Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehamilan merupakan hal alamiah yang terjadi pada wanita usia subur. Kehamilan
adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2009).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima wanita selama kehamilan dan
sangat penting dalam membantu memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam
kehamilan dan persalinan. Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari - hari dan bahkan dapat membahayakan
kehidupan.

Kejadian mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah
besar bagi negara-negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 20-50% kematian wanita
usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Health Organization
(WHO) memperkirakan angka kematian ibu sebesar 500.000 jiwa dan angka kematian
bayi sebesar 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian kematian ibu dan bayi sebagian besar
terdapat di negara berkembang yaiu sebesar 98% - 99% dimana kematian ibu dan bayi di
negara berkembang 100% lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.

Angka Kematian Ibu (AKI) dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan dari
sistem pelayanan kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator
dibidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan
penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian
maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di area
pedesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012).

Menurut WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan,
mengatakan bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi diseluruh dunia, diantaranya negara-
negara di benua Amerika dengan angka kejadian yang beragam. Sementara itu, kejadian
Hiperemesis Gravidarum juga banyak terjadi terjadi di Asia contohnya di Pakistan, Turki
dan Malaysia. Sementara itu, angka kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia
adalah mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh kehamilan.

Data ASEAN menyebutkan bahwa angka kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan di Singapura 14/100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 62/100.000 kelahiran
hidup, di Thailand 110/100.000 kelahiran hidup, di Vietnam 150/100.000 kelahiran
hidup, di Philipina 230/100.000 kelahiran hidup, di Myanmar 380/100.000 kelahiran
hidup dan di Indonesia mencapai 420/100.000 kelahiran hidup.

Sedikitnya 18.000 ibu meninggal di Indonesia karena komplikasi kehamilan. Hal ini
berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan.
Sebagian besar penyebab kematian ibu adalah perdarahan (25,2%), infeksi (11,1%),
sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi
tidak aman(13%) dan sebab-sebab lain (8%) misalnya: hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum.

Menurut World Health Organization (WHO), jumlah kejadian hiperemesis gravidarum


mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia. Kunjungan pemeriksaan ibu
hamil di Indonesia diperoleh data ibu dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8%
dari seluruh kehamilan (Depkes RI, 2013). Setiap tahun terdapat 5,2 juta ibu melahirkan
di Indonesia dan 15 ribu kematian ibu diantaranya mengalami komplikasi yang
menyebabkan kematian, salah satu komplikasi kehamilan diantaranya adalah hiperemesis
gravidarum (Nugraha, 2007).

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana
penderita mengalami mual muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. Hiperemesis
gravidarum dengan penanganan yang baik hasilnya sangat memuaskan, sehingga jarang
sekali menyebabkan kematian atau dilakukan pengguguran kandungan. Komplikasi ini
biasanya dapat membatasi diri, namun demikian, pada beberapa kasus pengobatan
hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin
menurun. Hiperemesis gravidarum pada tingkatan kasus yang berat dapat mengancam
jiwa ibu dan janin (Prawirohardjo, 2010).
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam
mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di
Pakistan dan 1,9% di Turki, di Amerika Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum
adalah 0,5-2% (Winkjosastro, 2009). Hiperemesis gravidarum menjadi penyebab
kematian maternal yang signifikan pada masa sebelum 1940, sekarang hiperemesis tidak
lagi menjadi penyebab utama mortalitas ibu, tetapi hiperemesis masih menjadi penyebab
morbiditas ibu yang signifikan. Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 2:1000 kehamilan (Sofian, 2011)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, dengan frekuensi
kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Namun beberapa faktor mempunyai pengaruh
antara lain yaitu faktor predisposisi (primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan
ganda), faktor organik (alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan
metabolik akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun), faktor psikologi (umur, rumah
tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab) serta faktor endokrin lainnya (hipertiroid, diabetes) (Sofian,
2011)

B. Tujuan
Dapat memahami terhadap konsep dasar kasus dan pemberian asuhan keperawatan
tentang hiperemesis gravidarum.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan makalah ini berfokus pada kasus asuhan keperawatan ibu
dengan masalah hiperemesis gravidarum

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah studi literature dengan mendiskripsikan hasil
studi literature kedalam bentuk makalah.
E. Sistematika Penulisan :
Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab. I : (Pendahuluan, Tujuan,
Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan). Bab II. Landasan Teori :
(Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Gambaran klinis, Komplikasi dan Penatalaksanaan).
Bab III. (Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum
menggunakan konsep teori model Adaptasi Roy dan Teori model Kenyaman Kolkaba).
Bab IV. Kesimpulan
Daftar Pustaka.
Bab II.
Landasan Teori

A. Definisi
Hiperemesis gravidarum ialah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana
penderita mengalami muntah-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan (Achadiat, 2004)
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan ( Taber, 2012)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2012).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah selama kehamilan yang terus berlangsung dan
sering hingga menyebabkan penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit,
kekurangan gizi dan ketonuria (Lowdermilk, 2013)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi kira-kira
sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu (trimester
pertama), mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat. Semua yang dimakan dan
diminum ibu dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-
hari ibu. Berat badan menurun, terjadi dehidrasi, terdapat aseton dalam urin, bukan
karena penyakit seperti apendisitis, pielitis dan sebagainya.

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan
anatomis pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin
serta zat-zat lain. Berikut adalah beberapa faktor predisposisi terjadinya mual dan muntah
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa
dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormone memegang peranan, karena pada
kedua keadaan tersebut hormon korionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili koriolis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, yang disebut
sebagai salah satu faktor organic.
4. Faktor psikologis memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun
hubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup.
Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu
mengurangi frekuensi muntah ibu.

C. Patofisiologi (bentuk bagan)

Sumber : http://binbask.blogspot.co.id/2013/01/pathways-hiperemesis-gravidarum.html
D. Gambaran klinis
Ibu dengan hiperemesis gravidarum biasanya dapat menyebabkan penurunan berat badan
dan dehidrasi secara signifikan. Ibu mungkin mengalami membrane mukosa kering,
penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, dan turgor kulit buruk. Ibu sering
tidak mampu makan apapun melalui mulut, bahkan untuk segelas air putih. Uji
laboratorium dapat mengungkapkan ketidakseimbangan elektrolit.

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga
tingkatan yaitu sebagai berikut :
1. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, dan nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit
berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemas dan apatis. Turgor kulit lebih berkurang, lidah
mongering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tekanan darah rendah,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Tercium aseton pada bau mulut karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urin.
3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat, serta tekanan darah
menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus dan diplopia. Keadaan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya
ikterus adalah tanda adanya payah hati.

E. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang dialami oleh ibu hamil dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi. Komplikasi tersebut bisa dari yang ringan hingga yang berat.
Komplikasi terjadi berupa dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis,
kelaparan, gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan, serta hubungan
keluarga, menarik diri dan depresi.

F. Penatalaksanaan
Pencegahan hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
informasi yang benar tentang kehmilan dan persalinan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan suatu proses fisiologis, serta memberikan keyakinan bahwa mual dan
terkadang muntah merupakan hal alami pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
usia kehamilan 4 bulan. Selain itu, ibu hamil juga dianjurkan untuk mengubah pola
makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Ketika bangun
pagi dianjurkan untuk tidak segera turun dari tempat tidur, tetapi disarankan untuk makan
roti kering atau biscuit dengan the hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaaan
panas atau sangat dingin sesuai selera ibu.
Ibu dengan hiperemsis gravidarum perlu diberikan ketenangan, serta perawatan yang
simpatis dan caring, dengan menyadari bahwa manifestasi dari hiperemesis gravidarum
dapat secara fisik dan emosional melemahkan ibu dan dapat menimbulkan stress pada
keluarga.

Obat-Obatan
Obat-obatan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil dengan hiperemesis di
antaranya meliputi obat sedative, vitamin, antiemetic, dan antihistamin. Obat sedative
yang sering digunakan adalah Phenobarbital, sedangkan vitamin yang dianjurkan adalah
vitamin B1 dan B6. Pada keadaan hiperemesis yang lebih berat dapat diberikan
antiemetic seperti disiklomin hidrokhloride atau klorpromasin. Sementara itu antihistamin
yang dianjurkan seperti dramanin atau avomin.

Isolasi
Penatalaksanaan lainnya pada ibu hamil dengan hiperemesis adalah dengan mengisolasi
atau menyendirikan ibu dalam kamar yang tenang tetapi cerah dengan pertukaran udara
yang baik. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24 – 28 jam. Terkadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Terapi Psikologis
Perlu diyakinkan pada ibu bahwa ketidaknyamanan tersebut dapat dihilangkan, yaitu
dengan meminta ibu untuk menghilangkan rasa takut karena kehamilannya, mengurangi
pekerjaan sehingga dapat menghilanglan masalah dan konflik, yang mungkin saja
menjadi latar belakang penyakit ini.

Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektronik, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter perhari. Bila perlu dapat ditambah
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.

Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan semakin buruk. Usahakan
untuk melakukan pemeriksaan medis dan psikis bila terjadi kondisi demikian. Delirium,
kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organic. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu
sisi tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi disisi lain tak boleh menunggu sampai
terjadi gejala irreversible pada organ vital.

Diet
1. Diet hiperemesis gravidarum I diberikan pada hiperemesis tingkat III
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi,
kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2. Diet hiperemesis gravidarum II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali
vitamin A dan D.
3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium
BAB III.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI KONSEP MODEL
ADAPTASI ROY

A. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Aktivitas istirahat
Istirahat kurang, terjadi kelemahan, tekanan darah sistol menurun dan denyut nadi
meningkat (> 100 kali per menit).
2. Integritas ego
Konflik interpersonal keluargakesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang
kondisinya dan kehamilan tak direncanakan
3. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi defekasi, peningkatan frekuensi berkemih dan
peningkatan konsentrasi urin
4. Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium, penurunan berat
badan (5-10 kg), iritasi dan kemerahan pada membrane mukosa mulut, Hemoglobin
dan hematokrit rendah, napas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan
lidah kering
5. Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat
6. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus dan dapat jatuh dalam koma.
7. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus
terapeutik
8. Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota
keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, serta sistem
pendukung yang kurang.
9. Pembelajaran dan penyuluhan
Dasar pembelajaran pada kasus hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut
a. Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, terlebih jika sudah lama
berlangsung
b. Berat badan turun lebih dari 5-10% dari berat badan normal ibu sesuai dengan
usia kehamilan
c. Turgor kulit, lidah kering
d. Adanya aseton dalam urin.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient,
peningkatan kebutuhan matabolisme, faktor ekonomi, faktor psikologis.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme
regulasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kekurangan intake cairan, evaporasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup monoton.
4. Nausea berhubungan dengan kehamilan.
5. Koping tidak efektif berhubungan dengan pribadi yang rentan selama krisis
kesehatan, perubahan peran yang diproyeksikan, dan khawatir tentang keamanan
janin.
6. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi atau perubahan
lingkungan,
7. Ketakutan berhubungan dengan ancaman nyata atau bayangan ancaman terhadap
anak
8. Resiko ketidakmampuan menjadi orang tua

B. ASUHAN KEPERAWATAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI KONSEP


MODEL ADAPTASI ROY
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap
pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut
sama dengan proses keperawatan secara umum.
1. Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data
tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-
masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh
karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian
klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien


tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi
peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik
dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik.

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan


Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan:
a. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan
dengan 4 mode adaptif .dalam mengaplikasikan diagnosa ini,
b. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang
tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya.
c. Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama, yaitu berhubungan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping
seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
5. Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.
Bab IV.
PENUTUP

Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah yang
mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi abnormal,
ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki konsekuensi yang
merugikan janin. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
kehamilan tremister I, yaitu pada minggu 1 sampai minggu ke 12 selama masa kehamilan.
Dampak dari Hiperemesis Gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan wanita, namun
juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat bayi lahir rendah,
kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir.
Dukungan keluarga sangat penting bagi ibu yang sedang hamil. Terkadang ibu hamil
dihadapkan pada rasa kecemasan dan ketakutan akan gangguan yang dihadapi pada masa
kehamilannya.
Daftar Pustaka

Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Alligood, R., Martha. 2014. Nursing Theorist and Their Work, 7th Ed. St. Louis, Missouri :
Elsevier Inc

Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika

Kasron,. Sahran,. Usman. 2016. Teori Keperawatan dan Tokohnya. Jakarta : TIM

Lowdermilk, Perry, Cashion. 2013. Keperawatan Maternitas. Indonesia : Elsevier

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Prawiroharjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Sofian,Amru.2011.Sinopsis Obstetri edisi 3. Jakarta : EGC

Taber, Benzion. 2012. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Wilkinson, Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai