Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN PADA PASANGAN USIA SUBUR


DI PUSKESMAS SIDOTOPO KOTA SURABAYA

TANGGAL 11 NOVEMBER 2022

Oleh :

RISNAWATI
P27824422099

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KELAS ALIH JENJANG
T.A 2022/2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan pada Pasangan Usia Subur ini dilaksanakan di


Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Periode Praktik Tanggal 31 Oktober 2022 s.d
3 Desember 2022

Surabaya,12 November 2022


Mahasiswa

RISNAWATI
NIM. P27824422099

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Nurul Huda, A.Md. Keb., S.Sos Astuti Setiyani,SST.,M.Kes Evi Yunita N ,.SST., M.Keb
NIP.196809071990032010 NIP. 196810201988032001 NIP.198006212002122001

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Sidotopo Ka Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Dr. Galih Satryo Utomo Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes


NIP. 198606232011011008 NIP. 196702061990032003

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan
Remaja. Dalam penyusunan Laporan, penulis menyadari bahwa penyusunan
laporan ini tidak lepas dari dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Surabaya.
2. dr. Galih Satryo Utomo selaku Kepala Puskesmas Sidotopo yang telah
memberi izin untuk mencari ilmu di wilayah Puskesmas Sidotopo
3. Astuti Setiyani, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Surabaya dan selaku pembimbung institusi yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan asuhan
kebidanan ini
4. Dwi Purwanti, SST., S.Kp.Ns., M.Kes. selaku Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
5. Nurul Huda, A.Md. Keb., S.Sos selaku pembimbing lahan di Puskesmas
Sidotopo yang telah sabar memberikan bimbingan, masukan serta arahan
dalam penyusunan laporan ini.
6. Evi Yunita SST., M.Keb selaku selaku pembimbing institusi yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan asuhan
kebidanan ini.
7. Segenap Tenaga Kesehatan dan Staff Karyawan Puskesmas Sidotopo yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Ny. H dan Tn. M selaku klien yang diberikan asuhan kebidanan
Prakonsepsi pada Pasangan Usia Subur.
9. Keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung dalam penulisan laporan
ini.

iii
10. Rekan-rekan seperjuangan Kelas Alih Jenjang Sarjana Terapan Kebidanan
Surabaya angkatan tahun 2022 atas semua dukungan, semangat, dan
kerjasamanya dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan Laporan Asuhan Kebidanan ini masih
banyak kekurangan. Semoga Laporan Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan peneliti pada khususnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan
semoga Laporan Asuhan Kebidanan berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.

Surabaya, 12 November 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii


Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ......................................................................................................... v
Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik .................................................................................. 3
1.3 Lama Praktik ..................................................................................... 3
Bab 2 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 4
2.1 Pengertian Prakonsepsi ..................................................................... 4
2.2 Kesehatan dalam Periode Prakonsepsi ............................................. 4
2.3 Tujuan Asuhan Prakonsepsi ............................................................. 5
2.4 Manfaat Asuhan Prakonsepsi ........................................................... 5
2.5 Standar Pemeriksaan Prakonsepsi .................................................... 5
2.6 Komunikasi, Informasi, dan edukasi (KIE) ...................................... 6
2.7 Pelayanan Gizi .................................................................................. 16
2.8 Skrining dan Imunisasi Tetanus........................................................ 16
2.9 Pelayanan Kontrasepsi ...................................................................... 17
2.10 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada PUS Prakonsepsi ..................... 17
Bab 3 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 29
Bab 4 Pembahasan ......................................................................................... 36
Bab 5 Penutup ................................................................................................ 38
Daftar Pustaka ................................................................................................ 39
Lampiran

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid
(BKKBN, 2018). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau
ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling
ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah
kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim (Sunarsih, 2019).
Prakonsepsi merupakan masa sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan
ovum atau pembuahan sebelum hamil. Ada beberapa persiapan yang harus
dilakukan sebelum merencanakan kehamilan. Dimulai dari masa remaja, yaitu
dengan menjaga kesehatan organ reproduksi, kebutuhan akan gizi seimbang,
perilaku hidup sehat, dan lain-lain. Periode prakonsepsi merupakan periode
sebelum kehamilan, yang rentang waktunya 3 bulan sampai 1 tahun sebelum
konsepsi dan idealnya selama masa pematangan sel telur dan sperma, yaitu 100
hari sebelum konsepsi. Sangat penting memperhatikan kesehatan wanita pada
masa prakonsepsi terutama status gizinya dikarenakan status gizi pada masa
prakonsepsi berkaitan erat dengan outcome kehamilannya nanti (Avila, 2022).
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja hingga sebelum hamil dalam
rangka menyiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan
melahirkan bayi yang sehat Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan (Kementerian kesehatan
Republik Indonesia, 2018). Pelayanan kesehatan prakonsepsi merupakan strategi
kesehatan masyarakat untuk memperbaiki status kesehatan dan gizi serta
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Hal ini menjadi penting karena status

1
gizi wanita sebelum konsepsi dapat memengaruhi proses perkembangan kritis
pada masa kehamilan dan anak yang dilahirkariya. Kekurangan gizi pada ibu
khususnya zat gizi mikro seperti zat besi, seng, magnesium, tembaga, asam folat,
yodium mengakibatkan keguguran, cacat bawaan, hipertensi kehamilan, ketuban
pecah dini, terlepasnya plasenta kelahiran prematur, bayi lahir mati, berat badan
lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
menyebabkan penyakit seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes
mellitus tipe 2 di usia dewasa (Thaha, 2017).
Mempromosikan kesehatan keluarga prakonsepsi merupakan strategi yang
penting untuk meningkatkan kualitas anak yang akan dilahirkan sekaligus dapat
membantu pada upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bays. Konseling
prakonsepsi adalah komponen penting dalam pelayanan kesehatan pra konsepsi
Melalui konseling, pemberi pelayanan mendidik dan merekomendasikan strateg
strategi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin
Program yang dikembangkan pemerintah saat ini sebagian besar dimulas
setelah pasangan tersebut menjalani kehamilan misalnya program mutrisi seribu
hari pertama kehidupan, program P4K (perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi) maupun program keluarga berencana yang seluruhnya subjek
sasarannya pada ibu yang telah menjalani kehamilan dan program kesehatan ibu
anak lainnya. Adapun program Kesehatan Reproduksi Remaja menjadi salah satu
program yang dikembangkan pada perempuan yang belum hamil. Namun secara
analises sousal dan psikologis terkait persiapan dan perencanaan kehamilan,
sasaran remaja menjadi sulit karena berhadapan dengan nilai budaya bahwa
remaja belum disiapkan mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan. Program
pemerintah saat ini yang Adapun program Kesehatan Reproduksi Remaja menjadi
salah satu program yang dikembangkan pada perempuan yang belum hamil.
Namun secara analisis sosial dan psikologis terkait persiapan dan perencanaan
kehamilan, sasaran remaja menjadi sulit karena berhadapan dengan nilai budaya
bahwa remaja belum disiapkan mendisikusikan tentang perencanaan kehamilan.
Program pemerintah saat ini yang terkait perencanaan kehamilan baru pada
seputar mencegah kehamilan tidak diinginkan melalui program Keluarga

2
Berencana dan kelas Pasangan Usia Subur (Kemenkes RI,2015)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan “Praktik Asuhan
Kebidanan Prakonsepsi Pada Pasangan Usia Subur Ny.’’H’’dan Tn. “M” Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya.

1.2 Tujuan Praktik


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan prakonsepsi pada pasangan usia subur menggunakan pola
pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya
dalam bentuk komperhensif dan SOAP
1.2.2 Tujuan Khusus

1. Dapat Menjalin Komunikasi interpersonal dan Memberikan


asuhan kebidanan pada prakonsepsi pada pasangan usia subur
yakni anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penjunjang
serta mengaplikasikan dalam pendokumentasian SOAP
2. Dapat melakukan deteksi dini, komplikasi, gangguan/masalah
yang ada pada Pasangan Usia Subur
3. Dapat memebrikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) dan
meningkatkan pengetahuan pada PUS tentang kesehatan
reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, gizi,
peyakit menular dan pengetahuan tentang fertilitas.
4. Dapat melakukan kolaborasi dengan profesi terkait masalah yang
dihadapi prakonsepsi.

1.3 Lama Praktik


Praktik Kebidanan di Puskesmas Pegirian dilaksanakan dari tanggal 31
Oktober 2022 sampai dengan 3 Desember 2022.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Prakonsepsi


Masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum
terjadinya pertemuan antara ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita pra konsepsi
di asumsiknan senagai wanita dewasa atau wanita usua subur yang siap menjadi
seorang ibu. Reproduksi manusia merupakan hasil dari pembentukan kompleks
yang melibatkan intraksi berbagai proses, seperti genetic, biologis, lingkungan
dan tigkah laku. Proses pra konsepsi di alami oleh pria dan wanita sebagai tahap
sebelum konsepsi (Dieny, Fillah Fitria, Rahadiyanti Ayu, 2019)
Masa pra konsepsi merupakan fase dalam siklus kehidupan yang memerlukan
perhatian khusus terutama dari segi pencakupan kebutuhan energi dan zat gizinya.
Status gizi wanita yang optimal dalam masa persiapan kehamilan merupakan hal
yang krusial dan mempengaruhi outcome dari kehamilan. Di khawatirkan dengan
asupan makan yang kurang, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, dapat
berakibat buruk bagi calon ibu, salah satu dampaknya adlah pertambahan berat
badan saat kehamilan yang tidak adekut. Penambahan berat badan di butuhkan
saat kehamilan sesuai dengan status gizi ibu sebelum hamil (Anggraeny, Olivia,
2017).

2.2 Kesehatan Dalam Periode Pra Konsepsi


Kesehatan prakonsepsi adalah kondisi kesehatan orang tua sebelum terjadi
pembuahan. Kesehatan prakonsepsi harus tetap dioptimalkan sekalipun
perempuan tidak merencanakan kehamilan mengingat banyak perempuan yang
tidak menyadari bahwa dirinya hamil padahal dirinya tidak merencanakan
kehamilan. Kesehatan prakonsepsi harus mendapat perhatian dari usia 18 sampai
44 tahun.

4
2.3 Tujuan Asuhan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya
berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya
kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin
tidak tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun
kehamilan bagi beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas
pasangan yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari
asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik
bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat
membahayakan kehamilan.

2.4 Manfaat Asuhan Prakonsepsi


Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan
prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung
persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa
saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan
dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain
itu asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya
untuk membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di
hadapinya.

2.5 Standar Pemeriksaan Prakonsepsi


Di Indonesia Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.

5
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat
serta memperoleh bayi yang sehat. Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil berdasarkan Permenkes No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin
dan pasangan usia subur.
Kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes
No.97 Tahun 2014 meliputi :
1. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dimaksudkan paling sedikit
meliputi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi. Pemeriksaan
status gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah kurang
energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia.
2. Pemeriksaan penunjang merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan
berdasarkan indikasi medis, terdiri atas pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan
darah yang dianjurkan, pemeriksaan penyakit menular seksual, pemeriksaan
urin rutin dan pemeriksaan penunjang lainnya.
3. Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit Tetanus. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan. Status T5 ditujukan agar wanita usia subur memiliki kekebalan
penuh.
4. Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan anemia gizi.
Pemberian suplementasi gizi untuk pencegahan anemia gizi dilaksanakan
dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
5. Konsultasi kesehatan berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi.
6. Pelayanan kesehatan lainnya yang harus diperhatikan dalam skrining
prakonsepsi adalah pemeriksaan psikologis. Kondisi psikologis sangat
mempengaruhi kehamilan sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.

2.6 Komunikasi, lnformasi, dan Edukasi (KIE)


KIE pada PUS lebih diarahkan ke perencanaan kehamilan baik untuk anak
pertama, kedua, dan seterusnya. Ketika hendak merencanakan kehamilan, penting

6
bagi PUS untuk mempersiapkan status kesehatannya dalam keadaan optimal.
Menurut Kemenkes (2015) materi KIE untuk PUS meliputi:

1. Pengetahuan kesehatan reproduksi


Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak utuh, tidak semata-mata, semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan reproduksi
terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan terhadap masalah
kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat berhubungan seksual,hamil,
melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur
alat reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
infeksi menular seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan
kewajiban ya kewajiban yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.
2. Kesetaraan gender dalam pernikahan

Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-laki
dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki
dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan
atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi
(kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan
kemampuan personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh
stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam
pernikahan:
(1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat
saling menghormati dan menghargai satu sama saling menghormati dan
menghargai satu sama lain, misalnya: Dalam mengambil keputusan dalam
rumah tangga dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan ego
masing-masing
(2) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, pengasuhan,
dan pendidikan anak.
(3) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan.

7
(4) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
3. Hak kesehatan reproduksi dan seksual

Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak ini menjamin setiap pasangan
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai, jumlah, jarak, dan waktu memiliki memiliki anak serta untuk
memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui
antara lain:
(1) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
(2) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki ter i-laki
terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi
saluran reproduksi (ISR), serta memahami cara penularannya, upaya
pencegahan, dan pengobatan.
(3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing masinng alat dan
obat masinng alat dan obat kontrasepsi.
(4) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat
dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi yang
sehat.
(5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling
menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan dalam kondisi
dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan
kekerasan. Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara
lain:

1. Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas


2. Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena berisiko
dalam penularan penyakit dan merusak organ reproduksi.

8
4. Perawatan kesehatan organ reproduksi.

Untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan


perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
(1) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
(2) Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat cairan.
(3) Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
(4) Menggunakan celana yang tidak ketat
(5) Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.

Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:


(1) Bersihkan organ kelamin d ari depan ke belakang dengan menggunakan
air bersih dan dikeringkan.Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas
vagina karena dap at membunuh bakteri baik dalam membunuh bakteri
baik dalam vagina dan memicu tumbu vagina dan memicu tumbuhnya
jamur.
(2) Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya daya
serap tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama.
(3) Saat menstruasi,ganti pembalut sesering mungkin. Jika sering keputihan,
berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta keluhan organ reproduksi lainnya
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
1) Menjaga kebersihan organ kelamin . Dianjurkan sunat untuk menjaga
kebersihan kulup kulit luar yang menutup penis.
2) Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
5. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal dibawah ini:


1) Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut,
menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
2) Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-lain)

9
3) Kekerasan seksual
4) Penelantaran rumah tangga.
6. Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur)
Masa subur dimulai dari hari ke 14, dihitung dari mulai mendapatkan
menstruasi. Untuk siklus menstruasi 28 hari, ovulasi akan terjadi dihari ke 14
dan masa subur adalah 2-3 hari sebelum dan sesudah ovulasi. Jadi masa subur
antara hari ke 11 sampai hari ke 17. Selain itu harus juga diperhatikan tanda-
tanda atau sinyal tubuh jika dalam masa subur kemungkinan bisa berpeluang
hamil jika ada sperma yang mampu menemukan sel telur. Contohnya, suhu
badan naik penyebabnya adalah saat sel telur matang, Rahim akan bersiap
menerima sel telur yang dibuahi. Hal inilah yang membuat suhu tubuh naik.
Lendir leher Rahim yang keluar melalui vagina jadi lebih kental. Lendir ini
kenyal, lengket seperti jelly namun tidak terputus jika ditarik. Dimasa ovulasi,
pembuluh darah ditubuh ikut membesar, termasuk pembuluh darah dikelamin.
Akibatnya, vulva (organ seksual perempuan) ikut membengkak dan lebih
sensitife sehingga menjadikan kita lebih mudah terangsang, dan jangan
terkejut jika tubuh terlihat gemuk dibandingkan hari sebelumnya (Puspita,
2019).
Masa infertil wanita sekitar 2/3 dari siklus menstruasi, lebih kurang 5-9
hari sebelum ovulasi dan 7-13 hari setelah ovulasi. Sementara itu pada pria
yang sehat, secara konstan fertile dari remaja hingga meninggal. Waktu yang
terbaik untuk merencanakan kehamilan, yaitu selama fase masa subur (fertil)
pada siklus menstruasi wanita. Pria secara konstan memproduksi sperma
sehingga selalu berada pada masa subur satu sperma dapat menciptakan
mucus fertil, dan sperma dapat bertahan selama 5-7 hari. Ciri wanita yang
berada pada masa fertil, yaitu saat mucus basah, jernih dan elastis, waktu
tersebut merupakan waktu yang paling tepat untuk berhubungan seksual
karena cairan semen dapat bingung dengan cairan fertil. Hubungan seksual
pada waktu lain dapat mempermudah mengobservasi mukus.jika tidak
berencana untuk hamil maka jangan melakukan hubungan seksual selama
masa fertil, kecuali menggunakan kondom atau diafragma.

10
Beberapa metode yang digunakan monitor ovulasi antara lain sebagai
berikut.

1) Metode kalender
Cara menentukan masa subur dapat dilakukan dengan metode kalkulasi.
Identifikasi panjangnya siklus terpendek selama 6 bulan terakhir. Setelah
itu, panjangnya hari setelah siklus terpendek dikurangi 21 hari. Contohnya
jika siklus terpendeknya 27 hari maka 27 dihari dikurangi 21 hari dan
didapatkan 6, dengan begitu, maka subur berada dihari ke-6. Bahkan jika
tidak ditemukan perubahan mukus fertil pada hari ke-6 tersebut tetap
berada di fase fertil. Keterbatasan metode kalender adalah variasi yang
panjang pada fase folikuler (pra ovulasi) dan fase-fase luteal (post ovulasi)
pada siklus menstruasi. Penggunaan kontrasepsi oral juga dapat menunda
waktu ovulasi. Walaupun penyesuaian dapat digunakan pada metode
kalender untuk estimasi kehamilan, namun metode kalender kurang tepat
dipergunakan untuk memperkirakan paparan pra konsepsi. Penggunaan
kalender dengan pendekatan waktu ovulasi sering kurang akurat 1 minggu
atau lebih.
2) Metode hari standar
Metode hari standar adalah penentuan masa subur dengan
mengidentifikasi hari ke-8 hingga hari ke-19 siklus menstruasi (inklusif)
sebagai hari ketika terjadi hubungan seksual yang akan menyebabkan
kehamilan. Untuk mencegah kehamilan, pasangan harus mencegah
hubungan seksual selama 12 hari pada masa subur tersebut. Metode ini
sesuai dengan pada wanita yang memiliki siklus menstruasi 26-32 hari.
3) Metode symptothermal (STM)
Metode simptothermal didasarkan ada gejala cairan serviks (sympto)
yang menunjukan aktivitas ovarium, perubahan suhu tubuh (thermal) yang
mengidentifikasi proses ovulasi, dan tanda operasional lainya. Tanda
operasional tersebut yaitu pengecekan serviks, yang sangat berguna pada
situasi yang tidak jelas seperti saat sekresi mukus serviks tidak dapat

11
diobservasi divulva. Observasi lainnya adalah nyeri pada payudara, nyeri
intermenstrual (antara menstruasi), dan sindrom premenstrual dapat
digunakan untuk membantu analisis masa subur.
Terdapat dua cara untuk mengobservasi mukus serviks terkait
dengan penentuan puncak masa subur. Pertama dengan melihat dan
dengan menyentuh dari luar atau dari dalam melalui sensasi vagina yang
tidak terlihat. Kedua pendekatan tersebut terlihat komplementer karena
symptom memberikan prioritas dengan observasi eksternal untuk
menentukan akhir masa fertile (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah
Kurniawati, 2019)
7. Kehamilan dan perencanaan kehamilan
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal
melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan
salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal.
Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi
kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga
(Mirza, 2018). Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk
dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik
dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2020).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat
dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga
(Nurul, 2019).
Menurut Mirza (2018) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam
merencanakan kehamilan, antara lain:
1) Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling
prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti
dengan cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan
kandungan) dan laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini
akan mempersiapkan calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan

12
kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang
diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan
sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat bawaan
akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.
2) Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada
fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan
kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan
memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
dilakukan, antara lain:
a) Mulai menata pola hidup
Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi
keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan
secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi.
b) Mencapai berat badan ideal
Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat
badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan
ikut-ikutan terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat
badan yang jauh dari ideal juga memicu terjadinya berbagai gangguan
kesehatan.
c) Menjaga pola makan
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-
zat gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi,
mempertahankan kondisi kesehatan selama hamil, serta
mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh kembang janin.
Caranya sebagai berikut:
(1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Masukkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air
dalam menu makanan sehari-hari secara bervariasi dan dalam
jumlah yang pas, sesuai kebutuhan.

13
(2) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena
dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.
(3) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama
diolah, sehingga kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.
d) Olahraga secara teratur
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah.
Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi
efisien, sebab benar-benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini
dibutuhkan untuk pembentukan sperma dan sel telur yang baik.
Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood karena
meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan
bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta
kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang
cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang,
bersepeda dan senam.
e) Menghilangkan kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta
mengkonsumsi kafein (kopi, minuman12 bersoda), sebaiknya
dihentikan saja. Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa
memengaruhi kesuburan. Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan
makin kecil. Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi,
kalau sibuk kerja dan lupa istirahat.
f) Bebas dari penyakit
Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak jerman,
atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter.
Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin.
g) Stop pakai kontrasepsi
Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi.
Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai
kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung
hormone yang brtugas terjadinya ovulasi.

14
h) Meminimalkan bahaya lingkungan
Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak buruk
sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan pada
pembentukan sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur,
bakteri, dan virus), bahan kimia beracun (timah hitam13 dan pestisida),
radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan
banyak lagi.
3) Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana
kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan
yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung
sampai persalinan (Kurniasih, 2010). Ada beberapa hal yang berkaitan
dengan kesiapan finansial, diantaranya:
a) Sumber keuangan
Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu merancang
keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak
ternyata membutuhkan alokasidana yang cukup besar.
b) Dana yang wajib ada
Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua,
yaitu:
(1) Saat hamil
Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang
(laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit
(bila ada).
(2) Saat bersalin
Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar),
“menginap” di rumah sakit pilihan, obatobatan, serta biaya
penolong persalinan.
(3) Setelah bayi lahir
Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu

15
memperhitungkan masa depan anak.

2.7 Pelayanan Gizi


Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan dan pengobatan
Anemia yang dilaksanakan dengan pemberian tablet tambah darah (TTD). TTD
adalah suplemen gizi yang mengandung senyawa besi yang setara dengan 60 mg
besi elemental dan 400 mcg asam folat (Permenkes No. 88 Tahun 2014 tentang
Standar Tablet Tambah Darah bagi lbu Hamil dan Wanita Usia Subur). Pada
WUS, TTD dapat diperoleh secara mandiri dan dikonsumsi 1 tablet setiap minggu
sepanjang tahun. Penanggulangan Anemia pada WUS harus dilakukan bersamaan
dengan pencegahan dan pengobatan KEK, kecacingan, malaria, TB, dan HIV
AIDS.

2.8 Skrining dan lmunisasi Tetanus


WUS perlu mendapat imunisasi Tetanus untuk mencegahdan melindungi
diri terhadap penyakit tetanus sehingga memiliki mencapai status T5. WUS perlu
merujuk pada status imunisasi terakhir pada saat hamil apabila sebelumnya sudah
pernah hamil. Untuk imunisasi lanjutan pada WUS dapat dilihat pada table

Sumber: Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang


Penyelenggaraan lmunisasi

16
Yang dimaksud dengan masa perlindungan >25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi Tetanus lengkap mulai dari T1 sampai T5.
Catatan:
Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan, apabila pemberian imunisasi
Tetanus sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan
lbu dan Anak, rekam medis, dan/atau kohort.

2.9 Pelayanan Kontrasepsi


Pelayanan kontrasepsi pada PUS mengacu pada pemilihan kontrasepsi
rasional untuk menunda, menjarangkan, atau membatasi jumlah anak. PUS dapat
memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan setelah mendapat konseling dari
tenaga kesehatan. Pada ibu pasca melahirkan,
segera gunakan KB Pascapersalinan. Untuk mengurangi drop out dalam ber-KB
sebaiknya dipililh Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), seperti Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),implan, Metode Operasi Wanita (MOW), dan
Metode Operasi Pria (MOP).

2.10 Tinjauan Asuhan Kebidanan pada PUS Prakonsepsi


1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Untuk mengenal dan mengetahui pasien, nama
harus jelas dan lengkap agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan (Ambarwati, 2011).

Umur : Usia reproduksi sehat wanita adalah 20-35 tahun


kehamilan dapat berpotensi menyebabkan
kelahiran preterm, Intrauterine Growth
retardation (IUGR), persalinan seksio sesaria,
perdarahan masa nifas, BBLR, dan premature
(Saifuddin, 2014).

17
Agama : Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien ( Manuaba,
2012)

Suku : Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang


dianut oleh pasien.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena
tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
seseorang (Ambarwati, 2010).
Pekerjaan : Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
hidup, salah satunya adalah kebutuhan
nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik
dapat menyebabkan terjadinya anemia pada
ibu hamil, gangguanpertumbuhan janin dalam
uterus, BBLR, dan prematur (Reeder, dkk,
2011).
Alamat : Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut
memberikan pengaruh terhadap kesehatan
istri dan suami pada masa prakonsepsi.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
perempuan yg bekerja di lingkungan
pertanian lebih sering mengalami abortus
spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih
sering dijumpai diantara perempuan yang
bertempat tinggal dekat tempat aplikasi
karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).

2) Alasan Datang
Pasangan Usia subur datang untuk melakukan pemeriksaan
untuk persiapan kehamilan.

18
3) Keluhan : Bila ada
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji apakah pasien pernah menderita gejala yang mengarah
pada penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung,
PMS, TORCH, dan HIV/AIDS, memiliki alergi tertentu,
memiliki riwayat penyakit gondongan.
b) Riwayat Kesehatan dahulu
Dikaji apakah pernah menderita gejala yang mengarah pada
penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS,
TORCH, dan HIV/AIDS, memiliki alergi tertentu, memiliki
riwayat penyakit gondongan.
c) Riwayat Kesehatan keluarga
Dikaji dalam keluarga apakah ada yang menderita penyakit
dengan gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM,
Asma, TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan HIV/AIDS.
d) Riwayat Gynekologi
Pasien PUS wanita apakah memiliki riwayat penyakit kesehatan
repoduksi seperti kista ovarium, mioma uteri, kanker payudara
e) Riwayat Ketergantungan
Dikaji Apakah memiliki kebiasaan seperti merokok, konsusmsi
makanan berlemak, konsumsi alkohol dan NAPZA, sedang dalam
masa penyembuhan dan pengobatan penyakit apapun dan tidak
mengonsumsi obat-obatan.
Sebuah studi mengatakan bahwa merokok meningkatkan
Reaktif Oksigen Spesies (ROS) dan menurunkan anti oksidan
di cairan semen sehingga seorang perokok lebih rentan
mengalami infertiltas karena meningkatnya produksi radikal
bebas di dalam sperma, menyebabkan kerusakan
deoxyribonucleic acid (DNA) dan apoptosis sel sperma (Saleh &
Agarwal, 2002 dalam Rusman, 2019).

19
5) Riwayat Kebidanan
a) Haid
Menurut penelitian Felicia (2015) status gizi juga akan
mempengaruhi siklus menstruasi pada wanita. Perlu di kaji usia
menarche, lama menstruasi dan siklusnya. konsistensi encer,
tidak bergumpal, warna merah segar, ganti pembalut 2-3 kali,
mengalami dishminore saat haid hari pertama-hari kedua.
b) Rencana kehamilan dan riwayat Imunisasi TT
Dikaji apakah PUS wanita rutin mengikuti imunisasi saat kecil,
status TT5 lengkap.
6) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI)
menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk
remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,
sedangkan untuk laki-laki antara 2400- 2800 kkal setiap hari.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi (Felicia, 2015).
b) Eliminasi
Dikaji tentang BAK 4-5 kali per hari, warna kuning jerami.
BAB 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning trengguli.
c) Istirahat/tidur
Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7-
8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Promkes Kemenkes RI,
2018).
d) Aktifitas
Dikaji pola aktivitas apakah pernah terpapar panas di area organ
reproduksi, baik dari pekerjaan maupun perilakunya.
e) Riwayat seksual

20
Dikaji pola seksual apakah pernah melakukan hubungan seksual
pranikah atau perilaku seksual berisiko, melakukan kekerasan
seksual, menderita IMS/HIV.
f) Riwayat Psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital
psychological screening antara lain: kepercayaan diri kedua
pihak sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian
pasangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal
bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi
selalu bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi
antara kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan
persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil
keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum
terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara
kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga,
(Kemenkes, 2013).
g) Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20 Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari pasien dari 20 pertanyaan
apabila ada 5-7 jawaban “YA” berarti menunjukkan adanya
penyimpangan masalah kejiwaan.

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran
dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan. Tingkat kesadaan mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien dalam keadaan tidak sadar)
(Sulistyawati, 2014).

21
b. Tekanan darah : Tekanan darah yang normal yaitu rentang 100/60
mmHg - <140/90 mmHg (Yuliani, Musdalifah, &
Suparmi, 2017)
c. Suhu : Digunakan untuk mengetahui suhu tubuh, dalam
keadaan normal suhu badan berkisar 36,5 – 37,5°C.
(Sulistiyowati, 2018)
d. Nadi : Denyut nadi pada Wanita dewasa sehat yang tidak
hamil memiliki rentang normal 60-100 kali per
menit (Johnson dan Taylor, 2005).
e. Respirasi : Tujuannya untuk mengetahui sistem fungsi
pernafasan. Pernapasan normalnya 16-24 kali per
menit (Romauli, 2011).

2. Antropometri
Tinggi badan : WUS dengan tinggi badan <145 cm dapat berisiko
terjadinya CPD(Manuaba, 2012).
Berat badan : Apabila klien yang datang untuk
mendapat konseling prakonsepsi mengalami
amenore dan berat badannya dibawah normal,
maka harus diindikasikan untuk meningkatkan
asupan kalori. Sebaliknya, apabila mengalami
obesitas, harus dianjurkan untuk mengurangi
asupan kalori supaya berat badannya turun
sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan
gangguan tromboembolisme. Wanita juga
harus dianjurkan untuk meningkatkan asupan
asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Ukuran BB

22
dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks
Massa Tubuh (IMT).
LiLA : Untuk mengetahui lingkar lengan klien. Apakah
termasuk normal, atau kurang dari normal dimana
bertujuan untuk mengetahui gizi kurang pada
wanita usia subur antara usia 15 – 45 tahun yang
terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan
pasangan usia subur (PUS).
Ambang batas LiLA pada wanita usia subur
(WUS) yang tidak berisiko Kekurangan Energi
Kronik (KEK) adalah 23,5 cm (Reza dalam Yunita,
dkk., 2019).
IMT : Indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index
(BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan (Dep-kes, 2011). menurut Kemenkes RI
(2019), batas ambang IMT untuk Indonesia yaitu:
- Kurus (Underweight) : ≤ 18,4
- Normal : 18,5 – 25,0
- Gemuk (Overweight) : ≥ 25,1

3. Pemeriksaan fisik
Kepala dan wajah : Untuk mengetahui kebersihan rambut, warna
rambut, mudah rontok atau tidak. Dan untuk
mengetahui wajah tampak pucat/tidak,
Mata : Dilakukan pemerikasaan visus, kelopak mata
apakah ada oedema atau tidak, konjungtiva pucat
atau tidak pucat. Pemeriksaan ini dilakukan guna
mendeteksi adanya anemia.

23
Telinga : Untuk mengetahui kebersihan telinga, apakah ada
cairan abnormal atau tidak, ada serumen atau tidak,
pendengaran baik atau tidak
Hidung : Untuk mengetahui apakah fungsi penciuman
hidung baik atau tidak, apakah ada septum dan
polip
Mulut : Untuk mengetahui apakah warna bibir sianosis atau
tidak dan kelembapan bibir
Untuk mengetahui adakah karies, pembengkakan
gusi dan bercak jamur putih pada mulut
Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar
(mendeteksi adanya infeksi TB), kelenjar tiroid
(mendeteksi adanya hipertiroidisme atau
hipotiroidisme), dan tekanan pada vena jugularis
atau JVP mencerminkan tekanan darah pusat atau
central venous pressure (CVP) yang ekuivalen
dengan tekanam pada atrium kanan. Peningkatan
CVP menunjukkan adanya masalah seperti gagal
jantung kanan, sedangkan penurunannya
menunjukkan adanya hipovalemia.
Pembesaran kelenjar tiroid menyebabkan
hipertyroidisme pada kehamilan t meningkatkan
pre-eklamsia, BBLR dan perkembangan neurologis
yang kurang baik (Fraser & Cooper, 2009).
Dada : Meliputi pemeriksaan pembesaran, simestris,
areola, putting, kolostrum dan tumor, untuk
dada adakah retraksi pembesaran kelenjar limfe
ketiak, massa dan nyeri tekan
Payudara simetris tidak ada benjolan abnormal
(Sofian, 2015).

24
Abdomen : Mengkaji riwayat luka akibat seksio sesaria sangat
penting untuk mengetahui apakah wanita tersebut
pernah menjalani apendiktomi, apakah ada benjolan
abnormal.
Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda-
tanda infeksi pada vagina.
Pada palpasi vulva yang patologis akan teraba
tumor pada vulva, benjolan atau penebalan pada
labium mayora, dan teraba pembengkakan kelenjar
Bartholini (Manuaba, 2012).
Anus : Untuk mendeteksi adanya masalah seperti
Haemoroid atau adanya luka
Ekstermitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan
atau tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak

4. Program terapi yang diperoleh (bila ada)


5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah yang dilakukan yaitu leukosit,
hematokrit, trombosit, Hb, dan eritrosit. Apabila kadar Hb
rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan terapi
yang tepat. pemeriksaan tingkat Hb akan membantu
mendeteksi risiko thalassemia.

Tabel 2.4 Kriteria Kadar Hb

Sumber : WHO dalam Roosleyn (2016).

25
b. Golongan darah dan rhesus
c. HbsAg
d. HIV/AIDS
e. IMS (Sifilis)
2) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG,
pemeriksaan gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
3) Pemeriksaan masalah Psikologis menggunakan Self Rating
Questionnaire (SRQ)-20

2. Diagnosa kebidanan

Menurut (Kemenkes, 2011), perumusan diagnosa dan atau masalah


kebidanan, bidan dapat menganalisa data yang diperoleh pada
pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

Nn. “....” usia... tahun Pus dengan prakonsepsi

3. Perencanaan
Rencana atau Intervensi asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang
ditemukan dalam pengkajian (Kemenkes RI, 2017), meliputi:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
R/ : Setiap pasien berhak mendapatkan informasi mengenai kondisi
kesehatannya. Sangat penting agar calon pengantin memahami
kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan
masalah yang dihadapi
2) Berikan Health Education kepada klien mengenai Kesehatan
reproduksi persiapan kehamilan sesuai panduan buku saku
konseling PUS yang telah Prakonsepsi yang ditentukan oleh
Kemenkes (2018)
R/ : Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan
reproduksi dan prakonsepsi sehingga klien dapat

26
mempersiapkan kehamilan dengan baik sehingga tidak terjadi
komplikasi.
3) Berikan Health Education kepada klien mengenai Gizi Seimbang
dan Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen
asam folat untuk persiapan kehamilan.
R/ : Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan
sebelum hamil agar indung telur yang dihasilkan
berkualitas. Selain itu asam folat mampu menurunkan resiko
gangguan metabolisme DNA. Gizi seimbang untuk
mempersiapkan konsepsi. Rasional: pengetahuan dan
pendidikan kesehatan reproduksi dan gizi seimbang
bertambah, mampu menerapkan pada dirinya sehingga
kesehatan semakin baik untuk mempersiapkan kehamilan.
4) Berikan Health Education dan pengobatan kepada PUS sesuai
indikasi atau adanya kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai.

R/ : Pengetahuan dan pendidikan mengenai penyakit yang perlu


diwaspadai pada calon pengantin bertambah, sehingga dapat
menjaga kesehatan untuk mempersiapkan kehamilan.

4. Pelaksanaan
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada PUS prakonsepsi yaitu :
a. KIE Kesehatan reproduksi
b. Pelayanan kebidanan, penjelasan kepada pasien hasil dari
pemeriksaan yang telah dilakukan dan penjelasan tentang keluhan
yang telah dialami oleh pasien.
c. Pelayanan Gizi

27
d. Skrining dan Imunisasi : menginformasikan pentingnya imunisasi
Tetanus Toxoid (TT)
e. Pelayanan Kontrasepsi, penjelasan penggunaan kontrasepsi pada
pasangan yang akan menunda kehamilan.
f. Pengobatan/terapi : kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
terapi sesuai dengan masalah yang dialami pasien.

5. Evaluasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun
2014) dan berdasarkan buku saku kesehatan reproduksi dan seksual
bagi PUS maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes
RI tahun 2018. Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
Evaluasi dilakukan sesuai standar dan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi dicatat dan
dikomunikasikan pada klien atau keluarga. Hasil evaluasi harus
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Menurut Kemenkes RI (2011:7), evaluasi ditulis dalam bentuk
catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S : data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dan
rujukan.

28
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA PASANGAN USIA


SUBUR Ny.’’H’’DAN Tn. “M” DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIDOTOPO SURABAYA

Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 11 November 2021
Pukul : 10.35 WIB
Oleh : RISNAWATI

a. Data Subjektif
1) Biodata Catin Wanita Biodata Catin Laki-laki
Nama : Nn. “H” Tn. “M”
Umur : 23 tahun 34 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat : Arimbi 1/7 Arimbi 1/7
Nomor Telepon : 085255277xxx 081234958XXX
2) Alasan Datang
Pasien ingin memeriksakan kesehatannya untuk persiapan kehamilan,
saat ini klien diperiksa sendiri karena suami berdomisili di luar wilayah
Sidotopo.
3) Keluhan
Tidak ada keluhan/masalah,pasien hanya ingin konsultasi agar cepat
hamil
4) Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Disminorhea : kadang- kadang

29
Siklus : teratur (+/- 28 hari)
Banyak darah : 4-5x ganti pembalut/hari
Lama : 6-7 hari
HPHT : 18 – 10 - 2022
Keputihan : kadang – kadang, saat ini tidak
sedang keputihan.

5) Riwayat Penyakit Sekarang


Klien sehat, tidak ada keluhan, tidak
ketergantungan obat obatan apapuningin
segera memiliki anak karena usia sudah 30

Ny. H : tahun, status imuniasi TT : TT4, saat bayi


klien telah mendapatkan imunisasi
lengkap dan saat sekolah dasar
mendapatkan imunisasi di bahu 2 kali.

Ny. H mengatakan bahwa pasangannya


Tn. M sehat, tidak ada keluhan, tidak
:
ketergantungan obat obatan apapun, ingin
segera memiliki anak.

6) Riwayat Penyakit Dahulu


Klien tidak ada alergi, memiliki riwayat
oprasi kista 2 tahun yang lalu, tidak
Nn. H : memiliki Riwayat penyakit menular (HIV,

TBC, Hepatitis) dan penyakit menurun


(HT, diabetes, asma, jantung).
Ny.. H mengatakan bahwa pasangannya
Tn. M tidak ada alergi, tidak memiliki riwayat
:
operasi dan trauma fisik, tidak memiliki
Riwayat penyakit menular (HIV, TBC,

30
Hepatitis) dan penyakit menurun (HT,
diabetes, asma, jantung).

7) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
menular (HIV, TBC, hepatitis) dan
Ny H :
penyakit menurun (HT, diabetes, asma,
jantung)
Ny. H mengatakan bahwa Keluarga
pasangannya tidak memiliki riwayat
Tn.M
: penyakit menular (HIV, TBC, hepatitis)

dan penyakit menurun (Diabetes, asma,


jantung) namun ada riwayat HT

8) Riwayat Sosial Ekonomi


NY. H : Pendidikan terakhir klien adalah SMK,
klien bekerja berjualan di took sendiri,
klien tidak pernah merokok dan minum
alkohol, tidak pernah menggunakan
narkoba/obat obatan terlarang
Tn. M : Pendidikan terakhir klien adalah SMA,
Ny.H mengatakan bahwa suaminya bekerja
di Perusahaan Swasta Surabaya, klien
merokok namun bukan perokok berat,
tidak pernah minum alkohol, tidak pernah
menggunakan narkoba/obat obatan
terlarang

31
9) Sexuality (Aktivitas Seksual)
Nn. H : Klien mengatakan tidak pernah melakukan
hubungan seksual diluar nikah
Tn.M : Ny H mengatakan bahwa pasangannya
mengatakan tidak pernah melakukan
hubungan seksual diluar nikah

10) Pola Aktivitas Sehari – hari


a. Aktivitas : Ny. H sehari – hari bekerja sebagai penjual,
melakukan olahraga rutin 1 kali seminggu
setiap kali libur kerja
b. Nutrisi : Ny. H makan 3x/hari dengan menu (nasi,
sayur, lauk pauk), minum 8-10 gelas/hari,
tidak ada alergi/pantang makan tertentu,klien
suka ngemil
c. Personal : mandi 2x/hari, keramas 2 hari sekali, ganti
Hygiene celana dalam 2-3x/hari saat setelah mandi
dan saat terasa lembab.
d. Pola Eliminasi : BAB teratur 1 hari 1 kali, tidak ada keluhan
seperti konstipasi, BAK 4-8 x/hari, tidak ada
keluhan

b. Data Objektif
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,8ᵒC
Nadi : 81 x/menit
Respirasi : 19 x/menit

32
Antropometri
BB :60 Kg
TB : 159 cm

IMT : = 23,73 (normal)


( )

LILA : 26 cm

2) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut tidak rontok dan bersih
Wajah : Tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih,
Telinga : Tidak ada ada gangguan Pendengaran
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, kelenjar limfe
maupun vena jugularis
Dada : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Genetalia : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada sindaktili maupun polidaktili,
pergerakan bebas
Bawah : simetris, tidak ada oedema, tidak ada sindaktili maupun
polidaktili, pergerakan Bebas

3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :
HB : O rhesus +
b. Pemeriksaan Deteksi Dini Kejiwaan SRQ-20
Pemeriksaan masalah Psikologis menggunakan Self Rating
Questionnaire (SRQ)-20 dengan hasil pemeriksaan dari 20

33
pertanyaan jawaban Y= 0 dan T= 20 yang berarti tidak menunjukkan
adanya masalah kejiwaan

c. Analisa Data
Ny. “H” Usia 23 Tahun Pasangan Usia Subur Dengan Persiapan
Kehamilan /Prakonsepsi

d. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dengan bahasa yang
mudah dimengerti
e/ klien merasa lega dan merasa tenang setelah mengetauhi hasil
pemeriksannya
b. Melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa menggunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh WHO yaitu Self Reporting
Questionnare (SRQ-20) dan memberikan edukasi terkait kestabilan
emosional pada Pasangan Usia Subur,
e/ Pasien mengerti dan senang dengan hasil kuesioner SRQ bahwa
tidak mengalami masalah psikologis
c. Memberikan Health Education kepada klien mengenai Gizi Seimbang
menggunakan gambaran “isi piringku” atau juga mengkonsumsi
suplemen asam folat untuk persiapan kehamilan.
e/ klien dapat memberikan umpan balik yang baik serta dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan dan bersedia menerapkan
anjuran yang diberikan
d. Memberikan Health Education dan pengobatan kepada Pasangan Usia
Subur sesuai indikasi atau adanya kondisi dan penyakit yang perlu
diwaspadai yaitu perilaku kebiasaan merokok pada laki-laki.
Menganjurkan klien Laki-laki untuk mengurangi itensitas merokoknya
dan klien wanita untuk dapat menghindari asap rokok.
e/ klien dapat memberikan umpan balik yang baik serta dapat
mengulangi penjelasan yang diberikan dan bersedia menerapkan

34
anjuran yang diberikan dan bersedia menyampaikan kepada suami
untuk mengurangi merokok dan klien mengatakan akan menghindari
asap rokok.
e. Melakukan Pendokumentasian dalam bentuk SOAP

35
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kunjungan Pasangan Usia Subur ini dilakukan sebanyak satu kali
dan didapatkan data umur Ny. H 23 tahun dan Tn. M 34 tahun dengan keluhan
ingin memilik anak. Didapatkan hasil pemeriksaan pasien dalam keadaan baik,
dengan IMT 23,73 kg/m (normal), LILA 26 cm. Analisa yang didapat Ny. H usia
23 tahun dengan status kesehatan baik. Asuhan yang diberikan memberikan KIE
mengenai kesehatan reproduksi dan gizi seimbang untuk mempersiapkan
konsepsi, kehamilan dan perencanaan kehamilan, kondisi dan penyakit yang perlu
diwaspadai oleh Pasangan Usia Subur, kesuburan serta menjelaskan mengenai
kekerasan dalam rumah tangga kepada klien dan suaminya.
Perlunya pendidikan mengenai kesehatan reproduksi dan gizi seimbang untuk
mempersiapkan pra konsepsi. Kesehatan Reproduksi Pasangan Usia Subur perlu
dijaga agar dapat berfungsi dengan baik. Status gizi pada wanita perlu diketahui
salah satunya untuk persiapan kehamilan. Untuk mencegah kondisi berbahaya
seperti anemia, KEK(Kurang Energi Kronis), maka Pasangan Usia Subur
dianjurkan untuk melakukan berbagai persiapan gizi. Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu
secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan.
Perencanaan kehamilan selanjutnya boleh direncanakan karena jarak anak terakhir
yaitu 4 tahun. Tetapi tetap harus waspada jika hamil diatas usia 35 tahun memiliki
resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya. Selain hal tersebut konseling mengenai
kekerasan dalam rumah tangga kepada klien sangatlah penting agar menjaga
keharmonisan dalam rumah tangga dan terhindar terjadinya kekerasan.
Sesuai dengan penelitian (Latifah, 2019) bahwa salah satu tujuan pernikahan
yaitu menjaga keturunan dan melindunginya sehingga terbentuk keturunan yang
sehat baik secara jasmani ataupun rohani. Sehat secara jasmani dalam pengertian
sehat dari penyakit-penyakit menular maupun penyakit keturunan. Hal ini dapat
berhasil jika Pasangan Usia Subur mempersiapkan dari awal hal-hal yang terkait
tentang kesehatan diri sendiri. Persiapan kesehatan ini penting untuk dilakukan

36
karena akan menyingkap penyakit-penyakit turunan. Karena pada dasarnya,
seseorang bisa jadi “carrier” pembawa suatu jenis penyakit yang dapat
menyebabkan melahirkan keturunan yang tidak sehat, namun padanya tidak
terlihat keluhan apa-apa. Selain itu, hubungan suami istri harus didasari
penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam kondisi
yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Serta
Konseling kesehatan persiapan kehamilan mengarahkan tentang bagaimana cara
untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, menangani risiko stres, dan
mengenali perilaku sehat dalam menciptakan kesejahteraan wanita dan calon
janinnya

37
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan
usia istri berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri
berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau usia istri berumur
lebih dari 50 tahun tetapi masih haid. Pada pasangan suami istri usia
subur yang baru menikah atau ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan
merupakan saat-saat yang paling ditunggu. Hal itu juga merupakan saat
yang menegangkan ketika sebuah kehidupan baru bertumbuh dan
berkembang di dalam Rahim. Salah satu Manfaat adanya asuhan
prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan emosional yang
optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu
dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan
saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa
saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan
pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir
dengan sehat
1.2 Saran
Dengan asuhan yang telah diberikan pada Pasangan Usia Subur
diharapkan dapat mempersiapkan dari awal hal-hal yang terkait tentang
kesehatan diri sendiri untuk perencanaan konsepsi serta dapat
menerapkan apa yang telah diajarkan

38
DAFTAR PUSTAKA

Avilla (2022). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education Mengenai


Skrining Prakonsepsi Terhadap Sikap Dan Motivasi Wanita Usia Subur.
Jurnal Elektronik , 62-66.
BKKBN (2018). Peningkatan Pemahaman Bidan Koordinator Tentang Standar
Operating Prosedur Premarital Skrining Di Puskesmas Sekota Semarang .
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan , 45-49.
Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati (2020). Peningkatan Pemahaman idan
Koordinator Tentang Standar Operating Prosedur Premarital Skrining Di
Puskesmas Sekota Semarang . Jurnal Pengabdian Masyarakat, 45-49.
Gita Kostania, A. L. (2020). Pengembangan Booklet Pranikah Sebagai Media
Informasi Dalam Pelayanan Kesehatan Untuk Calon Pengantin. Jurnal
Kebidanan Indonesia, 1-10.
Ida Farida, S. (2012). Gambaran Persepsi Petugas Puskesmas Dan Petugas Kantor
Urusan Agama (Kua) Dalam Pelaksanaan Program Imunisasi Tetanus
Toxoid (Tt) Pada Calon Pengantin Wanita Di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011 . Jurnal Kesehatan Reproduksi, 132-142.
Kemenkes. (2015). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin .
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes. (2018). Kelainan Bawaan. Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.
Mirza, (2018). Kadar Hemoglobin Pada Siswi Pondok Pesantren Putri Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak Jawa Tengah. 1-10.
Thaha. (2017). Pengetahuan Calon Pengantin tentang Pemeriksaan Kesehatan
Pranikah di Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Cehadum1-8.
Sunarsih. (2019). Pernikahan dalam Islam . Jurnal Pendidikan Agama Islam, 185-
193.
Saleh & Agarwal, (2019). Tes Kesehatan Sebagai Syarat Pra Nikah (Studi UU
Pernikahan di Kuwait). Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 1-22

39
LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai