I. IDENTIFIKASI MASALAH
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi
dan psikologis, yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (adolescence).
Masa remaja adalah periode paralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa (Widyastuti,
2010).
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial karena pada saat tersebut terjadi
pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan
timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan dalam
penggunaan zat gizi. Hal ini disertai dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh yang
cepat. Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan
fisiologis yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja (Poltekes Depkes Jakarta I).
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang
terdapat dalam makanan dan dapat memengaruhi kesehatan. Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan transportasi,penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Menstruasi adalah haid, merupakan perdarahan yang berasal dari uterus sebagai tanda
bahwa alat kandungannya menunaikan fungsinya, terjadi setiap bulan secara teratur pada
seorang wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil (Depkes, 1993).
V. MATERI
Terlampir
VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. Presentasi dengan MS. Power point
3. Brosur
A
A : Penyaji
B
B : Peserta Penyuluhan
X. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Proposal Pendidikan Kesehatan yang berisi Satuan Acara Penyuluhan telah siap
sebelum kegiatan dimulai.
2. Kontrak waktu, tempat dan topik dengan mahasiswa/remaja.
3. Tempat dan media telah siap sebelum kegiatan dimulai.
4. Penyaji materi telah siap member penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
5. Waktu dan tempat sesuai yang telah ditentukan.
6. Menyiapkan pertanyaan.
b. Evaluasi Proses
1. Penyuluh berperan sesuai dengan perannya.
2. Kegiatan berlangsung sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah ditentukan.
3. Adanya tanya jawab dan feedback.
4. Media dapat digunakan secara efektif.
5. Penyuluh mampu melakukan evaluasi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
c. Evaluasi Hasil
1. Peserta mampu menjelaskan definisi dari gizi,menarke dan menstruasi.
2. Peserta mampu menjelaskan kebutuhan gizi pada remaja.
3. Peserta mampu menjelaskan hubungan status gizi dengan menarke.
4. Peserta mampu menyebutkan nutrisi yang dibutuhkan saat menstruasi
5. Peserta mampu menyebutkan makanan yang harus dihindari saat menstruasi.
6.
XI. PENGESAHAN
Sasaran Penyuluh/Pemateri
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan.
Gizi memiliki peran yang sangat penting bagi perempuan, sejak masih berupa janin
hingga usia lanjut. Pada masa remaja gizi yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan. Pada
remaja perempuan, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan biologis dengan mengalami
menstruasi, sehingga dibutuhkan kecukupan hemoglobin agar tidak terjadi anemia gizi,
sebagai akibat kekurangan zat gizi.
2. Pengertian Menarke
Menarke adalah haid yang pertama kali terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan
seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja wanita sangat memengaruhi
terjadinya menarke baik faktor usia terjadinya menarke, adanya keluhan-keluhan selama
menarke maupun lamanya hari menarke. Secara psikologis wanita remaja yang pertama
sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya
terasa begah. Tetapi beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan. Hal ini
dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur
(Brunner, 1996).
3. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah haid, merupakan perdarahan yang berasal dari uterus sebagai tanda
bahwa alat kandungannya menunaikan fungsinya, terjadi setiap bulan secara teratur pada
seorang wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil (Depkes, 1993).
Menstruasi terjadi sebagai akibat terlepasnya endometrium yang iskemia akibat
pengaruh hormonal. Pelepasan endometrium disertai perdarahan yang disebut menstruasi
yang berlangsung antara 2-8 hari. Setelah masa menstruasi berakhir, endometrium kemudian
tumbuh kembali atau disebut juga endometrium mengadakan proliferasi, agar siap menerima
ovum yang telah dibuahi sebagai persiapan kehamilan. Apabila tidak terjadi pembuahan,
endometrium kemudian lisut dan terjadi menstruasi kembali.
a. Siklus Menstruasi
Pada manusia siklus menstruasi adalah perdarahan vagina periodik yang terjadi
dengan terlepasnya mukosa rahim (menstruasi, mentruasi). Lama siklus ini sangat bervariasi,
tetapi angka rerata adalah 28 hari dari permulaan satu periode menstruasi sampai permulaan
periode berikutnya. Biasanya, hari-hari menstruasi diberi nomor, yang dimulai dengan hari
pertama menstruasi.
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal
mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya menstruasi tidak
diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar menstruasi dari ostium uteri eksternum tidak dapat
diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari. Panjang siklus menstruasi
yang normal adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita
tetapi juga pada wanita yang sama. Panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia
seseorang.
Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada juga yang sampai 7-8 hari. Jumlah
darah yang keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar
lebih banyak, pada wanita dengan anemi defisiensi besi jumlah darah menstruasinya juga
lebih banyak. Jumlah darah menstruasi lebih dari 80 cc dianggap patologik. Kebanyakan
wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu menstruasi, tetapi sebagian kecil merasa
berat di panggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis remaja pada waktu pertama
kalinya mendapat menstruasi (menarche) bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun dengan rata-
rata 12 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,
keadaan gizi, dan kesehatan umum.
Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna
pada waktu menarche berkisar antara 15 – 19 tahun. Menurut Brown menurunnya usia
waktu menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang
membaik, dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa
pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa.
b. Mekanisme Menstruasi
Hormon steroid estrogen dan progresteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium.
Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki masa proliferasi; sesudah ovulasi,
endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesteron
pada akhir siklus menstruasi, terjadi regresi endometrium yang kemudian diikuti oleh
perdarahan yang dikenal dengan menstruasi.
2) Faktor Vaskular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Padsa pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri,
vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena-
vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi
nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
3) Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. Dengan disentegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai
suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada menstruasi.
B. GIZI PADA REMAJA
1. Pertumbuhan Selama Remaja
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi
pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan
timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan memengaruhi kebutuhan, absorpsi,
serta cara penggunaan zat gizi. Hal ini disertai dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh
yang cepat. Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak
perubahan fisiologis yang memengaruhi kebutuhan gizi pada remaja.
Pertumbuhan yang pesat dan masa pubertas pada remaja tergantung pada berat dan
komposissi tubuh seseorang. Ini menunjukkan bahwa status gizi memegang peranan penting
dalam menentukan status kematangan fisiologis seseorang.
a. Energi
Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk ditentukan
secara tepat. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan gizi remaja adalah
aktivitas fisik seperti olahraga. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan remaja yang kurang aktif.
b. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan
terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein remaja wanita lebih besar
pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein harus
memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila pemasukan energi tidak adekuat, maka
protein akan digunakan sebagai sumber energi, dan ini akan mengaibatkan malnutrisi.
Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber
protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi kuantitas dan
kualitas. Contoh sumber protein adalah: daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih
(ayam, ikan), susu dan hasil olahannya., kedele dan hasil olahannya, kacang-kacangan, dan
lain-lain.
c. Mineral
Kebutuhan mineral terutama kalsium, zinc, dan zat besi juga neningkat pada masa
remaja. Kalsium penting untuk kesehatan tulang, khususnya dalam menambah massa tulang.
Keterbatasan masa tulang selama remaja akan meningkatkan resiko osteoporosis pada
kehidupan selanjutnya, khususnya pada wanita. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu
dan hasil olahannya. Sumber lainnya adalah ikan, kacang-kacangan, dan sayuran.
Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama bagi
remaja laki-laki. Defisiensi zinc dapat menimbulkan resiko retrdasi mental dan
hipogonadisme.
d. Vitamin
Kebutuhan vitamin tiamin (thiamin), riboflavin, dan niasin pada remaja akan
meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolisme energi. Begitu
juga dengan volat, dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA dan RNA. Tak kalah
pentingnya dalah vitamin D yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otot. Vitamin
A,C, dan E juga dibutuhkan untuk pembentukkan dan mendukung fungsi sel baru.
3. Pengkajian Status Gizi
Pengkajian status gizi selama masa remaja perlu dilakukan. Pada periode ini, kecenderungan
resiko terjadinya gangguan gizi sangat tinggi, contohnya obesitas dan anoreksia nervosa.
Salah satu cara sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi pada remaja
adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT
dapat membantu untuk mengidentifikasi remaja yang secara signifikan beresiko mengalami
kelebihan berat badan. Rumus IMT adalah sebagai berikut.
Gizi yang kurang pada remaja putri dapat mempengaruhi pematangan seksual,
pertumbuhan, fungsi organ tubuh, dan akan menyebabkan terganggunya fungsi
reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila
asupan nutrisinya baik. Asupan giziyang tidak adekuat dapat mempengaruhi
ketidakteraturan menstruasi pada kebanyakan remaja putri.
Keadaan status gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh pola konsumsi
makan, kebanyakan dari mereka konsumsi zat gizinya rendah, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan makanan atau membatasi sendiri makanannya karena faktor ingin langsing
(Karyadi 1995, dalam Waluya 2007). Hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih
tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang
meyakini kalau sarapan memang penting. Namun mereka yang sarapan secara teratur
hanya 60% (Daniel, 1997 dalam Arisman, 2004).
Hubungan status gizi dengan menarke terkait dengan jumlah lemak dalam tubuh.
Jaringan lemak menghasilkan hormon leptin. Leptin diduga berperan pada beberapa fungsi
reproduksi wanita. Kadar leptin yang tinggi pada wanita dihubungkan dengan menarke yang
dini, sedangkan menurunnya kadar leptin dihubungkan dengan membaiknya fungsi indung
telur pada wanita penderita obesitas dengan sindrom ovarium polikistik. Status gizi remaja
wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarke atau haid pertama baik dari faktor usia
terjadinya menarke, adanya keluhan-keluhan selama menarke maupun lamanya hari
menarke. Secara psikologis, wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan
mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah. Akan tetapi, pada
beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan. Hal ini dipengaruhi oleh nutrisi
yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur.
Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ
tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini dapat berdampak
pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Seberapa jauh
pengaruh status gizi terhadap terjadinya menarke belum ada yang melakukan penelitian.
Sebagai bahan perbandingan dibawah ini akan diuraikan tentang asupan energi total dan
keragaman komponene diet.
Asupan energi bervariasi sepanjang siklus haid, terjadi peningkatan asupan energi
pada fase luteal dibandingkan fase folekuler. Peningkatan konsumsi energi premenstruasi
dengan ekstra penambahan 87-500 Kkal/hari. Kesimpulannya bahwa estrogen mengakibatkan
efek penekanan atau penurunan terhadap nafsu makan (Krummel,1996). Identifikasi jenis
nutrisi yang dapat mengakibatkan perubahan asupan energi belum didapatkan data yang pasti.
Ada yang berpendapat karbohidat merupakan sumber asupan kalori selama fase luteal, yang
lain berpendapat bahwa konsumsi softdrink yang mengandung gula cenderung meningkat
selama fase luteal. Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa asupan lemak dan protein
akan meningkat pada fase luteal. Dengan demikian selama fase luteal terjadi peningkatan
asupan makanan atau energi (Krummel, 1996).
Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada
saat haid tersebut terutama pada fase luteal yang terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi.
Apabila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan selama siklus haid.
D. HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI (PMS)
Premenstrual Syndrome adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental
dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapi hari setelah menstruasi.
Penyebab PMS belum diketahui pasti. Banyak dugaan bahwa PMS terjadi akibat
kombinasi dari berbagai faktor yang kompleks yang salah satunya adalah akibat perubahan
hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Penurunan kadar hormon estrogen setelah ovulasi
mempengaruhi neurotransmitter di otak terutama serotonin. Serotonin memiliki peranan
dalam regulasi emosi.
Pola hidup yang tidak sehat terutama faktor nutrisi diduga turut berperan dalam
menyebabkan PMS. Pola nutrisi yang tidak seimbang berupa diet tinggi lemak, tinggi garam
dan gula, rendah vitamin B (terutama Vitamin B6) dan mineral (magnesium, zat besi, zink,
mangan). Konsumsi kafein serta alkohol yang berlebihan dapat memperberat gejala yang ada.
Menurut dr. Guy Abraham, penambahan nutrisi tertentu disertai perubahan pola
makan 1-2 minggu menjelang menstruasi dapat mengurangi gejala PMS. Komposisi nutrisi
yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Karena makanan asin bersifat meretensi air sehingga dapat terjadi pembengkakan
pada perut. Hal tersebut yang menyebabkan apabila terlalu banyak mengkonsumsi makanan
asin menjelang menstruasi akan menyebabkan perut sering kembung dan sakit.
Alkohol mengandung zat etanol yaitu suatu zat yang dapat merangsang sistem saraf
pusat. Sehingga dapat mengganggu kerja hormon dan sistem saraf dalam tubuh. Akibatnya
gangguan PMS semakin tidak terkontrol.
3. Minum susu
Kebutuhan kalsium harian orang dewasa sekitar 1000 mg/hari. Jika jumlah ini
tercukupi, maka kalsium dalam tubuh dapat membantu mengurangi gejala PMS seperti kram
dan kejang perut. Hal ini terjadi karena kalsium yang terkandung dalam susu dapat membantu
tubuh melepaskanhormon endofrin (hormon tubuh yang dapat membantu memberikan rasa
nyaman) selama masa menstruasi.
4. Perbanyak makan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks
Sumber vitamin ini ada pada ikan Tuna, hati sapi/ayam dan lain-lain. Tercukupinya
kebutuhan vitamin B6 terbukti dapat mengontrol produksi hormon serotonin (hormon saraf
yang mencegah depresan), sehingga otak merasa lebih rileks menjelang PMS.
Beberapa penelitian juga menyebutkan hubungan beberapa zat gizi dengan penurunan
tingkat nyeri saat menstruasi. Sebuah jurnal yang ditulis oleh Werbach (2004), menyatakan
bahwa niasin, tiamin, vitamin E, dan magnesium dapat mengurangi dismenore.
Beberapa zat gizi yang perlu diperhatikan kecukupannya adalah sebagai berikut:
a. Zat Besi
Wanita mempunyai kebutuhan zat besi yang lebih banyak karena proses fisiologis
yang terjadi disepanjang kehidupan wanita seperti menstruasi, hamil, dan menyusui. Setiap
bulan seorang wanita mengalami kehilangan darah haid yang berarti merupakan kehilangan
zat besi harian lebih kuran 1,0 mg atau kehilangan zat besi 28 mg setiap bulannya. Di
samping itu gaya hidup wanita seperti mengurangi asupan kalori agar tetap langsing, juga
berkontribusi terhadap kurangnya zat besi pada wanita. Pada keadaan tidak haid rata-rata
seorang anita hanya mengonsumsi 1000 kalori makanan yang mengandung 6 mg zat besi.
Pada saat haid wanita harus makan sebanyak 3000 kalori untuk memenuhi kebutuhan zat besi
hariannya sebesar 18 mg.
Sumber zat besi yang baik adalah daging, ayam, hati, ikan, telur, serelia tumbuk,
kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah.
b. Protein
Protein harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup saat menstruasi. Hal ini
mengingat protein berperan dalam produksi hemoglobin atau pemeliharaan sel-sel darah
merah. Kebutuhuan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah konsumsi yang
diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein
yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan atau menyusui. Angka kecukupan
protein orang dewasa sehari rata-rata adalah 1,0 mg/kg BB.
Sumber protein terbagi atas 2 jenis, yaitu protein hewani seperti daging, ikan, telur,
dan produk susu serta protein nabati seperti kacang-kacangan, polong-polongan, dan biji-
bijian.
c. Vitamin C
Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi heme (berasal dari daging) dan
zat besi non heme (didapat dari jenis padi-padian, sayur, kacang). Pada umumnya vitamin C
terdapat pada pangan nabati, yaitu sayur dan buah-buahan terutama asam, seperti jeruk,
nanas, rambutan, pepaya, dan tomat. Vitamin C juga terdapat pada jenis sayur-sayuran dan
kol.
e. Magnesium
Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa rileks
yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung (Hill, 2002). Selain itu, magnesium
juga berfungsi memperbesar pembuluh darah sehingga mencegah kekejangan otot dan
dinding pembuluh darah. Oleh sebab itu, magnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sakit
saat menstruasi (Dean, 2010). Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia
tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta coklat juga
merupakan sumber magnesium yang baik (Almatsier, 2004).
f. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi
metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot. Kalsium
bersama dengan magnesium, berperan dalam transmisi saraf. Jika otot tidak mempunyai
cukup kalsium, maka otot tidak dapat mengendur sehingga dapat mengakibatkan kram (Hill,
2002).
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu, seperti keju. Ikan dimakan
dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-
kacangan dan hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe, serta sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mangandung banyak
zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2004).
g. Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin E mempunyai fungsi
sebagai antioksidan di dalam tubuh (Hill, 2001). Vitamin E sangat penting untuk melindungi
tubuh dari serangan radikal bebas serta mencegah berbagai penyakit, mengurangi kelelahan,
hingga memperlambat penuaan dini yang dikarenakan oleh proses oksidasi. Pada saat
menstruasi, vitamin E terutama yang terkandung di dalam kacang almond berfungsi untuk
membantu mengurang produksi hormon yang dapat menyebabkan kram saat menstruasi.
1. Kafein
Kafein merupakan salah satu minuman utama yang perlu dihindari karena bisa
menyempitkan pembuluh darah dan membuat tubuh terdehidrasi. Maka dari itu bila
mengonsumsi kafein, tubuh akan merasa tidak nyaman dan menimbulkan sakit kepala serta
meningkatkan kecemasan dan kegalauan. Lebih baik hindari minuman berkafein seperti kopi,
soda, dan coklat terutama selama menstruasi.
2. Gula
Hindari makanan manis seperti permen atau soda karena mengandung kadar gula
yang tinggi. Mengonsumsi makanan dengan kadar gula yang tinggi membuat kadar gula
dalam darah meningkat dengan drastis dan dapat membuat Anda mudah merasa kesal dan
cepat lesu.
5. Goreng - Gorengan
Makanan yang digoreng mengandung banyak lemak dan minyak yang dapat
meningkatkan hormon estrogen. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng seperti jajanan
gorengan, kentang goreng untuk membuat rahim stabil dan menghindari rasa keram dan sakit.