Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN REFLEKSI KASUS STASE IV (ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A G3P2 A0 USIA KEHAMILAN 20 MINGGU


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DERAJAT I
DI TPMB NURHILALIAH - BEKASI
TAHUN 2023

Disusun oleh : Nurhilaliah


NPM : 2131560511181
Dosen Penguji : Rupdi L. Siantar, SST., M.Kes
NIDN : 0315107501

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1) DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
Lembar Pengesahan Laporan
Tanggal Ujian

Mahasiswa
Nama : Nurhilaliah
NPM : 231560511181

Dosen Penguji
Nama : Rupdi L. Siantar, SST.,M.Kes
NIDN : 0315107501
YAYASAN MEDISTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MEDISTRA INDONESIA
PROGRAM STUDI PROFES NERS-PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN – PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)
PROGRAM STUDI FARMASI (S1)-PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D3)
Jl.Cut Mutia Raya No. 88A-Kel.Sepanjang Jaya – Bekasi Telp.(021) 82431375-77 Fax (021)
82431374
Web. http://stikesmedistra-indonesia.ac.id Email: stikesmedistraindonesia1@gmail.com

LAPORAN REFLEKSI KASUS KEBIDANAN

Nama : Nurhilaliah
NPM : 231560511181
Stase : Asuhan Kehamilan
Pembimbing : Rupdi L. Siantar, SST., M.Kes

A. Kronologi Penemuan Kasus


Pada hari Selasa, tanggal 5 Desember 2023 di TPMB Nurhilaliah datang seorang
pasien Ny. A usia 33 tahun G3P2A0 dan suaminya, pasien tersebut mengatakan ingin
memeriksakan kehamilannya. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa Ibu mengatakan
pusing, mual dan muntah lebih 8-10 kali, keluarnya makanan dan warnanya
kekuningan. Kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik, kesadaran composmentis.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil semua dalam batas normal. Lalu
setelah itu Bidan memberikan penkes tentang; hiperemesis gravidarum, dan penkes
penanganan serta nutrisi yang baik pada saat mengalami hiperemesis gravidarum. dan
Bidan memberikan terapy obat : Antasiantasida 10 tablet 3x1, Domperidone 10 tablet
3x1 .vitamin B6 10 tablet 3x1, inj. Ranitidine 1 ampul secara IM kepada ibu.

B. Alasan Pemilihan Kasus

Alasan kenapa saya tertarik untuk mengambil kasus hiperemesis gravidarum


adalah karena menurut data Word Health Organitation (WHO) pada tahun 2014,
Sebanyak 99%, jumlah kejadian hyperemesis gravidarum mencapai 12,5% dari
seluruh jumlah kehamilan di dunia dan berdasarkan hasil penelitian data ibu dengan
hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan di Indonesia. dari
permasalahan diatas saya tertarik untuk mengambil kasus dengan judul asuhan
kebidanan pada Ny. A G3P2A0 usia kehamilan 20 minggu dengan hiperemesis
gravidarum.

C. Evaluasi dari Kasus yang Diangkat

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum yang
menggangu pekerjaan sehari-hari, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah sehinggan menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan kadar
ketosis, dan kekurangan nutrisi (Hetje, 2018)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-
perubahan anatomis pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lainnya. Berikut adalah beberapa faktor predisposisi
terjadinya mual dan muntah (Jannah, 2019):
Komplikasi gravidarum yang dialami oleh ibu hamil dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi. Komplikasi tersebut bisa dari yang ringan hingga yang berat.
Komplikasi yang terjadi berupa dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat,
alkalosis, kelaparan, gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan, serta
keluarga, menarik diri, serta depresi. (Ida Bagus Gede 2019).
Dampak yang di timbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dam cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa
pada hubungan asam basa gastroesofagi yang menyebabkan peredaran rupture
esophagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak
sesuai dengan kehamilan yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang.
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Pada sebagian wanita hamil gejala mual muncul saat bangun tidur
sehingga sering disebut dengan morning sickness, dan akan hilang antara minggu
ke-16 dan minggu ke-22 kehamilan. Menururt Pratiwi, (Annisa, 2019).
hiperemesis gravidarum sebenarnya lebih dikenal dengan morning sickness
namun dalam tingkat yang lebih tinggi, dimana rasa sakit yang dialami ibu hamil
lebih menyakitkan dari sekedar morning sickness pada ibu hamil biasanya. Mual
muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum) yang dikemukakan oleh
Syamsuddin, Syahril., (2018) merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin, dimana kejadian
ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual dan muntah
merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester 1.
Menurut (Suryaningrum, Titisari Mediawati, 2018) hiperemesis gravidarum
adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu
pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung selama 4
bulan, sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk (Annisa, 2019) dan menururt Jueckstock., dkk (2010) yang dikutip
oleh H (Annisa, 2019) hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan mual dan
muntah pada kehamilan yang menetap, dengan frekuensi muntah lebih dari 5 kali
dalam sehari, disertai dengan penurunan berat badan (> 5% dari berat sebelum
hamil) dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam- basa,
kekurangan gizi bahkan kematian.
Pada kehamilan trimester 1 mual biasa terjadi pada pagi hari, malam hari
bahkan setiap saat. Gejala gejala ini terjadi kurang lebih 6 minggu setelah HPHT
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada
60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Perasaan mual ini disebabkan
oleh karenanya meningkat kadar hormon estrogen dan hormon Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) keadaan ini lah yang disebut dengan hiperemesis
gravidarum (Dahlan, Andi Kasrida dan Andi St.Umrah. 2017).
2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Penyebab pasti hiperemesis gravidarum belum diketahui, akan tetapi
menurut Husin, Safari (2017) interaksi kompleks dari faktor biologis, psikologis
dan sosial budaya diperkirakan menjadi penyebab hiperemesis gravidarum.
Selain itu kehamilan kembar, perempuan dengan kehamilan pertama,usia <20
tahun dan
>35 tahun, kehamilan mola serta berat badan berlebih menjadi faktor pencetus
pada beberapa penelitian. Ada beberapa teori yang diusulkan sebagai penyebab
hiperemesis gravidarum, yaitu :
a. Perubahan Hormonal
Wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum memiliki kadar hCG
yang tinggi terutama pada trimester pertama kehamilan (usia kehamilan 9
minggu) yang menyebabkan hipertiroidisme yang bersifat sementara. Secara
fisiologis hCG dapat merangsang kelenjar tiroid yaitu reseptor Thryroid-
Stimulating Hormon (TSH). Tidak hanya hCG yang berperan dalam
menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum,akan tetapi kemungkinan
keterlibaan hCG merangsang tiroid dapat memicu terjadinya HEG. Peningkatan
kadar estrogen dan progesteron saat kehamilan mengakibatkan penurunan
mortilitas gastrointestinal, tetapi hal ini bukanlah penyebab pasti HEG.
b. Gastrointestinal disfungsi
Menurut Jueckstock dkk. (2010) yang dikutip oleh Husin, Farid (2013)
95% gangguan pada system pencernaan disebabkan oleh bakteri heliobacer
pylori dan 61,8% menjadi penyebab terjadinya HEG pada kehamilan. Selain itu
HEG dapat disebabkan karena ibu memiliki gangguan pencernaan seperti ulkus
peptikus, hepatitis, pangkreatitis.
c. Vestibular dan penciuman
Hiperacuity dari sistem penciuman dapat menjadi faktor yang
berkontribusi terhadap mual dan muntah pada ibu hamil. Banyak kasus
yang menggambarkan bagi ibu hamil bahwa mencium bau masakan khusus nya
daging dapat memicu terjadinya mual. Kesamaan antara HEG dengan morning
sickness adalah bahwa gangguan dari subclinical vestibular mungkin penyebab
dari beberapa kasus HEG.
d. Genetik
Suatu penelitian di norwegia menemukan bahwa ibu yang sewaktu hamil
mengalami HEG maka anak yang dilahirkan memiliki resiko 3% mengalami
HEG ketika mereka hamil nanti atau yang memiliki saudara yang juga
mengalami

HEG.S secara keseluruhan dilaporkan bahwa faktor genetik mungkin


memainkan peran dalam mengembangkan terjadinya HEG. (Annisa, 2019)
e. Masalah Psikologis
Psikologis dalam kehamilan sering kali dikaitkan dengan faktor pencetus
terjadinya HEG, namun belum ditemukan bukti kuat terhadap hal ini, hasil
penelitian cenderung mengarah pada faktor hormonal sebagai pencetus HEG.

3. Faktor Resiko Hiperemesis Gravidarum


Safari (2017) faktor risiko terjadinya
hiperemesis gravidarum di antaranya:
a. Riwayat hiperemesis gravidarum baik keturunan maupun pada kehamilan
sebelumnya.
b. Hamil pertama kali / nuliparitas.
c. Obesitas / berat badan berlebih.
d. Kehamilan gamelli / mengandung anak kembar.
e. Mengandung janin perempuan.

4. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum


Berdasarkan berat ringannya tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
yang dikemukakan oleh Mochtar, (Annisa, 2019) dibagi menjadi 3 tingkatan,
yaitu :
a. Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1
Hiperemesis gravidarum dengan tanda dan gejala paling ringan
termasuk dalam golongan tingkatan 1. Tanda dan gejala paling umum pada
penderita hiperemesis gravidarum tingkat 1, yakni :
1) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum dan
menimbulkan rasa lemah
2) Nafsu makan tak ada, sering muntah setiap selesai makan
3) Tekanan darah sistolik turun
4) Berat badan turun, dan nyeri epigastrum.
5) Turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
6) Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100 kali per menit
b. Hiperemesis Gravidarum Tingkat 2
Tingkatan hiperemesis gravidarum ke-2 ini umumnya terjadi saat gejalanya
tak kunjung usai. Tanda dan gejala paling umum pada penderita hiperemesis
gravidarum tingkat 2, yakni:
1) Pasien tampak lemah dan apatis
2) Lidah kotor dan mata sedikit ikterik
3) Berat badan pasien turun
4) Timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria,
5) Nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik.
6) Konstipasi, dan napas berbau aseton.
c. Hiperemesis Gravidarum Tingkat 3
Pada tahap ini, kondisi hiperemesis gravidarum sudah sangat parah. Penderita
mengalami gejala komplikasi yang membuatnya merasa tidak nyaman. Sehingga tak
jarang penderita harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Tanda dan gejala paling
umum pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat 3, yakni:
1) Kesadaran pasien menurun dari samnolen sampai koma
2) Muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat

3) Tekanan darah makin turun, kadar bilirubin dalam darah meningkat, hingga
menyebabkan warna kulit menjadi kuning (ikterus)
4) Mengalami nigtamus, dimana bola mata mengalami gangguan dengan
gerakan-gerakan spontan.
5. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Menurut Setiawan (2007) yang dikutip oleh (Annisa, 2019) hiperemesis
gravidarum dapat membahayakan kondisi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran ruptur
esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberika pengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi
atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin
berkurang. Sedangkan menurut Ardani, A. (2013) yang dikutip oleh Harianja, W.J
dan Zumrotun N (2020) hiperemesis gravidarum akan berdampak pada janin
seperti abortus, kelahiran prematur, BBLR, serta malformasi pada bayi baru lahir,
serta dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat atau Intrauterine Growth
Retardation (IUGR).

6. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum


Menurut Rukiyah dan Lia Yulianti (2010) langkah pencegahan
hiperemesis gravidarum yaitu :

a. memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu


proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
f. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Defekasi teratur.
h. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula.
Menjaga kesehatan kehamilan selama trimester pertama juga penting
dilakukan untuk mencegah hiperemesis gravidarum. Salah satunya adalah dengan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pemeriksaan kehamilan
umumnya dilakukan sejak usia kehamilan 4 minggu, untuk memantau
perkembangan janin dan mendeteksi secara dini kelainan yang mungkin dialami
oleh janin.

D. Diagnosis

Dari hasil identifikasi klien dapat disimpulkan bahwa diagnosa dari kasus
diatas adalah Ny.A G3P2A0 usia 33 tahun usia kehamilan 20 minggu, janin tunggal,
hidup intrauterine, keadaan ibu dan janin baik dengan hiperemesis gravidarum
derajat 1.

E. Analisis Mahasiswa Terhadap Kasus

Berdasarkan kasus pada Ibu Hamil Ny.A tahun G3P2A0 usia kehamilan 20
minggu dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I, masalah yang timbul yaitu
kecemasan terhadap keadaan yang dialami, dimana ibu sering mual dan muntah, ibu
sering merasa pusing dan cepat merasa lemas. Untuk mengatasi masalah tersebut ibu
membutuhkan informasi tentang keadaannya, penkes tentang pola nutrisi dan gizi
pada ibu hamil, serta pola istrahat melalui asuhan kebidanan. (Ida Bagus Gede
2019).
Pada kehamilan terjadi peningkatan hormon estrogen dan pogesteron, dimana
sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap peningkatan HCG
dalam serum, sehingga dapat menimbulkan reaksi berupa mual sampai muntah. Pada
umumnya, ibu hamil dapat beradaptasi dengan keadaan ini, meskipun demikian
gejala mual dan muntah ini dapat menjadi berat sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari yang disebut hiperemesis gravidarum, hubungan psikologis pada ibu
dengan kejadin hiperemesis gravidarum belum jelas, besar kemungkinan bahwa
wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan
suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Penyesuaian
terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat
berlangsung berbulan-bulan. Margaretha, (2018)
Masalah yang timbul pada ibu dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I
adalah kecemasan terhadap keadaan yang dialami yaitu sering mual dan muntah, ibu
merasa pusing dan cepat merasa lemas. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari
karena keadaan umumnya menjadi buruk,karena terjadi dehidrasi. (Maulina, 2018)
Pada kasus Ny. A diagnosa kebidanannya adalah Ny. A umur 33 tahun dengan
Hiperemesis Gravidarum tingkat I dan masalah yang dialami Ny. A adalah cemas
dikarenakan ibu sering mual dan muntah, pusing dan cepat lemas.
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan rencana tindakan yang telah
dibuat seperti intervensi untuk mengatasi masalah tersebut Ny. A membutuhkan
informasi tentang keadaannya, penkes tentang pola nutrisi dan gizi pada ibu hamil,
terapi, serta pola istrahat. Dalam teori pemberian obat dan therapy diberikan selama
pengobatan untuk mengantisipasi terjadinya dehidrasi dan hiperemesis gravidarum
tingkat II. (Ida Bagus Gede 2019).
Menurut Husin, Safari (2017) interaksi kompleks dari faktor biologis,
psikologis dan sosial budaya diperkirakan menjadi penyebab hiperemesis
gravidarum. Selain itu kehamilan kembar, perempuan dengan kehamilan
pertama,usia <20 tahun dan>35 tahun, kehamilan mola serta berat badan berlebih
menjadi faktor pencetus pada beberapa penelitian.
F. DAFTAR PUSTAKA

Annisa (2018) Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Dahlan, Andi Kasrida dan Andi St.Umrah. (2017) Konsekuensi hiperemesis
gravidarum untuk keturunan: Tinjauan sistematis dan meta-analisis.
Hetje, (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum, Jurnal Ilmiah Bidan, 2 (2),61-62
Jannah, (2019). Antenatal Care. jogjakarta : Bina pustaka
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2019) . Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Kb. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede.(2019). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kb.
Jakarta : EGC
Margaretha, (2018) ,Gizi Pada Ibu Hamil.jakarta:Bina Medika
Mauliana, (2018), hubungan antara gizi ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.
Safari, F. R. N. Hubungan Karakteristik dan Psikologis Ibu Hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum di RSUD H. Abd. Manan Simatupang Kisaran.
Wahana Inovasi. 2017; 6(1): 205-9.
Suryaningrum, Titisari Mediawati, (2018) Gambaran Karakteristik Ibu Hamil
dengan Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Tahun 2018. Jurnal Harapan Bangsa.
Syamsuddin, Syahril., dkk. (2018) Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil
dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RSUD Ujungberung. [Skripsi].
Bandung: Universitas Islam Bandung

RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurhilaliah

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai