Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun dalam rangka memenuhui tugas


Stase Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH :

HIKMAH ALAMIAH
14420202176

PRECEPTOR INSTITUSI PRECEPTOR KLINIK

(………………………….) (………………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
I. KONSEP MEDIS
A. Definis
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologis maladaptif tanpa stimulus eksternal atau internal yang
terjadi saat kesadaran penuh dan dapat terjadi pada semua pancaindra
(Nurlaili, Nurdin, & Putri, 2019).
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu
tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi
pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan
sisanya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Pasien
halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku
yang teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran
adalah pasien merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus
suara. Sedangkan pada halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat
bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien mengatakan membaui
bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa.
Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau
minum sesuatu yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien
mengatakan serasa ada binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya
atau di permukaan kulit (Nurhalimah, 2016).
Halusinasi pendengaran merupakan gangguan stimulus dimana
pasien mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal
yang berbahaya) (Trimelia, 2011). Sedangkan halusinasi pendengaran
menurut (Damaiyanti, 2014), merupakan suatu kondisi dimana klien
mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata
yang orang lain tidak mendengarnya.

B. Rentang respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir


Persepsi akurat terganggu Waham
Emosi konsisiten ilusi Halusinasi
Perilaku sesuai Emosi berlebihan/kurang Kerusakan proses emosi
Hub sosial harmonis Perilaku tidak Perilaku tidak sesuai
terorganisir Isolasi sosial
Isolasi sosial

Keterangan :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budayayang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
2. Respon psikososial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapanyang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran. 5. Menarik diri adalah percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3. Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial
budaya dan lingkungan, adapun responmaladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankanwalaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataansosial.
b. Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah
atau persepsi eksternalyang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

C. Klasifikasi Halusinasi
Klasifikasi halusinasi terbagi menjadi 5 menurut Yusuf (2015).
1. Halusinasi pendengaran
Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa
sebab, mengarahkan telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.
Data subjektif antara lain: mendengarkan suara-suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan
suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Data objektif antara lain: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas. Data subjektif anatar lain: melihat bayangan,
sinar, bentuk kartun, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi Penciuman
Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu
dan menutup hidung. Data subjektif antara lain: mencium baubau
seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenagkan.
4. Halusinasi Pengecapan
Data objektif antara lain: sering meludah, muntah. Data subjektif
antara lain: merasakan seperti darah, feses, muntah.
5. Halusinasi Perabaan
Data objektif antara lain: menggaruk-garuk permukaan kulit. Data
subjektif antara lain: mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit,
merasa seperti tersengat listrik.
D. Penyebab
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
(Biologis, Psikologis dan sosial) :
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan
gangguan seperti :
a. Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal,temporal dan
citim limbic. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar,daya ingat dan berbicara.
b. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal
neonatus dan kanak kanak.
2. Psikologis
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau
kekerasan dalam hidup klien. Penolakan dapat dirasakan dari
keluarga,pengasuh atau teman yang
bersikap dingin,cemas,tidak peduli atau bahkan terlalu melindungi
sedangkan kekerasan dapat bisa berupa konflik dalam rumah tangga
merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.

3. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan
yang terisolir disertai stres yang menumpuk. (Yudi hartono;2012)
E. Mekanisme Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor: pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
1. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
2. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
3. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas
(Iskandar;2012)

F. Proses terjadinya masalah


Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang halusinasi Marilah
kita belajar mengenai proses terjadinya halusinasi. Proses terjadinya
halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Stuart
yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
a) Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain (NAPZA).
b) Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.
Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta
kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau
overprotektif.

c) Sosiobudaya dan lingkungan


Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan
sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien
halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah
serta pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
2. Faktor Presipitasi Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis
atau kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga,
atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat (Nurhalimah,
2016)

G. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda halusinasi menurut Yosep (2010) & Fajariyah (2012)
meliputi sebagai berikut :
Jenis Halusinasi Data subjektif Data Objektif
Halusinasi 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak bicara
Pendengaran mendengar suara atau sendiri.
(Auditory-hearing kegaduhan. 2. Klien tampak tertawa
voices or sounds) 2. Klien mengatakan sendiri.
mendengar suara yang 3. Klien tampak
mengajaknya untuk marahmarah tanpa sebab.
bercakap-cakap. 4. Klien tampak
3. Klien mengatakan mengarahkan telinga ke
mendengar suara yang arah tertentu.
menyuruhnya untuk 5. Klien tampak menutup
melakukan sesuatu yang telinga.
berbahaya. 6. Klien tampak
4. Klien mengatakan menunjuk-nunjuk kearah
mendengar suara yang tertentu.
mengancam diri nya atau 7. Klien tampak mulutnya
orang lain. komat kamit sendiri.
Halusinasi Penglihatan 1. Klien mengatakan 1. Klien tampaktatapan
(Visual-seeing persons melihat seseorang yang mata pada tempat tertentu.
or things) sudah meninggal, melihat 2. Klien tampak menunjuk
makhluk tertentu, melihat nunjuk kearah tertentu.
bayangan hantu atau 3. Klien tampak ketakutan
sesuatu yang pada objek tertentu yang
menakutkan. dilihat.
Halusinasi Penghidu 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak
(Olfactory-smeeling mencium sesuatu seperti : mengarahkan hidung pada
odors) bau mayat, bau darah, bau tempat tertentu. 2.
bayi, bau feses, atau bau Ekspresi wajah klien
masakan, parfum yang tampak seperti mencium
menyenangkan. 2. Klien sesuatu dengan gerakan
mengatakan sering cuping hidung.
mencium bau sesuatu.
Halusinasi Perabaan 1. Klien mengatakan ada 1. Klien tampak
(Tactile-feeling bodily sesuatu yang mengusap, menggaruk
sensations) menggerayangi tubuh garuk, meraba-raba
seperti tangan, binatang permukaan kulitnya.
kecil, atau makhluk halus. 2. Klien tampak
2. Klien mengatakan menggerak-gerakkan
merasakan sesuatu di tubuhnya seperti
permukaan kulitnya merasakan sesuatu
seperti merasakan sangat merabanya.
panas atau dingin,
merasakan tersengat
aliran listrik, dan
sebagainya.
Halusinasi Pengecapan 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak seperti
(Gustatoryexperiencin merasakan makanan mengecap sesuatu.
g tastes) tertentu, rasa tertentu, 2. Klien tampak sering
atau mengunyah tertentu meludah.
padahal tidak ada yang 3. Klien tampak mual atau
sedang dimakannya. muntah.
2. Klien mengatakan
merasakan minum darah,
nanah.

Tanda-tanda yang berkaitan dengan halusinasi pendengaran meliputi


sebagai berikut :
a) Data Objektif :
1) Klien tampak bicara sendiri.
2) Klien tampak tertawa sendiri.
3) Klien tampak marah-marah tanpa sebab.
4) Klien tampak mengarahkan telinga ke arah tertentu.
5) Klien tampak menutup telinga.
6) Klien tampak menunjuk-nunjuk kearah tertentu.
7) Klien tampak mulutnya komat-kamit sendiri.
b) Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar suara atau kegaduhan.
2) Klien mengatakan mendengar suara yang mengajaknya untuk
bercakap-cakap.
3) Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya untuk
melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Klien mengatakan mendengar suara yang mengancam dirinya atau
orang lain.

II. Pohon masalah

Effect RIsolasi sosiaesiko tinggi


perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori:


Core Problem Halusinasi
Isolasi Sosial
Cause

Harga diri rendah kronis

(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016)

III. Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran

IV. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Pasien Keluarga
1 Perubahan SP1 1. Diskusikan masalah yg
persepsi 1. Identifikasi halusinasi: isi, dirasakan dalam
sensorik frekuensi, waktu terjadi, merawat pasien.
halusinasi situasi pencetus, perasaan, 2. Jelaskan pengertian,
respon. tanda & gejala, dan
2. Jelaskan cara mengontrol proses terjadinya
halusinasi: hardik, obat, halusinasi (gunakan
bercakap-cakap, booklet).
melakukan kegiatan. 3. Jelaskan cara merawat
3. Latih cara mengontrol halusinasi.
halusinasi dg menghardik. 4. Latih cara merawat
4. Masukan pada jadual halusinasi: hardik.
kegiatan untuk latihan 5. Anjurkan membantu
menghardik pasien sesuai jadual dan
SP2 memberi pujian.
1. Evaluasi kegiatan 6. Jelaskan 6 benar cara
menghardik. Beri pujian. memberikan obat.
2. Latih cara mengontrol 7. Latih cara memberikan/
halusinasi dengan obat membimbing minum
(jelaskan 6 benar: jenis, obat.
guna, dosis, frekuensi, 8. Anjurkan membantu
cara, kontinuitas minum pasien sesuai jadual dan
obat). memberi pujian.
3. Masukkan pada jadual 9. Jelaskan 6 benar cara
kegiatan untuk latihan memberikan obat.
menghardik dan minum 10. Latih cara memberikan/
obat membimbing minum
SP3 obat.
1. Evaluasi kegiatan latihan 11. Jelaskan cara bercakap-
menghardik & obat. Beri cakap dan melakukan
pujian. kegiatan untuk
2. Latih cara mengontrol mengontrol halusinasi.
halusinasi dg 12. Latih dan sediakan
bercakapcakap saat terjadi waktu bercakap-cakap
halusinasi. dengan pasien terutama
3. Masukkan pada jadual saat halusinasi.
kegiatan untuk latihan 13. Jelaskan follow up ke
menghardik, minum obat RSJ/PKM, tanda
dan bercakap-cakap. kambuh, rujukan.
SP4 14. Nilai kemampuan
1. Evaluasi kegiatan latihan keluarga merawat
menghardik & obat & pasien.
bercakapcakap. Beri 15. Nilai kemampuan
pujian. keluarga melakukan
2. Latih cara mengontrol kontrol ke RSJ/PKM.
halusinasi dg melakukan
kegiatan harian (mulai 2
kegiatan).
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan
kegiatan harian.
SP5
1. Evaluasi kegiatan latihan
menghardik & obat &
bercakap-cakap &
kegiatan harian. Beri
pujian.
2. Latih kegiatan harian.
3. Nilai kemampuan yang
telah mandiri.
4. Nilai apakah halusinasi
terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Direja, S.A.(2011). Buku Ajar asuhan keperawatan jiwa.Yogyakarta. Nuha


Medika
Yosep, Iyus. (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: PT Refika
Aditama
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Dermawan , R., & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Fajariyah N. (2012). Asuhan Keperawatan Dasar Gangguan Harga Dirir Rendah.
Jakarta : Trans Info Medika
Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa - Teori dan Aplikasi Praktik Klinik (1st ed.). Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
Nurhalimah. (2016). KEPERAWATAN JIWA. In Pusdik SDM Kesehatan. jakarta
selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Nurlaili, Nurdin, A. E., & Putri, D. E. (2019). Pengaruh Tehnik Distraksi
Menghardik Dengan Spiritual Terhadap Halusinasi Pasien. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 11(3), 177–190.
Yudi Hartono Dkk;2012; Buku ajar keperawatan jiwa; Jakarta;salemba medika.

Iskandar Dkk;2012; Asuhan Keperawatan Jiwa; Bandung;Refika aditama

Anda mungkin juga menyukai