Disusun oleh :
Meisyah Winanda, S.Tr.Keb
221004615901105
Menyetujui
Indah Putri Ramadhanti, S.ST, Bd, M.Keb Hj. Desi Suryani, S.ST
NIDN. NIP.
Mengetahui Diketahui
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan Koord. Praktik Klinik Profesi
NIDN. NIDN.
DAFTAR ISI
COVER
D. Penatalaksanaan ............................................................................... 29
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 33
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 39
A. Kesimpulan ...................................................................................... 39
B. Saran ................................................................................................ 39
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu masih tinggi di Indonesia jika dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, data ini
berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Target pada tahun
2030, AKI di Indonesia dapat turun menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup
sesuai kesepakatan global Sustainable Development Goals (SDGs). Hal
tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dari target SDGs sehingga
perlu upaya yang lebih besar untuk menurunkan AKI agar mencapai target SDGs
di tahun 2030 (Kemenkes, 2015). Selanjutnya jumlah AKI di di Jambi tahun 2019
adalah 56 kasus, adapun penyebabnya yaitu 18 kasus karena perdarahan, 14
kasus karena hipertensi kehamilan, dan penyebab lain – lain sebanyak 20 kasus,
serta gangguan system peredaran 6 kasus dan gangguan system metabolic 1
kasus.
Pengalaman pembentukan kehidupan yang membawa perubahan sosial dan
psikologis yang besar bagi seorang perempuan berawal dari kehamilan pertama.
Newman (2011) mengemukan bahwa beberapa perempuan merasa sangat senang
menghadapi kehamilan, sedangkan yang lain mengalami kecemasan. Kesiapan
seseorang dalam menghadapi kehamilan ditentukan oleh kemampuan seorang
perempuan untuk beradaptasi saat kehamilan pertama. Kecemasan lebih lanjut
sehingga meningkatkan hormon adrenalin yang kemungkinan berdampak buruk
pada outcome persalinan akan terjadi jika seorang perempuan belum siap
menghadapi kehamilan(Wulandari, 2010).
Outcome persalinan yang dimaksud diantaranya dijelaskan dalam penelitian
Tudiver bahwa kegagalan dalam adaptasi dan persiapan sebelum hamil dapat
mempersulit masa kehamilan dan persalinan, menyebabkan depresi post partum,
serta meningkatkan perilaku kekerasan pada anak yang dilahirkan.
1
2
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pranikah pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.
b. Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada calon pengantin dengan skrining
pranikah.
c. Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.
d. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan.
f. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan yang telah disusun.
g. Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Pranikah
1. Definisi Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari
pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan
perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
(Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas
usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi,
berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong
anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21
tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang
matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan
umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang
akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin
(Setiawan, 2017).
2. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
4
5
lahir
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak- hak
reproduksi
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuaidengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes
(2015), persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/
psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.
a. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila
telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.
Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status
gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
b. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap
untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh
dan mendidik anak.
c. Kesiapan Sosial Ekonomi
Menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial
ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status
sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan
anemia.
4. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa
prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Perencanaan
kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui
6
pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang
memungkinkan berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan
janin terhambat, dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35tahun
kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas
perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah
usia tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20
tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30
tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American Society for
Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara
perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas
ditandai dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata umur 12
tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil
umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan
pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25
tahun.Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara
perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahanbentuk
dan faal organ reproduksi.
Disarankan pria untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun,
karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan
fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga
meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
b. Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung
pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoamasih hidup
selama 1-3 hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih
mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24
jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktutersebut
16
2. Alasan Datang
Konseling Perencanaan kehamilan
3. Keluhan
Tidak Ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche 13 tahun
b. Siklus 27 - 33 hari/bulan, teratur, lama ±4-5 hari
c. Banyaknya ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama,
24
25
6. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita
Tidak sedang ataupun pernaah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum
pernah melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
Status TT3 tahun 2008 (SD Kelas1,2 dan 6).
b. Catin Pria
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum
pernah melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita
Almarhum Ayah menderita hipertensi, tidak ada keluargayang
pernah atau sedang menderita jantung, asma, alergi, DM, ginjal,
hemophilia,thalassemia, cacat bawaan, hepatitis, dan TBC
b. Catin Pria
Ibu menderita DM, tidak ada keluarga yang pernah atau sedang
menderita asma, alergi, hemofillia, thalassemia, cacat bawaan,
preeklampsia, hepatitis, dan TBC
8. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita
Tidak Ada
b. Catin Pria
Merokok
9. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi
1) Catin Wanita
26
2. Pemeriksaan Fisik
a. Catin Wanita
1) Bentuk Tubuh : Normal
2) Wajah : Tidak Pucat
3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
4) Mulut : Bibir tidak pucat
5) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
6) Dada : Tidak dilakukan
7) Abdomen : Tidak dilakukan
8) Anogenital : Tidak dilakukan
b. Catin Pria
1) Bentuk Tubuh : Normal
2) Wajah : Tidak Pucat
3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
4) Mulut : Bibir tidak pucat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Catin Wanita
1) Golongan Darah :A
2) Rhesus : (+)
3) Hb : 12 gr/dl
4) HIV : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)
6) IMS : Non Reaktif (-)
b. Catin Pria
1) Golongan Darah :B
2) Rhesus : (+)
3) Hb : 15,1 gr/dl
4) HIV : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)
6) IMS : Non Reaktif (-)
29
C. Asasment
Pasangan usia subur Nn.E usia 25 tahun dan Tn.L usia 26 tahun calon pasutri
prakonsepsi PUS dan WUS
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa
secara umum keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
R/ Kedua catin mengertidengan penjelasan yang diberikan.
2. Menjelaskan dampak buruk merokok terhadap kesehatan catinlaki-
lakidan catin wanita serta bahaya dari kandungan zat adiktif dan
karsinogenik dari rokok yang dapat mengurangi kualitas sperma,
membahayakan kehamilan bila saat hamil terpapar asap rokok. Serta
menganjurkan catin laki-laki untuk mulai mengurangi merokok, serta
menyarankan merokok di luar rumah sehingga keluarga terhindar dari
paparan asap rokok
R/ Kedua catin memahami apa yg disampaikan bidan
3. Menjelaskan kepada catin perempuan bahwa keputihan yang dialami
merupakan keputihan yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk
sering mengganti celana dalam, menggunakan celana dalam dengan
bahan yang gampang menyerap keringat seperti berbahan cutton, tidak
perlu menggunakan cairan pembersih genitalia untuk menjaga tingkat
keasaman normal vagina dan tidak perlu menggunakan pantyliner
untuk mencegah agar vagina tidak lembab
R/ Klien mengerti dan bersedia melakukan
4. Menjelaskan kepada kedua catin bahwa keduanya memiliki risiko
terkena DM dan catin perempuan memiliki lebih besar riskomengalami
hipertensi dikarenakan catin perempuan memiliki keturunan penyakit
hipertensi serta kedua calon memiliki keturunan penyakit DM dan
dampak buruk dari hipertensi dan diabetes mellitus
30
siklus haid (14 hari sebelum haid berikutnya atau antara kedua
waktu dari siklus terpanjang dikurang 11 dan siklus terpendek
dikurangi 18, jadi perkiraan perkiraan masa subur Nn.E padasiklus
hari ke-9 s.d. 22) atau terdapat tanda-tanda kesuburan, diantaranya:
• Peningkatan suhu tubuh ±0,50C.
• Pembesaran pada payudara, dapat disertai rasa nyeri/tidak
nyaman.
• Perubahan cairan serviks menjadi lebih banyak, bening dan
teksturnya licin.
k. Tanda-tanda persalinan, persalinan di tolong tenaga kesehatan,
perawatan pasca persalinan, IMD dan ASI eksklusif, manfaat ASI
l. IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan, Kanker pada
perempuan, kehidupan seksual suami istri
R/ Kedua catin mengerti penjelasan yang diberikan
8. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini
sudahT4 yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum
adalah 10 tahun dan belum seumur hidup, sehingga catin wanita
masih perlu diberikan suntik imunisasi TT satu kali lagi
R/ Catin wanita mengerti keadaannya.
9. Menjelaskan tujuan dan efek samping dari imunisasi TT
R/ Catin perempuansetuju dilakuakan penyuntikkan imunisasi TT
10. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri
catin wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang
yaitu TT5 (TT lengkap) yang masa perlindungannya terhadap tetanus
neonatorum adalah seumur hidup, sehingga apabila nanti sudah hamil
atau hamil lagi, catin wanita tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT
kembali
R/ Catin wanita mengerti dan tidak ada reaksi alergi
32
33
34
2011). Sedangkan, ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m2, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
Status nutrisi pada wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan
dengan kesehatan reproduksi. Kegagalan mengkonsumsi diet yang adekuat
dalam masa remaja pranikah dapat menyebabkan kematangan seksualterlambat
yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi ketika wanita memasuki fase
pernikahan. Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat badan
ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan diet
nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem
reproduksi. Jika IMT >30 kg/m2, dapat meningkatkan komplikasi pada
kehamilan seperti preeklamsi, diabetus gestasional, kelainan kongenital,
persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa, dkk, 2015).
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratoriun dan
diperoleh hasil Hb Nn.E 12 g/dL dan Tn. J 17, 1 g/dL. Menurut kriteria
WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah
12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria
National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda
adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus
dicari penyebabnya (Oehadian,2012).
Sementara pada kasus ini, kadar hemoglobin kedua calon pengantin
berada dalam batas normal, sehingga tidak menunjukkan adanya tanda
penyakit serius lainnya. Selain itu, hasil laboratorium Nn.E dan Tn.L
menunjukkan HIV Non Reaktif (-), HbSAg Non Reaktif (-), dan IMS
37
(sifilis) Non Reaktif. Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi dini ada
/tidaknya penyakit menular seksual yang nantinya dapat ditularkan kepada
janin jika ibu hamil. Sesuai dengan panduan dari CDC (center for Disease
Control and Prevention) US bahwa deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita
dengan sex tidak aman, dan semua wanita yang tidak memiliki risiko virus
HIV, sedangkan untuk deteksi dini hepatitis B dilakukan pada wanita yang
memiliki risiko, dan belum pernah vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B
dapat ditularkan saat didalam kandungan melalui aliran darah plasenta yang
dapat menyebabkan abortus spontan, IUGR, kelainan kongenital (Lisa,
dkk,2015).
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
analisis terhadap Nn.E dan Tn.L yaitu pasangan usia subur dengan persiapan
pernikahan dan perencanaan kehamilan. Penatalaksanaan yang diberikan
diantaranya dengan pemberian konseling pranikah yang didalamnya meliputi
tentang kesehatan reproduksi, khususnya persiapan kehamilan dan masa subur.
Pengetahuan tentang masa subur pada pasangan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan sangatlah penting. Karena masa subur adalah suatu
masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap
dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka
terjadi kehamilan (Indriarti, dkk, 2013).
Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn.E Hal tersebut dilakukan
dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga
akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi
terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status
T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi
tetanus toxoid dapat dilakukan saat yangbersangkutan menjadi calon pengantin
(Kemenkes, 2017).
38
Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif
dan objektif pada Nn.E dan Tn.L sebagai calon pasangan pengantin, yaitu
pasangan usia subur dengan persiapan pernikahan dan perencanaan
kehamilan (prakonsepsi). Sehingga, tata laksana yang diberikan, selain
persiapan pernikahan sesuai panduan calon pengantin yang telah
ditetapkan oleh Kemenkes, juga diberikan tambahan konseling dan anjuran
terkait dengan perencanaan kehamilan, seperti KIE persiapan kehamilan,
masa subur, dan anjuran konsumsi asam folat 0,4 mg minimal satu bulan
sebelum kehamilan. Sehingga, dengan tata laksana yang sesuai diharapkan
apat membantu pasangan calon pengantin mencapai tujuan secara optimal
yakni segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi platinum
dalam ikatan pernikahan yang sah.
B. Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga
kesehatan agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus
ditingkatkan, dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena
melahirkan generasi yang cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan
pemberian vaksin sebelum pranikah seperti HPV, Hepatitis B.
39
DAFTAR PUSTAKA