai mitra wanita berarti
mendorong dan mendukung kesehatan pasangannya dan jika menjadi seorang ayah, ia akan
melindungi anak-anaknya. Jadi kesehatan prakonsepsi adalah tentang menyediakan diri sendiri
dan orung yang Anda cintai dengan masa depan yang cerah dan sehat.
 Bagi bayi. skrining pra nikuh akan membuat orung tua melaksankan hidup sehat sebelum dan
selama kehamilan sehingga akan melahirkan bayi tanpa cacat atau kendasan yang tidak normal
lainnya dan memberi kesempatan pada bayi terhadap bayi untuk memulai kehidupannya dnegan
sehat.
 Bagi keluarga. skrining pra nikah akan menciptakan keluarga yang schat dan akan menciptakan
kualitas keluarga yang lebig baik dimasa yang akan datang. (CDC, 2006)   

2.  Potensi Untuk Mewarisi Penyakit Genetik Pada Skrining Prakonsepsi

Konseling genetik merupakan suatu proses pemberian informasi tentang aspek genetik dari suatu
penyakit yang diberikan oleh tenaga terlatih kepada mereka yang mempunyai risiko tinggi atau kepada
mereka yang memiliki gangguan-gangguan yang bisa diwariskan kepada keturunannya. Seorang pemberi
konseling gencuk (konselor genetik) dapat menjelaskan bagaimana kelainan/ gangguan ini diwarisi oleh
orangtua pada anak, risiko kemungkinan berulang : ditujukan kepada pasien, keluarga mereka dan tenaga
medis yang secara langsung memberikan pelayanan kepada mereka, dan memberikan dukungan kepada
pasien dan keluarga yang mengalami penyakit Bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga yang
memiliki gangguan genetik, konselor genetik dapat menjelaskan risiko yang akan mereka hadap: nanti,
yaitu memiliki bayi yang mempunyai kondisi yang sama dengan mereka dan bagaimana kondisi nantinya
akan mempengaruhi si anak.

Konselor genetik memberikan informasi temang faktor risiko dan menjelaskan tes genetika yang
tersedia. Seorang individu atau pasangan dapat menggunakan informasi ini untuk membantu mereka
dalam membuat keputusan untuk menjadi orangtua. Bagi orang-orang yang berhubungan dengan mereka
yang mempunyai riwayat keturunan, konselor genetik dapat:

 Memberikan informasi komplit dan akurat tentang gangguan-gangguan yang spesifik.


 Menentukan pasangan-pasangan yang berisiko memiliki anak dengan gangguangangguan
tertentu.
 Memberikan informasi tentang perneriksaan yang dapat menjelaskan bahwa bayi memiliki
gangguan sebelum atau setelah lahir.

Pada konseling genetik, konselor menanyakan individu atau pasangan beberapa pertanyaan tentang
riwayat keluarga dan riwayat modis. Ia juga menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat
mengsdentufikasi beberapa permasalahan ( prenatal atau pemeriksaan darah). Konselor menjelaskan
bagaimana proscs terjadinya kelainan tersebut, ia juga membicarakan tentang risiko penurunan kondisi
tersebut pada anak. Pemeriksaan fisik oleh medical genetic menjadi bagian dari kegiatan konseling
genetic. Ahli genetik ini bisa menyarankan beberapa tes untuk membantu dalam menegakkan diagnasis.

Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan olch seorang konsclor dalam melakukan konseling
terhadap kelurga yang bermasalah :

 Memperkirakan resiko pada aggota keluarga yang lain, atau anak berikutnya, yang akan
terpengaruh oleh kondisi. Bagaimanapun mereka harus diyakinkan untuk mengikuti konseling
genetic dalam menemukan keadaan-keadaan yang sepertinya tidak terjadi dalam keluarga
mereka.
 Mendiskusikan dampak dan pengaruh yang mungkin terjadi pada individu atau keluarga dalam
suasana yang mendukung. Informasi verbal dan tertulis mengenai kondisi mereka diberikan untuk
membantu mereka dalam menanggapi beberapa isu yang mungkin muncul dari diagnosis yang
telah dibuat tentang kondisi genetik.
 Mendiskusi bila terdapat pemeriksaan prenatal yang sesuai dan pilihan-pilihan lainnya untuk
memastikan bahwa keputusan yang dibuat terscbut berdasarkan data dasar.
 Jika kondisi genetik ini diidentifikasi melalui diagnosis prenatal, konscling genctik menjadi
sarana yang menyediakan informasi langsung dan dcngan demikian keputusan dapat dibuat
sehubungan dengan kelanjutan kehamilan.

 Pada mereka yang telah terpapar zat teraogcnik (kimia, obat-obatan, radiasi, medikasi atau gen
lingkungan lainnya yang dapat menimbulkan cacat lahir) Konseling genetic memberikan
kesempatan untuk memperoleh informasi dan dukungan. Mendiskusikan dan menyusun
pemeriksaan genetik pada mcreka yang caricr, yang diprediksikan dan mereka yang belum
memperlihatkan gejala.

Gaya Hidup

Memberikan konseling prakonsepsi sangat penting bagi calon pasangan pengantin yang akan
merencanakan kehamilan dan berkeluarga. Salah satu faktor yang penting untuk digali dalam konseling
adalah gaya hidup. Bagaimana gaya hidup dari calon pengantin tersebut, apakah memiliki gaya hidup
yang baik seperti rajin berkonsultasi, memilih asupan makanan yang sehat dan bergizi dan tidak memiliki
riwayar penyakit kronis. Atau calon pengantin memilki gaya hidup yang tidak baik seperti, meroko,
minum alkohol, minum obat-obat terlarang, tidak menjaga kesehatan tubuh, tidak menjaga asupan asupan
dan lainya. Hal ini sangat berpengaruh saat pasangan melakukan perencanaan kehamilan. Bisa saja terjadi
hal yang tidak diinginkan karena gaya hidup yang salah atau tidak sehat.

Salah satu tujuan diberikannya skrining prakonsepi adalah untuk mempromosikan gaya hidup sehat
guna mempersiapkan wanga untuk menghadapi kehamilan. Karena banyak dari pasangan suami istri yang
memikirkan gaya hidup mereka apakah sehat atau tidak sehingga menimbulkan efek kemauan pada ibu
atau bayi karena kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi kehamilan dan persalinan nantinya.
(Lusiana,dkk,2017)

Gaya hidup tidak sehat akan menimbulkan banyak efek negatif dari dalam tubuh wanita itu sedniri
atau respon dari lingkungan tempat tinggal Karena hal ini akan terbawa hingga pasangan memiliki anak
dan berpengaruh terhadap pemberian pendidikan yang diberikan dari keluarga. (Lusiana.dkk.2017)

Pengaruh gaya hidup sehat seperti memilih dan memperhatikan asupan makanan sangat baik untuk
masa perkembangan janin di perut ibu saat masa kchamulan. Dengan begitu janin akan memiliki asupan
yang tercukupi sehingga perkembangan janin akan berjalan dengan sempurna dan janin akan tumbuh
dengan sempurna hingga waktu lahir. Dengan memperhatikan makanan yang sehat ini akan membentuk
anak yang cerdas dan sehat sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.
Keluarga Berencana Dalam melakukan skrining pranikah atau dapat disebut dengan suscatin/ pendidikkan
pra nikah yang bertujuan untuk memberikan penyuluhan kepada calon pengantin tentang cara
membangun keluarga berdasarkan agama, kesehatan, dan pembinaan keluarga yang berkualitas yang
dilindungi oleh undang-undang.

Salah satu lembaga yang ditugaskan untuk mengawal program pendidkkan pranikah ini adalah
BKKBN yang akan melakukan pemberdayaan kepada para penyuluh keluarga berencana (PKB) atau
penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB) yang bertanggung jawab memberikan edukasi tentang
pentingnya keluarga berncana (KB).

Pendidikan keluarga berencana ini dilakukan dengan berbagai cara dan beberapa pilihan materi
yang identik dengan program keluarga berencana, sebagai berikut :

a. 4T adalah sebuah program yang memberikan materi dengan mcmbcri gambaran akan pentingnya
membangun sebuah keluarga dengan kalan menghundari 4 T yaitu : Terlalu muda untuk hamil
(belumberusuia 18 tahun), Terlalu tua untuk hamil (Usia diatas 35 tahun), Terlalu sering hamil/jumlah
anak yang banyak (lebih dari 4 anak), Terlalu dekat jakar kehamilannyaijarak kehamilan kurang dari 2
tahun).

b. PUP adalah sebuah program yang akan membenkan gambaran bagaimana membangun keluarga
dengan konsep ketahanan keluarga serta mampu mencntukan jumlah dan jarak kelahiran sehingga mampu
mensiptakan keluarga kecil, yang bahagia dan sejahtera.

c. Tribima (Bina keluarga Balaa, Bina keluarga Remaja dan bma keluarga Lansia) adalah sebuah
pcogram yang harus diketahui oleh calon pengantin bagaimana sebuah keluarga memperlakukan seorang
bayi. Remaja dan lansia hingga bagaimana peran keluarga dapat membangun pengetahuan dan
keterampilan orang tua dan keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang baik secara fisik ,
motorik, kecerdasan emosional dan sosial ekonomi dengan sebaik-baiknya kepada balita dan anak remaja.
Selain itu tribina ini juga meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kepedulian dan peran keluarga
dalam mewujudkan masa usia lanjut yang produktif, mandiri dan bermanfaat bagi keluarga dan
lingkungan masyarakat.(Thoufan.2019) Menurut (sarwono.2016).

Keluarga berencana adalah salah satu dari 4 pilar program safe motherhood initiatiative yang
bertujuan untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki informasi dan pelayanan untuk
merencanakan saat, jumlah dan jarak kehamilan yang harus direncanakan sejak calon pengantin
menyiapkan pernikahan dan perencanaan keluarganya.

Dengan adanya keluarga berencana ini diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) dimana tiap menit, tiap hari di suatu tempat di dunia terdapat ibu
meninggal yang disebabkan oleh komplikasi persalinan, yang seharusnya dapat dicegah dengan
melakukan program perencanaan dengan baik.
Pembangunan di bidang kependudukan di Indonesia dinilai cukup berhasil dalam menurunkan
angka kelahiran dan angka kematian dan menaikkan angka harapan hidup. Berkat program KB ini
menjangkau ke seluruh lapisan baik oleh masyarakat desa dan kota dengan keluarga berencana.
Kebijakkan yang mempengaruhi variabel kependudukkan misalnya pelaksanaan vaksinasi kepada bayi
dan bahta untuk mengantisipasi berbagai jenis penyakit bayi/bakta yang dapat menekan angka kematian
bayi, termasuk kebijakkan yang mempengaruhi secara tidak langsung, dengan alat kontrasepsi dapat
menghindari kelahiran dalam jangka waktu dekat.

Program kebijakkan Kb di Indonesia merupakan “beyond the family palnning sialah sebuah
kegiatan yang mengjangkau lebih dari keluarga berencana saja, tetapi termasuk menjaga kesehatan ibu
dan anak, perbaikkan gizi, meningkatkan penghasilan yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
( Sudarsono.2000) .

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya yang dilakukan untuk pengaturan keturunan. Dan
penjarangan kelahiran atau usaha untuk mencegah kehamilan sementara atau untuk selamanya
sehubungan dengan situasi dan kondisi tertentu, baik keluarga yang bersangkutan maupun untuk
kepentingan masyarakat dan negara. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa KB adalah salah satu
cara untuk pembatasan atau mencegah kelahiran, tetapi merupakan upaya pengaturan rencana kelahiran
anak melalui suatu cara atau dengan menggunakan alat yang dapat mencegah kehamilan.

 Berat barat dapat berpengaruh terhadap kesuburan calon ibu karena jika calon ibu kelebihan
berat badan dapat terjadi ketidaksinambungan hormon yang menyebabkan tingkat kesuburan
menurun. Resiko lain jika terjadi kelebihan berat badan yaitu tingkat terjadinya diabetes cukup
tinggi, bahkan calon ibu akan beresiko terkena pre-eklamsia (gejala keracunana kehamilan). Saat
persalinan, kelebihan berat badan dapat mempersulit kelahiran. Sebaliknya, jika calon ibu terlalu
kurus kesuburan juga akan berbengaruh, gangguan keseimbangan hormon dan ketidak teraturan
haid. Agar Proses ovulasi terjadi, tubuh calon ibu biasanya membutuhkan hormon estrogen. Agar
hormon ini diproduksi oleh tubuh maka berat badan tubuh akan bertambah sekitar 25kg dari
bobot berat badan normal calon ibu.

 Rongga panggul Pemeriksaan ini akan mendeteksi, apakah ada masalah pada organ reproduksi
calon ibu. Misalnya, kista indung telur yang menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan,
bentuk dan posisi rahim tertentu yang menghambat pembuahan dan pertumbuhan janin.

 Pap Smear Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ada tidaknya kanker atau gangguan lain di Icher
rahim. Dilakukan tiga tahun setlah melakukan hubungan seks pertama kali. pasien akan tiduran
dikursi khusus dengan kaki di tumpangkan ke penahan kaki. Selanjutnya, vagina akan dibuka
dengan alat bernama spekulum. Bidan akan mengambil olesan jaringan dimulut raham. Olesan
iulah yang dikirim ke laboratorium untuk di analisa. Jika terdapat kelainan, maka harus
disembuhkan sebelum terjadinya kehamilan.

Masa prakonsepsi sangat penting dalam mempersiapkan kehamilan agar terjadi kehamilan yang
sehat dan aman. Dengan adanya skrining prakonsepsi ini akan terdeteksi secara dini penyakit apa yang
sedang diderita oleh pasangan yang sedang merencanakan kehamilan. Dan juga akan mengurangi Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang diakibatkan karena ketidaksiapan ibu untuk
masa kehamilan dan juga karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga tidak adanya
persiapan yang matang pada masa kehamilan, persalinan dan asuhan pada anak.

3.Status Gizi Prakonsepsi

Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup yang sehat, terutama bagi
pasangan yang akan membangun rumah tangga. Prakonsepsi terdiri atas dua kata, yaitu pra dan konsepsi.
Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan.
Secara harfiah prakonsepsi adalah periode sebelum terjadinya pembuahan yaitu pertemuan sel sperma
dengan ovum. Periode prakonsepsi memiliki rentangwaktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100 hari sebelum
konsepsi.

Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan pada masa sampai enam bulan pada masa
prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita prakonsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur(WUS) yang sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa
prakonsepsi kebutuhan gizi pada WUS tentunya berbeda dengan kelompok remaja,anak-anak maupun
lansia. Prasyarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan
sehat(Susilowati, dkk 2016).

Pentingnya Gizi Prakonsepsi

Gizi yang optimal pada masa prakonsepsi berperan sangat penting dalam proses pembuahan dan
kehamilan. Keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil sesungguhnya ditentukan jauh sebelumnya, yaitu
pada masa dewasa dan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau selamamenjadi wanita usia subur (WUS)
(Indriani dkk. 2013).

Kecukupan gizi ibu hamil akan mempengaruhi kondisi janin dalam tumbuh kembangnya selama
kehamilan, menurunkan risiko kesakitan pada bayi, menunjang fungsi optimal dari alat-alat reproduksi
dan meningkatkan produksi sel telur dan sperma yang berkualitas. Menurut Bappenas (2011) status gizi
janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil, bahkan status gizi ibu pada saat sebelum
hamil.Kurang gizi pada janin akan menyebabkan bayi berat lahir rendah(BBLR) karena sejak dalam
kandungan janin sudah mengalami kegagalan pertumbuhan (foetal growth retardation). Bayi dengan
kondisi kekurangan gizi apabila asupan gizinya tidak segera diperbaiki maka akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangannya, kondisi ini akan berlanjut sampai dewasa. Salah satu cara untuk
memutus siklus ini adalah dengan cara perbaikan gizi pada masa prakonsepsi (Susilowati dkk.
2016).Setidaknya ada dua alasan utama mengapa calon ibu harusmenjaga kondisi gizi sebelum hamil,
yaitu:
1. Gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi,seperti lancarnya proses
pematangan sel telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahannya
yang sempurna.
2. Gizi yang baik berperan penting dalam mempersiapkan cadangan nutrisi bagi tumbuh
kembang janin. Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang memengaruhi kondisi
kesehatan secara menyeluruh pada masa pembuahan (konsepsi) dan
kehamilan.Pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya mengonsumsi sumber makanan
yang bergizi selama masa prakonsepsi adalah satu penyebab kekurangan gizi pada calon
ibu. Kurangnnya pengetahuan dan kesadaran seimbang, pola makan yang tidak teratur,
konsumsi berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis makanan, konsumsi junkfood dan
diet berlebihan pada masa prakonsepsi harus dihindari sebelum terlambat(Susilowati dkk.
2016).
3. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi Wanita prakonsepsi adalah wanita yang sudah
memasuki usia dewasa, atau dapat dikatakan wanita usia subur (WUS). Kementerian
Kesehatan RI (2010) mengklasifikasikan rentang usia WUS adalah 15-49 tahun.
Kebutuhan gizi pada WUS tentunya mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
kebutuhan semasa bayi dan anak-anak (Arismandalam Patimah 2017). Gizi yang
mempengaruhi pada masa prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat,
beberapa kelompok vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti zinc,
besi,kalsium, dan omega-3. Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baikdari ibu
penting untuk perkembangan optimal janin. Konsumsi sumber makanan yang bervariasi
adalah penting sebelum pembuahan danselama kehamilan. Pola makan bergizi seimbang
akan mengatur secara proporsional keanekaragaman golongan makanan, baik dalam jenis
maupun jumlahsesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok WUS
(wanitaprakonsepsi).

Pola diet yang dianjurkan pada masa prakonsepsi terdiri atas sumber karbohidrat
kompleks, sayur dan buah, protein hewani, serta protein nabati. Makanan dan minuman
yang tinggi lemak hanya dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Berikut zat gizi yang perlu
diperhatikan dalammasa prakonsepsi agar calon ibu dapat memenuhi kecukupan gizinya:

a. Karbohidrat

Karbohidrat dapat memenuhi 55-75% dari total kebutuhan energy invidu. Karbohidrat
merupakan zat gizi yang paling berperan sebagai penyedia energi bagi ibu dan janin. AKG
2013 merekomendasikan bagi WUS atau wanita pranikah setiap harinya harus
mengonsumsi sekitar 309-340 gram karbohidrat untuk memenuhi glukosa bagi
perkembangan janin. Karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks karena
memiliki kadar indeks glikemik yang rendah (Fikawati, dkk 2015).
Karbohidrat dengan kadar indeks glikemik yang tinggi akan mengakibatkan tubuh lebih
cepat kenyang dan berdampak pada resiko kegemukan. Hal ini diakibatkan oleh tingginya
kadar gula sehingga akan terjadi penumpukan berupa lemak dalam tubuh. Lemak jahat
adalah TransFatty Acids (TFA), semakin tinggi kadar TFA maka akan semakin tinggi
risiko seseorang untuk terkena penyakit degeratif seperti Diabetes. Hal ini karena lemak
yang menumpuk akan menganggu sistem produksi hormone insulin tubuh serta dapat
merusak kualitas sperma pada pria. Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok
polisakarida (seperti nasi, jagung,sereal, umbian-umbian) dan disarankan membatasi
konsumsi monosakarida (seperti gula, sirup, makanan dan minuman yang tinggikadar gula)
(Susilowati, dkk 2016).

b. Protein

Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, protein tersusun oleh asam amino, dan salah satunya
adalah arginin. Arginin berfungsi memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah
kemandulan. Mengonsumsi sumber protein dapat membantu merangsang produksi hormon
estrogen pada wanita dimana hormon ini berfungsi untuk mengurangi peradangan serta
kram pada saat menstruasi. Selain itu protein berperan penting dalam pembentukan dan
pemeliharaan sel yang menunjang pertumbuhan janin, perbanyakan sel payudara, rahim
dan plasma. Protein juga dapat menjadi cadangan energi. Cadangan ini dipakai untuk
persiapan persalinan, masa sehabis melahirkan, dan menyusui. Sebaiknya 2/3 porsi protein
yang dikonsumsi berasal dari sumber protein yang bernilai biologi tinggi, yaitu bersumber
dari protein hewani, seperti daging, ikan, telur,susu dan hasil olahannya (Fikawati, dkk
2015).

c. Vitamin C

4. Vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan pembentukan sel telur. Selain
sebagai antioksidan (bekerja sama dengan Vitamin E dan β-karoten), vitamin C berperan
melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi
kesehatan sistem reproduksi.

d. Asam Folat (Vitamin B9)

Asam folat berperan pada masa pembuahan dan kehamilan trimester pertama. Kecukupan
asam folat terbukti dapat mengurangi bayi lahir dengan risiko kecacatan sistem syaraf
dengan neural tube defect (NTD) seperti spina bifida sebanyak 70%. Asam folat juga
dibutuhkan untuk pembelahan sel normal dan sangat penting selama periode pertumbuhan
dan perkembangan janin.

e. Vitamin B6

Defisiensi vitamin B6 akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan hormon. Padahal,


keseimbangan hormon estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Bersama
dengan asam amino vitamin B6 akan mensintesis Hemoglobin dan mengangkut oksigen oleh sel
darah merah. Kekurangan vitamin B6 akan menganggu pembentukan hem yang berdampak pada
terjadinya anemia (Schlenker,dkk dalam Patimah 2017). f. Vitamin D

Kekurangan vitamin D akan menurunkan kesuburan hingga 75% serta gangguan metabolisme
kalsium pada ibu dan janin. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan
matahari, selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju, minyak ikan, ikan tuna dan ikan
salmon.
g. Vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan sintesis DNA dan kematangan dari
hematopoesis yang menimbulkan peningkatan anemia, ditandai oleh sel darah merah lebih besar
dari pada ukuran normal (anemia makrositik), serta dapat berdampak pada perkembangan organ
janin yang abnormal yang nantinya akan berakibat cacat bawaan,jenis makanan yang mengandung
asam folat yaitu hati, sayuran hijau,kacang-kacangan, daging, jeruk dan telur (Fikawati, dkk 2015).

h. Vitamin A

Di dalam tubuh vitamin A digunakan untuk mensintesis Hb dan memobilisasi cadangan besi ke
jaringan tubuh untuk membangun sel darah baru (IHE Report dalam Patimah 2017). Kekurangan
vitamin A menyebabkan gangguan pengangkutan zat besi dari tempat penyimpanan di dalam tubuh
(hepar, sumsum tulang, sel-sel retikuloendithel) ke dalam sirkulasi dan konsekuensinya terhadap
hematopoietic jaringan tubuh. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki kadar Hemoglobin.
Kuning telur, hati dan mentega tergolong makanan yang banyak mengandung vitamin A. Selain itu,
sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning, terutama wortel, tomat, apel, nangka
juga merupakan sumber vitamin A (Fikawati, dkk 2015).

i. Vitamin E

Vitamin E berperan dalam stabilisasi membran sel darah merah,meningkatkan fungsi dan daya
tahan sel darah merah. Vitamin E yang tidak adekuat mengakibatkan dampak yang buruk pada sel
darah merah.Ketika PUFA dalam membran lipid darah dari sel darah merah terkena radikal bebas,
maka membran akan pecah, isi sel menghilang, dan sel menjadi rusak. Kehilangan sel darah merah
secara terus menerus dapat mengakibatkan anemia hemolitik (Schlenker, dkk dalam Patimah 2017).

j. Zinc

Zinc sangat penting bagi calon ibu karena dapat membantu produksi materi genetik ketika
pembuahan terjadi. Zinc berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga berkontribusi
untuk produksi ovum serta kesuburan pada wanita. Anemia karena kekurangan zat besi sering
terjadi bersamaan dengan kekurangan zink. Hal ini dikarenakan zink ikut berperan dalam proses
penyerapan dan tersedianya zat besi dalam tubuh. Makanan sumber zinc antara lain hasil laut,
kerang, daging, kacang- kacangan, dan produk olahan susu. (Schlenker, dkk dalam Patimah 2017).

k. Zat Besi

Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia dengan gejala lelah, sulit
konsentrasi, dan gampang infeksi. Zat besi (Fe) juga berperan dalam proses memperlancar ovulasi.
Ketika terjadi ketidakseimbangan besi akan menimbulkan gangguan perkembangan dari anemia
karena kekurangan zat besi yang merupakan rangkaian dari perubahan cadangan zat besi, transport
besi, akhirnya terhadap fungsi metabolik yang terkait dengan zat besi. Sumber makanan yang
mengandung zat besi adalah hati, daging, telur, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.

l. Kalsium
Kalsium sangat dibutuhkan pada masa sebelum kehamilan, karena simpanan kalsium yang cukup
akan mencegah kelainan tulang pada janin (Fikawati, dkk 2015). Selain itu kekurangan kalsium
dapat mengakibatkan janin mengambil persedian kalsium pada tulang ibu yang menyebabkan ibu
menderita kerapuhan tulang atau osteoporosis. Sumber kalsium berasal dari susu dan hasil
olahannya seperti keju, serta kacang- kacangan dan sayuran hijau. Fosfor Kecukupan zat fosfor
diperlukan agar pembuahan dapat berlansung dengan baik. Fosfor berhubungan dengan kalsium,
sebagian besar kedua zat gizi ini berbentuk garam kalsium fos fat di dalam jaringan keras tubuh
yaitu tulang dan gigi. Zat gizi ini bisa ditemui pada makanan berkalsium tinggi, seperti susu dan
ikan teri.

n. Selenium

Selenium berkontribusi terhadap terjadinya anemia melalui pemiliharaan konsentrasi optimal


glutation perioxidase yang merupakan antioksidan seleno-enzim penting dalam eritrosit. Glutation
peroxidase membantu melindungu hemoglobin melawan oksidasi (radikal bebas) dalam eritrosit
(Semba, dalam Patimah 2017).

o. Asam lemak Omega-3

Jenis asam lemak omega-3 yang sangat bermanfaat pada calon ibu adalah eicosapentaeonic acid
(EPA) dan docosahexaeonic acid (DHA). EPA dan DHA mampu menunjang fungsi otak, mata, dan
sistem saraf pusat sehingga penting bagi ibu pada masa kehamilan. Peningkatan konsumsi omega-3
terbukti dapat mencegah bayi lahir prematur dan dapat meningkatkan berat badan bayi saat lahir,
makanan yang menjadi sumber omega-3 adalah ikan dan makanan laut lainnya (Susilowati, dkk 2016).

4. Kondisi Medis Pada Skrining Prakonsepsi

Berikut ini adalah beberapa macam penyakit keturunan yang umum terjadi:

 Diabetes tipe 1

Penyakit diabetes tipe 1 menyebabkan penderitanya kekurangan hormon insulin. Penyakit ini
umumnya bersifat keturunan, dan sering terjadi sejak masa kanak-kanak. Tetapi ada juga diabetes tipe 1
yang terjadi pada usia dewasa.Risiko seorang anak terkena penyakit keturunan ini akan lebih tinggi jika
kedua orang tua kandungnya menderita diabetes tipe 1.

 Hemofilia

Hemofilia merupakan penyakit keturunan yang menyebabkan gangguan pembekuan darah.


Kondisi ini lebih banyak terjadi pada pria. Pada kondisi normal, faktor-faktor pembekuan darah akan
bekerja untuk membuat darah membeku saat terjadi luka atau perdarahan.Namun pada penderita
hemofilia, tubuhnya kekurangan faktor pembekuan darah, sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk
menghentikan perdarahan.

 Thalasemia
Penyakit keturunan ini adalah penyakit yang menyerang sel darah merah penderitanya. Kondisi ini
membuat hemoglobin dalam sel darah merah penderitanya berkurang, sehingga oksigen sulit diedarkan ke
seluruh tubuh. Anak yang lahir dengan thalasemia berat kebanyakan meninggal saat dilahirkan.Pada
beberapa kasus, anak yang memiliki thalasemia dapat hidup, namun sangat rentan terserang anemia,
sehingga sering kali membutuhkan transfusi darah.

 Alzheimer

Penyakit Alzheimer merupakan gangguan otak serius yang membuat seseorang pikun parah, serta
memengaruhi kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.Penyakit keturunan ini biasanya
mengenai orang tua berusia di atas 60 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk terjadi pada orang
yang usianya lebih muda. Risiko seseorang untuk terkena penyakit Alzheimer akan meningkat jika ia
memiliki anggota keluarga yang juga menderita penyakit ini.

 Kanker

Kanker bisa terjadi bukan hanya karena kebiasaan hidup yang kurang sehat saja, namun faktor
genetik juga ikut meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini. Hanya saja, kanker yang murni
diwarisi oleh faktor genetik tergolong kecil, yaitu sekitar 5%-10% dari kasus kanker akibat penyebab
kanker lainnya.

 Penyakit jantung

Faktor genetik berperan cukup besar dalam munculnya penyakit jantung. Namun, memang ada
beberapa faktor yang dapat makin memperbesar risiko terjadinya penyakit ini, seperti pola makan yang
tidak sehat, merokok, memiliki berat badan berlebih, menderita kolesterol tinggi, dan jarang berolahraga.

 Gangguan mental

Orang yang menderita gangguan mental, seperti depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, autisme,
ADHD, gangguan cemas, sindrom Down, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD) kemungkinan besar
memiliki orang tua atau saudara yang juga menderita gangguan serupa.Meski demikian, gangguan mental
ini juga bisa terjadi pada orang tanpa riwayat penyakit serupa di dalam keluarganya. Hal ini diduga
karena selain faktor genetik, munculnya gangguan mental juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti stres
atau tekanan psikologis yang berat.Orang-orang yang memiliki riwayat penyakit keturunan di dalam
keluarga perlu lebih waspada. Walaupun kebanyakan penyakit keturunan tidak dapat dicegah, namun
risikonya dapat dikurangi. Oleh karena itu, lakukanlah pemeriksaan kesehatan rutin ke dokter.

5.Pemaparan Terhadap Penyakit Menular Dan Status Vaksinasi Prakonsepsi

Untuk kehamilan tanpa komplikasi dan kelahiran bayi yang sehat,persiapan harus dimulai sebelum
kehamilan. Perawatan prakonsepsi menjadi sangat penting karena banyak pasangan menunda usia untuk
mengandung sampai usia tiga puluhan. Status kesehatan prakehamilan dan gaya hidup memiliki dampak
pada kelangsungan dan hasil kehamilan ibu.
Perawatan prakonsepsi bertujuan untuk mengenali dan memodifikasi resiko medis,prilaku dan
social pada kesehatan atau hasil kehamilan ibu. Perawatan biasanya mencakup pemeriksaan
resiko,penilaian fisik,vaksinasi dan koseling.

Faktor resiko ibu akan dievaluasi dari segi:

1. Potensi ibu untuk mewarisi penyakit genetika.


2. Pemaparan terhadap toksin lingkungan atau teratogen.
3. Status gizi.
4. Merokok,minum alkohol dan obat-obatan.
5. Kondisi medis.
6. Pemaparan terhadap penyakit menular dan status vaksinasi.
7. Masalah psikososial,

Pemeriksaan dirancang untuk sepenuhnya mengevaluasi dan menyiapkan ibu dan dan pasangan
untuk kehamilan yang sehat. Hal ini merupakan kesempatan untuk menyelesaikan segala masalah
kesehatan yang ada.

6.Masalah Psikososial Prakonsepsi

Masalah psikososial merupakan masalah yang banyak terjadi dimasyarakat. Menurut Yeni (2011)
psikososial adalah suatu kemampuan tiap diri individu untuk berinteraksi dengan orang yang ada
disekitarnya. Sedangkan menurut Chaplin (2011) psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada
individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. psikososial berarti menyinggung relasi
sosial yang mencakup faktor-faktor psikologi. Dari defenisi diatas masalah psikososial adalah masalah
yang terjadi pada kejiwaaan dan sosialnya.

Banyak masalah-masalah psikososial yang dihadapi oleh masyarakat khususnya oleh ibu. Menurut
Patricia(2012) yaitu: berduka, keputusasaan, ansietas, stress, depresi, ketidakberdayaan, gangguan citra
tubuh, HDR situasional Sedangkan menurut Nanda (2012) masalah psikososial terdiri dari berduka,
keputusasaan, ansietas, ketidakberdayaan, resiko penyimpangan perilaku sehat, gangguan citra tubuh,
koping tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, sindroma post trauma, penampilan peran tidak efektif
dan HDR. Menurut Hawari (2013) masalah psikososial meliputi stress, cemas dan depresi.

Masalah psikososial pada ibu dengan anak retardasi mental.Menurut World Health Organization
(2012) retardasi mental adalah keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang
terutama dintadai oleh adanya keterbatasan, keterampilan selama masa perkembangan sehingga
berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemapuan bahasa, motorik, kognitif dan sosial.
Soetjiningsih (2014) mendefinisikan retardasi mental sebagai kecacatan yang ditandai dengan
keterbatasan signifikan baik dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif (kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar) yang dimulai sebelum umur 18 tahun.

Defenisi diatas retardasi mental merupakan suatu keterbatasan yang dirasakan oleh anak baik dari
segi intelektual maupun prilaku.Kebanyakan orang tua sulit menerima kenyataan apabila melahirkan anak
dalam keadaan tidak sempurna atau mengalami hambatan perkembangan, contohnya anak dengan
retardasi mental. Adapun ciri – ciri anak retardasi menurut Firat (2012) yaitu lambatnya keterampilan
ekspresi dan resepsi bahasa, gagalnya melewati tahap perkembangan yang utama, lingkar kepala diatas
atau dibawah, kemungkinan lambatnya pertumbuhan, kemungkinan tonus otot abnormal.

Johnson (2010) mengatakan bahwa seorang anak dengan retardasi mental tidak dapat mandiri
sebagai individu yang mampu melakukan aktivitas sehari–hari sendiri dan keterbatasan dalam memahami
perilaku sosial dan perkembangan keterampilan social.

Kaplan dan Sadocks (2013) mengatakan bahwa hambatan perkembangan berpengaruh terhadap
dinamika keluarga, khususnya stres orangtua. Anak tumbuh dan berkembang dibawah asuhan orang tua
untuk beradaptasi dengan lingkungan, mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan hidup
dilingkunga.Kelahiran anak yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat
menimbulkan masalah psikososial pada ibu.

Puri dan Treasaden (2011) mengatakaan bahwakondisi anak dengan retardasi mental menjadi
stresor tersendiri bagi orangtua karena gangguan kognitif dan fungsi adaptifnya menyebabkan perlunya
penanganan khusus dalamberbagai hal dimana ibu yang merawat anak dengan retardasi mental beresiko
untuk mengalami stres.

Hawari (2011) mengatakan bahwa ibu yang merawat anak dengan retardasi mental beresiko
mengalami depresi, ansietas dan gangguan psikologis lainnya. Sedangkan menurut Firat (2012)
mengatakan bahwa ibu beresiko mengalami kecemasan, depresi, penolakan, rasa bersalah, bahkan rasa
ingin bunuh diri. Berdasarkan pendapat diatas masalah psikososial yang dirasakan oleh ibu dengan anak
retardasi mental beresiko mengalami stress, ansietas dan depresi.Populasi anak retardasi mental
menempati angka paling besar dibanding dengan jumlah anak dengan keterbatasan lainnya.

Menurut Sadock dan Sadock (2010) Insiden tertinggi pada masa usia sekolah dengan usia puncak
10 – 14 tahun. Nelson (2000) prevalensi retardasi mental di Indonesia saat ini diperkirakan 1-3% dari
penduduk Indonesia (sekitar 6,6 juta jiwa), sekitar 85% dari seluruh kasus yang ada merupakan kasus
ringan. Meskipun sebagian besar retardasi mental merupakan kasus ringan, namun dampak yang
dirasakan keluarga cukup besar, baik secara fisik maupun psikologis. Prevalensi anak yang menderita
retardasi mental dari didunia sampai Indonesia beragam. Menurut Soetjiningsih (2014)prevalensi
retardasi mental diperkirakan 1% dari populasi dunia. Di negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5%,
insidensinya berkisar 3-4 kasus per 1000 anak, sedangkan di negara berkembang berkisar 4-6%,
prevalensi retardasi mental ringan 0,4%. Sularyo dan Kadim (2010) diperkirakan 80-90% individu dalam
populasi dengan retardasi mental dalam kisaran ringan, sementara pada populasi retardasi mental berat
sampai sangat berat hanya 5%.

Di Indonesia diperkirakan prevalensi retardasi mental sebesar 12,15%, angka kejadian retardasi
mental di sumatera barat pada tahun 2016 yaitu 3437 orang sedangkan dikota padang yaitu 809 orang
(Dinas Pendidikan Propinsi Sumatra Barat, 2016). Kebanyakan orang tua dengan anak retardasi mental
mengalami masalah psikososial.Penelitian-penelitian yang mencoba meneliti tentang masalah psikososial
pada ibu khususnya stress, ansietas dan depresi. Penelitian tentang depresi pada ibu dengan anak retardasi
mental ada beberapa diantaranya penelitian Firat(2012)tentang perbandingan psikopatology ibu dengan
anak retardasi mental di Turki pada 38 ibu dari anak retardasi mental, skor depresi secara signifikan yaitu
sebesar 15%.
Malik (2016) tentang depresi pada ibu dari anak-anak dengan retardasi mental dimana diantara 323
ibu yang memiliki anak retardasi mental menunjukkan tanda-tanda depresi adalah 171 (52,94%). Hadi
(2015) tentang tingkat depresi dikalangan ibu dengan anak retardasi mental dimana 36 % ibu mengalami
depresi ringan dan 21% ibu mengalami depresi berat.Penelitian-penelitian yang mencoba meneliti tentang
stress pada ibu dengan anak retardasi mental ada beberapa diantaranya penelitian Brian (2011) tentang
hubungan stress dengan kurangnya dukungan sosial pada ibu dimana dari 105 ibu yang memiliki anak
retardasi mental 60 ibu mengalami stress.

Kumari (2016) tentang stress orang tua anak dengan retardasi mental dimana dari 102 didaptakan
65 ibu mengalami stress.Penelitian-penelitian yang mencoba meneliti tentang ansietas pada ibu dengan
anak retardasi mental ada beberapa diantaranya penelitian menurut waqar (2013) tentang kecemasan dan
depresi dari orang tua anak dengan retardasi mental dimana 35% ibu mengalami kecemasan. Bauman
(2014) tentang dukungan dan mekanisme koping ibu dengan anak retardasi mental dimana 50% ibu
mengalami ansietas. Merkaj (2013) tentang kecemasan pada orang tua denga anak retardasi mental
dengan menggunakan uji DASS dimana 29% mengalami kecemasan. Dari penelitin-penelitian tersebut
terbukti bahwa stress, ansietas dan depresi adalah masalah yang ditimbulkan pada ibu dengan anak
retardasi mental.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
S krining pra konsepsi atau disebut juga perawatan prakonsepsi adalah serangkaian intervensi yang
bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial yang berkaitan dengan
kesehatan wanita serta hasil kehamilan nantinya. Skrining prakonsepsi dilakukan sebagai langkah
pertama untuk memastikan kesehatan calon ibu serta calon unuk sedini mungkin, bahkan sebelum proses
pembuahan terjadi (CDC.2000).
Gizi yang mempengaruhi pada masa prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat,
beberapa kelompok vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti zinc, besi,kalsium, dan
omega-3. Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baikdari ibu penting untuk perkembangan optimal
janin. Konsumsi sumber makanan yang bervariasi adalah penting sebelum pembuahan danselama
kehamilan.Pola diet yang dianjurkan pada masa prakonsepsi terdiri atas sumber karbohidrat kompleks,
sayur dan buah, protein hewani, serta protein nabati. Makanan dan minuman yang tinggi lemak hanya
dikonsumsi dalam jumlah terbatas.
Masalah psikososial merupakan masalah yang banyak terjadi dimasyarakat. Menurut Yeni (2011)
psikososial adalah suatu kemampuan tiap diri individu untuk berinteraksi dengan orang yang ada
disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

prakonsepsi-gizi-kesehatan/cek-kesehatan-di-masaprakonsepsi. 11 november 2019 Kawareng dkk.


(2014). Pengaruh dan Harapan Wanita Prakonsepsi Terhadap Pelayanan Prukonsepsi Sebelum dan
Sesudah Edukasi Di Kecamatan Ujung Tanah Kota Makasari, Jurnal Skripsi. 1-12 Krisnadi, Sofic R.
(2015). Persiapan-Prakehamilan https://www.rescarchgate.netpublication/282295367 Persiapan -
prakehamilan. Diakses 13 November 2019 Nancy. (2019).
https://majalahpendidikan.com/anamnesisanamnesa-pengertian-tujuan-caradan-persiapan/. Diakses pada
15 november 2019 Noviyana & Purwati (2018). Kesehatan Reproduksi untuk Prakonsepsi pada Remaja
di Panti dxuhan Muhammadivah Purwokerta. University Rcscarch Colloguium. 639-043 Putri, Hanasa.
(2015). Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan, Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
Ihu Hamil Beresiko di Puskesmas Pundong Bantul Tahun 2015. Jurnal Skripsi, 1-12 Sandi, Avyu. (2013).
hitps://www.kompasiana.com/ayyusandhi 541729662333 1154752b458c/woddingseries-3-pemeriksaan-
keschatan-calon-pengantin. Diakses pada 15 November 2019 Septiani. Niken. (2014). Perbedaan
Pengetahuan dan Sikap tentang Prakonsepsi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Preconspetion Counseling
pada Pasangan Usia Subur (PUS). Other thesis, University of Muhammadiyah Malang. Sinta B. dkk.
(2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan MetodePeer Educanon Mengenai Skrining Prakonvepsi
Terhadap Sikap dan Motivasi Wanita Usia Subur. Jurnal Llektronik. 2.2, 62-66 Tari, Romana (2015).
hitps://www.kompasiana.com/bidancare/54ffffsba33311397080f877/mempersiapkankehamilan-yang-
sehat?page-all. Diakses pada 15 november 2015)

Anda mungkin juga menyukai