Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau
penanganannya tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya (Sarwono,
2016: 22).
Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang
sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum.
(Sarwono, 2016: 22).
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-
perubahan anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh
kekurangan vitamin.
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk
mengetahui keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap kelainan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati
masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi
yang sehat.
Saya tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita
hiperemesis gravidarum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anoreksia
memiliki persentase sebesar 55% dari seluruh pasien yang mengalami hiperemesis
gravidarum
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil hiperemisis
gravidarum ?”.

1
C. Ruang Lingkup
Seluruh ibu hamil dengan keluhan yang umum terjadi pada usia kehamilan 6-
12 minggu, tetapi dapat juga terjadi dari usia kehamilan yang lebih awal dan bisa
bertahan sampai usia kehamilan 16, 20, bahkan 22 minggu.
D. Maksud dan Tujuan Penulisan
a. Maksud dari makalah ini adalah sebagai bahan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan, sumber bacaan dan
referensi serta dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu
hamil hiperemisis gravidarum
b. Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil hiperemisis gravidarum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HIPEREMISIS GRAVIDARUM
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi
buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2015).
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat
mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum
yang berlangsung lama (umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan
gangguan tumbuh kembang janin. (Manuaba, 2018).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama
masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes
normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah
normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan. (Varney, 2016)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa  Hiperemesis Gravidarum
adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang
berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan
minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Faktor Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Beberapa faktor predesposisi dan faktor lain yang telah
ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
a. Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa
dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.

3
b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup.
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti.
Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi
frekuensi muntah (Wiknjosastro, 2011).
Diduga terdapat faKtor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum :
a. Psikologis, bergantung pada: apakah si ibu menerima kehamilannya.
Atau   kehamilannya di terima atau tidak.
b. Fisik, Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan
kenaikan human chorionic gonadothropin
3. Gejala Umum Hiperemesis Gravidarum antara lain:
a. Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
b. Muntah setelah makan atau minum
c. Kehilangan berat badan > 5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, ( rata-rata
kehilangan BB 10% )
d. Dehidrasi
e. Penurunan jumlah urine
f. Sakit kepala
g. Bingung
h. Pingsan
i. Jaundisen (warna kuning pada kulit, mata dan membrane mukosa)

4
4. Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun.  Hal ini menimbulkan perfusi
ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Muntah yang
berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih
tinggi.
5. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit
pielonefritis, hepatitis, ulkus venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula
memberikan gejala muntah. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat
menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,
sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Wiknjosastro, 2015).

5
BAB III
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
A. Tanda dan Gejala
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh,
sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum,
menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan
a. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrum. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
b. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang,
lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam
hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.
c. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Wiknjosastro, 2005).
B. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.

6
a. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak
memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah
phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga
dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter
dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah
berhenti dan penderita mau makan.
c. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
d. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena. Bila selama 24  jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada
umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah
suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan
(muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua
belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Penanganan pada penderita hiperemisis gravidarum yang hebat adalah
pemberian infus, untuk menggantikan cairan yang keluar. Diharapkan dengan
pemberian infus ini akan dapat membatu ibu hamil beraktivitas.

B. Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar lebih
memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu, dan saran untuk bidan agar dapat
meberikan asuhan dan pandangan tentang Hiperemesis gravudarum dengan cara
menginformasikannya kepada seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang
ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi menjadi penderita hiperemesis gravidarum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anindyajati, Gina. 2014. Keluhan pada Kehamilan. Artikel Angsa Merah.


Bayu. Juz 2012. “Materi Tentang Hemeostattis” (Onine)
http://bayuajuzt.blogspot.com/2012/05/materi-tentang-hemostatis.html Diakses
pada tanggal 31 Desember 2019.
Hutahaen, 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika
Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC
Manuaba, IBG. (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Gaya, Hidup. 2017. “Hiperemesis Gravidarum Bahayakan Ibu” (Online)
http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1933896/hiperemesis-gravidarum-
bahayakan-ibu-janin Diakses pada tanggal 31 Desember 2019.
Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.2008
Sastri Nen, “Analisis Kejadian Hiperemesis gravidarum pada Ibu Hamil Di Bidan Praktik
Mandiri Ellna Palembang Tahun 2017”, Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bina Husada, Vol 5, No 2, Desember 2017.
Waluyo, A., Karyasa, I. M., Julia, Kuncara, Y., & Asih, Y. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, E/8, Vol 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Ed 6, Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Yumasdhika, F., Suharsini, M., Indiarti, I. S., & Anggraeni, H. D. (2017). Correlation
between FLACC Pain Score and Salivary Alpha-Amylase Level (A Review on
Children with Down Syndrome). Journal of International Dental and Medical
Research , 529 - 532.
Zakiyah, A. (2015). Nyeri : Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik keperawatan
berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai