Anda di halaman 1dari 39

MATERNITAS

“Hiperemesis Grafidaru”
Dosen Pengampuh : Iis Afrianty,S.ST.,M.Keb

KELOMPOK 3 :

 EVA TRI YULIANTI


 LUSIANA PRATIWI
 MASYA ABEL GISTA L.
 HUSNUL KHATIMA
 FITRIANI
 NILA
 NURALISA

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER
KOLAKA 2024/2025
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sebagian wanita hamil mengalami gejala mual muncul saat bangun tidur dan sering
disebut dengan morning sickness, dan akan hilang antara minggu ke-16 dan minggu ke- 22
kehamilan. Menururt Pratiwi, Arantika M dan Fatimah (2019) hiperemesis gravidarum
sebenarnya lebih dikenal dengan morning sickness namun dalam tingkat yang lebih tinggi,
dimana rasa sakit yang dialami ibu hamil lebih menyakitkan dari sekedar morning sickness
pada ibu hamil biasanya. Mual muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum) yang
dikemukakan oleh Syamsuddin, Syahril., dkk. (2018) merupakan salah satu komplikasi
kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin, dimana
kejadian ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester 1.

Menurut Nadyah (2013) hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang


berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat
dapat berlangsung selama 4 bulan, sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk (Kadir, I. N., dkk., 2019) dan menururt Jueckstock., dkk
(2010) yang 8 dikutip oleh Husin, Farid (2013) hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan
mual dan muntah pada kehamilan yang menetap, dengan frekuensi muntah lebih dari 5 kali
dalam sehari, disertai dengan penurunan berat badan (> 5% dari berat sebelum hamil) dan
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan asambasa, kekurangan gizi bahkan
kematian.

Pada kehamilan trimester 1 mual biasa terjadi pada pagi hari, malam hari bahkan
setiap saat. Gejala gejala ini terjadi kurang lebih 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-
60% multigravida. Perasaan mual ini disebabkan oleh karenanya meningkat kadar hormon
estrogen dan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) keadaan ini lah yang disebut
dengan hiperemesis gravidarum (Dahlan, Andi Kasrida dan Andi St.Umrah. 2017).
BAB II

PEMBAHSAN

2.1 Konsep Hiperimesis Grafidarum

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berkelebihan sehingga mengganggu


pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering di temui pada kehamilan trismester 1, kurang lebih 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 di antara 1.000 kehamilan
(Mitayani, 2011)

2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab pasti hiperemesis gravidarum belum diketahui, akan tetapi menurut Husin,
Farid (2013) interaksi kompleks dari faktor biologis, psikologis dan sosial budaya
diperkirakan menjadi penyebab hiperemesis gravidarum. Selain itu kehamilan kembar,
perempuan dengan kehamilan pertama, usia 35 tahun, kehamilan mola serta

a. Perubahan Hormonal

Wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum memiliki kadar hCG yang tinggi
terutama pada trimester pertama kehamilan (usia kehamilan 9 minggu) yang menyebabkan
hipertiroidisme yang bersifat sementara. Secara 9 fisiologis hCG dapat merangsang kelenjar
tiroid yaitu reseptor ThryroidStimulating Hormon (TSH). Tidak hanya hCG yang berperan
dalam menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum,akan tetapi kemungkinan keterlibaan
hCG merangsang tiroid dapat memicu terjadinya HEG. Peningkatan kadar estrogen dan
progesteron saat kehamilan mengakibatkan penurunan mortilitas gastrointestinal, tetapi hal
ini bukanlah penyebab pasti HEG.

b. Gastrointestinal disfungsi Menurut Jueckstock dkk. (2010) yang dikutip oleh Husin, Farid
(2013) 95% gangguan pada system pencernaan disebabkan oleh bakteri heliobacer pylori dan
61,8% menjadi penyebab terjadinya HEG pada kehamilan. Selain itu HEG dapat disebabkan
karena ibu memiliki gangguan pencernaan seperti ulkus peptikus, hepatitis, pangkreatitis.
c. Vestibular dan penciuman

Hiperacuity dari sistem penciuman dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap
mual dan muntah pada ibu hamil. Banyak kasus yang menggambarkan bagi ibu hamil bahwa
mencium bau masakan khusus nya daging dapat memicu terjadinya mual. Kesamaan antara
HEG dengan morning sickness adalah bahwa gangguan dari subclinical vestibular mungkin
penyebab dari beberapa kasus HEG.

d. Genetika

Suatu penelitian di norwegia menemukan bahwa ibu yang sewaktu hamil mengalami
HEG maka anak yang dilahirkan memiliki resiko 3% mengalami HEG ketika mereka hamil
nanti atau yang memiliki saudara yang juga mengalami 10 HEG.S ecara keseluruhan
dilaporkan bahwa faktor genetik mungkin memainkan peran dalam mengembangkan
terjadinya HEG.

e. Masalah Psikologis Psikologis dalam kehamilan sering kali dikaitkan dengan faktor
pencetus terjadinya HEG, namun belum ditemukan bukti kuat terhadap hal ini, hasil
penelitian cenderung mengarah pada faktor hormonal sebagai pencetus HEG.

Teori menyebutkan bahwa penyebab terjadinya hiperemesis gravida- rum meliputi


anemia, primigravida, psikosomatik (kecemasan, dep- resi, stres), riwayat keturunan, faktor
Human Chorionic Gonadotropin (HCG), metabolik, alergi, infeksi, dan pola makan (Runiari,
2010). Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa wanita dengan usia muda dan
primigravida cenderung lebih berisiko terkena hipereme- sis gravidarum (McCarthy, dkk.,
2010). Selain itu, hiperemesis gravi- darum merupakan kejadian yang dapat diturunkan dari
ibu kepada anak perempuan (Vikanes, dkk., 2010). Hiperemesis gravidarum juga dapat
disebabkan pula oleh kurangnya asupan gizi wanita hamil kare- na segala yang dimakan dan
diminum dimuntahkan semua sehingga dapat menyebabkan anemia, dari anemia dapat
menyebabkan perda- rahan, kemudian syok dan keadaan yang lebih buruk adalah kematian
pada ibu (Morgan, 2009).

2.3 Patofiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah
sehingga memengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokleremia, serta penurunan
klorida, urine yang selanjutnya menyebabkan hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah
ke jaringan menyebabkan tertibunnya zat toksik.

Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak yang menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan
lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.

2.4 Faktor Resiko Hiperemesis Gravidarum

Menurut Pratiwi, Arantika M dan Fatimah (2019) faktor risiko terjadinya hiperemesis
gravidarum di antaranya:

a. Riwayat hiperemesis gravidarum baik keturunan maupun pada kehamilan sebelumnya.

b. Hamil pertama kali / nuliparitas.

c. Obesitas/ berat badan berlebih.

d. Kehamilan gamelli / mengandung anak kembar.

e. Mengandung janin perempuan.

2.5 Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum (HG) adalah kondisi mual dan muntah yang parah selama
kehamilan. Kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi, penurunan berat badan, dan
ketidakseimbangan elektrolit. HG lebih parah daripada mual dan muntah biasa (morning
sickness) yang dialami banyak wanita hamil.

Gejala utama HG adalah:

* Mual dan muntah yang parah dan sering, yang dapat terjadi kapan saja sepanjang hari,
tetapi paling sering di pagi hari.

* Dehidrasi, yang dapat menyebabkan kelelahan, pusing, dan mulut kering.

* Penurunan berat badan, 5% atau lebih dari berat badan sebelum hamil.
* Ketidakseimbangan elektrolit, yang dapat menyebabkan kelemahan otot, kram, dan detak
jantung tidak teratur.

Gejala Utama:

* Mual dan muntah parah:

* Terjadi lebih dari 5 kali sehari

* Berlangsung lebih dari 1 minggu

* Dapat terjadi kapan saja, termasuk di malam hari

* Menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas

* Penurunan berat badan:

* Kehilangan 5% atau lebih dari berat badan sebelum hamil

* Dapat menyebabkan kelemahan, kelelahan, dan tanda-tanda dehidrasi

* Dehidrasi:

* Mulut kering

* Haus berlebihan

* Urin pekat berwarna kuning tua

* Penurunan frekuensi buang air kecil

* Pusing

* Pingsan

Gejala Lain:

* Pusing dan sakit kepala

* Sensitif terhadap bau

* Sembelit

* Kehilangan nafsu makan

* Peningkatan air liur

* Jantung berdebar
* Kelelahan ekstrem

* Kejang (dalam kasus yang parah)

2.6 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum (HG)

Menurut Wahyuni (2018), klasifikasi dari Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai


berikut:

a. Tingkatan I Muntah terus menerus yang memengaruhi keadaan umum.pada tingkatan ini
klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.

b. Tingkatan II Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit tampak lebih menurun,
lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-
kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi,oligouria,
dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang
khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.

c. Tingkatan III Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati.
Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya terjadinya payah hati. ikterus menunjukkan

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Reny (2017), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut:

a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat): mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.

b. Urinalis: kultur, mendeteksi bakteri, BUN

c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST.ALT bertujuan untuk mengetahui inflamasi yang terjadi
dalam tubuh biasanya menjadi indikasi adanya gangguan (inflamasi) pada hati dan kadar
LDH bertujuan untuk mengetahui resiko penyakit hati.
2.8 Komplikasi

Menurut Saputri (2017), komplikasi yang sering terjadi pada klien yang mengalami
Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut:

a. Dehidrasi berat

b. Ikterik

c. Takikardia

d. Suhu meningkat

e. Alkalosis

f. Kelaparan

g. Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan

h. Menarik diri dan depresi

2.9 Penatalaksanaan

Menurut Wahyuni (2018), penatalaksanaan untuk Hiperemesis Gravidarum dibagi


menjadi terapi farmakologis dan terapi non farmakologis, penjelasannya sebagai berikut:

a. Terapi Farmakologis

1) Pemberian Cairan Pengganti Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gngguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah kurang.
Pada kasus Hiperemesis Gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi
karena kehilangan cairan (pure dehydration). Pemberian glukosa 5% 10% diharapkan dapat
mengganti cairan yanghilang dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi
perubahan metabolism lemak dan protein.dapat ditambahkan vitamin C, Vitamin B
kompleks, atau kalium yang diperlukan dalam melancarkan metabolisme.

2) Medika Mentosa Harus diingat untuk tidak. memberikan obat-obatan yang bersifat
tetragonik. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin,
antihistamin, dopamine, antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang
dianjurkan adalah vitamin B1 seperti Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 seperti
pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyrixodine cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual
dan muntah. Anti histamine yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine.

3) Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamine


pada reseptor H1 dan. secara tidak langsung memengaruhi sistem vestibular, menurunkan
rangsangan dipusat muntah. Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamine dilambung
berperan dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamine
antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya procholperazine, promethazine,
dan metocloperamide.

b. Terapi Non Farmakologis

1) Terapi Nutrisi

Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan, dengan tujuan


mengurangi faktor psikologis terhadap rasa takut, mengubah pola makan sehari-hari dengan
makan makanan dengan jumlah sedikit tetapi sering setiap 2 atau 3 jam, hindari minum air
ketika makan, minumlah air setengah jam sebelum makan setengah jam setelah makan,
minumlah air 8 gelas sehari agar tidak mengalami dehidrasi, berdirilah pelan-pelan dan tidak
berbaring seketika setelah makan. Pada saat bangun pagi, jangan segera turun dari tempat
tidur tetapi disarankan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat, menghindari
bau yang menyengat, makan makanan yang dingin karena makanan dingin memiliki bau
yang lebih sedikit daripada makanan panas, kurangi makanan berminyak dan berlemak. Jika
bau makanan menganggu ketika memasak, cobalah untuk membuka jendela lebih lebar. Jika
18 mengalami ngidam, jangan ragu untuk memakan makanan yang sangat diinginkan itu,
makanan lebih banyak buahbuahan.morning sickness akan bertambah buruk jika kelelahan,
dianjurkan untuk meningkatkan waktu istirahat dan luangkan waktu untuk tidur beberapa saat
pada siang hari.

2) Isolasi Penatalaksanaan terapi lainnya pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
adalah dengan mengisolasi atau menyendirikan ibu dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
dengan pertukaran udara yang baik. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 2428
jam. Terkadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3) Terapi Psikologis Perlu diyakinkan kepada ibu bahwa penyakit ketidaknyamanan tersebut
dapat dihilangkan,yaitu dengan meminta ibu untuk menghilangkan rasa takut karena
kehamilannya, mengurangi pekerjaan sehingga dapat menghilangkan masalah dan konflik,
yang mungkin saja menjadi latar belakang penyakit ini.

4) Penghentian Kehamilan Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan
semakin buruk. Usahakan untuk melakukan pemeriksaan medis dan psikis bila terjadi kondisi
demikian. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian perlu 16 dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil,
oleh karena itu disatu sisi tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi disisi lain tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ vital.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan, pengujian,


analisa, dan mengkomunikasikan data tentang klien. Tujuan pengkajian untuk
membuat data dasar tentang tingkat kesehatan klien, praktik kesehatan, penyakit
terdahulu, dan pengalaman yang berhubungan, dan tujuan perawatan kesehatan
(Hutagalung, 2019). Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Hipermesis
Gravidarum menurut Lombogia (2010) yaitu:

Data subjektif

a. Identitas Kiens
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan
identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan
dengan klien, pekerjaan, alamat).
b. Keluhan Utama
a) Tingkatan I (ringan)
1) Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
Penderita
2) Ibu merasa lemah
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun
5) Merasa nyeri pada epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit
7) Tekanan darah menurun
8) Turgor kulit berkurang
9) Lidah mengering
10) Mata cekung
11)
b) Tingkatan II (sendang)
1) Penderita tampak lebih lemah dan apatis
2) Turgor kulit mulai jelek
3) lidah mengering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu badan naik (dehidrasi)
6) Mata mulai ikterik
7) Berat badan turun dan mata cekung
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi acetonuria
c) Tingkatan III (berat)
1) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma)
2) Dehidrasi hebat
3) Nadi kecil, cepat dan halus
4) Suhu badan meningkat dan tensi turun
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan
mental
6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

d) Riwayat Kesehatan Sekarang meliputi keluhan yang tengah dirasakan


pasien seperti rasa mual muntah yang berlebihan dan mengganggu
aktivitas klien sehari-hari yang terjadi selama masa kehamilan

e) Riwayat kesehatan dahulu : adannya riwayat Hiperemesis Geaviadrum


yang pernah diderita sebelumnya dan pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual
muntah.
f) Riwayat kehamilan : mengetahui berapa umur kehamilan ibu saat ini,
dan hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.

g) Riwayat Kesehatan Keluarga Untuk mengetahui riwayat penyakit


keluarga, tanyakan apakah sebelumnya anggota dari keluarganya ada
yang memiliki riwayat Hipermesis Grapidarum seperti yang dialami
klien saat ini, dan juga riwayat giekologi dalam keluarga seperti kista,
tumor dan masalah reproduksi lainnya (Ardiansyah, 2012).

h) Pola Aktivitas Sehari-hari Kaji aktivitas klien sehari-hari. Apakah


ada gangguan atau tidak. Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas
seharihari. Apakah klien memerlukan bantuan atau tidak dalam
beraktivitas. Klien mengalami Tekanan darah sistol

menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit). Frekuensi
pernapasan meningkat. Suhu kadang naik, badan lemah. i) Data
Psikososial Ibu yang mengalami stres dan mempunyai tingkat cemas
yang tinggi beresiko mengalami hipermesis grapidarum. Stress terjadi
akibat perubahan hormon pada ibu hamil tanpa sadar menyebabkan
respon fisiologis, respon kognitif dan respon emosi. Apabila kondisi
initerus menerus terjadi tanpa ada perubahan tingkah laku maka akan
terjadi hipermesis grapidarumpada ibu hamil.

Diketahui bahwa stress harus diatasi agar tidak mengganggu kehamilan,


cara yang dilakukan informan utama untuk mengatasi permasalahan
yakni dengan mengubah pola tingkah laku. Data Objektif

a) Integritas Ego: Dapat menunjukkan labilitas emosional dari


kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan
dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman
kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan untuk
menghadapi suasana baru.

b) Eliminasi: pada pasien hipermesis grapidarum apakah klien memakai


Kateter urinarius atau tidak

c) Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak


anestesi spinal epidural.
d) Nyeri/ kenyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari
berbagai sumber: misal nyeri penyerta, distensi kandung kemih/
abdomen, efek-efek anestesi: mulut mungkin kering.

e) Keamanan: Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi


karena pemasangan infus dan nyeri tekan. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan umum pasien memiliki kesadaran
yang baik (compos mentis).

a) Sistem reproduksi, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui TFU,


keadaan vagina (kebersihan) dan payudara (keadaan bentuk dan warna
aerola)

b) Sistem kardiovaskuler, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui


tekanan darah, nadi dan suhu tubuh pasien

c) Sistem perkemihan, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui


frekuensi BAK dan BaB pasien dalam satu hari, warna dan bau

d) Sistem gastrointestinal, pemeriksan ini dilakukan untuk mengetahui


pola makan pasien dan masalah pencernaan yang muncul pada pasien
seperti porsi makan pasien, mual dan muntah

e) Sistem neurologis, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem


nurologis pasien

f) Sitem imunologis, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem


imun pasien dapat dilakukan dengan pemeriksaan suhu tubuh.

g) Sistem integumen, pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui


keadaan integument pasien seperti akral, elastisitas, warna dan turgor
kulit

h) Sistem muskuloskeletal, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui


kekuatan otot, kelemahan dan kekakuan otot pasien

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial (PPNI, 2017).

Penentuan diagnosa keperawatan terkait dengan masalah terhadap kehamilan ibu dan
mengurangi penyebab hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Berdasarkan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan yang muncul
sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemia,


neoplasma)
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan intake
cairan
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,ketidakmampuan
mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor psikologis (mis.
stress, keengganan untuk makan)
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit, gangguan adaptasi
kehamilan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan
2. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala rencana tindakan keperawatan yang akan


dikerjakan oleh perawat dengan tujuan agar tindakan yang diberikan tepat pada klien
dengan hipermesis gravidarum.

Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019):

1) Nyeri Akut (D.0077) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


tingkat nyeri menurun (L.08066)
Kriteria hasil :

1) Keluhan nyeri menurun

2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun

4) Gelisah menurun

5) Kesulitan tidur menurun

6) Menarik diri menurun

7) Berfokus pada diri sendiri menurun

8) Diaforesis menurun

9) Perasaan depresi (tertekan) menurun

10) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun

11) Anoreksia menurun

12) Perineum terasa tertekan menurun 1

3) Uterus teraba membulat menurun

14) Ketegangan otot menurun

15) Pupil dilatasi menurun

16) Muntah menurun

17) Mual menurun

18) Frekuensi nadi membaik

19) Pola napas membaik 2

20) Tekanan darah membaik

21) Proses berpikir membaik

22) Fokus membaik

23) Fungsi berkemih membaik

24) Perilaku membaik

25) Nafsu makan membaik

26) Pola tidur membaik


3. Intervensi: Manajemen nyeri (I.08238)

Obsevasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensites nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respons nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9) Monitor efek samping penggunaan analgesic

Terapeutik

1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,


pencahayaan, kebisingan)

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Hipovolemia (D.0023)

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan membaik


(L.03028)

Kriteria hasil :

1) Kekuatan nadi meningkat

2) Turgor kulit meningkat

3) Output urine meningkat

4) Pengisian vena meningkat

5) Ortopnea menurun

6) Dispnea menurun

7) Paradoxymal Nocturnal Dyspnea (PND) menurun

8) Edema anasarka menurun

9) Edema perifer menurun

10) Berat badan meningkat

11) Distensi vena jugularis menurun

12) Suara napas tambahan menurun

13) Kongesti paru menurun

14) Perasaan lemah menurun

15) Keluhan haus menurun

16) Konsentrasi urine menurun

17) Frekuensi nadi membaik

18) Tekanan darah membaik


19) Tekanan nadi membaik

20) Membran mukosa membaik

21) Jugular Venous Pressure (JVP) membaik 22) Kadar Hb membaik

23) Kadar Ht membaik

24) Central Venous Pressure membaik

25) Refluks hepatojugular membaik

26) Berat badan membaik

27) Hepatomegali membaik

28) Oliguria membaik 2

9) Intake cairan membaik

30) Status mental membaik

31) Suhu tubuh membaik

Intervensi : Manajemen hipovolemia (I.03116)

Observasi

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah) 2) Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

1) Hitung kebutuhan cairan

2) Berikan posisi modified Trendelenburg

3) Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak


Kolaborasi 1

) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL

2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)

3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)

4) Kolaborasi pemberian produk darah

3) Hipertermi (D.0130)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi


membaik (L.14134)

Kriteria hasil :

1) Menggigil menurun

2) Kulit merah menurun

3) Monitor kadar elektrolit

4) Monitor haluaran urine

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Intervensi :

Manajemen hipertermia (I.15506)

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi,terpapar lingkungan panas,


penggunaan inkubator)

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kadar elekrtolit

4) Monitor keluaran urine

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang dingin


2) Longgarkan atau lepaskan pakaian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)

6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin


pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring


Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
4) Defisit Nutrisi (D.0019)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi membaik
(L.03030)
Kriteria hasil :
1) Kekuatan otot pengunyah meningkat
2) Kekuatan otot menelan meningkat
3) Serum albumin meningkat
4) Verbalisasi keinginan untk meningkatkan nutrisi meningkat
5) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
6) Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
7) Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
8) Penyiapan dam penyimpanan minuman yang aman meningkat
9) Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan meningkat
10) Perasaan cepat kenyang menurun 1
1)Nyeri abdomen menurun
12)Sariawan menurun
13)Rambut rontok menurun
14)Diare menurun
15) Berat badan membaik
16)Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik 1
7)Frekuensi makan membaik
18)Nafsu makan membaik
19)Bising usus membaik
20)Tebal lipatan kulit trisep membaik
21)Membran mukosa membaik
Intervensi :
Manajemen nutrisi (I.03119)
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
7) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2) Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
8) Gangguan rasa nyaman (D.0074)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status kenyamanan
meningkat (L.08064)
Kriteria hasil :
1) Kesejahteraan fisik meningkat
2) Kesejahteraaan psikologis meningkat
3) Dukungan sosial dari keluarga meningkat
4) Dukungan sosial dari teman meningkat
5) Perawatan sesuai keyakinan budaya meningkat
6) Perawatan sesuai kebutuhan meningkat
7) Kebebasan melakukan ibadah meningkat
8) Rileks meningkat
9) Keluhan tidak nyaman menurun
10) Gelisah menurun
11) Kebisingan menurun
12) Keluhan sulit tidur menurun
13) Keluhan kedinginan menurun
14) Keluhan kepanasan menurun
15) Gatal menurun
16) Mual menurun
17) Lelah menurun
18) Merintih menurun
19) Menangis menurun
20) Iritabilitas menurun
21) Menyalahkan diri sendiri menurun
22) Konfusi menurun
23) Konsumsi alkohol menurun
24) Penggunaan zat menurun
25) Percobaan bunuh diri menurun
26) Memori masa lalu membaik
27) Suhu ruangan membaik
28) Pola eliminasi membaik
29) Postur tubuh membaik
30) Kewaspadaan membaik
31) Pola hidup membaik
32) Pola tidur membaik
Intervensi :
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompreshangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 1)
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 9) Intoleransi aktivitas (D.0056)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat (L.05047)
Kriteria hasil :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Saturasi oksigen meningkat
3) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningka
4) Kecepatan berjalan meningkat
5) Jarak berjalan meningkat
6) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
7) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
8) Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
9) Keluhan lelah menurun
10) Dispnea saat aktivitas menurun
11) Dispnea setelah aktivitas menurun
12) Perasaan lemah menurun
13) Aritmia saat aktivitas menurun
14) Aritmia setelah aktivitas menurun 1
15) Sianosis menurun
16) Warna kulit membaik
17) Tekanan darah membaik
18) Frekuensi napas membaik
19) EKG iskemia membaik
Intervensi :
Manajemen energi (I.05178)
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,suara,
kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitasi duduk di samping tempat tidur
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
3) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah fase ketika perawat


mengimplimentasikan intervensi keperawatan. Implementasi merupakan
langkah keempat dariproses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat
untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan.

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk


menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai
ASUHAN KEPERAWATAN PADANY.S G2P1 A0 HAMIL 16 MINGGU DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Tanggal Pengkajian :8 Juli 2021

Nama Pengkaji :A

Ruang : Bougenville

Waktu Pengkajian : Pukul 10.00 WIB

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. S

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Candi 2/5 Karanganyar

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk RS : 20 maret 2021

Jam masuk : Jam 07.55 WIB

No RM : 000521

Diagnosa Medik : G2PIA0 Hamil 16 mingga dg HEG.


B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. K

Umur : 33 Tahun

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat : Candi 2/5 Karanganyar

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

C. KELUHAN UTAMA

Pasien masih mengeluh mual, lemes, letih, lesu sudah tidak muntah.

D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Sejak tanggal 7 Juli 2021 malam muntah-muntah lebih dari 8 kali, kemudian masuk
Puskesmas Karanganyar kemudian dipasa infus RL 20 tpm

E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Persalinan pertama tahun 2017 normal.

F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular ataupun keturman.

J. RIWAYAT KB

Riwayat KB suntik 3 bulanan

K. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI

HPHT : 25 November 2020

Taksiran partus : 1 September 2021

BB sebelum hamil : 47 kg
BB setelah hamil : 50 kg

L. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Keadaan mental : koping pasien baik

Penerimaan terhadap kehamilan : pasien senang dengan kehamilan saat ini.

Masalah khusus : hiperemesis

M. OBAT-OBATAN YANG DIKOSUMSI SAAT INI

Vitamin penambah darah

N. POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON

1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan

Sebelum hamil: Sebelum hamil klien tidak terlalu memperhatikan kesehatan dirinya, jarang
periksa kesehatan.

Setelah hamil: Klien rutin periksa ke bidan dan kadang ke dokter.

2. Pola Nurtisi-Metabolik

Sebelum hamil: Klien mengatakan disaat schat makan seperti biasa saja Setelah hamil: Klien
mengatakan masih mual, muntah tiap makan dan minum Pasien mengatakan kurang nafsu
makan. Pasien mengatakan makan hanya 4 sendok. Muntah sebanyak 8x dalam sehari.
Minum hanya 2 gelas dalam schari.

3. Pola Eliminasi

Sebelum hamil: Tidak ada gangguan dalam hal BAB dan BAK

Setelah hamil: Klien mengatakan BAK 5-6x/hari, warna kuning, bau amoniak. Tidak ada
kesulitan dalam berkemih. Klien mengatakan BAB Ix dalam sehari.

Konsistensi padat, warna kuning, tidak ada masalah dalam BAB

4. Pola Latihan-Aktivitas

Sebelum hamil: Klien mengatakan aktifitas schari hari sebagai ibu rumah tangga.. Setelah
Hamil: Klien mengatakan setelah hamil klien mengurangi aktifitas yang

berat berat.
5. Pola Kognitif Perseptual

Sebelum hamil: Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam proses berfikir.

Setelah hamil: KLien mengatakan tidak ada gangguan dalam proses berfikir.

6. Pola Istirahat-Tidur

Sebelumhamil: Klien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari.

Setelah hamil Klien mengatakan tidur 4-6 jam setiap hari, karena malam sering terbangun.

7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri

Sebelum hamil: Klien mengatakan menganggap dirinya sebagai orang yang di karuniai tubuh
yang sempurna dan klien merasa bersyukur.

Setelah hamil Klien mengatakan masih bersyukur atas dirinya saat ini.

8. Pola Peran dan Hubungan

Sebelum hamil:Klien berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak
anaknya.

Setelah hamil: Klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan mengurangi kegiatan yang berat
berat

9. Pola Reproduksi/Seksual

Sebelum hamil: Klien mengatakan masih melakukan hubungan suami istri. Saat hamil Klien
tidak pernah melakukan hubungan suami istri karena takut perdarahan

10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)

Sebelum hamil: Klien mengatakan tidak pernah berpikir sampai stres.

Saat hamil Klien mengatakan tidak pernah berfikir sampe stress

11. Pola Keyakinan Dan Nilai

Sebelum hamil: Klien mengatakan bahwa semua kehidupan sudah di atur olch Allah.

Setelah hamil Klien mengatakan bahwa sakitnya adalah merupakan ujian dari Allah.

0.PEMERIKSAA FISIK
Status obstetric : G2 P1A0 H 16 minggu

TFU teraba 2 jari diatas pusat

Keadaan umum : Lemah, tampak lemas

Kesadaran : cm

BB : 50 kg

TB : 158 cm

IMT : 16

Tanda vital

Tekanan darah : 100/87 mmHg

Nadi : 114x/menit

Suhu : 37 "C

Pernafasan : 20 x/menit

Kepala leher

Kepala : Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut hitam.


Mata : mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis.

Hidung : Hidung simetris, fungsi membau normal.

Mulut : Mulut terdapat bercak bercak putih, tidak ada


sariawan, gigi beberapa ada yang tanggal, mukosa pucat, bibir tampak kering

Telinga : Telinga bersih, daun telinga simetris.

Leher : Leher normal, kulit leher bersih

Dada

Jantung: Jantung normal, irama nadi teratur dan cepat, tidak ada suara tambahan.

Paru
Abdomen

Suara paru tidak ada whezing maupun ronchi

Kulit abdomen bersih, suara timpani, ada nyeri saat palpasi perut bagian bawah.

Ekstremitas

Ekstremitas atas Tidak ada edema maupun varises, fungsi kedua tangan baik.

Ekstremitas bawah: Tidak ada edema maupn varises, fungsi kedua kaki baik.

P. PEMERIKSAAN PENUNJANG

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


1. Hemoglobin 15,3 11.7-15.5
2. Leukosit 16,7 3.6-11.0
3. Hematokrit 42 35-47
4. Trombosit 436 150-400
5. GDS 98 90-140
6. HbSAg Negative Negative
7. Golongan darah B
8. Rapid Test Antibodi Non reaktif Non reaktif

Q. ANALISA DATA

TGL/JAM DATA ETIOLOGI PROBLEM


8/3/2024 DS : Kehilangan volume Hipovolemia
10.00 Pasien mengatakan cairan aktif
hanya minum 2
gelas schari

DO:
Lemah,tampak
lemes, tampak
bercak bercak putih
pada lidah
Terpasang infus RL.
28 tpm
Drip Neurobion
lamp/hari
Tekanan darah
130/87 mmHg.
Nadi 114 x/menit
Suhu 36,5 °C
Pernafasan 20
x/menit
8/3/2024 DS : Gangguan Nausea
10.00 Pasien mengatakan biokimiawi
mual, muntah tiap
makan dan minum.
Pasien mengatakan
kurang nafsu makan.
Pasien mengatakan
makan hanya 4
sendok.
DO :
Muntah sebanyak 8
kali dalam sehari.
Mukosa pucat, bibir
tampak kering.
Tekanan darah :
130/87 mmHg
Nadi : 114 x / menit
IMT : 16
TB : 158 cm
BB : 50 kg

R. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipovolemia b/d kehilangan volume cairan aktif
2. Nausea b/d gangguan biokimiawi

S. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
1. Hipovolemia b/d kehilangan Setelah dilakukan ti 1. Memonitor tanda-
volume cairan aktif dakan keperawatan tnada vital pasien
selama 2x24 jam 2. Memonitor
diharapkan status kehilangan cairan
cairan membaik seperti muntah
(L.03028) Dengan 3. Memonitor
kriteria hasil : makanan yang
1. KU dikonsumsi
membaik 4. Memonitor status
2. Tanda-tanda gizi
vital normal 5. Meningkatkan
3. Intake cairan asupan oral
meningkat 6. Mengkolsutasikan
4. Turgor kulit dengan dokter
membaik jika ada tanda dan
5. Membrane gejala cairan
mukosa memburuk
membaik
2. Nausea b/d gangguan Tingkat nausea Manajemen mual
biokimiawi Observasi : Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi
Tindakan selama pengalaman mual
2x24 jam 2. Identifikasi
diharapkan tingkat dampak mual
nausea menurun terhadap kualitas
(L.08065) dengan hidup
kriteria hasil : 3. Monitor asupan
1. Keluhan nutrisi
mual 4. Anjurkan makan
menurun porsi kecil dan
2. Nafsu sering
makan
meningkat
3. Perasaan
ingin
muntah
menurun

T. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL/JAM TINDAKAN/IMPLEMENTASI EVALUASI


8/3/2024 D.0023 TD : 110/70 mmHg
10.00 1. Memonitor tanda-tanda N : 70 x/m
vital pasien Suhu : 36℃
2. Memonitor kehilangan RR : 22x/m
cairan seperti muntah - Klien mengatakan
3. Memonitor makanan yang masih mual tetapi
dikonsumsi sudah tidak muntah
4. Meningkatkan asupan oral - Klien makan nasi
5. Mengkolaborasikan tim dengan sayur
pemberian cairan IV dan telur
- Klien mengatakan
dari pagi sudah
minum air putih 1
gelas
- Klien mengerti dan
mau melakukannya
- Klien tampak
minum sedikit tapi
seiring untuk
mencegah
dehidrasi, klien
diberi cairan RL 28
tpm. Terpasang
ditangan sebelah
kiri.
8/3/2024 D.0076
10.00 1. Mengkaji pola makan klien - Klien mengatakan
2. Menganjurkan makan porsi kurang nafsu
kecil dan sering makan
3. Memberikan makanan - Klien mengatakan
dalam porsi kecil dan makan hanya 4
sering sendok
4. Memberikan air minum - Keluarga sudah
pada saat makan memberikan
5. Memberikan makanan makanan dalam
kesukaan pasien keadaan hangat
6. Menciptakan lingkungan - Keluarga
yang menyenangkan saat menyediakan air
makan minum saat makan
7. Memberikan terapi oral - Klien mengatakan
antasyd 2 cth tidak ada makanan
8. Mengkolaborasikan dengan yang disukai untuk
ahli gizi saat ini
- Suasana kamar
nyaman dan tenang
- Klien minum obat
dan perut terasa
lebih nyaman
- Klien diberikan
makanan diet nasi
tim Tnggi Kalori
Tinggi Protein
9/3/2024 D.0023 TD : 120/80mmhg
1. Memonitor tanda tanda N : 88 x/m
10.00 vital pasien Suhu : 36
2. Memonitor kehilangan RR : 20x/m
Cairan seperti muntah - Klien mengatakan
3. Memonitor makanan yang Masih mual tetapi
dikonsumsi sudah tidak muntah
4. Meningkatkan asupan oral klien makan nasi
5. Mengkolaborasi tim dengan sayur
pemberian cairan IV dan telur habis
1porsi.
- Klien mengatakan
dari pagi sudah
minum air the 1
gelas dan air putih
2 gelas.
- Klien mengerti dan
mau
melakukannya.
Klien tampak
minum sedikit tapi
sering untuk
mencegah dehidrasi
- Klien diberi cairan
RL 28 tpm.
Terpasang di
tangan sebelah kiri

9/3/2024 D. 0076 Klien mengatakan


08. 00 WIB 1. Mengkaji pola makan klien
kurang nafsu makan
2. Memberikan injeksi Injeksi masuk per iv, tidak
ondansetron 8mg dan amoxan 1 gr ada tanda tanda alergi obat
3. Menganjurkan makan porsi Klien mengatakan makan
kecil dan sering. habis Iporsi Keluarga
sudah memberikan
4. Memberikan makanan dalam makanan dalam keadaan
porsi hangat. hangat Keluarga
menyediakan air minum
5. Memberikan air minum pada saat makan Klien makan
saat makan buah buahan.

6. Memberikan kesukaan pasien. Suasana kamar nyaman


makanan dan tenang
Klien diberikan makanan
6. Menciptakan lingkungan diit nasi Tim Tinggi Kalori
yang menyenangkan saat Tinggi Protein
makan
7. Mengkolaborasikan
dengan ahli gizi

U. EVALUASI

NO TGL/JAM PERKEMBANGAN SOAP


1. 9/7/2024 D.0023
08.00 S : Klien mengatakan jarang minum, Klien mengatakan setiap
makanan atau minuman yang masuk terasa pahit dan langsung
muntah

O : KU lemah, CM, Turgor kulit kering. Klien tampak pucat,


TD: 110/70 mmhg. N: 70 x/m, Suhu: 36°C, RR: 22x/m
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. 9/7/2024 D. 0076
S: Pasien mengatakan masih mual, dan muntah lebih dari 4 kali.
08.00 Klien mengatakan setiapkali makan dan minum muntah..
O: KU sedang, makan habis 4 sendok, TD: 110/70 mmhg. N: 70
x/m, Suhu: 36°C, RR: 22x/m
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervansi
3. 10/7/2024 D.0023
08.00 S: Klien mengatakan sudah minum teratur sedikit tapi sering
O: KU sedang, CM, Klien tampak lebih ceria, Turgor kulit
tampak elastis TD: 120/80 mmhg, N: 88 x/m, Suhu: 36°C, RR:
20x/m
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi

4. 10/7/2024 D. 0076
08.00 S:Klien mengatakan nafsu makan membaik. Tidak muntah lagi
dan hanya sesekali mual
O: KU sedang, makan habis I porsi diit RS. Klien tampak sudah
tidak mual dan muntah
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai