Anda di halaman 1dari 14

KETRAMPILAN ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

“Resiko BBLR terhadap Tumbuh Kembang”

Disusun Oleh :

Vistya Pradistya (1810105095 / B3)

Thiana Dewi Noviani (1810105098 / B3)

Vivia Venna Diaz V. (1810105101 / B3)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, nikmat, hidayah
dan hikmah yang ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Dasar Asuhan
Kebidanan Neonatus dengan judul “Resiko BBLR terhadap Tumbuh Kembang”

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca khususnya bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dalam bidang Kebidanan,

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 1o November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3

2.1 Pengertian BBLR .................................................................................................................. 3


2.2 Etiologi BBLR ....................................................................................................................... 4
2.3 Pengaruh BBLR terhadap tumbuh kembang balita.......................................................... 6
2.4 Pengaruh BBLR terhadap tumbuh kembang anak usia prasekolah ............................... 7
2.5 Tanda dan gejala BBLR ....................................................................................................... 8
PENUTUP.............................................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 9
B. Saran .......................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak
faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makananpun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi
tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada
mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan jarak
kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan ante natal. BBLR termasuk
faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi
dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa
depan. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.

BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya


masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi
mekonium,asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambungkecil),
gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem
persyarafan(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan
tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas
generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir
rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian BBLR ?
2. Apa saja etiologi BBLR ?
3. Apa pengaruh BBLR terhadap tumbuh kembang balita ?
4. Apa pengaruh BBLR terhadap tumbuh kembang anak usia prasekolah ?
5. Apa saja tanda dan gejala BBLR ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahirVkurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 jam setelah lahir (Manuaba et al., 2007; Damanik, 2008). Acuan lain dalam pengukuran
BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam
pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra, 2012). Bayi
berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi prematur hingga tahun 1961.
Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah lahir
secara premature (Manuaba et al., 2007). World Health Organization (WHO) mengubah istilah
bayi prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir rendah (low birth weight) dan
sekaligus mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤ 2500 gram menjadi < 2500 gram
(Putra, 2012).

Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa gestasinya.


Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antara lain :

1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat lahir 1500 –
2499 gram.
2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) dengan berat
badan lahir 1000 – 1499 gram.
3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight (ELBW) dengan
berat badan lahir < 1000 gram (Meadow & Newell, 2005). Berdasarkan masa gestasinya,
BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis,
transparan, lemaksubkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.

3
2) Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia
kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin (Surasmi et al., 2003; Syafrudin & Hamidah, 2009; Rukmono, 2013).
Penyebab dari BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ibu dan faktor
janin. Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum hamil rendah, penambahan berat
badan yang tidak adekuat selama kehamilan, malnutrisi, riwayat kehamilan dengan
berat badan lahir rendah, remaja, tubuh pendek, sudah sering hamil, dan anemia
(Hanum et al., 2014). Infeksi pada ibu selama kehamilan, sosial ekonomi rendah, dan
stress maternal, juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR (Santoso et al.,
2009). Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan BBLR antara lain kehamilan
ganda, hidroamnion, dan cacat bawaan (Surasmi, Handayani, Kusuma, 2003). Status
pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan
tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan kehamilan) juga
dapat beresiko untuk melahirkan BBLR (Sistiarani, 2008).

2.2 Etiologi BBLR


1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)

Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan


janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan
karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di
daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari
placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang.

b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan


malnutrisi, anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1) Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
2) Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut).

4
f. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol)
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor Janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara
50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin
tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu
faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus
berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat
menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang
kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak dengan kehamilan
tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan
cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan dapat meningkatkan kejadian BBLR
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau di
pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan
masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi ibu .\
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
5
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan
kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu
pertama kehidupannya
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan oksigen
kepada janin
g. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O)
3. Faktor Plasenta
a. Plasenta privea.
b. Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
Radiasi atau zat-zat beracun.
5. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan
gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi
bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
6. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok
7. Tingkat Pendidikan

2.3 Pengaruh BBLR terhadap tumbuh kembang balita

Penelitian yang dilakukan oleh Chapakia (2016) menemukan hasil yang serupa
bahwa keterampilan pada anak dengan riwayat BBLR cenderung terhambat. Nilai p
yang diperoleh yaitu 0.007, artinya ada hubungan antara riwayat berat badan lahir
dengan perkembangan motorik anak. begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Pondaag, dkk (2015) menemukan bahwa terdapat hubungan antara anak dengan
riwayat BBLR dengan gangguan perkembangan anak dalam hal ini kejadian asma pada
anak. Anak dengan riwayat BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada
usia balita. Beberapa penelitian mengungkapkan anak yang lahir dengan riwayat BBLR

6
mempunyai pola perkembangan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak berat
lahir normal.

Terdapat hambatan perkembangan yang serius pada anak dengan riwayat BBLR
yang dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berumur 2 tahun sehingga anak tidak
pemah mencapai berat badan ideal. Jika tidak mendapatkan perawatan yang baik,
hambatan terjadi tidak hanya pada pertumbuhan fisik saja, melainkan juga pada
perkembangannya. Anak dengan riwayat BBLR mempunyai risiko 3,34 kali lebih besar
untuk mengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak yang lahir dengan berat
badan normal karena pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat. Bayi dengan
BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat karena pada bayi dengan BBLR
sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi pertumbuhan interuterin dan akan
berlanjut sampai usia selanjutnya, dan bayi BBLR juga mengalami gangguan
pencernanaan seperti kurang menyerap lemak dan protein sehingga mengakibatkan
kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh (Arnisam, 2007).

2.4 Pengaruh BBLR terhadap tumbuh kembang anak usia prasekolah

Bayi dengan BBLR memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan
pertumbuhan maupun perkembangan pada masa kanak – kanak. Anak dengan riwayat
BBLR memiliki risiko mengalami gangguan pertumbuhan sampai dengan usia 2 tahun
dan berisiko mengalami gangguan perkembangan pada 5 tahun pertama kehidupannya
terutama jika tidak diimbangi dengan pemberian stimulasi yang lebih. Bayi dengan
berat lahir rendah dapat mengalami kelainan struktur otak serta berisiko lebih besar
mengalami kelainan sinyal dengan jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan
bayi yang memiliki berat lahir normal.

Disamping itu, bayi dengan berat lahir rendah memiliki risiko inflamasi atau
peradangan pada otak yang dapat mempengaruhi kualitas dan jumlah saraf dan sel yang
ada pada otak. Hal ini akan mempengaruhi maturitas otak serta perekembangan
individu. Bayi dengan riwayat prematur atau dengan berat lahir rendah berisiko
mengalami gangguan dalam perkembangan kognitif serta perkembangan motoriknya,
bayi yang lahir dengan berat badan rendah berpotensi untuk mengalami gangguan
perkembangan dimasa anak yang akan datang. Bayi yang lahir dengan berat lahir
rendah, utamanya pada bayi yang lahir dengan berat lahir sangat rendah dapat

7
mengalami abnormalitas pada stuktur otak. Kondisi abnormal pada otak di masa bayi
tersebut dapat mempengaruhi perkembangan anak dimasa mendatang.

2.5 Tanda dan gejala BBLR


Tanda dan gejala bayi Prematur
1. Kulit tipis dan mengkilap
2. Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
4. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora sedangkan pada
bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
6. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
7. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
8. Aktifitas dan tangisnya lemah
9. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

Tanda dan gejala bayi dismaturitas

1. Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat


2. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
3. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara
dan puting sesuai masa kehamilan
4. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora sedangkan
bayi laki-laki testis mungkin telah turun
5. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
6. Menghisap cukup kuat

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
BBLR dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, karena dapat
memperlambat pertumbuhandan perkembangan anak, sehingga berpengaruh terhadap
penurunan kecerdasan. Bayi dengan berat lahir rendah cenderung mengalami
perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan saraf dan mempunyai performa yang
buruk pada proses pendidikannya.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan masukan untuk Rumah
Sakit guna meningkatkan pelayanan kesehatan, selain itu tenaga medis dapat
melakukan tindakan promotif dan preventif seperti penyuluhan, maupun konsultasi
yang mendalam dan memastikan ibu yang sedang hamil mengerti akan pentingnya
mencegah kejadian bayi berat lahir rendah dengan harapan angka kematian neonatus
dapat berkurang.
2. Bagi Masyarakat dan Keluarga
Diharapkan dapat menambah informasi serta wawasan tentang Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), serta hubungannya agar dapat mengetahui upaya pencegahannya serta
memiliki kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di sarana
pelayanan kesehatan, dengan harapan angka kematian neonatus dapat berkurang
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi mahasiswa di Fakultas Kebidanan Aisyiyah
Yogyakarta. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian lanjutan mengenai BBLR. dengan lokasi, desain penelitian dan jumlah
sampel yang berbeda.

9
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin,Abdul Bari.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono

malahayati.ac.id › 3dampak-bblr-dr-Lula-Kamal-1
Lissauer, Tom.dkk.2006.At the Glance Neonatologi.Jakarta:Erlangga

https://e-journal.unair.ac.id › AMNT › article › download

10

Anda mungkin juga menyukai