Oleh :
Setyaningsih
P1337424822115
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Tujuan Umum
A. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai
tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer
yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Sekitar 50%
kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan
pasca-persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Saleha, 2011).
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2014).
B. Mastitis
1. Pengertian Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa
nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Penyebabnya adalah sumbatan
saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang sempurna. Tindakan yang perlu
di lakukan adalah:
a. Kompres hangat
b. Masase pada punggung untuk merangsang pengeluaran oksitosin agar ASI
dapat menetes keluar
c. Pemberian antibiotika
d. Istirahat dan pemberian obat penghilang rasa sakit jikalau perlu (Sarwono,
2014)
b. Mastitis Puerperalis
Mastitis ini terjadi pada wanita yang sedang menyusui karena adanya
perpindahan kuman dari mulut bayi atau dari mulut suaminya. Kuman yang
paling banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah staphylococcusaureus.
Selain itu kuman dapat masuk ke payudara karena suntik silicon atau injeksi
kolagen sehingga menyebabkan peradangan. Mastitis puerperalis kuman
berasal dari mulut luar yang masuk ke dalam payudara.
c. Mastitis Supurativa
Mastitis jenis ini disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu juga di
sebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Mastitis jenis ini harus
mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak terjadi abses atau
luka bernanah dalam jaringan payudara. Kuman dari mastitis supurative berasal
dari dalam tubuh yang masuk ke dalam jaringan payudara lewat aliran darah
(Rukiah, 2017).
3. Patofisiologis Mastitis
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam
duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka
terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan
ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan
natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar
sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
c. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, jari-jari tangan kanan dikepalkan,
kemudian tulang kepalan tangan kanan mengurut payudara dari pangkal kearah
puting susu, lakukan 30 kali dalam 5 menit.Akibat jika tidak dilakukan
perawatan payudara
6. Perut bayi menempel perut ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi).
7. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
8. Catatan : ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
9. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah,
jangan menekan putting susu atau areola saja.
10. Bayi diberi ransangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara:
a. Menyentuh pipi dengan putting susu
b. Menyentuh sisi mulut bayi
11. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan putting susu serta areola dimasukan kemulut bayi.
12. Usahakan sebagaian areola dapat masukan kedalam mulut bayi sehingga
putting susu ibu berada dibawah langit - langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampung ASI yang terletak dibawah areola.
13. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disanggah lagi.
14. Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang benar dan tepat.
Dapat dilihat :
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel dengan perut ibu
c. Mulut bayi membuka dengan lebar
d. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi
e. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
2. ASI Transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai dengan
sebelum menjadi ASI yang matang, disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10
dari masa laktasi. Pada ASI peralihan ini kadar protein makin merendah,
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi. Volume ASI juga
akan makin meningkat dari hari ke hari sehingga pada waktu bayi berumur 3
bulan dapat diproduksi kurang lebih 800 ml/hr.
3. ASI Matang ( Mature )
ASI matang ( mature ) adalah ASI yang disekresikan pada hari ke- 10
dan seterusnya. ASI matur memiliki komposisi yang sangat relative konstan,
ASI matur berupa cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan
warna dari garam ca-caseinant dan karoten yang terdapat didalamnya.
4. Perbedaan ASI dari Waktu Kewaktu dari Menit Kemenit
ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk
mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian yakni
yang disebut hindmilk yang mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak di
banding dengan foremilk (Astutik, 2015).
7. Pencegahan
a. Susui bayi segera dan sesering mungkin.bila payudara terasa penuh,segera
keluarkan dengan cara menyusui langsung pada bayi, kalaupun bayi belum
lapar, keluarkan ASI dengan cara di perah ataupun di pompa sehingga
pengeluaran ASI tetap lancer.
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 6 Maret 2023
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Puskemas Boja I
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. A 1. Nama : Tn. R
2. Umur : 23 Tahun 2. Umur : 25 Tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Swasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat: Bebengan 1/2 7. Alamat: Bebengan 1/2
B. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu melakukan kunjungan masa nifas
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan payudara sebelah kanan terasa panas nyeri, bengkak, lecet, berat
dan panas dingin sejak 3 hari yang lalu dan ibu mengatakan tidak menggunakan
BH yang menyangga.
3. Riwayat laktasi
Ibu mengatakan belum pernah menyusui karena ini adalah anak pertamanya. Ibu
menyusui bayinya selama 4 hari tanpa ada keluhan, pada hari ke 5 ibu
mengatakan payudara sakit dan pada hari ke 6,7 ibu memberikan ASI dengan dot
(ASI pompa), karena ibu merasa cemas untuk menyusui bayinya
4. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun
Siklus : ±28 hari
Warna darah : merah
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari
Nyeri Haid : hari ke 1
Lama : ±7 hari
3) Personal hygiene
Ibu mengatakan sudah melakukan personal hygiene yang sesuai.
4) Hubungan seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual dari setelah melahirkan sampai sekarang
5) Istirahat/tidur
Tidur : Ibu mengatakan kualitas tidur berkurang
Keluhan/masalah : tidak bisa tidur karena bayi nya sering menangis.
6) Aktivitas fisik dan olah raga
Aktivitas ibu : ibu mengatakan dirumah bekerja sebagai ibu rumah tangga,
kegiatan dirumah dibantu oleh suami seperti menyapu, mencuci.
Olahraga : ibu melakukan pekerjaan rumah dibantu suami.
7) Kebiasaan yang merugikan kesehatan (ibu maupun keluarga) :
Merokok : ibu mengatakan tidak pernah merokok
Minuman beralkohol : ibu mengatakan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
Obat-obatan : ibu hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dari
tenaga kesehatan.
Jamu : ibu mengatakan tidak mengkonsumsi jamu
8) Pola menyusui
Ibu mengatakan menyusui dengan sering ketika bayi menangis.
Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu menikah : 24 th.
Pernikahan ini yang ke 1 sah/ tidak*) lamanya 6tahun
Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah
Hubungan dengan sosial : ibu biasa berinteraksi dengan tetangga sekitar dan
hubungannya baik, tidak ada masalah dengan tetangga.
b) Persalinan ini diharapkan / tidak*) oleh ibu, suami, keluarga dari pihak ibu;
Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini : keluarga membantu ibu
mengerjakan pekerjaan rumah dan memenuhi kebutuhanya.
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Ibu mengatakan menceritakan
masalahnya kepada suaminya dan berdiskusi.
d) Ibu tinggal serumah dengan : Suami .
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Suami
f) Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan sendiri.
g) Orang terdekat ibu : suami
h) Rencananya saat kunjungan/kontrol akan ditemani oleh suaminya.
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas : Tidak ada adat
istiadat yang dilakukan
j) Penghasilan perbulan: Rp4.000.000,00 Cukup/Tidak Cukup*)
k) Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : Tidak ada
l) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
nakes wanita maupun pria;
tidak boleh menerima transfusi darah;
tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
m) Tingkat Pengetahuan Ibu
Hal-hal yang sudah diketahui ibu :
1) Ibu sudah mengetahui tentang cara menyusui yang benar.
2) Ibu sudah mengetahui tentang ASI Eksklusif yaitu memberi ASI saja
sampai usia bayi 6 bulan
3) Ibu sudah mengetahui tentang pemenuhan nutrisi dan istirahat selama
nifas.
Hal-hal yang ingin diketahui ibu :
1) Ibu ingin mengetahui tentang mengurangi rasa nyeri pada luka jahitannya.
2) Ibu ingin mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
C. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 120/70 mmHg
4) Suhu /T : 36,4℃
5) Nadi : 74x/menit
6) RR : 20x/menit
b. Status present
Kepala : kulit kepala bersih, persebaran rambut merata, rambut hitam kuat,
tidak ada benjolan
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pengihatan
baik
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : bibir lembab, ada karies gigi, tidak ada stomatitis
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, simetris
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada
Abdomen : ada nyeri tekan, tidak ada luka bekas operasi SC
Lipat paha : tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
trombophlebitis
Vulva : tidak oedem, tidak ada varises
Ekstremitas: oedem di kanan dan kiri, turgor kulit baik, pergerakan fisiologis,
kuku jari bersih
Punggung : tidak ada kelainan seperti lordosis, kifosis, dan skoliosis
Anus : tidak ada hemorroid
c. Status Obstetrik
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mamae : payudara kanan terlihat membesar, memerah, dan terdapat luka
atau lecet puting susu
Abdomen : normal, sesuai dengan masa nifas hari ke 7
Genetalia :
Lochea : serosa,
Luka perineum :tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
D. ANALISA
Ny. A Umur 23 Tahun P1A0 Post Partum 7 hari dengan mastitis
Masalah : 1. Nyeri pada luka perineum
2. khawatir tentang keadaan payudaranya
3. ibu khawatir tidak bisa menyusui bayinnya pada
payudara sebelah
kanan
Kebutuhan : 1. Melakukan konstultasi dengan dokter
2. memberikan obat untuk mengatasi nyeri
3. penkes cara menyusui yang benar
E. PENATALAKSANAAN
Pada tanggal : 6 Maret 2023 pukul 09.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Vital sign
S : Data Subyektif
1. Ibu mengatakan badan sudah tidak panas dan payudara tidak sakit.
2. Ibu mengatakan telah berani menyusui bayinya.
3. Ibu sudah tidak cemas dengan payudara kananya.
O : Data Obyektif
1. B
Kead a
aan i
ibu : k
Vital T N
sign 82
: : x/
1 me
2 nit
0
/ R
8 24
0 x/
m me
m nit
H
g
:
3
6
,
5
0
A : Assesment
mastitis.
P : Planning
Pada pembahasan ini penulis akan membahas antara teori dan praktek di
lapangan pada asuhan kebidanan pada Ny. A dengan mastitis di Puskesmas Boja I
dengan menggunakan 7 langkah Varney yang meliputi :
1. Pengkajian
2. Interpretasi Data
Menurut Varney, 2007, hal-hal yang berkaitan dari sudut padang klien
dengan keadaan yang diamati apakah menimbulkan masalah atau tidak. Masalah
bagi ibu nifas dengan mastitis adalah ibu marasa cemas, sulit tidur, merasa
bersalah, mudah tersinggung,dan pikiran negatif terhadap bayinya. Kebutuhan
Memberikan dukungan, informasi dan suport mental (Varney, 2007).
Interpretasi data didapatkan Ny. A P1A0 umur 23 tahun post partum hari
ketujuh dengan mastitis didapatkan pada palpasi ibu mengatakan payudara
sebelah kanan terasa sakit, bengkak, kemerahan dan badan terasa panas dingin.
Cemas karena payudara kanan tampak merah dan bengkak. Ibu khawatir tidak
bisa menyusui bayinya. Kebutuhan beri informasi tentang penyebab dari nyeri
pada payudara, berikan dukungan moril dari keluarga dan tenaga medis agar ibu
tidak cemas. Sehingga dalam langkah interpretasi tidak ada kesenjangan antara
teori dan pada kasus di lahan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Menurut Varney (2004), diagnosa potensial yang sering terjadi pada ibu
nifas dengan mastitis adalah terjadi abses payudara. Pada kasus ini penanganan
yang intensif terhadap ibu dan diagnosa potensial tidak muncul. Pada langkah ini
tidak ditemukan diagnosa potensial yaitu abses payudara. Sehingga dapat
disimpulkan antara teori dan praktek tidak ada kesenjangan.
4. Antisipasi
Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan melibatkan
seorang dokter serta memberikan antibiotik, pinisilin jenis Penicillinase resisten
atau cephatosporin. Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi terhadap
pinisilin (Varney, 2004). Sedangkan dalam kasus antisipasi yang dilakukan yaitu :
kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian terapi : Amoxilin 500 mg 3 x 1/hari,
Paracetamol 500 mg 3 x 1/hari, Dexametoson 500 mg 3 x 1/hari.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus.
5. Perencanaan
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis menurut
Varney (2004), sebagai berikut : anjurkan ibu menyusui dan mengosongkan
payudara untuk mencegah statis, anjurkan ibu memakai BH dengan penyangga
tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat dibawahnya,
anjurkan ibu mencuci tangan dan merawat payudara, anjurkan ibu mengompres
dengan air hangat pada area yang efektif pada saat menyusui untuk memfasilitasi
aliran susu, anjurkan ibu meningkatkan memasukan cairan, anjurkan ibu untuk
istirahat, satu atau dua kali ditempat tidur, bantu kebutuhan prioritas ibu untuk
mengurangi stress dan kelelahan dalam kehidupannya, beri terapi antibiotik,
penisillin, jenis penicillinase resisten atau cephalosporin. erythromicin dapat
digunakan jika wanita alergi terhadap penisilin, Beri dukungan pada ibu.
Pada kasus perencanaan yang diberikan Ny. A P1A0 umur 23 tahun ibu
nifas dengan mastitis yaitu Beritahu hasil pemeriksaan, Observasi keadaan putting
susu dan mammae, lakukan kompres air hangat sebelum menyusui dan kompres
air dingin setelah disusukan, anjurkan, anjurkan pada ibu agar sebelum menyusui
bayinya untuk membersihkan payudara terutama bagian putting dan aerola,
anjurkan pada ibu agar tetap menyusui bayinya, anjurkan pada ibu agar
menggunakan BH yang menyangga payudara, Beri terapi oral Amoxillin : 500 mg
3 x 1/hari, Paracetamol 500 mg 3 x 1/hari, Dexametason 500 mg 3 x 1/hari.
Sehingga dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek di lahan.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang telah direncanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini direncanakan seluruhnya telah dilaksanakan oleh bidan atau
sebagaimana lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Sehingga dalam
langkah pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
7. Evaluasi
Asuhan kebidanan yang diberikan pasien Ny. A P1A0 umur 23 tahun
dengan mastitis dapat sembuh dan pulih dalam waktu 3 hari, yaitu KU ibu
menjadi baik. Ibu mau menyusui bayinya, ibu merasa senang dan nyaman dengan
keadaannya, tidak terjadi abses. Sehingga dapat disimpulkan pada evaluasi antara
teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan.