Disusun Oleh :
B3/Semester III
2019
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, nikmat,
rizki, hidayah dan hikmah yang Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “SOAP Asuhan Ibu Nifas dengan Penyakit Degeneratif (Diabetes Melitus)”.
Dalam menyelesaian pembuatan makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin berterima kasih pada berbagai
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini selesai dibuat.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran demi memperbaiki kekurangan dan kekeliruan yang
ada. Penulis mengharapkan semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dalam bidang
kesehatan.
Penulis
Daftar Isi
i
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB IV PEMBAHASAN 19
Daftar Pustaka 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kadar glukosa meningkat bila sekresi insulin tidak mencukupi atau tubuh tidak bisa
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia bisa mengakibatkan gangguan
metabolisme lemak dan protein, dan penghancuran berbagai macam sistem tubuh dan organ,
termasuk: kardiovaskular, retina, saraf, dan ginjal dalam jangka waktu yang lama.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.
Diabetes Pragestasi
4
( DMG) adalah kelainan padda metabolisme karbohidrat dari factor yang memberatkan yang
terjadi selama kehamilan ( Marilyn, 2001). Disebut diabetes gestasional bila gangguan
toleransi glukosa
yang berbeda-beda:
Diabetes Melitus Tipe 1 Disebut sebagai “Diabetes Melitus yang Tergantung pada
Insulin”. Terkait dengan faktor genetik dan sistem kekebalan tubuh, yang
mengakibatkan kerusakan sel-sel yang memproduksi insulin, sehingga sel tidak
mampu untuk memproduksi insulin yang dibutuhkan oleh tubuh. Kelompok orang
yang paling sering mengidap penyakit ini adalah anak-anak dan remaja, yang
mewakili 3% dari jumlah seluruh pasien yang ada.
Diabetes Melitus Tipe 2 Disebut “Diabetes Melitus yang Tidak Tergantung pada
Insulin”, yang mewakili lebih dari 90% kasus diabetes melitus. Terkait dengan faktor
pola makan yang tidak sehat, obesitas, dan kurangnya olahraga. Sel-sel tubuh menjadi
resisten terhadap insulin dan tidak bisa menyerap dan menggunakan dekstrosa dan
kelebihan gula darah yang dihasilkan secara efektif. Jenis diabetes melitus ini
memiliki predisposisi genetik yang lebih tinggi daripada Tipe 1.
Diabetes Melitus Gestasional: Terutama disebabkan oleh perubahan hormone yang
dihasilkan selama kehamilan dan biasanya berkurang atau menghilang setelah
melahirkan. Studi dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa wanita yang
pernah mengalami diabetes melitus gestasional memiliki tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk mengidap penyakit diabetes melitus tipe II, sehingga wanita tersebut
harus lebih memerhatikan pola makan yang sehat demi mengurangi risiko tersebut.
5
Jenis lain dari Diabetes Melitus: Ada beberapa penyebab lain yang berbeda dari ketiga
jenis diabetes melitus di atas, termasuk sekresi insulin yang tidak memadai yang
disebabkan oleh penyakit genetik tertentu, disebabkan secara tidak langsung oleh
penyakit lainnya (misalnya pankreatitis, yaitu peradangan pada pankreas), yang
diakibatkan oleh obat atau bahan kimia lainnya.
Beberapa pasien mungkin tidak mengalami gejala-gejala di atas sama sekali, sehingga
pemeriksaan kesehatan secara rutin dianjurkan untuk menghindari penundaan tindakan
medis yang diperlukan.
Semua pasien harus mengikuti petunjuk perubahan pola makan yang ditetapkan.
Setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda-beda, pasien harus berkonsultasi
kepada ahli gizi terdaftar untuk merancang menu yang sesuai dengan pengelolaan penyakit
dan proses penstabilan glukosa. Prinsip umumnya adalah sebagai berikut:
Pola makan yang seimbang, teratur, dan dengan jumlah yang sesuai dengan prinsip
“kurangi jumlah makanan dan perbanyak waktu makan” untuk menstabilkan glukosa.
Makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah yang tepat (termasuk biji-
bijian, sayuran rimpang, buah-buahan, dan produk susu).
6
o Jumlah karbohidrat haruslah sekitar 50% dari total asupan kalori. Misalnya,
sekitar 750 kkal kalori (setara dengan sekitar 188g karbohidrat, yaitu 18 - 19
porsi pertukaran karbohidrat) yang akan diproduksi oleh karbohidrat dalam
menu 1500 kkal.
Injeksi insulin
7
Injeksi insulin merupakan cara yang mirip dengan sekresi insulin normal untuk
mengelola glukosa. Tindakan pengobatan ini diterapkan kepada pasien diabetes melitus tipe 1
dan kepada beberapa pasien diabetes melitus tipe 2 yang kadar glukosanya tidak bisa dikelola
setelah pemberian obat hipoglikemik oral. Suntikan insulin bisa diklasifikasikan menjadi 4
durasi kerja insulin, yaitu durasi singkat, menengah, lama, dan insulin pra-campuran. Para
dokter umumnya akan menentukan jenis, dosis, dan frekuensi injeksi insulin yang diperlukan.
Injeksi bisa dilakukan oleh diri pasien sendiri setelah menerima pelatihan terkait. Inkretin
Mimetik Mirip dengan peptida-1 yang mirip dengan glukagon (GLP-1) dari usus yang
digunakan untuk meningkatkan sekresi insulin dan mengendalikan glukosa.
Menjaga berat badan ideal. Mereka yang sudah mengalami kelebihan berat badan
wajib menetapkan sasaran penurunan berat badan (5-10% dari berat badan saat ini).
o Indeks Massa Tubuh (IMT/BMI - Body Mass Index) dari orang Asia adalah 18,5-
22,9.
Pola makan yang seimbang dengan target “Tiga rendah dan satu tinggi” yaitu prinsip
pola makan rendah lemak, rendah gula, rendah natrium, dan tinggi serat.
Tetap aktif, berolahraga secara teratur dengan intensitas sedang (dianjurkan untuk
berolahraga setiap hari selama 30 menit atau lebih selama setidaknya 5 hari
seminggu).
Karena gejala awal Diabetes Melitus yang tidak jelas, pemeriksaan kesehatan yang tepat
setiap tahun bisa membantu mendeteksi penyakit ini sesegera mungkin.
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subyektif
1. Identitas
Istri Suami
9
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan merasa sering merasa haus, sering buang air kecil dan merasa kelelahan.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Teratur/Tidak : Teratur
4. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan usia menikah 23 tahun, lama menikah 1 tahun, pernikahan yang pertama dan
sah.
Jenis Persalinan : SC
10
8. Riwayat Post Partum
a. Pola nutrisi :
Makan 2-3x / hari, porsi sedang, jenis nasi, sayur, buah, lauk, tidak ada keluhan.
b. Pola Istirahat
c. Eliminasi :
BAK 4-5x/ hari, warna kuning pekat, bau khas, tidak ada keluhan
d. Personal Hygiene :
Mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, keramas 4x/minggu, ganti pakaian 2x/hari, ganti
pembalut dan celana dalam 2-3x/hari atau setiap selesai BAB dan BAK.
e. Pola aktivitas :
Ibu hanya mobilisasi kecil seperti miring kanan kiri, jalan ke kamar mandi karena merasa
badan masih tidak nyaman.
f. Pengalaman menyusui :
Ibu belum begitu mengerti posisi menyusui bayinya dengan benar. Belum ada pengalaman
menyusui dan ibu mengatakan masih sulit intuk menyusui.
9. Riwayat Kontrasepsi
a. Ibu
Ibu mengatakan Ibu tidak punya keturunan kembar, kondisi kesehatan Ibu sekarang dan
dahulu tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, Hepatitis B, TBC), Ibu
pernah menderita penyakit degenaratif (Diabetes Melitus).
11
b. Keluarga
Ibu mengatakan kondisi keluarga sekarang dan dahulu tidak pernah menderita penyakit
menular seperti (HIV/AIDS, Hepatitis B, TBC), Ayah dari pihak ibu pernah menderita
penyakit degeneratif (Diabetes Melitus).
Ibu mengatakan perasaan saat ini sangat bahagia dengan kehadiran anak pertama. Suami dan
keluarga juga senang. Ibu berencana menyusui anak selama 2 tahun, 6 bulan untuk ASI
ekslusif. Tapi ibu juga merasa sedih, cemas dan tampak lelah. Karena ibu belum bisa merawat
bayi sepenuhnya sendiri karena ibu masih sulit untuk bergerak. Ibu mengatakan kebutuhan
bayinya sudah tercukupi, ibu juga mengatakan sering mendengarkan pengajian.
B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
TTV :
• TD : 110/70 mmHg
• Suhu : 37℃
• RR : 18x / menit
Antopometri :
• BB : 62 Kg
• TB : 157 cm
• LILA : 25 cm
12
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, rambut warna hitam, lurus, panjang, kulit kepala bersih,
tidak berketombe dan tidak ada lesi.
Hidung : mukosa lembab, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung
Mulut : tidak ada stomatitis, lidah bersih, gigi putih, tidak ada caries
Abdomen : terdapat luka bekas jahitan, tidak ada tanda infeksi, tidak ada benjolan, tidak
ada masa,TFU 2 jari di bawah pusat.
Ekstremitas atas dan bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedema, jari-jari lengkap,
warna kulit kuning.
a. Pemeriksaan umum
TTV:
• Nadi : 130x/menit
• Respirasi : 45x/menit
• Suhu : 36,70C
13
Antopometri:
• BB : 2900 gr
• PB : 48 cm
• LK : 35 cm
• LD: 35 cm
• LILA : 14 cm
b. Pemeriksaan fisik
Leher : tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pelebaran kelenjar
tiroid dan limfe.
Payudara : simetris
Anus : berlubang
14
3. Pemeriksaan Penunjang
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan dan hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu dan keluarga mendengarkan penjelasan yang telah bidan berikan,
sehingga ibu dan keluarga tampak sedikit cemas.
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga medis lain dalam pemberian terapi,
tindakan dan pemeriksaan laboratorim ulang. Dokter dibantu tim medis lain telah
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi yaitu diet ketat, rendah karbohidrat,
rendah lemak, tinggi protein.
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirawat di rumah sakit sampai
kondisi ibu dan bayi stabil.
Evaluasi : Ibu mengerti dan jelas dengan penjelasan bidan dan mau melakukannya.
15
5. Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan. Memberikan diet ketat, rendah karbohidrat,
rendah lemak dan tinggi protein.
Evaluasi :Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan ibu diberikan diet ketat, rendah
karbohidrat, rendah lemak dan tinggi protein.
Evaluasi : Ibu mengerti dan Ibu di tempatkan pada ruangan tersendiri dan alat makan
tersendiri
11. Mengkaji dan menjelaskan pada ibu tentang Personal hygiene dengan mandi gosok
gigi, ganti pakaian dan celana dalam 2x / hari, vulva hygiene dengan sering ganti
pembalut bila terasa basah, bersihkan luka perineum dengan
sabun/antiseptic,dibersihkan dari arah depan ke belakang, kemudian ganti pembalut
bila sudah terasa penuh.
12. Memberikan diet dan memotivasi ibu untuk menghabiskan porsi makan yang berikan
dan menganjurkan ibu untuk tidak pantang makanan karena nutrisi yang cukup dapat
membantu mempercepat involusi uteri.
14. Beri tahu ibu untuk mengawasi juga keadaan puting, agar tidak terluka atau lecet.
Setiap ibu selesai menyusui, puting susu dibersihkan dengan air hangat tanpa sabun.
Sabun dapat membuat kulit kering dan mudah luka.
15. Beri dukungan semangat serta ajarkan doa doa kepada ibu untuk cepat sembuh dan
bisa merawat bayinya sendiri
16
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan meminumnya
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada intervensi data dasar antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan dan sudah
sesuai dengan managemen. Pada implementasi antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan
karena semua yang di intervensikan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan klien. Dan pada
evaluasi antara teori dan kasus yang ada tidak terdapat kesenjangan. Pada evaluasi ibu
mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan.
18
Daftar Pustaka
Champman, vicky. 2006. Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran. Jakarta :EGC
19