Anda di halaman 1dari 24

MODUL

(ASKEB IV PATOLOGI KEBIDANAN)

Disusun Oleh:
TEAM

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN PUTRA JAYA MANDIRI
2016
KATA PENGANTAR

Dalam mendukung upaya safe motherhood, strategi making pregnancy safer WHO
berfokus pada kontribusi sektor kesehatan untuk mengurangi kematian ibu dan
bayi baru lahir.

Integrated Management of Pregnancy and Childbirt (IMAPAC) merupakan komponen


teknis strategi tersebut diatas dan terutama dijelaskan sebagai berikut :

 Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan melalui pedoman dan standar


penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang diadaptasi secara lokal pada
tingkat sistem perawatan kesehatan yang berbeda.
 Intervebsi untuk meningkatkan respon sistem perawatan kesehatan
terhadap kebutuhan ibu hamil dan bayi baru lahir serta meningkatkan
penatalaksanan layanan kesehatan ditingkat daerah termasuk penyediaan,
staf, logistik, suplay barang, dan peralatan yang adekuat.
 Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan yang memperbaiki sikap dan
praktik keluarga serta masyarakat terkait dengan kehamilan dan kelahiran.

Modul pedoman ini untuk melengkapi dan sejalan dengan buku Essential care
Practice Guide for Pregnancy and Childbirtyang terutama dipersiapkan untuk
tingakat perawatan primer. Modul secara bersama-sama memberikan panduan bagi
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap perawatan ibu hamil dan
baiyibaru lahir .
SESI 1

Emesis dan Hiperemesis gravidarum

A. Tujuan intruksional

Setelah membaca modul ini, mahasiswa mampu :

1. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan emesis atau

hiperemesis gravidarum

2. Menjelaskan pengertian emesis dan hiperemesis gravidarum

3.

B. Materi

Sebagian besar kejadian emesis dan hiperemesis gravidarum berlangsung

sejak usia kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan

selanjutnya diharapkan berakhir pada usia kehamilan 20-24 minggu.

Tingkat manifestasi keluhan ibu hamil sampai yang terberat hiperemesis

gravidarum adalah sebagai berikut :

1. Hipersalivasi (ptialismus) atau pengeluaran air liur berlebihan air ludah

yang berlebihan pada saat hamil. Terutama pada trimester pertama.

Keadaan ini disebabkan aoleh meningkatnya hormon estrogen dan

human chorionic gonodotrophin. Selain itu ibu hamil sulit menelan ludah

karena mual muntah. Pengobatannya tidak ada dan ptialismus akan

menghilang dengan tuanya kehamilan. Jika sistomatik dapat diberikan

vitamin B kompleks dan vitamin C.

2. Morning sickness terjadi sekitar 80-95% paling ringan kepala pusing saat

bangun pagi dan terasa mual tetapi tanpa muntah-muntah pengobatan


hindari bangun tiba-tiba atau berjalan duduk terlebih dahulu di tempat

tidur sebelum berdiri

3. Emesis gravidarum terjadi sekitar 65-75%.Mungkin masih terdapat sisa

morning sikness disertai muntah ringan tetapi tidak menggangu aktifitas

sehari-hari. Berobat jalan dilakukan diantaranya adalah pengobatan

psikologis agar tenang, vitamin B 6, B2, dan B kompleks, serta vitamin C,

dan diberi obat penenang ringan (Vilisanbe-valium 2-5 mg/hari).

4. Hiperemesis gravidarum terjadi sekitar 10-15% mual muntah

berlebihan dan telah menggangu aktivitas sehari-hari sudah terjadi

gangguan elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi dan menurunnya berat

badan sebesar 5% terdapat berbagai tingkat dan memerlukan

hospitalisasi untuk pengobatan psikologis, dehidrasi tambahan cairan

diperlukan pengobatan medikamentosa khusus.

Penanganan untuk emesis gravidarum :

a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang

slalu disertai emesis gravidarum emesis gravidarum akan berangsur-

angsur berkurang sampai usia kehamilan 4 bulan.

b. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur

sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat

c. Nasihat diet. Dianjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering

makanan yang merangsang timbulnya mual muntah dihindari

d. Obat obatan dan pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada

emesis gravidarum :

o Vitamin yang diperlukan (vitamin B kompleks, mediamer B 6,

sebagai vitamin dan anti muntah)


o Pengobatan (sedatif ringan [luminal/barbiturat/valium 3 X

30mg], anti mual muntah [stemetil,primperan, emetrol, dan

lainnya]).

o Nasihat pengobatan (banyak minum air putih atau makanan

lain hindari minuman atau makanan yang asam untuk

mengurangi iritasi lambung)

o Nasihat kontrol antenatal (pemeriksaan kehamilan lebih

sering segera datang bila terjadi keadaan abnormal)

Penyebab dan gejala klinik

Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan

pasti, namun beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan

sebagai berikut :

 Faktor adaptasi dan hormonal pada ibu hamil yang

kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis

gravidarum yang termasuk dalam ruang lingkup faktor

adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita

primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan

ganda dan kehamilan mola hidatidosa sebagian kecil

primi gravida belum mampu beradaptasi terhadap

hormon estrogen dan gonadotropin korionik, sedangkan

pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa jumlah

hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan

menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum

 Faktor psikologis hubungan faktor psikologis dengan

kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar


kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil takut

kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan

suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis

gravidarum dengan perubahan suasana dan masuk

rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai

menghilang

 Faktor alergi pada kehamilan, diduga terjadi invasi

jaringan vili korialis yang masuk kedalam peredaran

darah ibu sehingga faktor alergi dianggap dapat

menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.

Sekalipun batas antara mual yang fisiologis dan patologi

tidak jelas, tetapi muntah yang menimbulkan gangguan

aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk bahwa

ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif.

Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat

dibagi menjadi 3 tingkat berikut ini ;

1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama :

a. Muntah berlangsung terus

b. Makanan berkurang

c. Bareat badan menurun

d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah

e. Nyeri didaerah epigastrium

f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat

g. Lidah kering

h. Mata tampak cekung


2. Hiperemesis gravidarum tingkat 2 ;

a. Penderita tampak lebih lemah

b. Gejada dan dehidrasi makin tampak, mata cekung,

tugor kulit makin kurang , lidah kering dan kotor

c. Tekanan darah turun nadi meningkat

d. Berat badan makin turun

e. Mata ikterus

f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak : urine

berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat

g. Terjadinya gangguan buang air besar

h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran menjadi

apati

i. Nafas berbau aseton

3. Hiperemesis gravidarum tingkat 3 ;

a. Muntah berkurang

b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun : tekanan

darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik keadaan

dehidrasi makin jelas

c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi

ikhterus

d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai

koma komplikasi susunan saraf pusat

(enselopatiwernicke) nistagmus (perubahan bola

mata) diplopia (gambar tampak ganda) dan

perubahan mental
Keadaan yang memerlukan pertimbangan pengguguran

kandungan adalah

a. Gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai

koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke)

b. Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran

penglihatan )

c. Gangguan faal (hati[ikterus], ginjal [anuria], jantung dan

Pembuluh darah [nadi meningkat, tekanan darah

menurun]).

C. Evaluasi

Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan

berobat jalan sehingga sangat sedikit memerlukan

pengobatan di rumah sakit. Penderita hiper emesis

gravidarum yang dirawat dirumah sakit hampir seluruhnya

dapat di pulangkan dengan memuaskan sehingga

kehamilannya dapat diteruskan. Bidan desa dengan

POLINDES dapat merawat ibu hamil dengan hiperemesis

gravidarum. Dalam perawatan perlu dilakukan konsultasi

dengan dokter
Sesi II

Abortus

A. Tujuan Intruksional Tujuan intruksional

Mahasiswa dapat menjelaskan :

1. Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan

pengertian abortus

2. Setelah membaca modul ini mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis

abortus dan penjelasanya

B. Materi

Jelis-jenis abortus

1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa

intervensi buatan untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus

spontan terbagi menjadi 4 bagian :

a. Abortus imminents yaitu terjadinya perdarahan bercak pada

kehamilan muda tanpa disertai dilatasi serviks kadang-kadang

disertai mules uterus membesar sesuai usia kehamilan pada

kondisi ini kehamilan masih dapat dipertahankan. Terapi

dilakukan dengan istirahat baring sampai perdarahan berhenti

dan jangan melakukan aktifitas yang berlebihan atau hubungan


seksual. Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk

menentukan apakah janin masih hidup

b. Abortus insipiens yaitu perdarahan ringan hingga sedang pada

kehamilan muda disertai dengan mules dilatasi serviks namun

hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri kondisi ini

menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan

menjadi abortus inkomplit atau komplit

c. Abortus inkomplit yaitu perdarahan pada kehamilan muda

dimana sebagaian besar hasil konsepsi telah keluar dari kavum

uteri melalui kanalis servikalis. Banyaknya perdarahan dapat

menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti

sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Bila terjadi syok karena

perdarahan berikan infus NaCl fisiologik/ RL disusul dengan

transfusi, berikan antibiotika

d. Abortus komplit yaitu perdarahan pada kehamilan muda

dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum

uteri pada pemeriksaan ditemukan ostium uteri telah menutup

dan uterus sudah banyak mengecil. Penderita tidak memerlukan

pengobatan khusus, hanya apabila mengalami anemia sedang

diberikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu

dan apabila anemia berat dilakukan tranfusi.

2. Abortus infeksiosa

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi

pada alat genital dengan gejala panas, takikardia, perdarahan

pervaginam yang berbau, uterus membesar, lembek, serta nyeri


tekan dan leukositosis. Penderita diberi antibiotika sampai tidak

panas lagi selama 2 hari.bila terjadi perdarahan banyak diberikan

infus dan transfusi darah

3. Missed abortion

Missed abortion adalah perdarahan pada kehamilan muda disertai

dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau

lebih. Biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang

kemudian menghilang disertai gejala subyektif kehamilan yang

menghilang mamae agak mengendor lagi uterus mengecil tes

kehamilan menjadi negative. Dengan ultrasonografi dapat

ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai

dengan usia kehamilan .pengeluaran hasil konsepsi akan lebih sulit

kerena plasenta dapat melekat erat pada diding uterus hingga resiko

peforasi lebih tinggi dan kadang-kadang terdapat

hipofibrinogenemia.

4. Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

lebih berturut-turut pada umumnya penderita tidak sukar untuk

hamil tetapi penyebabnya adalah serviks yang inkompeten, namun

sebagian besar penyebabnya tidak diketahui oleh karena itu

penanganan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki keadaan

umum pemberian makanan yang sempurna anjurkan istirahat yang

cukup banyak larangan koitus dan berolahraga . pada serviks

inkompeten dilakukan operasi untuk mengecilkan ostium uteri


internum dengan pengikatan pada kehamilan 12 minggu dan dibuka

pada kehamilan 38 minggu

5. Abortus tidak aman

6. Merupakan abortus buatan yang terjadi akibat intervensi tertentu

yang bertujuan untuk mengahiri proses kehamilan dimana

pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan

prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan

keselamatan jiwa pasien.

Penyulit abortus kebanyakan dari abortus disebabkan abortus

criminals walaupun dapat timbul juga pada abortus spontan .

1. Perdarahan yang hebat

2. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis infeksi dari tuba

dapat menimbulkan kemandulan

3. Renal falurue (faal ginjal rusak ); disebabkan karena infeksi dan

shock. Pada pasien dengan abortus diurese slalu harus

diperhatikan. Pengobatannya ialah dengan pembatasan cairan

dan pengobatan infeksi

4. Shock bakteriil : terjadi shock berat rupa-rupanya oleh toxin-

toxin. Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotica,

cairan, corticosteroid dan heparin

5. Perforasi : ini terjadi waktu curettage atau karena abortus

criminalis

C. Evaluasi
SESI III

KETUBAN PECAH DINI

A. Tujuan Intruksional

B. Materi

ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu.

Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih

dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak.

Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri

penyebabnya adalah :

 Serviks inkompeten

 Overdistensi uterus

 Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin c rendah,

kelainan genetik).

 Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia,

meningkatnya enzim proteolitik).

 Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi

disebut fase laten

a. Makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan infeksi

b. Makin muda kehamilan makin sulit upaya pemecahannya

tanpa menimbulkan morbiditas janin

c. Komplikasi ketuban pecah dini semakin meningkat

Penyebab utama ketuban pecah dini adalah grandemulti,

overdistensi (hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi

safalopelvik, kehamilan letak lintang, sungsang, atau pendular


abdomen. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dimulai

dengan terjadinya pombukaan prematur serviks. Ketuban yang

terkait dengan pembukaan mengalami devaskularisasi, nekrosis,

dan dapat dikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga

ketuban, makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban

dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim (enzim

proteolitik, kolagenase).

Evaluasi Kehamilan dengan ketuban Pecah dini.

Evaluasi yang dilakukan pada kehamilan dengan ketuban pecah

dini (KPD) meliputi evaluasi terhadap resiko, evaluasi,dengan

ultrasonografi dan melakukan pemeriksaan terhadap tingkat

infeksi.

Infeksi yang mungkin terjadi deevaluasi dengan amniosentesis,

ultrasonografi, kultur beta-streptokokus, menilai kematangan

paru janin. Dan percobaan indigokarmin untuk memastikan

apakah benar ketuban pecah dini dengan cairan terdapat dalam

vagina.

Evaluasi dengan menggunakan ultrasonografi dapat dilakukan

untuk mengetahui kelainan konginetal karena KPD sering

menyertainya. Ultrasonografi juga bermanfaat untuk

menentukan usia kehamilan dan menentukan kesehatan janin

dalam kandungan. Pemeriksaan terhadap tingkat infeksi

dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium lengkap dan

pemeriksaan C-reactive protein (CRD). CRP normal pada


kehamilan adalah 0,3-0,8 mg/ maksimal 2 mg, peningkatan CRP

lebih dari 2 mg menunjukan infeksi koriomnionitis.

Infeksi dapat juga terjadi ketika dilakukan induksi persalinan

sehingga perlu pertimbangan waktu melakukan induksi (setelah

pecah 6 jam setelah pecah 21 jam setelah pecah 24 jam ).

Tata Laksana KPD, Kehamilan Prematur Dan Aterm

Perlu dilakukan pertimabangan tentang tatalaksana yang paling

tinggi well born baby dan weel health mother. Masalah berat

dalam menghadapi ketuban pecah dini adalah apabila kehamilan

kurang dari 26 minggu karena untuk mempertahankannya

memerlukan waktu lama. Bila berat badan janin sudah mencapai

2.000 gram, induksi dapat dipertimbangkan. Kegagalan induksi

disertai dengan infeksi yang diikuti histerektomi.

Selain itu, dapat dilakukan pemberian kortikosteroiddengan

pertimbangan.tindakan ini akan menambah reseptor

pematangan paru, meningkatkan maturitas paru janin.

Pemberian betametason 12 mg dilakukan dengan interval 24

jam dan 12 mg tambahan, maksimum dosis 24mg, masa

kerjanya 2-3 hari. Bila janin setelah satu minggu belum lahir,

pemberian betakortison dapat diulang lagi.

Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus dapat

dilakukan bila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi

korioamnionitis. Pemberian antibiotik profilaksis dengan triple

drugdilakukan untuk menghindari terjadinya sepsis.


Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah

sebagai berikut:

1. Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim.

Pertimbangan waktu apakah 6,12 atau 24 jam. Berat janin

sebaiknya lebih dari 2.000 gram

2. Terdapat tanda infeksi intrauterin suhu meningkat lebih dari

38⁰ C, dengan pengukuran perektal terdapat tanda infeksi

melalui hasil pemeriksaan labolatorium dan pemeriksaan

kultur air ketuban


SESI IV

KEHAMILAN LEWAT WAKTU

A. Materi

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan melampawi usia 294 hari (42 minggu)

dengan segala kemungkinan komplikasinya. Nama lain kehamilan lewat waktu

adalah serotinus, prolonged prenancy, atau post-term pregnancy.

Kehamilan normal ditandai dengan gerakan janin 7-10 /20 menit, denyut jantung

janin 120-140/menit, usia kehamilan 37-42 minggu (rata-rata 37-40 minggu),

dan berat janin 2500-4000 gram. Penyebab terjanya kehamilan lewat waktu

adalah adanya ketidakpastian mengetahui tanggal akhir haid, tewrdapat kelainan

kongenital anensefalus, atau terdapat hipoplasia kelenjar adrenal.

Komplikasi kehamilan lewat waktu

Komplikasi kehamilan lewat waktu terjadi baik pada ibu maupun janin.

Komplikasi pada ibu meliputi timbulnya rasa takut akibat terlambatnya

melahirkan atau rasa takut menjalani operasi yang mengakibatkan trias

komplikasi ibu. Komplikasi pada janin meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Oligohidramnion. Air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu adalah

1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400 cc. Akibat

oligohidramnion adalah amnion menjadi kental kerena mekonium

(diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterin (gawat janin), pada inpartu

(aspirasi air ketuban, nilai apgar rendah, sidrom gawat paru, bronkus paru

tersumbat sehingga menimbulkan atelektasis).


2. Warna mekonium mekonium keluar karena refleks vagus terhadap usus.

Peristaltik usus dan terbukanya sfigter ani membuat mekonium keluar.

Aspirasi air ketuban yang disertai mekonium dapat menimbulkan gangguan

pernafasan bayi/janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir, dan hipoksia

intrauterin sampai kematian janin

3. Makrosomia dengan plasenta yang masih baik terjadi tumbuh kembang

janin dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia. Akibatnya

terhadap persalinan adalah perlu dilakukannnya tindakan oporatif seksio

sesaria, dapat terjadi trauma persalinan karena operasi vaginal, distorsia

bahu yang menimbulkan kematian bayi, atau trauma jalan lahir ibu

4. Dismaturitas bayi pada usia kehamilan 37 minggu luas plasenta 11m 2.

Selanjutnya, terjadi penurunan funggsi sehingga plasenta tidak berkembang

atau terjadi klasifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan

kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan matabolisme menuju

anaerob sehingga terjadi badan keton dan asidosis. Terjadi dismaturitas

dengan gejala clifford yang ditandai dengan:

a. Kulit: subkutan berkurang dan diwarnai mekonium

b. Otot makin lemah

c. Kuku tampak panjang

d. Tampak kriput

e. Tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai oligohidramnion

Pemeriksaan USG bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan kondisi

oligohidramnion , klasifikasi plasenta, kelainan kongenital, pergerakan

janin (aktivitasnya 7-10/30 menit), dan pernafasan janin


Menentukan usia kehamilan
a. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan rumus Nagele
b. Mengukur tinggu fundus uteri
c. Muncul gerakan janin (mulai 16-18 minggu)
d. Bunyi jantung janin (12-14minggu)
e. Mempergunakan USG (crown-rump length, biparietal,panjang
remur)

Masalah yang dihadapi pada kehamilan lewat waktu adalah resiko


terhadap janin, waktu yang tepat untuk melakukan persalinan, menentukan
persalinan per vagina versus per abdominal. Resiko kehamilan sulit dipastikan
sehingga dapat menjurus resiko kematian janin intrauterin dan resiko
makrosomia. Pada kehamilan lewat waktu, persalinan perlu dipercepat bila
terjadi preeklamsia/eklamsia, ibu dengan hipertensi, ibu dengan diabetes
militus, dan gangguan tumbuh-kembang janin intauterin. Pada kehamilan
lewat waktu juga dihadapi masalah kematangan serviks.
Tehnik Pertolongan Persalinan
Tehnik pertolongan persalinan pada kehamilan lewat waktu adalah dengan
induksi oksitosin atau seksio sesaria
1. Induksi oksitosin pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah
kematangan serviks yang dapat dilakukan pasangan laminaria stiff,kateter
forley,jeli prostaglandin vaginal. Selain itu, dilakukan evaluasi skor bishop;
kurang dari 4 langsung dilakukan seksio sesaria, antara 5 dan 6 dicoba
mematangkan serviks dan ada kemungkinan berhasil lebih dari 7 sebagian
besar berhasil.
2. Seksio sesaria tindakan ini dilakukan bila ada tanda asfiksia intrauterin,
makrosomia, kelainan letak janin, riwayat obstetrik buruk, induksi gagal,
infertilitas primer/skunder, atau ibu dengan penyakit tertentu
Untuk menentukan keadaan janin dalam rahim dilakukan pemeriksaan
rutin berulang dengan ultrasonografi, evaluasi dengan uji nonstres.
Amnioskopi dilakukan untuk mengetahui air ketuban (kental, keruh atau
hijau) guna memastikan adanya asfeksia intrauterin dan pertimbangan
lebih aktif untuk seksio sesaria.
Evaluasi ketat selama induksi persalinan untuk mengurangi kemungkinan
seksio sesaria karena gawat janin dan dapat dilakukan infus cairan klorit
37⁰C 15-20 ml/menit sehingga kompresi terhadap tali pusat dapat
dikurangi.
SESI V
GAWAT DARURAT NEONATUS

Kelahiran merupakan proses yang menyebabkan perubahan kedudukan dan situasi dari
bayi yang hangat dalam rahim menuju keadaan yang lebih dingin di luar rahim.
Perubahan ini memerlukan upaya yang mantap dari kehidupan bayi dalam rahim
menuju suasana diluar rahim. Bayi yang sudah aterm, semua organ dan fungsinya telah
dipersiapkan untuk hidup di luar kandungan. Sehingga bayi tidak akan banyak
mengalami kesulitan beradaptasi.
Kegagalan beradaptasi memerlukan pertolongan adekuat agar bayi mampu mengatasi
keadaan diluar yang baru karena persiapan organ tumbuhnya masih dalam
pertumbuhan untuk persiapan beradaptasi. Kegagalan itu sering diikuti dengan
kematian bayi yang baru lahir. Penyebab kematian tersebut adalah asfeksia, infeksi dan
sepsis, hipotermia, trauma yang dikuti dengan perdarahan intrakranial, serta terjadi
kejang pada bayi baru lahir.
Asfiksia neonatorum
asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur
sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang mempengaruhi seluruh metabolisme
tubuhnya. Keadaan depresi pernapasan yang dimaksud adalah keadaan asfiksia dan
terjadi kesulitan untuk mempertahankan pernapasan normal yang menyebabkan
gangguan tonus otot.penyebab asfiksia atau depresi mpernapasan bayi baru lahir
adalah:
1. Asfiksia intrauterin
2. Bayi prematur (kurang bulan)
3. Penyakit atau cacat bawaan bayi
4. Hipoksia intrauterin
5. Obat-obatan yang menekan spontanitas napas.
Asfiksia berarti terjadi hipoksia (kekurangan oksigen) yang menimbulkan
metabolisme anaerob sehingga terjadi penimbunan karbon dioksida, asidosis
darah, dan cairan tubuh. Situasi yang berlangsung terus menerus tanpa diselingi
tambahan oksigen akan menimbulkan keadaan yang lebih berbahaya, yaitu
gangguan metabolisme pada organ sehingga fungsinya mengalami gangguan
sebagai kompensasi kekurangan oksigen akibatnyapernapsan makin cepat dan
frekuensi jantung meningkat.
Bila kondisi bayi bertambah buruk dengan asfiksianya bayi dapat jatuh dalam
keadaan apnea sekunder, dengan gejala :
Bila kondisi bayi bertambah buruk dengan asfiksianya, bayi dapat jatuh dalam
keadaan apnea sekunder, dengan gejala :
1. Napas megap-megap (gasping)
2. Frekuensi jantung menurun
3. Tekanan darah menurun
4. Bayi tampak lemas atau flaksid (tonus otot sangat berkurang )
5. Gangguan metabolisme paling akhir adalah jantung sampai berhenti sama
sekali yang diikuti kematian.
Upaya untuk menimbulkan pernapasan spontan tidak akan berhasil, kecuali
dapat dilakukan resusitasi napas.
Seperti diketahui bahwa sebagian besar bayi aterm tidak memerlukan
bantuan karena scara spontan sudah dapat mulai bernapas dengan baik.
Adapun rangsangan napas adalah pernapasan badan sehingga sebagian
besar lendir pada percabangan saluaran paru akan dikeluarkan yang
merupakan cara membersihkan secara alami; rangsangan mekanis yang
terjadi pada badan dan paru saat melalui jalan lahir; perbedaan suhu intra
uterin yang lebih panas dari pada diluar uterus yang dingin; upaya untuk
makin membebaskan lendir dari mulut dan hidung bayi bahkan sampai jauh
di trakea.
ahli anak dari inggris yang telah menemukan cara menilai bayi baru lahir
dengan melakukan penilaian pada beberapa manifestasi klinisnya.

Tabel 12-1 penilaian bayi menurut Apgar


Kriteria 0 1 2
Frekuensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
jantung
Napas Tidak ada Lemah/tidak Baik dan segera
teratur menangis
Otot ekstremitas Lumpuh Fleksi sedikit Gerak aktif
(flaksid)
Reaksi terhadap Tidak ada Sedikit mimik Batuk/bersin
rangsangan meringis
kulit pucat Badan merah, Seluruhnya
ekstremitas biru merah
Catatan : melakukan penilaian Apgar: segera setelah lahir atau lima menit
pertama dan lima menit kedua
Menurut pengamatan di berbagai klinik, hanya sebagian kecil bayi yang
memerlukan resusitasi sehingga pernapasan spontannya dapat dimulai
dengan segera, memotong mata rantai .
Tabel 12-2 nilai Apgar dan tindakannya
Nilai Apgar Kondisi Tindakan
0-4 Asfeksia berat Resusitasi lengkap
5-7 Asfeksia ringan, sedang Resusitasi segera
sehingga bernapas
spontan
8-10 Bayi aterm normal Nilai yang
diinginkan,well born
baby
Metabolisme anaerob sehingga tidak akan terjadi timbunan karbon dioksida
dan hasil metabolismelainnya yang akan menggangu kelanjutannya.
Timbunan karbon dioksida dan hasil metabolisme akan menimbulkan
keadaan asfiksia yang progresif dan berakhir dengan kem atian. Sangat sulit
membedakan keadaan apnea primer dan apnea sekunder sehingga
sebaiknya slalu segera memberi bantuan napas, jika berhadapan dengan
situasi gawat, yaitu bayi tidak segera menangis dengan aktif.
Langkah-langkah resusitasi yang sering disebut resusitasi ABC adalah sebagai
berikut:
1. Memastikan jalan napas bebas terbuka
a. Latakan bayi sedemikian rupa sehingga jalan napsnya bebas
b. Bersihkan mulut, hidung, dan kalau perlu trakeanya
c. Jika diperlukan, masuka selang endoktrakeal sehingga jalan naps
dapat dipastikan terbuka
2. Memulai pernapasan
a. Lakukan rangsangan traktil, kaki, dan tangan sehingga pernapasan
mulai
b. Jika perlu, lakukan/gunakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP)
disertai penggunaan sungkup/balon atau pipa ET dan balonnya
3. Mempertahankan sirkulasi darah
a. Lakukan kompresi dada
b. Pasang infus atau tambahkan obat-obatan
Untuk memulai langkah pertama (awal) resusitasi, perlu menjawab
pertanyyan berikut tentang bagaimana keadaan bayi saat lahir:
1.

Anda mungkin juga menyukai