Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Maternitas

DI SUSUN OLEH:

WAWAN ADI SAPUTRA SAMSUL


14420202172

PERCEPTOR INSTITUSI PERCEPTOR KLINIK

Ns. Wa ode sri asnaniar S.kep.,M.kes Hj.Asnia Said,S.ST.,M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
202

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum (HG) merupakan komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan mual dan muntah secara terus menerus yang dapat
menyebabkan penurunan berat badan lebih dari 5% dari berat badan
sebelum hamil, dehidrasi, asidosis metabolik akibat kelaparan, alkalosis
akibat kehilangan asam klorida, dan hipokalemia. Hiperemesis biasanya
mulai terjadi pada kehamilan minggu ke 4 hingga minggu ke 6, kemudian
tingkat keparahan meningkat pada minggu ke 8 hingga minggu ke 12,
dan biasanya berakhir pada minggu ke 20. Mual dan muntah tersebut
biasanya hilang setelah trimester pertama. Hiperemesis diperkirakan terjadi
pada 5 per 1000 kehamilan. Menurut sumber lain hiperemesis gravidarum
terjadi pada 0.5% hingga 2% kehamilan (Dinah Nurbaity et al. 2019).
Hiperemesis gravidarum dapat terjadi sebagai interaksi antara faktor
biologis, psikologis, dan sosiokultural. Diduga bahwa wanita yang memiliki
indeks massa tubuh rendah memiliki tingkat estrogen sebelum hamil yang
rendah dan memiliki respons berlebihan terhadap peningkatan kadar estrogen
selama trimester pertama. Estrogen sendiri memiliki banyak efek pada
saluran gastrointestinal (GI). Tingginya kadar estrogen menyebabkan waktu
transit usus lebih lambat dan dapat menghambat pengosongan lambung
(Dinah Nurbaity, Candra, dan Yudi Fitranti 2019).
Mual dan muntah pada kehamilan terjadi karena pengaruh hCG,
penurunan tonus otot-otot traktus digestivus sehingga seluruh traktus
digestivus mengalami penurunan kemampuan bergerak. Peningkatan kadar
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk
memproduksi estrogen yang dapat merangsang mual dan muntah. Hiperemesis
Gravidarum merupakan suatu keadaan yang ditandai rasa mual dan muntah
yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan
elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat
cekung. Apabila ibu hamil yang mengalami hal-hal tersebut tidak melakukan
penanganan dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan
asam lambung dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam
lambung akan semakin memperparah hiperemesis gravidarum (Rofi’ah,
Widatiningsih, dan Arfiana 2019).

2. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum


Menurut (Runiari 2010) berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum
dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100
kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan
suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari
hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula
ditemukan dalam urine.

3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini
juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.
3. Faktor Resiko
Menurut (Dinah Nurbaity et al. 2019) ada beberapa faktor resiko
penyakit hiperemesis gravidarum antara lain :
1. Usia ibu
Usia ibu merupakan faktor resikodari hiperemesis gravidarum yang
berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan
bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih
sering mengalami hiperemesis gravidarum.
2. Usia gestasi
Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor resiko hiperemesis
gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon korionik
gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar
hormone korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam
darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya sekitar mingu
ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada
trimester pertama
3. Jumlah gravida
Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu
hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang lebih
besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan
hiperemesis gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi
terhadap perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu
yang baru pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis
gravidarum.
4. Patofisiologi
Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum
terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang
masuk, sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak
imbangnya kadar elektrolit dalam darah, dengan alkalosis hipokloremik.
Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi yang didapat dari
makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis. Selanjutnya,
dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang,
hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan
juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam
darah. Kemudian, hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan
kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal, yang
menambah frekuensi muntah yang lebih banyak (Dinah Nurbaity et al. 2019)
5. Manifestasi klinis
Menurut (Dinah Nurbaity et al. 2019) Hiperemesis gravidarum, menurut
berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.
1. Tingkat 1 (Ringan)
Mual muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, tidak nafsu makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada
epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering, mata cekung.
2. Tingkat 2 (Sedang)
Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, dan
mata sedikit ikterik, berat badan turun, mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi acetonuria
dan nafas bau aceton.
3. Tingkat 3 (Berat)
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat  kesadaran, suhu badan
meningkat, tensi menurun, icterus, komplikasi fatal terjadi pada susunan
syaraf pusat (ensefalopati wernicks) dengan gejala : nistagmus, diplopia,
perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan
dimulai dengan (Agustina dan Suwarni 2018) :
1. Informasi
Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan
muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang
sendiri setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak
ketinggalan diberikan informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang
terjadisudah mengganggu dan menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut
harus segera melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat
2. Obat-obatan
Yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum akibat stress psikologis adalah obat sedatif seperti
phenobarbital. Dapat juga diberikan vitamin seperti vitamin B yang
berfungsi mempertahankan kesehatan syaraf jantung dan otot serta
meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan sel. Lalu diberikan pula
antihistamin atau antimimetik seperti disiklomin hidrokloride pada
keadaan yang lebih berat untuk kondisi mualnya. Lalu untuk mual dan
muntahnya dapat diberikan vitamin B6.

3. Isolasi
Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang
baik. Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan.
makan dan minum selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit
dapat disembuhkan,hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi
masalah yang dipikirkan.
5. Diet
a. Tujuan Diet
1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis.
2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang
cukup.
b. Syarat Diet
1) Karbohidrat tinggi, yitu 75-80% dari kebutuhan energy total
2) Lemak rendah, yaitu ≤10% dari kebutuhan energy total
3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan
diberikan dalam porsi kecil
6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan
malam selingan malam
7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi
sesuai keadaan dan kebutuhan gizi pasien
c. Macam diet dan indikasi pemberian
1) Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau
rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat
gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya
diberikan selama beberapa hari
2) Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Secara berangsur mulai diberika bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energy
3) Diet Hiperemesis III
Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup energy dan semua
zat gizi
6. Pemberian cairan pengganti
Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan
adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti
cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi sehingga
terjadi perubahan metabolism dari lemak menjadi protein menuju
kearah pemecahan glukosa. Cairan tersebut dapat ditambah vitamin C,
B kompleks, atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolism. Selama pemberian cairan harus memerhatikan
keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi,
tekanan darah, suhu, dan pernapasan. Lancarnya pengeluaran urine
member petunjuk bahwa keadaan ibu hamil berangsur-angsur
membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan
darah, urine, dan bila memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan
ginjal. Bila muntah berkurang dan kesadaran membaik, ibu hamil
dapat diberikan makan minum monilisasi

7. Menghentikan kehamilan
Pada beberapa kasus, pengobata hiperemesis gravidarum yang tidak
berhasil justru mengakibatkan terjadinya kemunduran dan keadaan
semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan
pengguguran kandungan. Keadaan yang memerlukan pertimbangan
penggugura kandungan adalah:
1) Gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wenicke)
2) Gangguan penglihatan (pendarahan retina, kemunduran
penglihatan)
3) Gangguan faal (hati [ikterus], ginjal [anuria], jantung dan
pembuluh darah [nadi meningkat, tekanan darah menurun]).
Dengan memerhaikan keadaan tersebut, pengguguran kandungan dapat
dipertimbangkan pada hiperemesis gravidarum
7. Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan sering dapat menyebabkan
tubuh mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K.
Pada defisiensi thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu
keadaan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan
penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat berkembang semakin
parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan koma. Pada defisiensi vitamin
K, terjadi gangguan koagulasi darah danjuga disertai dengan epistaksis (Dinah
Nurbaity et al. 2019)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Dinah Nurbaity et al. 2019) pemeriksaan diagnostik yang
dapat dilakukan adalah :
1. Laboratorium
darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang
berkurang, reduksi. Pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I
yang dilakukan : elektrolit darah dan urinalisis. pada hiperemesis
gravidarum urin terdapat aseton
2. USG
untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan
amnion berkurang, derajat kematangan plasenta
3. Pemeriksaan cardiotokografi (CTG) untuk mengetahui DJJ yang
abnormal
4. pemeriksaan Amnioskopi untuk mengetahui air ketuban berkurang,
bercampur mekonium dan mengandung sel-sel
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur                                  
Agama                                 
Pendidikan                            
Pekerjaan                              
Suku/Bangsa                          
No. Med. Rec                       
Diagnosa Medis                    
Tanggal pengkajian               
Golongan Darah
Alamat                         
2) IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama                                   
Umur                                     
Agama                                 
Pendidikan                            
Pekerjaan                              
Suku/ Bangsa                        
Alamat                                  
Hubungan dengan klien        
3) RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama                     
b. Riwayat kesehatan sekarang  
c. Riwayat kesehatan dahulu     
d. Riwayat kesehatan keluarga  
e. Riwayat Keperawatan Prenatal         
1) GPA                                  
2) Riwayat penggunaan kontrasepsi            
a) Jenis                                  
b) Mulai menggunakan          
c) Terakhir menggunakan      
d) Keluhan                             
3) Riwayat menstruasi
a) Menarche                          
b) Siklus                               
c) Keluhan                             
d) Banyak darah                    
e) HPHT                                
4) Riwayat perkawinan        
a) Status perkkawinn                        
b) Berapa kali menikah          
c) Usia pernikahan                
d) Lama pernikahan          
5) Riwayat kehamilan sekarang
a) Usia kehamilan                  
b) Test kehamilan                  
c) Keluhan atau masalah       
d) Mulai pergerakan anak      
e) Pemakaian obat-obatan     :
f) Kebiasaan (merokok/minum alkohol)       
g) Pemeriksaan kehamilan (ANC)                
h) Keikutsertaan pada kelas persalinan         
i) Imunisasi                                                   
6) Riwayat kehamilan/persalinan dahulu      :
No Tahun Usia Usia Lahir di Tindakan Kondisi bayi
ibu kehamilan persalinan PB BB Patologis
1
4) ASPEK BIOLOGIS (PEMERIKSAAN FISIK)
a. Keadaan Umum
1) Penampilan                  
2) Kesadaran        
Kualitas                 
Kuantitas   E = , M = , V =               GCS =
Fungsi kortikal      
3) Tanda-tanda vital
TD : R :
P : S :
BB sebelum hamil                 :
BB sekarang                           :
TB                                          :
4) Rambut dan kulit kepala
5) Muka                                      
6) Mata
7) Hidung
8) Leher                                      
9) Dada
10) Abdomen                               
a) TFU =
b) DJJ =
c) Ballotemen           
d) Letak janin           
e) Presentasi             
f) Masuknya presentasi
g) Linea dan striae gravidarum
h) Pergerakan janin    
i) HIS                       
11) Genetalia                                
12) Flour albus            
13) Perdarahan            
14) Kebersihan            
15) Keluhan                 
5) AKTIFITAS SEHARI-HARI
a. Nutrisi                        
b. Istirahat/tidur
c. Personal Hygiene
d. Eliminasi
e. Pola aktivitas
6) ASPEK PSIKOLOGIS
a. Persepsi klien terhadap kehamilan
b. Persepsi keluarga terhadap kehamilan.
c. Konsep diri
7) ASPEK SOSIAL
8) ASPEK SPIRITUAL
9) PENGETAHUAN KLIEN DAN KELUARGA TENTANG :
a. Perawatan payudara
b. Perawatan kehamilan
c. KB
d. Persiapan persalinan
10) PEMERIKSAAN LAB DAN DIAGNOSTIK

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Satuan


normal
Hematologi
Darah perifer lengkap

1. Haemoglobin
2. Leucosit
3. Trombosit
4. Hematokrit
5. Eritrosit
6. Golongan darah

11) THERAPY
(Indriyani, Diyan, dan Asmuji 2016)

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG BISA MUNCUL


1. Devisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah
2. Hipovilemia berhubungan dengan kehilangan cairan terhadap mual
muntah
3. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi
kehamilan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak adekuatan sumber energi
sekunder
(Tim Pokja SDKI PPNI 2017)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Devisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia,
mual-muntah
Manajemen Nutrisi
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Monitor asupan makanan
3) Monitor berat badan
Terapeutik
1) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
2) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
3) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1) Anjarkan diet yang di programkan
2) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

2. Hipovilemia berhubungan dengan kehilangan cairan


terhadap mual muntah
Manajemen Hipovolemia
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hopovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
2) Monitor intakedan output cairan
Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif;
perubahan psikologi kehamilan
Redukasi Ansietas
Observasi
1) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonbverbal)
Terapeutik
1) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
2) Paham situasi yang membuat ansietas
3) Dengarkan dengan penuh perhatian
Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiansietas, jika perlu

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak


adekuatan sumber energi sekunder
Manajemen Energi
Obeservasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2) Monitor pola jam tidur
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (misl.cahaya, suara,
kunjungan
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makan
(Tim Pokja SIKI PPNI 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Wulandari dan Tri Suwarni. 2018. “Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan
Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri.”
Journal On Medical Science 5:149–55.

Dinah Nurbaity, Annisa, Aryu Candra, dan Deny Yudi Fitranti. 2019. “Faktor
Risiko Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Di Semarang.” Journal Of
Nutrition College 8:123–30.

Indriyani, Diyan, dan Asmuji. 2016. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rofi’ah, Siti, Sri Widatiningsih, dan Arfiana. 2019. “Studi Fenomenologi Krjadian
Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I.” Jurnal Riset
Kesehatan 8:41–52.

Runiari. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai