Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional kehamilan didefinisikan


sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Sedangkan (menurut Manuaba,2010) kehamilan merupakan
mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi, spermatozoa
dan ovum. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Prawihardjo,2009)1. Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang
wanita, proses ini akan menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental dan sosial
yang dipengaruhi beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta
ekonomi. Pada masa kehamilan terdapat berbagai komplikasi atau masalah-masalah
yang terjadi, seperti halnya mual-muntah yang sering di alami pada ibu hamil yang
merupakan salah satu gejala paling awal kehamilannya (Tiran, 2009)2.

Berdasarkan data WHO tahun 2015 bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin
meninggal dunia mencapai lebih dari 303.000 orang setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan kelahiran. Pada 2015, AKI di Indonesia menjadi 102/100.000
Kelahiran Hidup (KH). AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran
perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,
tingkat terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan
masa nifas pelayanan kesehatan.

Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil


muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkaliosis hipokloremik (Wiknjosastro, 2007). Jika hiperemesis tidak
diatasi, kondisi ibu akan bertambah buruk. Menurut World Health Organization
(WHO), jumlah kejadian hiperemesis gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh
jumlah kehamilan di dunia. Kunjungan pemeriksaan ibu hamil di Indonesia diperoleh
data ibu dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan
(Depkes RI, 2013). Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka
kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di indonesia, 0,3%
dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di
China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Amerika Serikat,
prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5-2% (Winkjosastro, 2009). sekarang
hiperemesis tidak lagi menjadi penyebab utama mortalitas ibu, tetapi hiperemesis
masih menjadi penyebab morbiditas ibu yang signifikan9.

1.2 Tujuan
A. TUJUAN UMUM
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. C dengan kasus Hiperemisis Gravidarum
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasi
dalam bentuk SOAP.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny.C dengan
Hiperemesis Gravidarum
2. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan dan merencanakan asuhan
kebidanan pada Ny.C dengan Hiperemesis Gravidarum
3. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan dan melakukan
pendokumentasian tata laksana pada Ny.C dengan Hiperemesis Gravidarum

1.3 MANFAAT

a. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan ibu maupun keluarga
mengenai Hiperemesis Gravidarum yang terjadi pada ibu hamil.
b. Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
memberikan pelayanan pada ibu hamil Hiperemesis Gravidarum.
c. Bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali dan menangani
Hiperemesis Gravidarum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mual dan Muntah
A. Definisi Mual dan Muntah
Mual adalah perasaan subjektif untuk dari keinginan untuk muntah. Mual
merupakan perasaan sadar akibat adanya rangsangan di daerah medulla otak yang
berhubungan erat dengan bagian pusat muntah. Mual disebabkan oleh adanya
impuls yang iritatif dari saluran saluran gastrointestinal, impuls yang datang dari
bagian bawah otak yang berhubungan dengn motion sickness dan dari impuls
yang dihasilkan dari korteks serebral yang menginisiasi muntah. Sedangkan
muntah adalah ekspulsi dari mulut yang mengeluarkan isi saluran pencernaan
yang dihasilkan dari kontraksi lambung dan otot dinding perut5.

2.2 Emesis Gravidarum

A. Definisi Emesis Gravidarum

Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu
(Wiknjosastro, 2007)

Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila tidak
segera diatasi akan menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro, 2007). Sebagian
besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta pemberian obat
penenang dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat
mengatasi mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari,
dan jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum (Nugroho, 2012)4.

2.3 Hiperemesis Gravidarum

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan
hidup ibu hamil6. Sedangkan dari literatur lain menyebutkan bahwa hiperemesis
gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga menyebabkan kehilangan
berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam
hidroklorid saat muntah dan hipokalemia7.
Disamping itu Hiperemesis Gravidarum juga yaitu mual dan muntah yang
berat sehingga menyebabkan pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum Ibu menjadi buruk Mual dan muntah 60-80% sering terjadi pada
primigravida, hal ini merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan pada
kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini 40-60% dialami oleh
multigravida. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Pada umumnya
wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala mual dan
muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan5.

2.3 Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tidak


ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan olah kekurangan vitamin serta zat-zat akibat inanisi. Tetapi beberapa
faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut: Faktor adaptasi dan hormonal.
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita
hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil
kembar dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu
beradaptasi terhadap hormon estrogen dan korionik gonadotropin, sedangkan pada
hamil kembar dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi
dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu. Faktor psikologis. Hubungan
faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar
kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan,
keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor
kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit
penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang. Faktor alergi. Pada kehamilan,
ketika diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam peredaran
darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum
(Manuaba, 2014)8.

2.4 Manifestasi Patofisiologi


A. Perubahan Hormonal

Kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester awal kehamilan. Sebenarnya


hormon hCG ini tidak secara langsung menjadi penyebab hiperemesis gravidarum.
Namun, secara tidak langsung terlibat karena hCG secara fisiologis dapat
menstimulasi reseptor hormon TSH (thyroid stimulating hormone). Hal ini
menyebabkan terjadinya kondisi hipertiroidisme transien (gestational transient
thyrotoxicosis) pada awal kehamilan. Dari penelitian didapatkan banyak
perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum ternyata memiliki kadar tiroksin
yang tinggi dan TSH yang rendah. 10 Kondisi hipertiroidisme transien ini akan
kembali menjadi normal ketika usia kehamilan sudah mencapai pertengahan
trimester kedua tanpa perlu terapi antitiroid. Selain hCG, hormon yang diduga
juga berperan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum adalah estrogen. Namun,
dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk membuktikan hal ini karena
beberapa studi mengatakan terdapat korelasi antara kadar estrogen dengan tingkat
keparahan mual dan muntah pada perempuan hamil sementara beberapa studi
yang lain mengatakan tidak terdapat korelasi.11

B. Disfungsi Gastrointestinal

Perubahan pada aktivitas ritmik gastrik (disritmia gastrik), baik menjadi lebih
cepat maupun lebih lambat, turut berkontribusi terhadap terjadinya mual dan
muntah pada kehamilan. Mekanisme penyebab disritmia gastrik ini di antaranya
adalah peningkatan kadar estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid,
perubahan tonus vagal dan simpatis, serta sekresi vasopresin sebagai respon
terhadap perubahan volume intravaskuler yang biasanya terjadi pada awal
kehamilan. Pada perempuan dengan hiperemesis gravidarum, perubahan-
perubahan tersebut diduga terjadi lebih ektsrem atau saluran gastrointestinalnya
menjadi lebih sensitif dengan perubahan-perubahan tersebut.

Perubahan pada tekanan istirahat (relaksasi) spinkter esofagus bagian bawah


(lower esophageal sphincter/LES) dan gangguan peristaltis esofagus (dismotilitas
esofagus) juga memiliki kaitan dengan mual dan muntah pada kehamilan. LES
pada perempuan hamil lebih mudah menjadi longgar. Walaupun sebenarnya
perubahan ini lebih berkaitan dengan terjadinya sensasi heartburn pada kehamilan
(GERD), hal ini juga dapat menyebabkan gejala seperti mual. Estrogen dan
progesteron juga disebut sebagai mediator dismotilitas esofagus dan relaksasi
LES.

Komposisi makanan juga dapat memiliki hubungan dengan mual dan muntah
pada kehamilan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa makanan dengan
komposisi dominan protein berhubungan dengan menurunnya/membaiknya
kondisi disritmia gastrik sementara makanan dengan komposisi dominan
karbohidrat atau lemak tidak memiliki efek terhadap kondisi disritmia gastrik.11,12.

C. Disfungsi Hati

Mual dan muntah pada kehamilan dapat berefek pada hati. Kerusakan oksidasi
asam lemak mitokondria dihipotesis memiliki peran dalam terjadinya disfungsi
hati maternal yang terkait dengan hiperemesis gravidarum. Disfungsi hati ini
terjadi pada hampir 50% pasien dengan hiperemesis gravidarum dan biasanya
berupa biasanya peningkatan serum transaminase yang tidak terlalu tinggi (tidak
lebih dari 200 U/L).10,11.

D. Keseimbangan dan Penciuman

Hiperakuitas dari sistem olfakori dapat menjadi faktor yang turut berkontribusi
terhadap terjadinya mual dan muntah selama kehamilan. Banyak perempuan yang
sedang hamil mengeluhkan bau dari masakan tertentu dapat menjadi pemicu mual.
Sementara itu, gangguan keseimbangan diduga juga dapat menyebabkan
hiperemesis gravidarum karena kemiripannya dengan motion sickness.

E. Psikologis

Stres psikologis pada kehamilan dapat menyebabkan dan memperberat mual


dan muntah pada kehamilan. Walaupun begitu, kondisi hiperemesis gravidarum
tampaknya juga menjadi salah satu penyebab stres psikologis pada kehamilan.

2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk hiperemesis gravidarum dilakukan dengan target untuk:
 Menentukan apakah terjadi dehidrasi atau tidak.
 Mengurangi gejala dengan cara mengubah diet serta lingkungannya dan
memulai obat dengan pendekatan yang bijak.
 Melakukan rehidrasi jika terjadi dehidrasi.
 Mencegah komplikasi yang serius dari muntah yang persisten termasuk di
antaranya gangguan elektrolit, defisiensi vitamin (mis. ensefalopati Wernicke),
dan kehilangan berat badan yang ekstrem.
 Meminimalisasi efek fetal baik karena kondisi mual dan muntah ibu maupun
karena pengobatannya.

A. Muntah tanpa Dehidrasi


Terdapat empat lini terapi untuk muntah tanpa dehidrasi. Selain itu, terdapat
juga terapi tambahan berupa obat yang mengurangi asam lambung.

 Lini Pertama: Modifikasi Gaya Hidup dan Piridoksin


Untuk kondisi mual yang disertai muntah tetapi tanpa dehidrasi, penerapan
modifikasi diet dan menghindari pencetus juga dilakukan seperti pada kondisi
mual tanpa muntah. Namun bedanya untuk terapi obat awal yang diberikan
langsung dengan kombinasi doksilamin-piridoksin karena pemberian
piridoksin tunggal terbukti kurang efektif untuk mengurangi muntah (hanya
efektif mengurangi mual saja). Namun, jika kombinasi doksilamin-piridoksin
juga tidak bisa mengurangi gejala mual dan muntah harus dipikirkan
pemberian obat selanjutnya yakni obat lini kedua, ketiga, dan keempat. Di
Indonesia, doksilamin tidak tersedia sehingga obat yang disarankan adalah
piridoksin saja. Selain itu, piridoksin juga dapat dikombinasikan dengan
suplemen jahe.
Dosis yang digunakan adalah 10-25 mg setiap 6-8 jam untuk piridoksin
oral dengan dosis maksimum 200 mg/hari.

 Lini Kedua: Antihistamin


Obat lini kedua yang dapat diberikan berupa antihistamin (antagonis H1)
selain doksilamin. Dengan alasan keamanan untuk janin terdapat 3 obat yang
direkomendasikan yakni difenhidramin, meclizin, dan dimenhidrinat. Meclizin
tidak tersedia di Indonesia.
Dosis difenhidramin oral yang dipakai yakni 25 sampai 50 mg setiap 4
sampai 6 jam sesuai kebutuhan. Selain dalam bentuk oral, difenhidramin juga
dapat diberikan secara IV dengan dosis 10 sampai 50 mg setiap 4 sampai 6
jam sesuai kebutuhan.
Dosis dimenhidrinat oral yang dipakai yakni 25 sampai 50 mg setiap 4
sampai 6 jam sesuai kebutuhan. Untuk dimenhidrinat, sebagai catatan, jika
pasien diberikan doksilamin juga, dosis maksimal dimenhidrinat adalah
200mg/hari. Efek samping dari obat-obatan golongan ini di antaranya sedasi,
mulut kering, dan konstipasi.

 Lini Ketiga: Antagonis Dopamin


Obat lini ketiga berupa antagonis dopamin. Obat golongan ini yang
direkomendasikan untuk perempuan hamil dengan mual muntah adalah
metoklopramid, fenotiazin (prometazin dan proklorperazin), dan butirofenon
(droperidol). Proklorperazin tidak tersedia di Indonesia.
Dosis metoklopramid yang dipakai yakni 10 mg, dapat diberikan secara
oral, IV, atau IM (idealnya diberikan 30 menit sebelum makan dan saat akan
tidur) setiap 6 sampai 8 jam per hari.
Dosis prometazin yang dapat diberikan yakni 12.5 sampai 25 mg, dapat
diberikan secara oral, rektal, atau IM setiap 4 jam. Pemberian secara oral atau
rektal lebih disarankan. Pemberian prometazin secara IV, intraarterial, dan
subkutan dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan gangren pada
ekstremitas dan nekrosis jaringan. Dosis proklorperazin yang dapat diberikan
yakni 5 mg sampai 10 mg secara oral, IV atau IM setiap 6 jam atau 25 mg per
rektal 2 kali sehari.
Efek samping yang umum terjadi pada pemberian proklorperazin ini di
antaranya mengantuk, pusing, sakit kepala, dan retensi urin.

 Lini Keempat: Antagonis Serotonin


Obat lini keempat yang digunakan adalah antagonis serotonin. Obat
golongan ini yang bisa dipakai untuk mual dan muntah pada kehamilan yakni
ondansetron, granisetron, dan dolasetron.
Ondansetron adalah obat yang paling umum digunakan dari golongan ini.
Dosis ondansetron yang dipakai yakni 4 mg, dapat diberikan secara oral setiap
8 jam sesuai kebutuhan atau dapat juga diberikan secara IV dengan injeksi
secara bolus setiap 8 jam sesuai kebutuhan. Dosis dapat dinaikkan jika
dibutuhkan dan dibatasi sampai 16 mg/dosis (per satu kali pemberian). Sakit
kepala, kelelahan, konstipasi, dan mengantuk adalah efek samping yang paling
sering terjadi. Ondansetron juga dapat menyebabkan pemanjangan interval
QT, khususnya pada pasien-pasien dengan faktor risiko aritmia (riwayat
pemanjangan interval QT sebelumnya, hipokalemia atau hipomagnesemia,
gagal jantung, pemberian obat bersamaan dengan obat yang menyebabkan
perpanjangan interval QT, dan penggunaan dosis ondansetron intravena
multipel). EKG dan pengawasan elektrolit direkomendasikan pada pasien
tersebut.

 Terapi Tambahan: H2 Blocker


Selain keempat lini obat tersebut, terdapat terapi tambahan yang dapat
diberikan yakni golongan obat-obatan yang mengurangi asam lambung. Pada
perempuan hamil dengan GERD atau mual muntah, sebuah studi
observasional menunjukan bahwa penggunaan obat-obatan pengurang asam
lambung (mis. antasid, H2 blocker, dan PPI) yang dikombinasikan dengan
terapi antiemesis secara signifikan memperbaiki gejala dalam 3 sampai 4 hari
setelah dimulainya terapi. Namun, di antara semua golongannya, obat
pengurang asam lambung yang paling aman dan direkomendasikan untuk
diberikan pada ibu hamil adalah golongan H2 blocker yakni ranitidin dan
simetidin dengan dosis oral dua kali 150 mg sehari.15,17-19.

B. Muntah dengan Dehidrasi


Terapi rehidrasi merupakan kunci dari terapi pada perempuan hamil yang
mengalami muntah dengan dehidrasi. Pemberian cairan awal dapat dilakukan
dengan pemberian larutan RL 2L selama 3 sampai 5 jam. Selanjutnya cairan
diganti dengan cairan dekstrosa 5% dalam cairan saline 0.45%. Sebagai
alternatifnya cairan yang diberikan dapat berupa perbandingan dekstrosa 5% atau
10% dengan RL yakni 2:1 dengan jumlah tetesan 40 tetesan per menit.
Selain pemberian cairan tersebut, ditambahkan juga dengan pemberian
vitamin seperti thiamin (vitamin B1) secara intravena dengan dosis 100mg yang
dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl 0.9% (pemberian thiamin IV 100 mg sampai tiga
hari ke depan). Pemberian thiamin ini penting untuk mencegah terjadinya
ensefalopati Wernicke. Obat-obatan antiemesis yang diberikan pada kondisi ini
adalah obat-obatan antiemesis dalam bentuk IV. Koreksi magnesium dan kalsium
juga dapat diberikan jika ada indikasi. Diet yang diberikan pada kondisi ini adalah
diet tinggi protein untuk mengurangi mual. Selain diet tinggi protein, pisang dan
roti kering juga dapat diberikan. Namun, jika muntah sangat hebat, pasien
disarankan untuk dipuasakan terlebih dahulu selama 24-48 jam.16,19.

C. Mual Muntah yang Persisten


Pada kasus mual dan muntah pada kehamilan yang persisten dapat diberikan
terapi glukokortikoid. Namun, pemberiannya harus diberikan di atas trimester
pertama kehamilan karena efek sampingnya pada janin (risiko terjadinya celah
palatum pada janin sedikit meningkat). Cara kerja obat golongan ini dalam
mengurangi gejala mual dan muntah yang berat pada perempuan hamil masih
belum diketahui pasti, tetapi dari penelitian terbukti efektif.
Obat glukokortikoid yang biasa dipakai yakni metilprednison IV dengan dosis
16 mg setiap 8 jam selama 48 sampai 72 jam. Sebagai alternatifnya dapat
diberikan hidrokortison IV 100 mg 2 kali sehari. Glukokortikoid ini dapat
dihentikan secara tiba-tiba pada pasien yang tidak menunjukan perbaikan
sementara pada pasien yang menunjukan perbaikan obat oini harus di-tapering off
selama 2 minggu. Pemberian obat ini harus diwaspadai pada perempuan hamil
dengan diabetes gestasional. Setelah pemberian obat secara IV, terapi dilanjutkan
dengan pemberian prednison oral 40 mg per hari selama 1 hari, diikuti dengan 20
mg per hari selama 3 hari, lalu 10 mg per hari selama 3 hari, terakhir 5 mg per hari
selama 7 hari. Regimen ini dapat diulang sampai 3 kali dalam rentang waktu 6
minggu.
2.6 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan
muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus,
dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-
hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan terjadinya hyperemesis gravidarum seperti stres,
lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya
(hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-
60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal
dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan
laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat
jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda
ataupun mola hidatidosa.

BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
A. PENGKAJIAN HARI PERTAMA (4 NOVEMBER 2018)
a. Identitas Pasien
No RM : 425-40-15
Nama : Ny. C Nama Suami : Tn. A
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SI Pendidikan : SI
Pekerjaan : Pegawai Pemprov Pekerjaan : Pegawai Bank Swasta
No. HP : 081318740666
Alamat : Jl. Duren tiga RT/RW 008/007 Pancoran. Jakarta Selatan

B. PENGKAJIAN HARI PERTAMA ( 4 NOVEMBER 2018)


I. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Mual dan muntah > 10x/hari dan merasa lemas
2. Keluhan Sekarang
Masih sedikit mual
3. Bagaimana cara masuk RSCM
Sendiri karna mual muntah dan badan terasa lemas
4. Sudah berapa kali ANC
Belum pernah ANC
5. Di Rawat Sejak
Sabtu, 3 November 2018 jam 20.25 WIB
6. Asal Ruangan
IGD RSCM lantai 3
7. Metode Pemindahan Pasien
Kursi Roda
8. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi, Asma, Diabetes, Penyakit Jantung, Paru-paru, Disangkal
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi, Asma, Diabetes, Penyakit Jantung, Paru-paru, Disangkal

 Riwayat Obstetri
a) Riwayat Menstruasi
HPHT :
Lama Haid : 6 hari
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut
Konsistensi : Kental mendekati cair
Siklus : 28 hari
Menarche : Usia 13 tahun
b) Tanda – Tanda Kehamilan
Test pack positif sebanyak 3x : tgl 17/10/18, 21/10/18, 22/10/18
Usg di rs Tarakan 1x hasil : belum terlalu terlihat dan diminta untuk
usg ulang 2-3 bulan lagi.
c) Pergerakan Fetus
Pertama Kali : belum terasa
Pergerakan 12 Jam Terakhir : -
d) Riwayat Persalinan

Tgl/Tahun Jenis Penolon Anak


No Tempat UP Penyulit
Persalinan Persalinan g JK BB TB KU

1 Hamil ini

e) Riwayat Kontrasepsi : belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun

10. Gaya Hidup


a) Merokok : Tidak
b) Minum Alkohol : Tidak
c) Narkoba : Tidak
d) Makanan Junk Food atau Fast Food : Terkadang
e) Minum Soda : Terkadang
f) Mengonsumsi makanan kaya gula ataupun kolestrol : Terkadang
11. Kebiasaan
a) Pola Istirahat
Siang :-
Malam : 7 jam
Gangguan : Tidak ada
b) Pola Makan dan Nutrisi
Pagi : 1 porsi, menu : Nasi putih, sayur, lauk dan air putih
Siang : 1 porsi, menu : Nasi putih, sayur, Lauk, dan air putih
Malam : 1 porsi, menu : Nasi putih, lauk sayur dan air putih
Dan selingan
Minum : ± 12 gelas/hari
Perubahan Pola Makan selama Kehamilan : Porsi makan sama saja
c) Personal Hygiene
Mandi : 2 hari sekali
Sikat Gigi : Iya
Vulva Hygiene : Iya
d) Pola Eliminasi
 BAK
Frekuensi : 7-8 x/hari
Konsistensi : Pekat kuning, volume < 500 ml
Keluhan : Tidak ada
 BAB
Frekuensi : 1 x /hari
Konsistensi : Lunak, berwarna kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
e) Pola Seksualitas
Frekuensi : 3 x/minggu
Perubahan : Posisi
Keluhan :-
f) Aktivitas Sehari – Hari : Ibu mengatakan aktivitasnya bekerja di kantor
dan setelah pulang mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu,
memasak, mencuci dll.
.
12. Riwayat Sosial
a) Kehamilan Direncankan atau Tidak : Iya
b) Jenis Kelamin yang Diharapkan : perempuan/ Laki- Laki yang

penting sehat
c) Status Pernikahan
Frekuensi :1
Lama Pernikahan : 10 bulan
d) Susunan Keluarga
Jenis Hubunga
Umu Pendidika Pekerjaa
No Nama Kelami n
r n n
n Keluarga
Pegawai
1 Tn. A L 25 Suami SI Bank
Swasta

e) Kepercayaan yang Berhubungan dengan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


Tidak ada

II. Data Objektif


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadan Emosional : Stabil
b. TTV
 Jam 08.00 WIB
TD : 100/57 mmHg
N : 77 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,6 ℃
Saturasi O2 : 98 %
 Jam 15.00 WIB
TD : 104/62 mmHg
N : 69 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,6 ℃
Saturasi O2 : 99%
 Jam 21.00 WIB
TD : 113/69 mmHg
N : 68 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,2 ℃
Saturasi O2 : 97 %
 BB :47 Kg
 TB :152 cm
2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
Muka : Simetris, tidak ada oedema
Mata : Sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada serumen
Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada serumen
Mulut : Bersih, tidak ada pembengkakan pada tongsil, bibir tidak
pecah-pecah, dan tidak ada sariawan
Gigi : Tidak ada karies pada gigi, tidak ada gigi palsu

 Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembengkakan
Tumor : Tidak ada
 Payudara
Pembesaran : Ada
Puting susu : Menonjol dan bersih
Simetris : Iya
Benjolan/tumor : Tidak ada
Pengeluaran : Belum ada pengeluaran colostrum
Rasa nyeri : Tidak ada
Areola hiperpigmentasi : Ada
 Abdomen
Belum teraba.
 Ekstremitas
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak
Refleks : Ada
3. Pemeriksaan Penunjang. (Tanggal 03 November 2018)
 Hematologi. (Darah Lengkap)
No Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 12,7 g/dl 12.0 -14.0
2. Hematokrit 35.0 % 37.0 - 43.0
3. Jumlah 8.67 1000/μL 5.0-10.0
Leukosit
4. Jumlah 284 1000/μL 150.0-400.0
Trombosit
5. MCV/VER 75.3 fL 82.0-92.0
6. MCH/HER 27.3 pg 27.0-31.0
7. MCHC/KHE 36.3 g/dl 32.0-36.0
R

 Urinalisis. (Urine Lengkap)


A. Makroskopis.
No Nama Test Hasil Nilai Rujukan
1. Warna Kuning Kuning muda – Tua
2. Kejernihan Jernih Jernih
3. Berat Jenis 1.020 1.005- 1.030
4. Ph 7.5 4.5 – 8.0
5. Protein Negatif Negatif
6. Glukosa Negatif Negatif
7. Keton 2+ Negatif
8. Darah / Hb Negatif Negatif
9. Bilirubin Negatif Negatif
10. Urobilinogen 3.2 umol/L 3.2 – 16.0
11. Nitrit Negatif Negatif
12 Estrase Leukosit Negatif Negatif

B. Mikroskopis.
Sedimen
No. Nama Test Hasil Nilai Rujukan
13. Sel Epitel 1+ 1+
14. Leukosit 0-2/LPB 1-5
15. Eritrosit 0-2/LPB 1-3
16. Silinder Negatif/LP Negatif
K
17. Kristal Negatif Negatif
18. Bakteri Negatif Negatif
19. Lain-lain
III. ASSESMENT
Diagnosis : Ny. C G1P0A0 Hamil 6-7 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum.
Masalah : Kekurangan cairan dan mual muntah.
Kebutuhan : Pemberian cairan dan atasi mual muntah.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang kondisi ibu bahwa ibu dalam keadaan cukup baik.
Ibu mengerti
2. Memberikan dukungan dan motivasi pada ibu dengan cara meyakinkan ibu
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologi pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. Ibu mengerti dan
memahami tentang kondisi yang dialaminya. Ibu mengerti
3. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu setiap 8 jam. Sudah dilakukan.
4. Pemberian cairan DX 5% selama 8 jam dengan kolaborasi sesuai anjuran
dokter. Sudah dilakukan.
5. Pemberian obat ranitidine 50 mg per 12 jam secara IV untuk mengurangi
jumlah asam lambung dalam perut dalam mengatasi mual muntah dengan
kolaborasi sesuai anjuran dokter. Sudah dilakukan.
6. Pemberian obat ondansentron 8 mg per 8 jam secara IV untuk mencegah dan
mengatasi mual muntah kolaborasi sesuai anjuran dokter. Sudah dilakukan.
7. Pemberian obat neurobion per 24 jam untuk penambah darah dan mencegah
terjadinya anemia pada saat kehamilan. Sudah dilakukan.
8. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasi. Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
10. Melakukan pendokumentasian.
PENGKAJIAN HARI KEDUA ( 5 NOVEMBER 2018)
I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama
Mual dan muntah > 10x/hari dan merasa lemas
2. Keluhan Sekarang
Mual sudah berkurang.
II. DATA OBJEKTIF
2. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadan Emosional : Stabil
b. TTV
 Jam 08.00 WIB
Tekanan darah : 94/67 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,4 ℃
Saturasi O2 : 99 %

 Jam 15.00 WIB


Tekanan darah : 126/78 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,9 ℃
Saturasi O2 : 99 %

 Jam 21.00 WIB


Tekanan darah : 93/53 mmHg
Nadi : 58x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,5 ℃
Saturasi O2 : 99 %

III. ASSESMENT
Diagnosis : Ny. C G1P0A0 Hamil 6-7 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum.
Masalah : Kekurangan cairan dan mual muntah.
Kebutuhan : Pemberian cairan dan atasi mual muntah.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang kondisi ibu bahwa ibu dalam keadaan cukup
baik. Ibu mengerti.
2. Memberikan dukungan dan motivasi pada ibu dengan cara meyakinkan ibu
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologi pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. Ibu mengerti
dan memahami tentang kondisi yang dialaminya. Ibu mengerti.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu setiap 8 jam. Sudah dilakukan.
4. Pemberian cairan RL 500 ml selama 8 jam dengan kolaborasi sesuai
anjuran dokter. Sudah dilakukan.
5. Pemberian obat ranitidine 50 mg per 12 jam secara IV untuk mengurangi
jumlah asam lambung dalam perut dalam mengatasi mual muntah dengan
kolaborasi sesuai anjuran dokter. Sudah dilakukan.
6. Pemberian obat ondansentron 8 mg per 8 jam secara IV untuk mencegah
dan mengatasi mual muntah kolaborasi sesuai anjuran dokter. Sudah
dilakukan. Pemberian obat neurobion per 24 jam untuk penambah darah
dan mencegah terjadinya anemia pada saat kehamilan. Sudah dilakukan.
7. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasi. Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
9. Melakukan pendokumentasian.
PENGKAJIAN HARI KETIGA ( 6 NOVEMBER 2018)
A. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Mual dan muntah > 10x/hari dan merasa lemas
2. Keluhan Sekarang
Tidak ada keluhan

B. Data Objektif
 Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadan Emosional : Stabil
- TTV
 Jam 08.00 WIB
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 67x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,3 ℃
Saturasi O2 : 98

C. ASSESMENT
Diagnosis : Ny. C G1P0A0 Hamil 6-7 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum.
Masalah :-
Kebutuhan : -

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang kondisi ibu bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu
mengerti.
2. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah diperbolehkan
pulang. Ibu mengerti.
3. Melakukan pelepasan infus. Sudah dilakukan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas
kesehatan. Ibu mengerti dan akan memeriksakannya segera.
5. Mengedukasi ibu menghindari pemicu mual dan muntah seperti bebauan yang
tajam, panas, kondisi lembab, ruangan pengap, keribuatan, lampu yang
berkelap-kelip, cahaya silau, atau menyupir. Ibu mengerti.
6. Mengedukasi ibu untuk menghindari makanan yang pedas dan berlemak serta
makanan yang berbau tajam dan dapat merangsang mual. Ibu mengerti.
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti mual muntah
berlebihan, demam tinggi, keluar darah segar dari jalan lahir, bengkak pada
kaki, tangan, wajah disertai kejang, gerakan janin berkurang dan air ketuban
keluar sebelum waktunya. Ibu mengerti dan akan memperhatikannya.
Patoflow Hyperemesis Gravidarum

Faktor predisposisi Peningkatan hormon


Peningkatan hormone
estrogen
-kehamilan kembar HCG

-mola hidatidosa Faktor psikologis


Penurunan pegosongan
stress
lambung

Peningkatan asam
Emesis Gravidarum
Keseimbangan dan lambung
penciuman
Komplikasi

Hyperemesis Gravidarum

Dehidrasi

Gangguan keseimbangan
Penurunan berat badan Metabolic asidosis
cairan dan elektrolit

Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah
lengkap
BAB IV

PEMBAHASAN

Kelompok kami akan membahas mengenai kasus pada Ny. C G1P0A0 dengan
diagnosa Hiperemesis Gravidarum, klien datang ke IGD RSCM dengan cara sendiri pada
tanggal 03 november 2018 pada jam 20.30 dengan keluhan mual dan muntah >10x dalam
sehari pada saat di rumah, pada saat di ruang perawatan Gedung A zona B kamar 213B
Ny C telah di berikan obat ranitidin 50mg untuk mengurangi jumlah asam lambung dan
obat ondansetron 8mg untuk mengurangi mual dan muntahnya serta terapi DX 5% untuk
menganti cairan yang telah hilang. Pada saat telah diberi terapi kondisi ibu terlihat
membaik

Penegakan untuk diagnosa dalam kasus ini melalui anamnesa pada ibu, pemeriksaan
penunjang yaitu cek darah lengkap, cek urine lengkap dan ditemukan terdapat keton urine
+2 yang menandakan terdapat produk metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan.

Pada teori Hiperemesis Gravidarum terdapat perubahan hormon yaitu horman HCG,
Kadar HCG mencapai puncaknya pada trimester awal kehamilan. Sebenarnya hormon
hCG ini tidak secara langsung menjadi penyebab hiperemesis gravidarum. Namun, secara
tidak langsung terlibat karena hCG secara fisiologis dapat menstimulasi reseptor hormon
TSH (thyroid stimulating hormone). Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi
hipertiroidisme transien (gestational transient thyrotoxicosis) pada awal kehamilan. Pada
umumnya kadar hormon HCG akan kembali normal pada wanita hamil pada saat
trimester ke II (pada bulan ke 4).

Menurut teori dan kasus di atas tidak ditemukan perbedaan, semua tindakan yang
diberikan telah sesuai dengan yang terdapat pada di teori dan dapat disimpulkan bahwa
teori dan kasus di atas saling berkesinambungan dan tidak ditemukan perbedaan
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah
suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan
(muntah berat) dan terus menerus pada minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-10,
jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.

5.2 Saran
Diharapkan mahasiswi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang
hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan
pada ibu hamil yang mengalami hipermesis gravidarum.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.ump.ac.id/4010/4/Dwi%20Nesti%20Astuti%20BAB%20II.pdf Diakses
pada 6 November 2018 pukul 09.20 wib
2. Oktavia Lina. KEJADIAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM DITINJAU DARI JARAK KEHAMILAN DAN
PARITAS. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah, Vol.1, No. 2, (Juli – Desember 2016). Diakses pada 6
November 2018 pukul 10.00 wib
3. Triana Indrayani. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD DR. DRAJAT PRAWIRANEGARA
KABUPATEN SERANG TAHUN 2017. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya
Jaya, Volume 4, Nomor 1, Maret 2018. Diakses pada 8 november 2018 pukul 20.00 wib
4. Evi Rinata, Fatchiatur Rahmah Ardillah. PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM
PADA IBU HAMIL DI BPM NUNIK KUSTANTINNA TULANGAN – SIDOARJO. Diakses
pada 8 November 2018 pukul 19.00 wib
5. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2009.
6. Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta: EGC; 2010.
7. http://elibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.00.10854.pdf Diakses pada 6 November 2018
pukul 19.00 wib
8. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3661/1/Eka%20suryaningrat.pdf Diakses pada 7
November 2018 pukul 13.00 wib
9. Masruroh,S.Si.T.,M.Kes, Ikke Retnosari,S.Tr.Keb. HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU
DAN GRAVIDA DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD
AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG. MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016.
Diakses pada 8 November 2018 pukul 21.20 wib

10. Cunningham FG, et.al., editor. William’s Obstetric Textbook. 24th


ed. New York: Mc Graw Hill; 2014.

11. D.A. Ogunyemi, Hyperemesis Gravidarum. Tersedia pada


http://emedicine.medscape.com/article/254751, 2017. Diakses pada
tanggal 11 November 2018.

12. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3676933/pdf/nihms4582
69.pdf diakses pada tanggal 11 November 2018.

13. A. Vikanes, dkk., BMJ, 2010, 340, 1-5. Tersedia pada


http://www.bmj.com/content/bmj/340/bmj.c2050.full.pdf. Diakses pada
tanggal 11 November 2018.
14. Y. Zhang, dkk., American Journal of Obstetrics and Gynecology, 2011,
204(3). Tersedia pada
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3030697/pdf/nihms2426
49.pdf. Diakses pada tanggal 11 November 2018.

15. RCOG Green-top Guideline, The Management of Nausea and Vomiting


of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum, RCOG Press, London,
2016. Tersedia pada
https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/green-top-
guidelines/gtg69-hyperemesis.pdf. Diakses pada tanggal 11 November
2018.

16. D. Siddik, dalam Ilmu Kebidanan, ed. T.Rachimhadi dan


G.H.Wiknjosastro, PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo, Jakarta 2014,
hal.814-818.

17. L.J. Wegrzyniak, J.T. Repke, S.H. Ural, Reviews in Obstetrics and
Gynecology, 2012, 5(2), 78-84. Tersedia pada
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410506/pdf/RIOG0050
02_0078.pdf. Diakses pada tanggal 11 November 2018.

18. R.C. Boelig, S.J. Barton, G. Saccone, S.J. Edwards, dan V. Berghella,
Cochrane Database of Systematic Reviews, 2016, 5, 1-4. Tersedia pada
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD010607.pub2/p
df/abstract. Diakses pada tanggal 11 November 2018.

19. J.A. Smith, J.S. Refuerzo, dan S.M. Ramin, Treatment and Outcome of
Nausea and Vomiting of Pregnancy, 2017.

Anda mungkin juga menyukai