Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI


PADA NY.I USIA 26 TAHUN G1P0A0 USIA HAMIL 10 MINGGU DENGAN
ANEMIA SEDANG
DI PUSKESMAS NGESREP

Disusun Oleh :
Sartika Pertiwi Nugroho
P1337424818036

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Klinik Kebidanan.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini :
1. Ibu Sri Rahayu, SKp.Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Kepala Jurusan
Poltekkes Kemenkes Semarang.
2. Ibu Ida Ariyani, S.SiT, M.Kes selaku Kepala Program Studi Profesi
Poltekkes Kemenkes Semarang.
3. Ibu Dr. Melyana Nurul W, SSiT, M.Kes selaku Pembimbing Institusi stage
kolaborasi yang senantiasa membimbing penulis dengan baik dan sabar.
4. Ibu Sri Minarti, STR.Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik dilahan.
5. Orang tua yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan sehingga
terselesaikan laporan ini.
6. Dan semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
meminta kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Penulis

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan seminar kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Patologi Pada Ny.K Usia 36 Tahun G2P1A0 Usia Hamil 32 minggu dengan
Hipertensi Gestasional di Puskesmas Ngesrep ” telah disetujui dan disahkan
pada:
Hari :
Tanggal :

Semarang, Januari 2019

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Dr. Melyana Nurul W, SSiT, M.Kes


NIP. 19790903 200212 2 002

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ........................................................................................... 3
D. Manfaat ...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis ................................................................................. 4
B. Tinjauan Teori Kebidanan .......................................................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................ 21
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 32
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................... 38
B. Saran ........................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara nasional, akes masyarakat terhadap kesehatan ibu cenderung
membaik. Tren angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah
berhasil diturunkan dari 390/100.000 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup
(data SDKI tahun 2012). Walaupun demikian, Indonesia masih harus
bekerja keras untuk dapat mencapai target Millenium Development Goals
(MDG) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut peraturan Kementrian Kesehatan Masyarakat no 97 tentang
pelayanan kesehatan kehamilan, Hipertensi merupakan salah satu penyakit
kronis yang diderita oleh ibu hamil yang tidak terdokumentasi dengan baik
di pelayanan kesehatan. Sehingga tidak ditemukan angkanya secara
nasional.
Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa hipertensi merupakan
penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita yang
sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi bayi
yang akan dilahirkan. Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai
peringatan dini (Kemenkes, 2013). Hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan ada berbagi macam dan dengan definisi yang berbeda serta
penanganan yang berbeda (Raynor, Marsyall, 2017).
Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, HDK,
infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, HDK
dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematianibu telah berubah,
perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan
proporsi HDK semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK (Kementerian
Kesehatan, 2014).

1
2

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015
sebanyak 619 kasus, mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan
jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 yang mencapai 711 kasus. Dengan
demikian Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami
penurunan dari 126,55 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014
menjadi 111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Penyebab
kematian ibu di provinsi Jawa Tengah antara hipertensi, perdarahan,
gangguan sistem peredaran darah, infeksi, dan lain-lain (Profil Jateng,
2015). Jumlah kasus kematian ibu di Semarang pada tahun 2016 tercatat
32 kasus sebesar 21% diantara kasus kematian pada kehamilan disebabkan
oleh preeklamsi yang peyebabnya diawali dari hipertensi gestasional
(profil kesehatan Semarang 2016).
.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan teori, konsep, dan prinsip, kolaborasipada kasus
kasuskebidanan terutama pada kasus patologi dan komplikasi dan
mampu mengintegrasikan kebijakan yang ada di lahan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan penapisan/screening awal kasus kasus patologi
dan komplikasi maternal neonatal (hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir)
b. Mampu melakukan stabilisasi pada kasus kasus patologi dan
komplikasi maternal neonatal (hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir)
c. Mampu melakukan kolaborasi penaganan kasus kasus patologi dan
komplikasi maternal neonatal (hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir)
d. Mampu memberikan asuhan lanjut (follow up care) kasus patologi
dan komplikasi dengan pendekatana holistik (hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir)
3

e. Mampu melakuakn kajian pada kasus kasus patologi maternal


neonatal berdasarkan pola berpikir kritis dalam pemecahan
masalah (hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir)

C. Ruang Lingkup
Waktu : 14 januari 2019 s.d 2 februari 2019
Tempat : Puskesmas PONED Ngesrep Kota Semarang

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam peningkatan
pengetahuan system kolaborasi pemecahan kasus dalam kebidanan
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan.
Dapat menjadi pilihan alternatif bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan antenatal care yang berkualitas .
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi referensi dalam proses pembelajaran mahasiswa terkait
kolaborasi penanganan kasus dalam kebidanan.
4. Bagi Penulis
Menambah dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan
kemampuan untuk mengaplikasikan teori dan praktik pada kasus nyata
dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg atau diastolik sebesar 15
mmHg diatas nilai dasar tekanan darah. Tekanan darah leih tinggi dari
140/90 mmHg. Peningkatan temuan terjadi pada 2 keadaan
sekurangnya tiap 6 jam (Morgan Geri, 2009).
Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi
saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir
kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita
yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90
mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan
diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010).
b. Gejala dan tanda
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan
hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur
tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien. Jika
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pengukuran berajarak 1
jam atau lebih (Saifudin, 2009)
c. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
1) Hipertensi Kronis
Tekanan darah yang menetap lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan didiagnosis sebelum kehamilan atau sebelum usia
kehamilan dibawah 20 minggu atau berdasarkan observasi
hipertensi yang tidak menghilang setelah 12 minggu pasca salin.
(Pribadi Adhi, 2015)

1
2

2) Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin,
kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.
(Prawirohardjo, 2010)
3) Preeklamsia
Perkembangan hipertensi yang disertai proteinurea, edema
berlebihan, atau keduanya. Preekalmsia terjadi setalah 20 minggu
kehamilan dan umumnya terjadi pada :
a) Primigravida, khususnya pada usia < 17 tahun atau >35 tahun.
b) Riwayat prreklamsia dalam keluarga
c) Kehamilan kembar
d) Molahidatidosa
4) Eklamsia
Kejadian kejang pada pasien yang mengalami preekamsia
5) Superimposed (Preekalmsia/Eklmsia)
Merupakan preekamsia atau ekalmsia pada ibu yang
menderita penyakit hipertensi vaskular kronis atau penyakit ginjal.
6) Sindrome HELLP
Merupakan sindrome saat kehamilan yang meliputi
hipertensi disertai hemolisis, peningkatan enzim hati, trombosit
rendah (Morgan Geri, 2009)
d. Faktor Risiko
Hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan multifaktorial.
Beberapa faktor risiko dari hipertensi dalam kehamilan adalah (Katsiki
N et al., 2010) :
1) Faktor maternal
a) Usia maternal
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
usia 20-30 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil
3

dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali


lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada
usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat
menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja
primigravida mempunyai risiko yang lebih besar
mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi
saat usia diatas 35 tahun. (Manuaba C, 2007)
b) Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi
pada kehamilan pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi
dalam kehamilan, graviditas paling aman adalah kehamilan
kedua sampai ketiga (Katsiki N et al., 2010).
c) Riwayat keluarga
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan.
Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga
dengan hipertensi dalam kehamilan (Muflihan FA, 2012).
d) Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama
kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut dapat
mengakibatkan superimpose preeclampsi dan hipertensi
kronis dalam kehamilan (Manuaba, 2007).
e) Tingginya indeks massa tubuh
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi
karena kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa
menjadi faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi dalam
kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik dan
berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan
lain. Hal tersebut berkaitan denga adanya timbunan lemak
berlebih dalam tubuh (Muflihan FA, 2012).
4

Selain itu berdasarkan penelitian ada hubungan antara usia


maternal dan indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi
dalam kehamilan (Rohmani, Setyabudi and Puspitasari, 2013)
f) Gangguan ginjal
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada
ibu hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan.
Hal tersebut berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang
menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh
darah (Muflihan FA, 2012).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Nugraheny and
Prabandani, 2017), yang menerangkan bahwa ibu hamil dengan
hipertensi paling banyak terjadi pada usia reproduksi sehat (25-35
tahun), dengan paritas primigravida, dengan status gizi obese.
2) Faktor kehamilan
Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis
dan kehamilan ganda berhubungan dengan hipertensi dalam
kehamilan. Preeklampsi dan eklampsi mempunyai risiko 3 kali
lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi
kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan satu
kasus kematian ibu karena eklampsi (Manuaba, 2007).
Berdasarkan beberapa penelitian hipertensi pada wanita hamil
utamanya dikarenakan riwayat hipertensi sebelumnya, usia > 30
tahun, status gizi lebih (LILA > 30 cm), kebiasaan makan makanan
asin tiap hari, dan pendidikan rendah (< SMP) (Setyawan et al., 2015).
Selaian itu stress juga berengaruh terhadap kejadian hipertensi
gestasional. Seperti hasil enelitian dari (Ningsih, 2018) yang
menerangkan bahwa ada hubungan tingkat stress dengan hipertensi
pada ibu hamil dengan kejadian hipertensi di RSUD Muntilan.
5

e. Diagnosis
1) Hipertensi kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak
ketahui, sulit membedakan antara preekamsia dan hipertensi
kronik, tangani karena hipertensi selama kehamilan.
2) Proteinuria
a) Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urine ,
sehingga terdapat prtein uria
b) Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan
infeksi
c) Infeksi kandung kencing, anemia berat, payah jantung, partus
lama juga dapat menyebabkan proteinurea.
d) Darah dalam urine, skistosomiassis, kontaminasi darah vagian
dapat menhasilkan proteinurea positif palsu
Pada ginjal, hipertensi menyebabkan vasospasme arteriol
aferen yang menurunkan aliran darah ginjal, menimbulkan
hipoksia dan edema sel endotelial kapiler glomerulus.
glomeruloendoteliosis (kerusakan endotel glomerulus)
memungkinkan protein plasma, terutama dalam bentuk albumin,
tersaring masuk ke dalam urine, menyebabkan terjadinya
proteinuria. kerusakan ginjal diperlihatkan dengan penurunan
bersihan kreatinin dan peningkatan serum kreatinin serta kadar
asam urat. oliguria terjadi jika kondisi tersebut memburuk yang
merupakan tanda-tanda adanya preeklamsia berat dan kerusakan
ginjal. (Fraser, 2009)
3) Kejang dan koma
Eklamsia harus di diagnosis diferensial den gan epilepsi,
malaria selebral, trauma kepala, penyakit serebrofaskuler,
intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme (asidosis),
meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, histeria, dll.
(Saifudin, 2009)
6

f. Pencegahan
Menurut (Saifudin, 2009) pencegahan hipertensi :
1) Pembatasan klaori, cairan, dan diit rendah garam tidak dapat
mencegah hipertensi karewna kehamilan, malah dapat
membahayakan janin.
2) Manfaat aspirin, kalsium, dan lain-lain dalam mencegah
hipertensi kareewna kehamilan belum terbukti.
3) Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat tepat.
Kasus harus ditindak lanjuti secara reguler dan diberi penerangan
yang jelas, bila mana harus kembali ke pelayanan kesehatan.
Dalam rencana pendidikan kelurga harus dilibatkan sejak awal.
4) Pemasukan cairan yang terlalu banyak dapat menyebabkan edema
paru.
Menurut (Morgan Geri, 2009) pencegahan hipertensi :
1) Perawatan pranatal yang baik
a) Anjurkan kunjungan yang teratur.
b) Periksa BB, TD, dan urine setiap kunjungan paranatal
2) Motivasi diit yang baik mencakup :
a) Penambahan BB yang adekuat sebesar 9-18 kg
b) Diit tinggi protein , seimbang, baik
g. Penatalaksanaan
1) Riwayat Awal
a) Waspada terhadap riwayat dibawah ini :
(1) Abrupsio sebelumnya
(2) Persalinan prematur
(3) IUFGR
(4) Bayi lahir mati
(5) Hipertensi bila mengkonsumsi pil KB
(6) Riwayat hipertensi dalam keluarga
(7) Preeklamsi pada kehamilan sebelumnya
(8) Hipertensi sebelumnnya, saat ini teratasi
7

b) Konsultasikan dengan dokter bila riwayat tersebut


mengungkapkan hal berikut:
(1) Dua atau lebih persalinan prematur, IUFGR, atau lahir
mati.
(2) Hipertensi kronis
(3) Preekalmsia berat atau eklamsia
2) Setiap pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah yang
meragukan pada kunjungan pranatal.
a) Posisikan pasien miring kiri selama lima menit
b) Ukur kembali tekanan darah sebelum diagnosis ditegakkan
3) Bila tekanan darah pasien mulai naik lakukan hal-hal berikut :
a) Sarankan istirahat dengan posisi miring kiri 4-6 jam perhari
sebagai tambahan saat tidur malam yang rutin.
b) Berhenti bekerja bila saat ini masih bekerja.
c) Sarankan peukuran tekanan darah setiap hari.
d) Berikan catatan gerakan janin dan panduan penggunaannya
e) Jadwalkan NST setiap 2 minggu sekali.
f) Berikan informasi tentang tanda bahaya dan ajurkan untiuk
segera melapor bila terjadi :
(1) Sakit kepala yang tidak sembuh dengan tylemol dan
istirahat dalam ruang yang gelap
(2) Gangguan penglihatan
(3) Peningkatan tajam berat badan atau edema yang tiba-tiba
(4) Penurunan drastis keluaran urine walaupun asupan
seperti biasa
(5) Nyeri epigastrium
(6) Konseling diit
(7) Tingkatan frekuensi kunjugan klinik, prisksa setiap
minggu atau 2 minggu sekali
g) Selaian hal diatas berdasarkan penelitian teknik relaksasi
massage muscullus trapezius dengan aromaterapi mawar
8

mampu memberikan perubahan tekanan darah pada ibu hamil


(Ernawati and Safitri, 2016).
4) Bila hipertensi terjadi
a) Tinjau riwayat, tanyakan mengenai gejala abnormal yang
pernah terjadi.
b) Lakukan pemeriksaan fisik :
(1) Lakukan pemeriksaan refleks tendon profunda untuk
mendeteksi adanya klonus
(2) Periksa fundus retina
(3) Observasi edema yang berlebihan, terutama ditangan dan
diwajah
c) Lakukan pemeriksaan diagnostik darah
(1) Uji SMAC
(a) Asam urat meningkat pada preeklamsia, tetapi tidak
meningkat pada hipertensi kronik temuannya
bermakna bila lebih dari 6.
(b) Peningkatan SGUT.
(2) Hitung darah lengkap
(a) Peningkatan hematokrit mungkin disebabkan oleh
hemokonsentrasi.
(b) Hitung trombosit bila jumlahnya rendah, dapat
mengindikasikan kerusakan vaskular
d) Pemeriksaan urine
(1) Dipstik protein 3+ sampai 4+ menunjukkan temuan yang
bermakna, dan memerlukan kajian yang lebih lanjut.
(2) Bila spesimen yang berasal dari kateter mengandung
protein kajian lebih lanjut diperlukan.
(3) Urine 24 jam akan menunjukan fungsi ginjal
(1) Volume total harus tidak kurang darai 500 ml bila
cara pengumpulannya tepat.
9

(2) Protein total tidak lebih dari 5 gr, kreatinin, klirens


kreatinin
e) Konsultasikan dengan dokter untuk membuat rencana
penatalaksanaan. Terapi pilihan pelahiran bila hampir cukup
bulan
f) Bila pasien mengalami kejang :
(1) Minta seseorang untuk segera menghubungi dokter.
(2) Lindungi ibu dari hal-hal yang dapat membahayakan
dirinya.
(3) Berikan valium 10mg/IV secara perlahan (≥1-2 menit)
(4) Berikan MgSO4 2gr/IV bolus secara perlahan > 2-3
menit
(5) Pantau TTV segera setelahnya.
(Morgan Geri, 2009)
10

Tabel 2.1 Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan Pada Berbagai Tingkat


Pelayanan.
Hipertensi
Preeklamsia Preeklamsia berat/ Hipertensi
Tempat karena
Ringan eklamsia Kronik
Kehamilan
Polindes a. Rawat jalan a. Rawat a. Pastikan gejala a. Rawat Jalan
1x jalan dan tanda b. Istirahat
seminggu b. Istirahat preeklamsia cukup
b. Pantau TD, baring berat. c. Bila TD >
proteinuria, c. Diet biasa b. Nifedipine 10mg 160/110/ hari
kesejahteraa d. Tak perlu dan MgSO4 40g antihipertens
n janin obat-obatan IV dalam 10 i.
c. Tunggu e. Bila tidak menit. d. Tidak ada
persalinan ada c. Siapkan perbaikan
aterm perbaikan, peralatan untuk sampai rujuk
rujuk kejang.
d. Kateter urine
e. Rujuk ke RS
Puskesmas a. Idem a. Idem a. Idem a. Idem
b. Jika b. <36 b. Rujuk ke RS b. Bila TD
keadaan minggu >160/110
memburuk rawat janin mmHg beri
lanjut 1x antihiperten
tangani seminggu si
sebagai c. Tidak ada c. Pikirkan
preeklamsia perbaikkan superimpose
rawat, atau d
rujukan ke preeklamsia
RS
Rumah a. Kendalikan a. Evaluasi a. Idem a. Jika tidak
Sakit hipertensi seperti di b. Penanganan ada
seperti pada atas kejang dengan komplikasi
preekamsia b. Bila MgSO4 dosis tunggu
b. Terminasi terdapat awal dan dosis aterm
kehamilan preekalsia pemeliharaan b. Jika terdapat
jika jika berat atau c. Antihipertensi preekalmsia,
terjadi tanda- d. Persalinan pertumbuha
preeklamsia tanda segera n janin
berat. pertumbu e. Perawatan terhambat,at
han jalan postpartum . au gawat
terhambat janian lanjut
lanjut terminasi
terminasi. kehamilan
(Saifudin, 2009)
11

g) Pathway

Penyakit Obesitas Kehamilan Hidramnion Molahidatidosa


ginjal ganda Penanganan di Polindes
a. Rawat jalan 1 X seminggu
b. pantau TD, proteinuria,
kesejahteraan janin
Perubahan pada ginjal Mual- muntah,
Dyslipidemia c. tunggu persalinan aterm
wanita dengan nyeri ulu hati dan
trigliserid memompa jantung
preeklamsia adalah
serum,LDL, karena kesulitan Hipertensi
glomerulus
VLDL untuk bernafas
menyebabkan Di Puskesmas
penyempitan lumen a. Idem
kapiler Vasospasme arteriol b. jika keadaan memburuk tangani
sebagai preeklamsia
Tekanan darah aferen
meningkat
aliran darah ke ginjal Di Rumah Sakit
menurun a. kendalikan hipertensi seperti pada
preeklamsia
kerusakan endotel b. terminasi kehamilan jika terjadi
glomerulus preeklamsia berat

Metabolisme Absorbsi
(karbohidrat, lemak, (Glomerulus (-) Protein Urine
Hamil protein)
Preeklamsia
Hasil Pemeriksaan :
Penurunan Bersihan kreatinin
Peningkatan serum kreatinin

Jika kondisi memburuk terjadi Kerusakan ginjal


Oliguria
12

2. Kolaborasi
a. Pengertian
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab
(kerjasama) dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam
memberi asuhan pada pasien dalam praktiknya,kolaborasi dilakukan
dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam
penatalaksanaaan dan pemberian asuhan.masing –masing tenaga
kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau
melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan
dilakukan.petugas kesehatan yang ditugaskan menangani pasien
bertanggung jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.
Pelayanan kebidanan kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.tujuan pelayanan ini adalah berbagi otoritas dalam
pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang linkup masing-masing.
(Uswatun, 2015)
b. Kolaborasi dalam Pelayanan Kebidanan
Dalam praktik playanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah
asuhan kebidanan yang di berikan kepada klien dengan tanggung jawab
bersama semua pemberi playanan yang terlibat. misalnya:
bidan,dokter,atau tenaga kesehatan profesional lainya.Bidan merupakan
anggota tim.Bidan menyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetap
menjaga,mendukung, dan menghargai proses fisiologis
manusia.rujukan yang efektif di lakukan untuk menjamin kesejahteraan
ibu dan bayinya .bidan adalah praktisi yang mandiri. Bidan juga
bekerjasama dalam mengembangkan kemitraan dengan anggota
kesehatan lainya. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan
kolaborasi,konsultasi, dan perujukan sesuai dengan kondisi pasien,
kewenangan dan kemampuanya.
13

c. Pelayanan Kolaborasi Bidan Menurut (Wahyuni, 2018)


1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
3. Rujukan
a. Pengertian
Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke
fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir
(JNPK-KR, 2012).
Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal
maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih berkompeten,
terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
(Syafrudin, 2009).
14

b. Rujukan Kebidanan
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu
pelimpahan tanggung jawab timbal-balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertikal,maupun horizontal. Rujukan
vertikal,maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke
unit yang telah lengkap. Misalnya dari rumah sakit kabupaten ke rumah
sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih
spesialistik fasilitas dan personalianya. Rujukan horizontal adalah
konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah
sakit,misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak
(Syafrudin,2009).
c. Jenis Rujukan
Terdapat dua jenis isitilah rujukan yaitu, (Pudiastuti,2011) :
1) Rujukan Medik yaitu pelimpahan tanggungjawab secara timbal
balik atas satu kasus yang timbal balik secara vertikal maupun
horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menanganinya
secara rasional.
Jenis rujukan medik :
a) Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium lebih
lengkap
b) Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosa, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
c) Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat.
2) Rujukan Kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan
bahan atau spesimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap.
d. Tujuan Rujukan
1) Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik
baiknya.
2) Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap
15

fasilitasnya.
3) Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer
knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat
pendidikan dan daerah (Syafrudin,2009).
e. Langkah-Langkah Rujukan
1) Menentukan kegawatdaruratan penderita
a) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan
b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
c) Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
2) Menentukan tempat rujukan.
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan fasilitas terdekat
yang termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
b) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan
c) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
Dijabarkan persiapan penderita yang harus diperhatikan dalam
melakukan rujukan yaitu dengan melakukan BAKSOKU yang
16

merupakan singkatan dari (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat,


Kenderaan, Uang),(JNPK-KR,2012).
a) Bidan (B)
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi
oleh penolong persalinan yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk menatalaksanakan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
b) Alat (A)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan
persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir ( tabung suntik,
selang Intra Vena, dan lain-lain ) bersama ibu ke tempat
rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin
diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
c) Keluarga (K)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu
dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk.
Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
d) Surat (S)
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberika
identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan
alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau
obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir.
Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat
rujukan.
e) Obat (O)
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke
tempat rujukan. Obat- obatan mungkin akan diperlukan selama
perjalanan.
17

f) Kendaraan (K)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu
pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk.
mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
g) Uang (U)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan
bahan-bahan kesehatan lain yang diperiukan selama ibu
dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada pasien
Varney (2012).
Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah Berikut merupakan
langkah-langkah manajemen kebidanan yang dijelaskan oleh Varney:
1. Langkah I (Tahap Pengumpulan Data)
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap
yaitu:
a. Riwayat kesehatan.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
d. Meninjau data laboraturium dan membandingkannya dengan hasil
studi.
2. Langkah II (Interpretasi Data)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
18

yang dikupulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan


sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis
kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan profesi (bidan) dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut
adalah:
a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c. Memiliki ciri khas kebidanan
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan dapat
diselesaikan dengan pendekatann managemen kebidanan.
3. Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial)
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan,
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan
dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi.
4. Langkah IV (Menetapkan Konsultasi dan Kolaborasi)
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter
segera melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan. Dalam melakukan tindakan, bidan harus bisa memprioritaskan
masalah/ kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/ masalah
potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan
tindakan kedaruratan atau segera untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Tindakan segera bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat
rujukan terjadi.
5. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
19

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan


ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh
kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan
secara efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh
karena itu, tugas bidan dalam langkah ini adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan klien yang kemudian membuat
kesepakatan sebelum melaksanakannya terjadi.
6. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman)
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah
diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lain. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Ketika bidan berkolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
bertanggung jawab dalam penatalaksanaan asuhan klien sesuai rencana
asuhan bersama yang menyeluruh. Penatalaksanaan yang efisien akan
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Bidan sebaiknya mengkaji ulang apakah semua rencana asuhan telah
dilaksanakan.
7. Langkah VII (Evaluasi)
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi
sesuai diagnosis dan masalah. Rencana dianggap efektif jika memang
benar efektif pelaksanaannya. Ada kemungkinan sebagian rencana tersebut
efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses penatalaksanaan asuhan
ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan sehingga perlu
20

mengulangi kembali setiap asuhan yang tidak efektif serta melakukan


penyesuaian rencana (Varney, 2012).
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
Subyektif, O adalah data Obyektif, A adalah Analysis/ Assasement dan P
adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis
dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan. Untuk penjelasan tentang SOAP
dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis.
b. Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium /
pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau oranglain dapat dimasukkan dalam data obyektif ini
sebagai data penunjang.
c. Analysis/ Assessment, merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Analisis
yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/ tindakan yang tepat.
d. Planning/ Perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi data. Meskipun secara istilah, P adalah Planning/
Perencanaan saja, namun P dalam SOAP ini juga mengandung
implementasi dan evaluasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI
PADA NY.K USIA 36 TAHUN G2P1A0 USIA HAMIL 32 MGG DENGAN
HIPERTENSI GESTASIONAL
DI PUSKESMAS NGESREP SEMARANG

a. PENGKAJIAN:
Tanggal : 14 Januari 2019 Jam : 09.00 WIB
b. IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny.K 1. Nama :Tn I
2. Umur : 36 tahun 2. Umur : 38 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : D1 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Wiraswasta 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Ngesrep Banyumanik 7. Alamat : Ngesrep Banyumanik

c. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakanbahwa ibu ingin memeriksakan kehamilannya dan ini
merupakan jadwal ANC ibu.
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan pusing dan mudah lelah sejak 2 hari yang lalu
Uraian Keluhan Utama :
-

21
22

3. RIWAYAT KESEHATAN:
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang mengarah ke
penyakit jantung (jantung berdebar-debar apabila kerja berat) ,
hipertensi (tekanan darah tinggi), hepatitis, malaria, asma (sesak
napas apabila kerja berat atau kelelahan), DM (apabila terjadi luka,
maka lama sembuhnya), TBC (batuk lebih dari satu bulan dan batuk
darah), PMS (keputihan yang berbau, gatal, dan terasa panas), HIV/
AIDS (apabila diare atau sakit lama tidak sembuh sembuh), campak
dan lain sebagainya. Sekarang ibu dalam keadaan sehat tanpa
memiliki riwayat penyakit di atas.
b. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang mengarah ke penyakit jantung, hipertensi, hepatitis,
malaria, asma, DM, TBC, PMS, HIV/ AIDS. Dalam keluarga tidak
ada riwayat kembar maupun cacat bawaan.
4. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid:
Menarche : 12 tahun
Siklus : ±28 hari
Warna darah : Merah
Lama : ± 7 hari
Leukhorea : Menjelang haid
Nyeri Haid : Terkadang mengalami nyeri saat menjelang haid
Banyaknya : Hari ke 1-3, ganti pembalut 3-4 x/hari, penuh
1
Hari ke 4-5, ganti pembalut 3 x/hari, 1- 12 penuh
1
Hari ke 6-7, ganti pembalut 2-3 x/hari, 2 penuh

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


1) Hamil ke 2 usia kehamilan 32 miggu
23

2) HPHT : 28 - 5 - 2018
3) HPL : 4 - 3 – 2019

4) Gerak janin
Pertama kali : ibu mengatakan mulai merasakan
gerak janin sejak usia kandungan 16
minggu
Frekuensi dalam 12 jam : mengatakan merasakan gerak janin
>11 kali dalam 12 jam
5) Tanda bahaya : Hipertensi
6) Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan memiliki kekhawatiran
khusus yaitu berat badannya berlebih apakah bayinya dapat lahir
normal atau tidak
7) ImunisasiTT : ibu mengatakan telah di imunisasi TT
sebanyak 5 kali
8) ANC :5x
Riwayat ANC :
Suplement & Fe
ANC TINDAKAN/
Tanggal Tempat (Jenis, Jml & aturan MASALAH
Ke PENDKES
minum)
PP test (+) , Makan
sedikit tapi sering
1 Agustus B6 X 2x1 (10 mg)
1 BPM Mual Minum air putih hangat
2018 Vit. C X 1x1 (80 mg)
Perbanyak makan sayur
dan buah
SF XXX 1x1 (60mg) Istirahat yang cukup
8 Agustus
2 BPM Kalk X 1x1(500 mg) t.a.k Perbanyak buah dan
2018
Vit.C X 1x1 (80mg) sayur
2 Fe XXX 1x1 (60 mg) Penkes minum Fe tang
3 september BPM Kalk X 1x1(500 mg) t.a.k benar, Istirahat cukup
2018 Vit.C X 1x1 (80 mg) Mengurangi beban berat
Fe XXX 1x1 (60 mg) Hb : 12 gr/dL, Golda : B,
2 Otober
PKM Kalk X 1x1 (500 mg) t.a.k Protein Urin : (-) , HbsAg
2018
4 Vit.C X 1x1 (80 mg) : (-)
3 Fe XXX 1x1 (60 mg)
Penkes tentang tanda
5 November BPM Kalk X 1x1(500 mg) t.a.k
bahaya kehamilan
2018 Vit.C X 1x1(80 mg)
24

c. Riwayat Kehamilan Persalinandan Nifas yang lalu:


Kehamilan Persalinan Nifas Kead.
Frek Keluhan Asi Anak
Tahun Peno JK/ Penyu IM Penyu
AN /Penyuli UK Jenis Eksklusi sekaran
long BB lit D lit
C t f g
Laki
38 Sehat
sponta dokt laki / Tidak Tidak
2015 6x Obesitas mg - Ya umur 4
n er 2800 ada ada
g tahun
gram

5. RIWAYAT KB : Pernah/ Tidak pernah*)


a. Ibu mengatakan pernah menggunakan KB IUD selama 2 tahun ,
tidak ada keluhan namun ibu melepas kb karena ingin memiliki
anak lagi.
b. Rencana setelah melahirkan
Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD, dan akan
bermusyawarah dengan suami terlebih dahulu.

6. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:


Sebelum hamil :
a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi :
 Nasi : 3 x @1 piring (sedang / penuh)
 Lauk : 3 x @1 potong (sedang / besar), jenisnya telur,
ayam, daging
 Sayuran : 3 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis sayur tumis, sop,
lodeh
 Buah : 3x seminggu; jenis mangga, pisang, jeruk
 Camilan : 1-2 x sehari; jenis keripik, biskuit
c) Pantangan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan
2) Minum
a) Jumlah total 6 gelas perhari; jenis air putih, teh, dan kopi
25

b) Susu: jarang, bahkan tidak pernah


3) Perubahan selama hamil ini :
a) Makan : tidak ada perubahan
b) Minum : jumlah total 9-10 gelas perhari, jenis air putih, teh
Susu : terkadang minum 1 x sehari (susu ibu hamil)
b. Eliminasi
1) Sebelum hamil
1) Buang air kecil :
 Frekuensi perhari : 5 – 6 x per hari ;
Warna : Kuning jernih dan bau khas urine
Keluhan/masalah : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2) Buang air besar :
 Frekuensi perhari : 1 x per hari
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lembek / keras*)
Keluhan/masalah : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2) Perubahan selama hamil ini :
BAK : Ibu mengatakan kencing sampai 7-8 kali sehari warna
kuning jernih
BAB : tetap 1-2 hari sekali warna kuning kecoklatan, konsistensi
agak keras.
c. Personal hygiene
1) Sebelum hamil :
 Mandi 2 x sehari
 Keramas 3x seminggu
 Gosok gigi 3x sehari
 Ganti pakaian 2-3 x sehari; celana dalam 3x sehari
 Kebiasaan memakai alas kaki : Ibu memakai alas kaki berupa
sandal ketika akan keluar rumah
26

2) Perubahan selama hamil ini : Ibu mengatakan tidak ada perubahan


terhadap pola kebersihan dirinya
selama hamil ini
d. Hubungan seksual
1) Sebelum hamil :
 Frekuensi : 1-2 x seminggu
 Contact bleeding : Ibu mengatakan tidak mengeluarkan darah
dari daerah genetalia setelah berhubungan seksual
 Keluhan lain : Tidak ada keluhan
2) Perubahan selama hamil ini : Ibu mengatakan selama hamil
berhubungan seksual sebanyak 1 kali seminggu, tidak ada contact
bleeding dan tidak ada keluhan.
e. Istirahat/tidur
1) Sebelum hamil :
 Tidur malam 7-8 jam
 Tidur siang ±1 jam
 Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan
2) Perubahan selama hamil ini : tidur malam 6-7 jam, tidur siang 1 jam ,
tidak ada keluhan
f. Aktivitas fisik dan olah raga
1) Sebelum hamil :
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Ibu mengatakan bahwa ibu
seorang ibu rumah tangga, pekerjaan rumah (mencuci, menyapu,
memasak) dikerjakan oleh ibu sendiri
 Olah raga : Ibu jarang berolahraga
2) Perubahan selama hamil ini : ibu mengatakan pekerjaan rumah tetap
dilakukan oleh ibu sendiri dan
terkadang dibantu oleh suami.
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
1) Merokok : tidak pernah
2) Minuman beralkohol : tidak pernah
27

3) Obat-obatan : tidak pernah


4) Jamu : tidak pernah
7. Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah / tidak menikah*),
umur waktu menikah : 28 tahun.
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah/ tidak*) lamanya 6 tahun
3) Hubungan dengan suami : baik
b) Kehamilan ini diharapkan / tidak*) oleh ibu, suami, keluarga
Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan
suami dan keluarga mendukung terhadap kehamilan ini, keluarga juga
senang dan mendukung atas kehamilan ibu
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : apabila ada masalah suami
dan ibu musyawarah terlebih dahulu sebelum memutuskan pendapat.
d) Ibu tinggal serumah dengan : Suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
f) Orang terdekat ibu : Suami
Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : Suami
g) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : tidak ada
h) Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Rumah Sakit
dan ditolong oleh Dokter
i) Penghasilan perbulan: Rp 3. 000.000,00 Cukup/Tidak Cukup*)
j) Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan : ibu mengatakan
tidak mempunyai praktik agama yang harus dilakukannya selama hamil
1) Kebiasaan puasa /apakah ibu berpuasa selama hamil ini : Ibu
mengatakan tidak pernah berpuasa selama hamil
Keluhan selama puasa : Tidak ada
2) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
28

 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang


diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
lainnya : ..................................................................................

k) Tingkat pengetahuan ibu :


Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu sudah mengetahui tanda
bahaya kehamilan dan
ketidaknyamanan ibu hamil
trimester 3
Hal-hal yang ingin diketahui ibu :Ibu ingin mengetahui penyebab ibu
merasakan pusing

d. DATA OBYEKTIF:
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Tensi : 140/90 mmHg
Kesadaran : Composmentis Nadi : 84x/menit
BB lalu/ Skrg : 116 kg/128 kg Suhu /T : 36,5
TB : 165 cm RR : 20x/menit
LILA : 36 cm IMT : 116
= 42,6
1,652
b. Status present
Kepala : Mesocephal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
rambut tidak mudah dicabut
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip dan
tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
sinusitis
Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak karies,
29

gusi tidak bengkak dan tidak berdarah, tidak ada


stomatitis
Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada penumpukan serumen,
tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar
limfe, dan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
wheezing, tidak ada stridor maupun ronkhi
Perut : Tidak ada bekas luka operasi, pembesaran hepar
tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas.
Lipat paha : Tidak ada varises, tidak ada pembesaran massa
Vulva : Bersih, Tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada varises.
Ekstremitas : Simetris ,Tidak ada oedema pada tangan dan
kaki,tidak ada varices, turgor kulit normal, kapiler
refill kembali dalam 2 detik, pergerakan normal
Refleks patella : + / +
Pungggung : Tidak ada kelaianan bentuk tulang belakang, tidak
ada nyeri tekan dan nyeri lepas
Anus : Tidak ada hemorrhoid, tidak ada varises

c. Status Obstetrik
1) Inspeksi:
Muka : tidak ada cloasma gravidarum
Mamae : membesar, areola menghitam, payudara simetris,
putting menonjol
Abdomen : membesar sesuai umur kehamilan, terdapat linea
nigra dan striae gravidarum
Vulva : Ada tanda Chadwick
2) Palpasi
Leoplod I : Bagian fundus uteri teraba satu bagian bulat dan
30

lunak (bokong janin)


Leoplod II : Bagian kiri teraba bagian–bagian kecil janin
(Punggung janin), bagian kanan teraba satu
bagian tahanan memanjang (punggung)
Leoplod III : Bagian bawah perut ibu teraba satu bagian bulat
dan keras dan melenting (Kepala)
Leoplod IV : Belum dilakukan

TFU :  36 cm TBJ : 2170 gram


3) Auskultasi :
DJJ : 140 x/menit Frekuensi : teratur

2. Pemeriksaan penunjang :
Tidak dilakukan

e. ANALISA
1. Diagnosa kebidanan
Pada Ny K Usia 36 Tahun G2P1A0Usia Hamil 32 Mgg Janin Tunggal
Hidup Intrauterine, Letak Membujur Presentasi Kepala U PuKa
Dengan hipertensi gestasional
2. Diagnosa Masalah
Ibu merasa pusing, ibu belum mengetahui penyebab pusing
3. Kebutuhan tindakan segera
-
4. Diagnosa potensial
Pre eklamsi, eklamsia,gawat janin
5. Antisipasi
Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan rujukan ke RS
31

f. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 14 Januari 2019 Pukul : 09.15 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya bahwa ibu mengalami tekanan
darah tinggi dalam kehamilannya, tetapi kondisi bayinya masih sehat.
Menjelaskan penyebab ibu mengalami pusing di karenakan tekanan
darah ibu yang tinggi akibat dari berat badan ibu yang berlebih ( lemak
tubuh mempersempit alirah darah) sehingga pasokan oksigen ke otak
menjadi menurun menyebabkan tubuh kurang oksigen dan mudah lelah.
Hasil : Ibu dapat menyebutkan kembali pusing yang dialami
2. Memberitahu ibu mengenai diit makanan pada ibu hamil dengan obesitas
yaitu sedikit makan makanan yang mengandung karbohidrat,
memperbanyak makanan yang tinggi serat dan protein, serta berhenti
makan setelah jam 19.00 WIB, Memperbanyak minum air putih, dan
menghindari makanan cepat saji / mengandung lemak tinggi.
Hasil : ibu mengerti mengenai penjelasan yang disampaikan dan dapat
menyebutkan kembali makanan yang harus dihindari
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter umum untuk ANC terpadu
Hasil : Advice dokter : ibu di rujuk di RS untuk mendapatkan
pemeriksaan dan terapi dari dokter SpoG dikarenakan tekanan darah
tinggi dan berat badan yang obesitas.
4. Memotivasi ibu untuk ANC selanjutnya di RS / dokter SpoG agar
kondisinya terpantau dengan baik dan mencegah adanya komplikasi serta
merencanakan persalinan ibu untuk di RS
Hasil : Ibu bersedia untuk ANC dan bersalin di RS
5. Memotivasi ibu umtuk rutin control 1 minggu sekali / apabila ada
keluhan
Hasil : Ibu bersedia untuk rutin kontrol kehamilanya
6. Memotivasi ibu untuk tetap tenang / sugesti yang baik baik pada
kehamilannya agar semua berjalan lancar / tidak terjadi komplikasi
7. Melakukan dokumentasi pada buku KIA, register dan les hamil
Hasil : Sudah di catat di buku KIA, register dan les hamil.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Faktor Resiko dan Rencana Perawatan untuk Kunjungan


Antenatal Berikutnya
Faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan salah satunya adalah
usia yang ekstrim (Prawirohardjo, 2010). Dalam kasus, Ny.K berusia 36
tahun dimana usia Ny.K ini termasuk dalam usia beresiko untuk hamil yaitu
usia diatas 35 tahun. Menurut jurnal yang dikemukakan oleh (Norwitz, 2008),
kehamilan pada umur ibu yang ekstrim kurang dari 20 atau lebih dari 35
tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi yang dapat menyebabkan
komplikasi dalam kehamilan. Menurut penelitian Afiana Rohmani (2013),
dimana usia tua juga berhubungan dengan teori iskemia implantasi plasenta,
bahwa trofoblas diserap ke dalam sirkulasi yang memicu peningkatan
sensivitas terhadap angiotensin II, renin aldosteron sehingga terjadi spasme
pembuluh darah serta tahanan terhadap garam dan air yang mengakibatkan
hipertensi, bahkan edema.
Dalam sudut pandang kebidanan, usia yang sudah tidak muda lagi
berpotensi menimbulkan resiko terjadinya komplikasi kehamilan seperti
preeklamsia dan diabetes. Dengan demikian, bidan harus memberitahu Ny.K
bahwa asuhan persalinan untuknya akan dirancang dengan berkolaborasi
bersama dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS. Pengawasan
tekanan darah dan analisis urin bisa tetap dilakukan di unit pelayanan
komunitas, sedangkan pengawasan tambahan antenatal terhadap kesehatan
ibu dan janin akan dilakukan oleh tim kebidanan rumah sakit. Tempat
melahirkan akan dipengaruhi oleh kesehatan Ny.K dan bayi yang
dikandungnya, tetapi pada tahap awal kehamilan, semua pilihan tersebut
harus dipertimbangkan: rumah, klinik bersalin, dan rumah sakit. Rincian
diskusi ini yang berkaitan dengan rencana asuhan persalinan harus
didokumentasikan secara jelas oleh bidan dalam rekam medis Ny.K sesuai
standar dan pedoman pencatatan. (Raynor, 2017)

32
33

Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi


kehamilan adalah adanya riwayat keluarga pernah mengalami
preeklamsi/eklamsi (Prawirohardjo, 2010). Dalam kasus Ny.K ibu kandung
dan kakak kandung Ny.K mempunyai riwayat Preeklamsi/Eklamsi. Dalam
hal ini faktor tersebut mungkin dapat memicu terjadinya hipertensi yang
dialami ibu sekarang meskipun belum dapat dikatakan ibu mengalami
preeklamsi karena protein urin negatif, akantetapi jika tidak mendapatkan
penanganan yang tepat ibu dapat beresiko mengalami preeklamsi. Preeklamsi
merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu penderita preeklamsi atau yang mempunyai riwayat
preeklamsi dalam kehamilan. Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor
resiko terjadinya preeklamsi (Norwitz, 2008).
Penyakit yang diderita ibu sebelumnya juga dapat menjadi faktor resiko
terjadinya hipertensi kehamilan seperti penyakit ginjal, diabetes, dan
hipertensi yang sudah ada sebelum hamil (Prawirohardjo, 2010). Dari hasil
penelitian yang dilakukan (Nuril, 2012) dan (Guerrier, 2013) bahwa ibu yang
memiliki riwayat hipertensi sebelumnya akan mempunyai resiko lebih tinggi
mengalami kejadian preeklamsi dibandingkan dengan ibu yang tidak
memiliki riwayat hipertensi. Dalam kasus Ny.K, ibu tidak memiliki riwayat
penyakit seperti penyakit ginjal maupun riwayat hipertensi sebelumnya.
Meskipun penyebab langsung preeklamsi tidak diketahui, ibu dengan
jarak kehamilan ≥10 tahun dari pelahiran terakhir memiliki resiko terjadinya
preeklamsi (Wylie, 2010). Dari kasus Ny.K kehamilan terakhir ini berjarak 4
tahun, sehingga hal ini bukan merupakan faktor predisposisi ibu mengalami
hipertensi dalam kehamilannya.
Dalam kasus Ny.K, ibu melakukan kunjungan antenatal sebanyak 5x.
Kunjungan ANC berpengaruh terhadap kesehatan ibu sehingga kunjungan
ANC yang kurang, mungkin dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
hipertensi dan dapat beresiko preeklamsi dikarenakan tidak ada deteksi dini
akan tanda dan gejala preeklamsi, hal ini diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan (Nuryani, 2013) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara
34

pemeriksaan antenatal dengan kejadian preeklamsi. Melalui pemeriksaan


antenatal dapat mencegah perkembangan preeklamsi, karena salah satu tujuan
dari pemeriksaan antenatal adalah mengenali secara dini adanya penyulit-
penyulit atau komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan (Depkes, 2007).
Data psikologis ibu menyatakan memiliki kekhawatiran khusus yaitu
berat badannya berlebih apakah bayinya dapat lahir normal atau tidak, hal ini
dapat menjadi faktor predisposisi ibu mengalami hipertensi selama
kehamilan. Menurut penelitian Desi Trisiani 2016, menyatakan bahwa
depresi dan kecemasan antenatal terkait dengan ekskresi vasoaktif hormon
atau neuroendokrin lainnya, yang pada gilirannya meningkatkan risiko
hipertensi, hal ini juga memicu perubahan pembuluh darah dan peningkatan
resistensi arteri uterina yang sama halnya terjadi pada kasus preeklamsi.

B. Pemeriksaan yang Tepat untuk Menegakkan Diagnosa dalam


Kehamilan
Pada awal kehamilan terdapat penurunan yang tajam pada tekanan darah
diastolik tetapi hanya terdapat sedikit perubahan pada tekanan sistolik.
Sebagai akibat dari berkurangnya resistensi pembuluh darah perifer, maka
tekanan darah sistolik rata-rata menurun 5-10 mmHg dibawah nilai dasar
(baseline) dengan tekanan darah diastolik 10-15 mmHg hingga usia
kehamilan 24 minggu. Dari saat ini, tekanan darah secara bertahap naik,
kembali ke nilai saat pra-kehamilan. Oleh karena itu, penilaian tekanan darah
sedini mungkin merupaka hal yang penting dalam kehamilan untuk
mendapatkan data dasar (baseline) yaitu saat mendekati masa pra-kehamilan
sebagai perbandingan jelas selama kehamilan. Nilai tekanan darah ini
kemudian dapat membantu dalam mengidentifikasi dengan cepat setiap
penyakit hipertensi dalam kehamilan yang merupakan penyebab utama kedua
kematian ibu di UK, menurut laporan 3 tahun yang lalu. (Lewis, 2011 dalam
Raynor 2017).
Pemeriksaan tekanan darah tidak seharusnya dilakukan setelah seorang
wanita melakukan olahraga fisik apa pun, mengalami kecemasan atau rasa
35

nyeri, maupun merokok. Dalam keadaa seperti ini, direkomendasikan untuk


beristirahat 10 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah.
Penggunaan Korotkoff Tahap V saat bunyi jantung menghilang sebagai
ukuran tekanan darah diastolik lebih mudah untuk didapatkan, lebih dapat
terulang kembali (reprodusibel), dan mendekati ke tekanan intraarteri pada
kehamilan. Nilai pembacaan ini harus selalu digunakan kecuali bunyi
mendekati nol, dalam hal ini bunyi Korotkoff Tahap IV juga harus
diperhatikan dan kemudian dicatat (NMC, 2010 dalam Raynor, 2017). Pada
kasus Ny.K berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah, diperoleh hasil
140/90 mmHg. Hal ini menunjukan ibu mengalami hipertensi dalam
kehamilannya.
Pada pemeriksaan umum indeks massa tubuh ibu sebesar 42,6 (obesitas),
hal ini menunjukan bahwa BB ibu merupakan salah satu faktor predisposisi
ibu mengalami hipertensi dalam kehamilannya. Menurut penelitian Afiana
Rohmani 2013, menyatakan bahwa tingginya nilai IMT berkaitan dengan
dyslipidemia, yang akan meningkatkan trigliserid serum/plasma, LDL (Low
Density Lipoprotein) dan penurunan VLDL (Very Low Density Lipoprotein.
Keadaan ini akan menginduksi oxidative stress dan menimbulkan disfungsi
sistem endhotel yang merupakan konsep dasar penyebab hipertensi dalam
kehamilan.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny.K, tidak ditemukan pada
ekstrimitas bawah ibu mengalami oedem, dahulu oedem tungkai dipakai
sebagai tanda-tanda preeklamsia, tetapi sekarang oedema tungkai tidak
dipakai lagi, kecuali oedem generalisata (anasarka) (Prawirohardjo, 2010).
Didukung oleh penelitian (Arsani, 2017) perubahan pokok pada preeklamsi
adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada
beberapa kasus lumen arteriola juga ditemukan diseluruh tubuh maka
terjadinya kenaikan tekanan darah merupakan usaha mengatasi tahanan
perifer, agar oksigenasi jaringan tercukupi. Oedem disebabkan oleh
penimbunan cairan yang berlebih.
36

C. Potensi Resiko yang Dapat Mempengaruhi Kesehatan Ny.K dan


Pencegahannya
Dalam kasus Ny.K pada riwayat ANC ke-4 ibu telah melakukan
pemeriksaan protein urin dan hasilnya adalah negatif. Dalam kaitannya
dengan penegakan diagnosa preeklamsi ibu tidak mengalami preeklamsi
tetapi ibu mengalami hipertensi gestasional dimana sebelumnya ibu tidak
punya riwayat hipertensi sebelum hamil dan hasil protein urin yang diperoleh
dari pemeriksaan adalah negatif. Akan tetapi, ibu memiliki potensi resiko
terjadinya preeklamsi karena memiliki riwayat keluarga yang mengalami
preeklamsi dan usia yang sudah tidak muda lagi. Sehingga diperlukan
penanganan yang tepat agar potensi resiko tersebut dapat dihindari dan
kehamilan ibu dalam keadaan baik.
Penatalaksanaan Ny.K dengan hipertensi gestasional yang telah
dilakukan ialah memberikan dukungan terhadap kehamilan ibu karena ibu
merasa khawatir dengan berat badannya yang berlebih apakah bayinya dapat
lahir normal atau tidak yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang diit makanan yang harus dihindari dan dapat dimakan oleh ibu hamil
dengan obesitas sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi pada ibu dan
bayi dan bidan menyarankan pada ibu untuk sugesti hal yang baik-baik pada
kehamilannya agar ibu tetap tenang. Menurut penelitian Desi Trisiani 2016,
dukungan psikologis yang diperlukan oleh ibu hamil selain dari diri sendiri,
pasangan, dan lingkungan keluarganya adalah dari bidan yang diberikan pada
saat kunjungan ANC dengan memberikan informasi yang baik untuk
mengatasi setiap kecemasan yang dirasakan klien serta mencegah kecemasan
berkelanjutan yang bisa menyebabkan stres dan depresi yang akan berdampak
pada kesehatan ibu dan janin.
Bidan juga memberi nasehat untuk tetap menjaga kehamilannya dengan
periksa rutin 1 x seminggu sehingga dapat diketahui perkembangan
kehamilan ibu mengarah pada preeklamsi atau tidak. Menurut Saefudin 2009,
penanganan pada hipertensi gestasional di tingkat pelayanan kesehatan
puskesmas adalah dengan memantau kesejahteraan janin, pemeriksaan
37

proteinuria dan TD, rawat jalan 1x seminggu, menunggu persalinan aterm dan
jika keadaan memburuk lanjut tangani sebagai preeklamsia. Akan tetapi pada
kasus Ny.K saat bidan melakukan ANC terpadu dengan dokter umum di
Puskesmas, advice dokter menyarankan untuk ibu periksa hamil selanjutnya
pada dokter SpOG saja untuk meminimalisir komplikasi atau mendapatkan
terapi dan penanganan yang tepat.
Kemudian merencanakan asuhan ibu bersalin dengan merujuk ke RS
dengan pertimbangan pemantauan tekanan darah & protein urin selama hamil
serta pemantauan selama nifas atau menyusui. Hal ini dikarenakan menurut
Prawirohardjo 2010, hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascabersalin, kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria. Jika lebih dari 3 bulan mengalami
hipertensi harus dilakukan penanganan lebih lanjut seperti pemeriksaan
laboratorium darah untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan ginjal.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Asuhan kebidanan Pada Ibu Hamil Patologi Pada Ny.K Usia 36 Tahun
G2P1A0 Usia Hamil 32 minggu dengan Hipertensi Gestasional di Puskesmas
Ngesrep diberikan sesuai dengan teori.
Dalam kasus, Ny.K berusia 36 tahun dimana usia Ny.K ini termasuk
dalam usia beresiko untuk hamil yaitu usia diatas 35 tahun. Faktor penyebab
terjadinya hipertensi kehamilan karena adanya riwayat keluarga pernah
mengalami preeklamsi/eklamsi, penyakit yang diderita ibu seperti penyakit
ginjal, diabetes, dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil. Penegakan
diagnosa dilakukan dengan menilai tekanan darah ibu yaitu 140/90 mmHg
dan pada pemeriksaan umum indeks massa tubuh ibu sebesar 42,6 (obesitas),
pemeriksaan protein urin hasilnya adalah negatif. Dalam kaitannya dengan
penegakan diagnosa preeklamsi ibu tidak mengalami preeklamsi tetapi ibu
mengalami hipertensi gestasional.
Ibu hamil telah diberitahu keadaanya dan disarankan mengenai diit
makanan yang harus dilakukan selama hamil ini. Telah dilakukan kolaborasi
dengan dokter umum sehingga ibu hamil mendapat asuhan yang sesuai. Serta
telah diberikan beberapa motivasi seperti memotivasi ibu untuk ANC
selanjutnya di RS/ dokter SpoG agar kondisinya terpantau dengan baik dan
mencegah adanya komplikasi serta merencanakan persalinan ibu untuk di RS,
memotivasi ibu umtuk rutin control 1 minggu sekali/ apabila ada keluhan dan
memotivasi ibu untuk tetap tenang/ sugesti yang baik baik pada kehamilannya
agar semua berjalan lancar/ tidak terjadi komplikasi.

B. Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan meningkatkan pengetahuan mengenai masalah kesehatan
terutama ibu hamil. Klien diharapkan dapat melakukan kunjungan selama

38
39

masa hamil sesuai dengan anjuran bidan dan lebih bersikap kooperatif.
Sehingga dapat mengantisipasi keadaan gawat darurat yang mungkin
timbul.
2. Bagi Lahan Praktek
Bidan diharapkan melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi pasien
dan mengembangkan kembali program-program KIA serta memberikan
pelayanan yang sesuai standar dan evidence based.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan mampu mengembangkan hasil penelitian
untuk proses pendidikan dan menjadi bahan evaluasi untuk proses studi
berikutnya.
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian atau teori
berdasarkan evidence based dan dapat mengaplikasikan asuhan
kebidanan ketika sudah bekerja kelak serta memperbaiki segala bentuk
kesenjangan sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar.
DAFTAR PUSTAKA

Arsani, L. P. (2017). Kadar Protein Urin pada Trimester II dan III di Puskesmas
2 Denpasar Barat. Denpasar: E Jurnal. Poltekkes-Denpasar.ac.id.

Depkes. (2007). Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Dirjen Binkesmas


Depkes RI.

Fraser, D. M. (2009). Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Guerrier. (2013). Factors Associated with Severe Preeclamsia and Eclamsia in


Jahun, Nigeria. Nigeria: International Journal of Women's Health .

Hudak, C. M. (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia; 2014.
M, F. D. (2009). Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Morgan Geri, H. C. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik . Jakarta:


EGC.

Norwitz. (2008). At a Glence Obstetri and Gynekologi, terjemahan oleh Diba


Artsiyanti EP. Jakarta: Erlangga.

Nuril. (2012). Pengaruh Faktor Usia Paritas Ketururnan Riwayat Preeklamsi


Riwayat Hipertensi Stats Gizi Kenaikan Berat Badan Selama Hamil dan
ANC Terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD DR. Sayidiman Magetan.
Magetan: Vol.2 No.3 .

Nuryani. (2013). Hubungan Pola Makan, Sosial Ekonomi, Antenatal Care dan
Karakteristik Ibu Hamil dengan Kasus Preeklamsi di Kota Makasar .
Makasar: Vol.2 No.2 hal 104-112.

Pearce, E. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia .

Pradana, R. (2016). Hubungan Paritas dan Kontrasepsi. Surabaya: FKM Unair.

Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

40
41

Pribadi Adhi, D. (2015). Kehamilan Resiko Tinggi Perkembangan, Implikasi


Klinis, dan Kotroversi. Bandung: CV Sagung Seto.

Raynor, M. (2017). Seri Praktik Kebidanan Kasus Penyakit Kritis, Komplikasi


dan Kedaruratan. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Saifudin. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal . Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sloane, E. (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Winkjosastro. (2008). Ilmu Kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Prawirohardjo.

Wylie, L. (2010). Menejemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan dan


Persalinan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai