Anda di halaman 1dari 25

Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas

“SOAP Asuhan Ibu Nifas dengan Penyakit Infeksi (Mastitis)”

Disusun Oleh :

1. Aida Ajeng Juwita 1810105094

2. Adinda Melly Yunita1810105096

3. Nadila Chairunisa 1810105097

4. Vivia Venna Diaz V. 1810105101

B3/Semester III

Program Studi Diploma III Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, nikmat, rizki,
hidayah dan hikmah yang Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “SOAP Asuhan Ibu Nifas dengan Penyakit Infeksi (Mastitis)”.

Dalam menyelesaian pembuatan makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin berterima kasih pada berbagai pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini selesai dibuat.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi memperbaiki kekurangan dan kekeliruan yang ada. Penulis
mengharapkan semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dalam bidang kesehatan.

Yogyakarta, 20 Oktober 2019

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Tujuan.....................................................................................................................................2

1.3 Manfaat.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Definisi Mastitis................................................................................................................3

2.2 Faktor Resiko.........................................................................................................................5

2.3 Etiologi..............................................................................................................................6

2.4 Tanda dan Gejala...............................................................................................................8

2.5 Contoh Kasus....................................................................................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................22

3.2 Saran................................................................................................................................22

Daftar Pustaka.............................................................................................................................23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta


pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasasarkan
pancasila. Oleh karena itu, pembangunan di bidang kesehatan harus dilaksanakan sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional. Salah satu indikator untuk menentukan derajad kesehatan
suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas.
Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan
meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas ( Riswandi, 2005 ). AKI di
Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN. Sehingga target Millenium Development Goalds
(MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata,
2008). Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia Pada masa ini terjadi beberapa perubahan, salah satunya perubahan
pada payudara untuk mempersiapkan masa laktasi atau menyusui. Menyusui bayi adalah salah
satu ekspresi cinta seorang ibu, tetapi banyak kesulitan yang dialami seorang ibu dalam
pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi antara lain puting datar atau terbenam, puting lecet,
payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses payudara. Abses payudara
merupakan lanjutan dari mastitis.

Mastitis yaitu infeksi kelenjar mammae pada masa nifas dan menyusui. Insidennya
sekitar 2 %, gejala-gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum sampai akhir minggu ketiga
atau keempat. Infeksi hampir selalu unilateral dan pembengkakan bermakna biasanya
mendahului inflamasi. Payudara menjadi keras dan memerah, dan sang ibu mengeluhkan nyeri,
sekitar 10 % mastitis dengan abses mammae. Masalah payudara yang sering terjadi pada masa

1
nifas sebenarnya dapat dicegah dengan dilakukannya asuhan pada ibu nifas secara dini salah
satunya adalah dengan perawatan payudara dan KIE tentang cara menyusui yang benar.

1.2 Tujuan

a. Tujuan

1. Mengetahui definisi mastitis

2. Mengetahui etiologi mastitis

3. Mengetahui tanda dan gejala mastitis

4. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data

5. Mahasiswa mampu melakukan analisa

6. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan.

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi

1.3 Manfaat

Manfaat makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Bagi mahasiswa, hasil makalah diharapkan dapat memberikan pemahaman dan


pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan benar;

b. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan


wawasan, pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah pada
sistem reproduksi wanita, yaitu penyakit mastitis inisehingga dalam
mempraktikkan ilmu yang terkait akan lebih mudah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Mastitis

Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Biasanya terjadi
karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri biasanya masuk melalui puting susu
yang pecah-pecah atau terluka.Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses
payudara (penimbunan nanah di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik seperti
demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu
(Masjoer, 2001).

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau
mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan
yang adekuat.Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah
berat (Sally I, Severin V.X, 2003 dalam Anonim, 2013).

Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan pada payudara
yang terjadi melalui luka pada puting, dapat berasal dari peredaran darah. Tanda–tanda mastitis
yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai kenaikan suhu, ibu merasa lesu, tidak nafsu
makan, payudara membesar, nyeri perabaan, mengkilat dan kemerahan pada payudara, dan
terjadi pada 3–4 minggu masa nifas. Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum
dan sesudah menyusui; menyusui pada payudara yang tidak sakit; kompres dingin sebelum
menyusui;menggunakan BH untuk menyokong payudara, berikan antibiotik dan analgetik,
istirahat yang cukup dan banyak minum (USU, tanpa tahun).

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada duktus hingga
puting susu mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran.Penyebab penting dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien
akibat teknik menyusui yang buruk.Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk

3
menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya
(Sally I, 2003 dalam Anonim, 2013).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan mastitis
adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara yang diakibatkan karena adanya
bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.

Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: mastitis puerparalis epidemic, mastitis


aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat jenis tersebut muncul
dalam kondisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam
Djamudin, 2009):

1. Mastitis Puerparalis Epidemik

Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi dan ibunya
terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling sering terjadi di
rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.

2. Mastitis Noninfesiosa

Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh
payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti.Namun proses ini membutuhkan waktu
beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2–3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI
dapat menyebabkan respons peradangan.

3. Mastitis Subklinis

Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat disertai dengan
pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang yaitu kira-kira
hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).

4. Mastitis Infeksiosa

Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh faktor imun
dalam ASI dan oleh respon–respon inflamasi. Secara normal, ASI segar bukan merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

4
2.2 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo, 2010), yaitu:

a. Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah
usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.

b. Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.

c. Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan


oksitosin tidak meningkatkan resiko.

d. Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami mastitis karena
kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami
infeksi (mastitis). Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi
resiko mastitis.

e. Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.

f. Pekerjaan di luar rumah

Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI
yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI.

g. Trauma

Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan
saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis.
5
2.3 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari mulut bayi yang
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit pada puting susu.Mastitis
biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan
setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara (Mastitis) di sebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:

a. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi mastitis.

b. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak.

c. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement sehingga


jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.

d. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah terkena
infeksi.

Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari
saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu
oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI
biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju
infeksi.Guther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis
diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat
mencegah keadaan tersebut.Ia menyatakan bahwa bila terjadi infeksi, bukan primer, tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri.

6
Thomsen,dkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya stasis
ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudara dengan tanda klinis
mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut, yaitu:

a. Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi
jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap
ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan
menyusui untuk kembar dua/lebih. Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus menyusui,
tentunya dengan teknik yang benar.

b. Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut:Adanya bercak
panas/nyeri tekan yang akut, bercak kecil keras yang nyeri tekan, dan tidak terjadi demam dan
ibu masih merasa baik-baik saja.Mastitis non infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI
setelah menyusui.

c. Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut: lemah, nyeri kepala
seperti gejala flu, demam suhu > 38,5 derajat celcius, ada luka pada puting payudara, kulit
payudara tampak menjadi kemerahan atau mengkilat, terasa keras dan tegang, payudara
membengkak, mengeras, dan teraba hangat, dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga
bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa asin. Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non
infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa, dan mastitis infeksiosa menjadi
pembentukan abses.

2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:


7
a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang terasa nyeri.

b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata.

c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI
sampai pembengkakan berkurang.

d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin dan
tubuh terasa pegal dan sakit.

e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak karena sumbatan
saluran ASI antara lain :

a. Payudara terasa nyeri

b. Teraba keras

c. Tampak kemerahan

d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–
pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa
infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga
tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah.

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila didapat
sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan kulit tidak
pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai
adanya bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam
Anonim, 2013).

2.5 Contoh Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI

8
Ny.Bebe umur 21 tahun,P1 A0 Ah1 DENGAN MASTITIS

HARI KE 7

Di BPS Aida Cahaya

No. Register : 01251

Masuk tgl/jam : 4 Agustus 2012 / 09.00WIB

Ruang : R.Nifas

Oleh : Bidan navida

I. Data Subyektif

1. Identitas

Istri Suami

Nama : Ny. Bebe Tn. Radit

Umur : 21 tahun 25 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Karyawan

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Alamat : Serangan Serangan

Telp : 085728xxx 085725xxx

2. Alasan masuk ruang nifas

Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya dan bayinya.


9
3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan pada luka jahitan terasa nyeri.

4. Riwayat Perkawinan

Status Perkawinan : Perkawinan yang pertama, sah

Menikah sejak umur : ibu 18 tahun suami 22 tahun

Lama perkawinan : 3 tahun

5. Riwayat Menstruasi

HPHT : 22 November 2011

HPL : 29 Agustus 2012

Menarche : 14 tahun

Lama Menstruasi : 7 hari

Teratur/tidak : Teratur

Siklus : 28 hari

Banyaknya : 3x ganti pembalut pada hari pertama dan 2x ganti pembalut


pada hari kedua

Keluhan : Tidak ada

6. Riwayat obstetri

P1 A0 .Ah1

7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Persalinan Nifas
10
Hami lahir UK Jenis Penolong Tempat L/P BB Komplikasi Laktasi Komplikasi
l ke-
Persalinan Lahir

1. 18/12 40 Spontan Bidan BPS P 3100 Tidak ada Tidak Bengkak pd


mgg gram lancar payudra
/2011

8. Riwayat persalinan ini

Tanggal persalinan : 29 Agustus 2012, jam 10.00 WIB

Tempat persalinan : BPS Aida Cahaya

Jenis persalinan : Spontan

Penolong : Bidan

9. Keadaan Bayi Baru Lahir

Lahir tanggal : 29 Agustus 2012, jam 10.00 WIB

BB/PB lahir : 3100 gram/50cm

Jenis kelamin : perempuan

Pola tidur : 12 jam/hari

• Pola nutrisi

Frekuensi menyusu : 9 kali/hari

Durasi : 20 menit

Masalah Pada Ibu dan Bayi : tidak ada

• Pola eliminasi

BAK : 7-8 kali/hari

Konsistensi : cair
11
Warna : khas urin

Bau : khas urin

BAB : 3 kali/hari

Konsistensi : lembek

Warna : khas feses

Bau : khas feses

10. Riwayat Post partum

Pola kebutuhan sehari-hari

• Nutrisi

Porsi makan sehari : 1 porsi habis

Jenis : nasi, sayur, lauk, buah

Makanan pantang : tidak ada makanan pantangan

Pola minum : 7-8 gelas/hari

Jenis : Air putih, teh, susu

Keluhan : Tidak ada

• Eliminasi

a. BAK

Frekuensi : 6-7x/ hari Jumlah : 1200 cc

Warna : kuning jernih Keluhan : tidak ada

b. BAB

Frekuensi : 1x/hari Jumlah :-

Warna : kuning Keluhan : tidak ada


12
• Istirahat

Tidur siang : ½ jam

Tidur malam : 4 jam, keluhan sering merasa gelisah

• Pola Aktivitas

Mobilisasi : sudah bisa jalan, dan merawat diri dan belajar merawat
bayinya

Pekerjaan : merawat diri dan bayinya masih dibantu keluarga

Olahraga /senam nifas : melakukan senam nifas sesuai dengan


yang diajarkakn bidan, yaitu senam kegle setiap
pagi

Keluhan : tidak ada

• Pengalaman menyusui : ibu mengatakan tidak memiliki pengalaman menyusui

• Kebiasaan Menyusui

Posisi : tiduran dan duduk

Perawatan Payudara : jarang membersihkan putting sebelim menyusui

Masalah : ibu jarang menyusui karena payudara terasa nyeri

• Personal higiene : mandi 2 kali/hari

gosok gigi 2 kali/hari

keramas 3 kali/minggu

ganti pakaian dalam 2 kali/hari

ganti pakaian luar 2 kali/hari

• Pola seksual : Selama nifas ibu belum melakukan hubungan seksual dengan
suami, Keluhan : tidak ada
13
11. Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun

12. Riwayat Kesehatan

- Ibu mengatakan tidak sedang atau pernah menderita penyakit sistemik seperti
hipertensi, asma, diabetes militus, TBC, dan HIV.

- Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak sedang atau pernah menderita penyakit
sistemik seperti hipertensi, asma, diabetes militus, TBC, dan HIV.

- Ibu mengatakan bahwa tidak memiliki keturunan kembar

13. Riwayat Psikososial Spiritual

• Ibu mengatakan suami dan keluarganya selalu mendukung dia untuk merawat
bayinya dan hubungannya baik.

• Ibu mengatakan ia dan keluarganya mengerti tentang keadan masa nifas

• Ibu mengatakan Pengambil keputusan di keluarga adalah suami dan ia

• Ibu mengatakan taat beribadah dan sering mengikuti pengajian

• Ibu mengatakan tinggal bersama suami

• Ibu mengatakan tidak memiliki hewan piaraan di rumah

14. Kebiasaan yang menggaggu kesehatan

Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan
tidak ada pantangan makanan apapun.

II. Data Obyektif

14
1. Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Fisik Ibu

a. Keadaan umum : baik Kesadaran : compos mentis

b. Status emosional : gelisah

c. Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x per menit

Pernafasan : 24x per menit

Suhu : 37,60C

d. Antropometri

BB : 65 kg PB : 160 cm

e. Pemeriksaan Kepala dan Leher

• Rambut : Rambut Bersih, tidak ada ketombe

• Wajah : pucat, Tidak ada oedema dan tidak ada cloasma


gravidarum,

• Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

• Mulut : bersih, tidak berbau, tidak ada stomatitis, tidak ada caries
gigi.

• Leher : tidak ada pembesaran tyroid, kelenjar limfe, dan vena


jugularis.

• Telinga : Bersih, tidak ada serumen

f. Pemeriksaan Payudara

15
• Bentuk : tidak simetris, bengkak dan memerah di sekitar
payudara kanan, ada nyeri palpasi,

• Puting susu : menonjol, tidak lecet

• Areola : hiperpigmentasi, bersih

• ASI : tidak lancar, tidak ada bendungan ASI

g. Abdomen

• Pembesaran : normal, TFU 2 jari di bawah pusat

• Benjolan : tidak ada

• Bekas luka : tidak ada

h. Ekstremitas

• Oedem : tidak ada oedema

• Varices : tidak ada varises

• Reflek patella : kiri (+), kanan (+)

• Kuku : bersih dan pendek, jika ditekan berwarna merah


muda

i. Genetalia

• Varices : tidak ada

• Oedem : tidak ada

• Bekas luka : Bekas luka episiotomi dijahit dengan teknik jahitan


secara mediolateral. Keadaan jahitan bagus,
sudah kering.

• Pengeluaran pervaginam : Lokhea serosa

j. Anus
16
• Tidak ada hemoroid.

B. Pemeriksaan Fisik Bayi

a) Keadaan umum : baik Kesadaran : compo smetis

b) Tanda Vital

Suhu : 36,60C

Pernafasan : 46 kali/menit

Nadi : 144 kali/menit

c) Antropometri

BB : 3100 gram LK : 33 cm

PB : 50 cm LILA : 10,5 cm

LD : 33 cm

d) Kepala : simetris, ukuran normal, tidak ada benjolan abnormal

e) Ubun-ubun : datar, tidak cekung

f) Wajah : tidak pucat, tidak kuning, dan tidak ada bekas luka

g) Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik

h) Hidung : smetris, bersih, tidak ada polif

i) Mulut : bersih, tidak pucat, tidak ada trush

j) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tirod, limfe dan


tidak ada pelebaran vena jugularis.

k) Dada : simetris, tidak ada wheezing

l) Abdomen : saat bayi tenang perut teraba lembek, tidak ada benjolan
dan bekas luka

17
m) Tali Pusat : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi

n) Genitalia : labia mayora menutupi labia minora, lubang uretra positif,


vagina berlubang.

o) Ekstermitas : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap

p) Reflek : moro (+), burning (+), tonicknenck (+), palmar (+),


babynski(+), rooting(+), suckling(+),
swallowing(+)

C. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

D. Riwayat persalinan terakhir

KALA LAMA TINDAKAN PERDARAHAN KET


I 8 jam - 20cc normal
II 1 jam Episiotomi 100cc normal
III 15 menit - 100cc normal
IV 2 jam Penjahitan laserasi 100cc normal
derajat 2 teknik
jelujur secara
mediolateral
dengan benang
cutgut

18
Jumlah 11 jam 15 320cc
meni
t

III. Analisa

Ny. “X” umur 21 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari ke 7 dengan infeksi payudara
mastitis.

IV. Penatalaksanaan

Tanggal/jam : 4 Agustus 2012 / 09.10 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu bahwa ada
pembengkakan pada payudara dan terasa nyeri yang merupakan tanda infeksi
pada payudara.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan dan merasa gelisah

2. Menjelaskan pada ibu supaya ibu segera mendapatkan penanganan yang tepat
untuk infeksi payudara yang diderita, yaitu :

• Payudara dikompres dengan air hangat.

• Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.

• Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.

Evaluasi : penanganan telah dilakukan dan ibu mengerti apa yang disampaikan bidan

3. Memberikan KIE kepada ibu tentang perawatan payudara, yaitu dengan


membersihkan payudara dulu sebelum menyusui, Membantu ibu tentang teknik
menyusui yang benar dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada
payudara, mendorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi
menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan tangan

19
atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi.

Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya

4. Memberikan KIE kepada ibu supaya Bayi mulai menyusu dari payudara yang
mengalami peradangan dan selalu menyusui bayinya.

Evaluasi : ibu mengerti dan akan menyusui bayinya

5. Memberikan Konseling suportif pada ibu tentang mastitis

Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan
membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang
efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu
harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan;
bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan
bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.

Evaluasi : ibu mengerti penjelasan biadan dan tidak mersa takut lagi menyusui bayinya

6. Menjelaskan pada ibu untuk tetap mempertahankan pemenuhan pola nutrisi yang
sudah baik dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang yaitu karbohidrat (nasi, kentang,roti), protein (tahu, tempe, daging,
ikan, telur), vitamin (sayur dan buah). Dan memperbanyak konsumsi makanan
yang mengandung protein untuk mempercepat penyembuhan luka.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan pola pemenuhan nutrisi yang sehat dan
seimbang terutama konsumsi protein

7. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap mendapatkan istirahat yang cukup dan tidak
terlalu lelah agar produksi ASI tidak terganggu dan ibu tidak cepat lelah.

Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya.

20
8. Bidan menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan genetalia dan menganjurkan
pada ibu untuk membersihkan alat genetalia dengan sabun sesudah BAK ataupun
BAB dari arah atas menuju anus

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan mampu mengulang penjelasan bidan
serta ibu mengatakan akan berusaha melaksanakan anjuran tersebut

9. Bidan menganjurkan pada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih
dahulu selama masa nifas dan menjelaskan faktor resikonya

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak melakukan hubungan
seksual dengan suaminya selama masa nifas

10. Memberitahu ibu cara untuk merawat bayi sehari-hari

Evaluasi :Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan berusaha akan melakukannya
dirumah

11. Memberikan kIE kepada ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi untuk
memeriksakan perkembangan keadaab ibu.

Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi

BAB III

PEUNUTUP

3.1 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa
infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir.Diagnosis
mastitis ditegakkan apabila ditemukan gejala demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh serta
payudara menjadi kemerahan, tegang, panas dan bengkak.Beberapa faktor risiko utama
timbulnya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan bayi yang
kurang baik.
21
Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis.Selain itu, ibu
perlu banyak beristirahat, banyak minum, mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu
mendapatkan terapi medikasi analgesik dan antibiotik. Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkan.Infeksi ini biasanya terjadi disebabkan adanya
bakteri yang hidup di permukaan payudara. Berbagai macam faktor seperti kelelahan, stres, dan
pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan
jika tidak dilakukan pengobatan, maka akan menjadi abses.

3.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat, khususnya bagi wanita untuk selalu menjaga
kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis. Namun, banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau
pakaian yang tepat menekan saluran susu danmenghambat aliran susu, menyusui sesering bayi
menginginkannya. Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu lama, saluran susu
dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman tanpa menyusui.

Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24253/4/Chapter%20II.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai