Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan disebabkan
oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara
kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik
langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death),
kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
misalnya kecelakaan.Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas atau penanganannya.Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar
penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus.Kematian tidak langsung disebabkan
oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan,
misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain
termasuk hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan
anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin.
Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes
dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi
khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan
rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60% -
80% primigravida dan 40% - 60% multigravida.Mual biasanya terjadi pagi hari.Rasa mual
biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat,
namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj, 2009)
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah
satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu
dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang
ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan
nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan
Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai
yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih
banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya,
maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan
mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat
kesehatan ibu dan anak.
Kami tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita hiperemesis
gravidarum hasil penelitian menunjukkan bahwa anoreksia memiliki persentase sebesar 55%
dari seluruh pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien
ibu hamil dengan Hypermesis Gravidarum

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengerti pengertian Hyperemesis Gravidarum


b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi Hyperemesis Gravidarum
c. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis Hyperemesis Gravidarum
d. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi
e. Mahasiswa mampu mengetahui pathways
f. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang
g. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan
h. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan
BAB II
LANDASAN TEORI

A Pengertian

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi.(Rustam Mochtar, 1998)
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan.(Hellen Farrer, 1999)
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan
gangguan kehidupannya sehari-hari.Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama
(umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
(Manuaba, 2007)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah
yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami wanita
hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester
pertama kehamilan.(Varney, 2007)
Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering,
cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik.(Llwellyn, 2011)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah yang berlebihan (muntah berat) dan
terus menerus pada minggut kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah
yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia.Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat imunisasi. Beberapa faktor
predesposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.(Wiknjosastro, 2005)
C. Tanda dan Gejala

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:

1. Tingkatan I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum.Nadi
meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan mata cekung.

2. Tingkatan II

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan
nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris.Berat
badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan
konstipasi.Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

3. Tingkatan III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada
susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia
dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks.Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Wiknjosastro,
2005)

D. Patofisiologi

Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah
sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus-
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin
yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perpusi darah ke jaringan
dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna
sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan eksresi yang berlebihan selanjutnya
menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat
robek(sindrom Mallory-Weeiss) (Wiknjosastro,2015)
F. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hyperemesis dilakukan dengan
menetapkan rencana perawatan medis. Pemberian terapi intravena yang kemudian dipantau
pemberian agens farmakologi dan suplemen nutrisi dan pemantauan wanita respon terhadap
intervensi. Perawat mengopservasi wanita untuk mendeteksi adanya komplikasi seperti
aksidosis metabolik, interik atau himoragi dan memberitahu tenaga keperawatan kesehatan
begitu tanda-tanda tersebut muncul.

2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang
teratogen.Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital.Vitamin yang dianjurkan
adalah B1 dan B6.Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin.Pada keadaan
lebih berat diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau
khlorpromasin.Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.

b. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang
baik.Catat cairan yang keluar dan masuk.Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke
dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan.Tidak diberikan
makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

c. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

d. Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan.Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah
dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
e. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur.Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk.Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.Keputusan untuk
melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital.
(Wiknjosastro, 2005)

G.Pemeriksaan Penunjang
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengkajian Keperawatan

1. Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
2. Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya,
kehamilan tak direncanakan.
3. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis :
peningkatan konsentrasi urine.
4. Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat
badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas
berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5. Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
7. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8. Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga
yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
9. Pembelajaran dan penyuluhan
a. Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung
sudah lama.
b. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
c. Turgor kulit, lidah kering
d. Adanya aseton dalam urine
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan
muntah berlebihan.
2. Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebi
3. Intolerans aktifitas berhubungan dengan kelemahan
4. Syok hipovolemik berhubugan dengan penurunan keasadaran
C. Rencana Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan
muntah berlebihan.
Tujuan :
a. Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal, memberi makanan yang mengandung
vitamin, mineral, protein dan besi.
b. Mengikuti diet yang dianjurkan.
c. Mengkonsumsi suplemen zat besi / vitamin sesuai resep.
d. Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai ( biasanya 1,5 kg pada ahir trimester
pertama )
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan bertambah
b. Mual berkurang
c. Nutrisi membaik.
Intervensi:
1.Batasi intake oral hingga muntah berhenti.
R/ Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.
2. Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan
10-20mg/i.v.
R/Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
R/Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
4. Catat intake dan output.
R/Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
6. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
R/dapat menstimulus mual dan muntah.
7. Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the (panas) hangat
sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur
R/Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang
berlebih

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.


Tujuan :
a. Mengidentifikasi dan melakukan tindakan untuk menurunkan frekuensi dan keparahan
mual/muntah.
b. Mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari.
c. Mengidenifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala dehidrasi yang memerlukan tindakan.

Intervensi:
1. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
R/Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik
gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik
memperberat mual/muntah pada trimester
2. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum,
gastritis.
R/Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus
dalam mengidentifikasi intervensi.
3. Anjurkan klien mempertahankan masukan/keluaran, tes urin,dan penurunan berat badan
setiap hari.
R/Membantu dalam proses penyembuhan penyakit.
4. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis
urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar
R/Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
5. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan
jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
R/Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
3. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh, penurunan metabolisme
sel.
Tujuan :
a. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera/tingkat energi.
b. Mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur.
Intervensi:
1. Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
R/Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk
meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus
2. Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat.
R/Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
3. Bantu klien beraktifitas secara bertahap
R/Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi
kebutuhannya.
4. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
R/Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi.
5. Beriakn latihan rentang gerak pasif/aktif pada pasien yang terbaring di tempat tidur.
R/Menjaga kelenturan sendi-sendi tulang.
6. Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan,
bantu ambulasi.
R/Menjaga keselamatan pasien selama di rawat di rumah sakit.
4. Syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahanyang terjadi secara terus menerus
Tujuan:
Tidak terjadi syok selama dalam masa perawatan dengan kriteria :
-Tidak terjadi penurunan kesadaran
-TTV dalam batas normal
-Tugor kulit baik
-Perkusi perifer baik (akral hangat, kering dan merah)
-Cairan dalam tubuh balance.

Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk lebih banyak minum.
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravaskuler yang dapat
meningkatkan perfusi jaringan.
2. Observasi TTV tiap 24 jam
R/ Perubahan TTV dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini.
3. Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan awal terjadinya syock bila dehodrasi tidak ditangan secara baik.
4. Observasi intake cairan dan output.
R/ Intake cairan yang adekuat dapat mengimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
5. Observasi tingkat kesadaran klien
R/ Pengukuran GCS EVM
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pembaerian terapi cairan IV
R/ Cairan intra vena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
7. Monitoring keadaan umum pasien
R/ Untuk memonitoring kondisi pasien selama perawatan terutama saat perdarahan.
8. Pemeriksaan HB, PCV, dan Trombosit
R/ Untuk mengetahui tingkat pembuluh darah yang di alami pasien.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-
muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering.

B. Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih memperhatikan
pola makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan
pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada
seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi
menjadi penderita hiperemesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati Ratna.2009.Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis Dan Patologis.


Jakarta : Salemba Medika

Hartono Andry. 1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

Lowdermilk, Jensen Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Prawirohardjo Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Trisada Printer

Tiran Denise. 2006. Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta : EGC

Abell TL, Riely CA: Hyperemis gravidarum. Gastroenterol Clin North Am 21(4):835, 1992
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN
HIPEREMESIS GRAVIDIUM

DI SUSUN OLEH :
1. ARDHANA DEVY ANDHIKA YUDHA
2. JESI ARSITA FRANSISKA SARI

AKADEMI KEPERAWATAN GIRI STRIA HUSADA


WONOGIRI

Anda mungkin juga menyukai