Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

H DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE


DENGAN HEMODIALISA DI RUANG 206 AS-SALAM RS IBNU SINA MAKASSAR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah I

YOGI 14420211071
FIRDAUS 14420211057
RUKMA RAHIM 14420211046
MEILAN SIAHAAN 14420211041
AGRIFANNY ARSAN 14420211023
MAHARUNI NURQADRIASTI D. 14420211022

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………) (…………….……)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia.
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan
masalah kesehatan yang penting, mengingat selain insiden dan pravelensinya yang
semakin meningkat, pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita gagal
ginjal merupakan pengobatan yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada
perawatan penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga di sebut sebagai terapi
pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang
sering di lakukan adalah hemodialisis dan peritonealisa. Diantara kedua jenis tersebut, yang
menjadi pilihan utama dan metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal
adalah hemodialisis.
Di Indonesia Prevalensi penyakit Gagal Ginjal Kronik berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥15 tahun di tahun 2013 sebanyak 2.0‰ dan meningkat di
tahun 2018 sebanyak 3.8 ‰ atau sekitar satu juta penduduk. Sedangkan pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di tahun 2015 sebanyak 51.604 pasien, kemudian
meningkat ditahun 2017 menjadi 108.723 pasien.
Terus meningkatnya angka gagal ginjal kronik dengan hemodialisa membuat
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan program untuk mengatasinya
melalui upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ginjal kronik dengan meningkatkan
upaya promotif dan preventif dengan modifikasi gaya hidup, yaitu dengan melakukan
aktivitas fisik teratur, makan makanan sehat (rendah lemak, rendah garam, tinggi serat),
kontrol tekanan darah dan gula darah, monitor berat badan, minum air putih minimal 2 liter
perhari, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan, dan tidak merokok. Selain
itu pemerintah juga mendorong implementasi program Posbindu Pelayanan Penyakit Tidak
Menular adar dapat dilakukan deteksi dini terhadap penyakit gagal ginjal kronik.
(KEMENKES, 2018) Masalah keperawatan yang sering timbul pada gagal ginjal kronik
cukup kompleks, yang meliputi : Hipervolemia, defisit nutrisi, ansietas, kerusakan
integritas kulit, gangguang pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas. Dari beberapa masalah
yang muncul dapat dilakukan intervensi seperti kaji status nutrisi pasien, monitoring tanda-
tanda vital, monitor masukan cairan, instruksikan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi dan jelaskan tentang proses penyakit. Dalam mengatasi berbagai permasalahan
yang timbul pada pasien gagal ginjal kronik, peran perawat sangat penting, diantaranya
sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, peneliti dan advocate. Sebagai pelaksana, perawat
berperan 7 dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional dan kemprehensif
yang meliputi : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, meningkatkan
asupan nutrisi yang adekuat, menignkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi dan mencegah
injury. Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan kesehatan, khususnya tentang
pembatasan diet, cairan, dll. Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat
perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang lainnya
sehinggal program pengobatan dan perawatan dapat berjalan dengan baik. Peran perawat
sebagai peneliti adalah menerapkan hasil penelitian di bidang keperawatan untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Peran perawat sebagai advocate adalah membela
hak pasien selama perawatan, seperti hak pasien untuk mengetahui rasional
penatalaksanaan medis, pemeriksaan penunjang, dan sebagainya. Berdasarkan fenomena
dari hasil studi pendahuluan yang telah kami lakukan, maka kami tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney Disease dengan
Hemodialisa di Ruang Assalam Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami mengambil kasus pasien Chronic Kidney Disease
dengan Hemodialisa yang mengalami perubahan pada pola napas, yaitu sesak serta
keterbatasan mobilisasi dan nyeri. Masalah yang timbul pada pasien Chronic Kidney
Disease dengan Hemodialisa ini adalah pola nafas tidak efektif, nyeri akut dan intoleransi
aktivitas, sehingga dibutuhkan asuhan keperawatan pasien Chronic Kidney Disease dengan
Hemodialisa untuk mengatasi masalah yang dirasakan pasien tersebut.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisa
2. Tujuan khusus
 Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney
Disease dengan pola nafas tidak efektif di Ruang Assalam Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar
 Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney
Disease dengan nyeri akut di Ruang Assalam Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar
 Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney
Disease dengan Intoleransi aktivitas di Ruang Assalam Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep CKD
1. Defisini
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan
progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia.
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan
masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang
semakin meningkat, pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita
gagal ginjal merupakan pengobatan yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan
terapi pada perawatan penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga disebut
sebagai terapi pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi
pengganti yang sering di lakukan adalah hemodialisis dan peritonealialisa. Diantara
kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan metode perawatan yang umum
untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis.
Penyakit ginjal kronik stadium awal sering tidak terdiagnosis, sementara
penyakit ginjal kronik stadium akhir yang disebut juga gagal ginjal memerlukan biaya
6 perawatan dan penanganan yang sangat tinggi untuk hemodialisis atau transplantasi
ginjal. Penyakit ini baik pada stadium awal maupun akhir memerlukan perhatian.
Penyakit ginjal kronik juga merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Kematian
akibat penyakit kardiovaskuler pada penyakit ginjal kronik lebih tinggi daripada
kejadian berlanjutnya penyakit ginjal kronik stadium awal menjadi stadium akhir.
2. Klasifikasi
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan chronic renal failure (CRF),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan
klien pada kasus secara dini karena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test)
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (chronic renal failure) hanya 3
stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
a. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :
Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
 Kreatinin serum dan kadar BUN normal
 Asimptomatik
 Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR

Stadium II : Insufisiensi ginjal


 Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
 Kadar kreatinin serum meningkat
 Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
a. Ringan :40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b. Sedang :15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat :2% - 20% fungsi ginjal normal

Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia


 kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
 ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
 air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan


pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) :
 Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
 Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -
89 mL/menit/1,73 m2)
 Stadium 3: Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
 Stadium 4: Kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2)
 Stadium 5: Kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
a. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
b. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubuler ginjal.
f. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
g. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
h. Nefropati obstruktif
 Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
 Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan
semakin berat.
a. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah
yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR)
dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens
kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens
kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar
nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan
indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara
konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga
oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC) dan
medikasi seperti steroid.
b. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering
menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain
mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi
dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium yang semakin memperburuk status uremik.
c. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus
gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat
(HCO3) .penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi.
d. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia
sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan
akibat status uremik pasien terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina
dan sesak napas.
e. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme
kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan
menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum
fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada
gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang.
Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara
normal dibuat di ginjal menurun.
f. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan
keseimbangan parathormon.
5. WOC CKD
6. Manisfestasi klinik
a. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
 Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna,
gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum
meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
 Defisiensi hormone eritropoetin Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating
Factor) → def. H eritropoetin → Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak
mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia normokrom
normositer.
b. Kelainan Saluran cerna
 Mual, muntah, hicthcup dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3)
→ iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.
 Stomatitis uremia Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva
banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
 Pankreatitis Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
c. Kelainan mata
d. Kardiovaskuler :
 Hipertensi
 Pitting edema
 Edema periorbital
 Pembesaran vena leher
 Friction Rub Pericardial
e. Kelainan kulit
 Gatal
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
a) Toksik uremia yang kurang terdialisis
b) Peningkatan kadar kalium phosphor
c) Alergi bahan-bahan dalam proses HD
 Kering bersisik Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di
bawah kulit.
 Kulit mudah memar
 Kulit kering dan bersisik
 Rambut tipis dan kasar
f. Neuropsikiatri
g. Kelainan selaput serosa
h. Neurologi :
 Kelemahan dan keletihan
 Konfusi
 Disorientasi
 Kejang
 Kelemahan pada tungkai
 Rasa panas pada telapak kaki
 Perubahan Perilaku
i. Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang
serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut
biasanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari
keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut
Sindrom Uremik
7. Komplikasi
 Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
 Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin
aldosteron.
 Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
hemodialisa.
 Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
 Asidosis metabolic
 Osteodistropi ginjal
 Sepsis
 Neuropati perifer
 Hiperuremia
8. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium
1) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
a) Ureum kreatinin
b) Asam urat serum.
 Identifikasi etiologi gagal ginjal
1) Analisis urin rutin
a) Mikrobiologi urin
b) Kimia darah
c) Elektrolit
d) Imunodiagnosis

 Identifikasi perjalanan penyakit


Nilai normal:
1) Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau0,93 - 1,32 mL/detik/m2
2) Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
3) Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
4) Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
5) Endokrin : PTH dan T3,T4
6) Pemeriksaan lain : Berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal,
misalnya: infark miokard.
 Diagnostik
1) Etiologi CKD dan terminal
a) Foto polos abdomen.
b) USG.
c) Nefrotogram.
d) Pielografi retrograde.
e) Pielografi antegrade.
f) Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
a) RetRogram
b) USG.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Chronic Kidney Desease
(CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun (dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah dan urin, observasi balance cairan, observasi adanya
edema dan batasi cairan yang masuk).
b. Asidosis metabolik
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+ (hiperkalemia):
 Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.
 Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau = 7,35 atau serum
bikarbonat < atau = 20 mEq/L.
c. Anemia
 Anemia normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi hormon eritropoetin
(ESF: Eritroportic Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian
Recombinant Human Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per
kg BB.
 Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah membuang
toksin asotemia dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.
 Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran cerna dan
kehilangan besi pada dialiser (terapi pengganti hemodialisis).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebiha banyak terjadi pada usia 30-60
tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), pekerjaan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa
medis, dan identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan denga pasien,
pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum masuk ke
Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama
bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, nafas bau (ureum) dan gatal pada kulit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tidak
berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit
batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit diabetes melitus,
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi prdisposisi penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes
melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit gagal
ginjal kronik.
c. Pengakajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Penyakit Biasanya persepsi pasien dengan penyakit ginjal kronik
mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya pasien mempunyai kebiasaan
merokok, alkohol, dan obat-obatan dalam kesehari-hariannya.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
 Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
 Pola Minum
Biasnya pasien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak
sedap pada mulut (pernafasan amonia).
3) Pola Eliminasi
 BAB
Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi
 BAK
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin < 400 ml/hari sampai anuria, warna
urin keruh atau berwarna coklat, merah dan kuning pekat.
4) Pola Aktivitas/Latihan
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya
membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Biasanya pasien kesulitan
menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi,
peran dalam keluarga.
5) Pola Istirahat Tidur
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur, gelisah adanya nyeri panggul, sakit
kepala dan kram otot/kaki (memburuk pada malam hari).
6) Pola Kognitif-Persepsi
Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat
ansietas sedang sampai berat.
7) Pola Peran Hubungan
Biasanya pasien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena
perawatan yang lama.
8) Pola Seksualitas/reproduksi
Biasanya terdapat masalah seksual berhubugan dengan penyakit yang diderita
pasien.
9) Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
 Body Image/Gambaran Diri
Biasanya mengalami perubahan ukuruan fisik, fungsi alat terganggu, keluhan
karena kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur
pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh.
 Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita.
 Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu
menerima perubahan, merasa kurang mampu memiliki potensi.
 Self Esteem/Harga Diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan
diri, keluhan fisik.
 Self Ideal/Ideal
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak
memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya.
10) Pola Koping-Toleransi Stres
Biasanya pasien mengalami faktor stres, contoh finansial, perasaan tidak berdaya,
tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah
tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.
11) Pola Keyakinan Nilai
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
 Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat.
 Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi sistem syaraf pusat.
 TTV: RR meningkat, TD meningkat
2) Kepala
 Rambut: Biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering sakit kepala,
kuku rapuh dan tipis.
 Wajah: Biasanya pasien berwajah pucat
 Mata: Biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis
dan sklera ikterik.
 Hidung: Biasanya tidak ada pembengkakan polip dan pasien bernafas pendek.
 Bibir: Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan
gusi dan nafas berbau.
 Gigi: Biasanya tidak terdapat karies pada gigi
 Lidah: Biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher: biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening.
4) Dada/Thorak
 Inspeksi: Biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul (cepat/dalam)
 Palpasi: Biasanya fremitus kiri dan kanan
 Perkusi: Biasanya sonor
 Auskultasi: Biasanya vesikuler
5) Jantung
 Inspeksi: Biasanya ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi: Biasanya iktus kordis teraba di ruang intercostal 2 linea dekstra sinistra
 Perkusi: Biasanya ada nyeri
 Auskultasi: Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Perut/Abdomen
 Inspeksi: Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan,
pasien tampak mual dan muntah.
 Palpasi: Biasanya asites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.
 Perkusi: Biasanya terdengar pekak karena terjadinya asites
 Auskultasi: Biasanya bising usus normal, antara 5-35 kali/menit
7) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare
atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi kuning pekat.
8) Ekstremitas
Biasanya didapatkan nyeri panggul, edema pada ekstremitas, kram otot, kelemahan
pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan keterbatasan gerak sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis
pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat
kesadaran,disfungsi serebral, seperti perubahan proses fikir dan disorientasi. Pasien
sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017), diagnosa keperawatan pada pasien CKD
meliputi:
 Pola napas tidak efektif b/d penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, efek agen farmakologis, dan kecemasan.
 Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan, kelebihan
asupan antrium, gangguan aliran balik vena dan efek aden farmakologis.
 Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme, faktor psikologis (stres, keengganan untuk makan).
 Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit dan efek samping terapi.
 Gangguan integritas kulit b/d perubahan status nutrisi, kekurangan/kelebihan volume
cairan, penurunan mobilitas dan perubahan pigmentasi.
 Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur, restraint fisik dan hambatan lingkungan.
3. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO. INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas:
b/d penurunan energi, keperawatan selama 2 x 24 jam, Observasi
obesitas, posisi tubuh diharapkan pola napas membaik.  Monitor pola napas
yang menghambat Dengan kriteria hasil :  Monitor bunyi napas
ekspansi paru, sindrom  Dyspneu menurun Terapeutik
hipoventilasi, efek agen  Ventilasi semenit  Posisikan semi fowler atau fowler
farmakologis, dan meningkat  Berikan oksigen, jika perlu
kecemasan.  Penggunaan otot bantu Pemantauan Respirasi:
napas menurun Observasi :
 Ortopnea menurun  Monitor Frekuensi, Irama dan Kedalaman Pola Napas
 Frekuensi napas membaik  Monitor Pola Napas
 Auskultasi Bunyi Napas
 Monitor Saturasi Oksigen
Terapeutik :
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi :
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Hipervolemia b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipervolemia:
gangguan mekanisme keperawatan selama 2 x 24 jam, Observasi
regulasi, kelebihan asupan diharapkan keseimbangan cairan
cairan, kelebihan asupan meningkat. Dengan kriteria hasil:  Periksa tanda dan gejala hipervolemia
antrium, gangguan aliran  Asupan cairan meningkat  Identifikasi penyebab hipervolemia
balik vena dan efek aden  Keluaran urin meningkat  Monitor intake dan output cairan
farmakologis.  Membran mukosa Terapeutik
membaik  Batasi asupan cairan dan garam
 Edema menurun Edukasi
 Turgor kulit membaik  Anjurkan melapor jika haluaran urin <0.5 ml/kg/jam dalam 6
jam
 Ajarkan cara membatasi cairan
 Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
cairan

Pemantauan Cairan:
Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor warna, jumlah dan berat jenis urin
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
3. Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi:
ketidakmampuan keperawatan selama 2 x 24 jam, Observasi
mencerna makanan, diharapkan status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
peningkatan kebutuhan membaik. Dengan kriteria hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
metabolisme, faktor  Porsi makan yang  Identifikasi kalori dan jenis nutrien
psikologis (stres, dihabiskan meningkat  Monitor asupan makanan
keengganan untuk makan).  Kekuatan otot menelan  Monitor berat badan
meningkat Terapeutik
 Perasaan cepat kenyang  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
menurun  Fasilitasi menuntukan pedoman diet
 Frekuensi makan  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
membaik  Berikan suplemen makanan, jika perlu.
 Nafsu makan membaik Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk emnetukan jumlah aklori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

No.RM : 21 95 06
Tanggal : Senin, 20 September 2021
Tempat : RS Ibnu Sina Lt. 2-Assalam (206)

I. DATA UMUM

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. H Umur : 51 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Makassar, 22-10-1970 Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA Suku : Makassar
Pekerjaan : IRT Ruangan : Assalam – 206
Alamat : Bontobune, Kec. Bajeng Sumber info : Pasien dan Keluarga
Tanggal MRS : 20-09-2021
Golongan darah :B

2. Penanggung Jawab/Pengantar
Nama : Tn. I
Umur : 18 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Hub. Dengan Klien : Anak kandung
Alamat : Bontobune, Kec. Bajeng
I. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : Sesak dan lemas

2. Alasan masuk RS : Pasien mengatakan masuk dengan keluhan demam


dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
3. Riwayat Penyakit

Provocative/Palliative : Nyeri di rasakan ketika sedang beraktivitas


Quality : Nyeri dirasakan seperti diperas
Region : Nyeri dirasakan di area punggung
Severity : Nyeri skala 4
Timing : Nyeri hilang timbul

4. Data Medik

A. Dikirim oleh : UGD

B. Diagnose medic

o Saat masuk : CKD ON HD

o Saat pengkajian : CKD ON HD

II. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil / kanak-kanak: Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang


seperti ini.

Riwayat perawatan: Pasien pernah di rawat di Rumah Sakit


dengan keluhan yang sama 1 bulan yang lalu.
Riwayat operasi : Pasien tidak ada riwayat operasi.

Riwayat pengobatan : Pasien rutin melakukan hemodialisa 3


x/minggu tiap hari senin, rabu dan jumat.
2. Riwayat alergi : Pasien tidak ada riwayat alergi baik makanan
maupun obat obatan.
3. Riwayar imunisasi : Tidak di ketahui.
III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram

KETERANGAN:

: Laki-laki

: perempuan
: Pasien
X : Meninggal dunia

G1 : Nenek dari ayah pasien dan kakek dari ibu pasien telah meninggal karena faktor usia.

G2 : Ayah pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, sedangkan ibu
pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara dan telah meninggal karena
faktor usia.

G3 : Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan saat ini sedang
dirawat di Rumah Sakit Ibnu Sina di Ruang Assalam 206 dengan diagnosa medik
CKD ON HD
IV. RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPRITUAL

1. Pola koping : Dalam hal ini klien masuk dalam mekanisme koping adaptif
karena klien masih mampu merespon dengan baik saat diajak berbicara dan
mampu menjelaskan keluhan yang dirasakan. Klien juga mampu menerima
dengan baik informasi yang diberikan oleh perawat, serta menerima kondisinya
saat ini.

2. Harapan klien terhadap keadaan penyakitnya: Klien mengatakan semoga


penyakitnya cepat sembuh.
3. Pengetahuan klien tentang penyakitnya : Klien mengetahui tentang
penyakitnya.
4. Adaptasi : Klien beradaptasi baik dengan lingkungan di sekitarnya.

5. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan mempunyai


hubungan baik dengan anggota keluarganya terutama anak-anaknya.
6. Hubungan dengan masyarakat : Klien mengatakan mempunyai hubungan
baik dengan masyarakat sekitarnya.
7. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara : Klien merespon dengan baik
dengan lawan bicaranya.
8. Aktifitas social : Klien sering berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.
9. Bahasa yang sering digunakan : Klien menggunakan Bahasa Indonesia dalam
kesehariannya.

10. Keadaan lingkungan : Keadaan lingkungan sekitar pasien nampak bersih dan
nyaman.
11. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Sebelum sakit pasien melakukan shalat
5 waktu, saat sakit klien tidak melakukan sholat 5 waktu karena kondisi yang
dialami.
12. Keyakinan tentang kesehatan : Klien percaya bahwa segala penyakit
datangnya dari Allah swt dan semua ada obatnya.
V. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Makan

Sebelum MRS : Klien mengatakan makan bubur dengan frekuensi 1-2x


sehari.

Setelah MRS : makan bubur 1-2x dengan porsi 2 sendok

2. Minum

Sebelum MRS: Klien mengatakan minum 600ml/hari.

Setelah MRS: Tidak ada perubahan minum pada klien.


3. Tidur
Sebelum MRS : Klien mengatakan tidurnya nyenyak dengan waktu tidur 8
jam/hari
Setelah MRS : Klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena
nyeri yang dirasakan.
4. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS : Klien mengatakan BAB lancar.

Setelah MRS : Klien mengatakan BAB 1 kali sehari.


5. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS : Klien mengatakan buang air kecil 2 x/hari.

Setelah MRS : Klien mengatakan buang air kecil 1 x/hari.


6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS : Klien mengatakan beraktivitas seperti biasa dan


secara mandiri. Klien lebih sering beraktivitas di dalam rumah.

Setelah MRS : Klien lebih sering di tempat tidur dan saat akan
beraktivitas dibantu oleh keluarga.
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Klien mandi 2x sehari, keramas dan menggosok gigi saat
mandi.
Setelah MRS : Klien belum pernah mandi sejak masuk Rumah Sakit dan
hanya, biasanya pasien hanya di lap menggunakan tisu basah saat pagi dan
sore hari oleh keluarga.
VI. PEMERIKSAAN FISIK

Hari: Senin, Tanggal: 20/09/2021, Jam: 19:00 WITA

1. Keadaan umum

Kehilangan BB: Pasien mengatakan berat badan sebelum masuk rumah


sakit dan setelah masuk rumah sakit mengalami penurunan. Sebelum masuk
Rumah Sakit berat badan pasien 47 kg, sekarang berat badan pasien 44 kg.
Vital sign:
 TD: 130/80 mmHg

 N: 60 x/menit

 R: 30 x/menit

 S: 37oC

Tingkat kesadaran: Composmentis (E4 V5 M6)

2. Head to toe:
 Kulit:
Inspeksi : Warna kulit kecokelatan, kulit tampak kering
Palpasi : turgor kulit tidak elastis
 Kepala dan rambut :
Inspeksi : Bentuk kepala oval, rambut sedikit berantakan, rambut
nampak ada uban. Panjang rambut melewati bahu dan berbentuk ikal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Kuku :
Inspeksi : Kuku klien nampak pendek dan bersih
Palpasi : CRT >2detik
 Mata :
Inspeksi : Mata klien nampak simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva
nampak anemis, gerakan mata normal, tidak mengunakan alat bantu
kacamata

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


 Hidung :
Inspeksi : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak
ada pernapasan cuping hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Telinga :
Inspeksi : Bentuk telinga klien nampak simetris antara kiri dan kanan,
tidak ada luka ataupun pendarahan, tidak ada cairan, pendengaran klien
sangat baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Mulut dan gigi :
Inspeksi : Mukosa bibir klien tampak pucat dan kering, gigi nampak
bersih.
 Leher :
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit sama
dengan sekitarnya
Palpasi : Tidak teraba ada pembengkakan
 Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, nampak menggunakan
otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar suara pekak
Auskultasi: Terdengar Suara Wheezing
 Abdomen :
Inspeksi : Perut nampak datar, tidak nampak adanya massa.
Perkusi : Terdengar suara timpani
Palpasi : Nyeri tekan pada area apigastrium, kuadran kanan atas, kanan
bawah,dan kiri atas
Auskultasi: Bising usus normal.
 Perineum & genitalia : tidak di kaji
 Ekstremitas atas dan bawah :
Inspeksi : Piting edema (+) pada ekstremitas bawah kiri dan kanan,
warna kulit kecokelatan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
Perkusi :Sianosis, turgor berkurang
3. Pemeriksaan diagnostic
Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HB 6,8 12,0-18 g/dL
WBC 11,55 4.0-9.0 u/L
UREUM 170 15-40 mg/dL
KREATININ 12.1 0.5- 1.3 mg/dL
PLT 255 150-350 u/L
URIC ACID 29 3.0-6.0 MG/DL

Hasil pemeriksaan Thorax


- Perselubungan homogen di hemitoraks kanan dan kiri, setinggi costa 5 kanan depan
dan costa 6 di kiri depan
- Opasiti menyerupai nodul kecil di kedua paru
- Bentuk dan ukuran jantung normal
- Kedua diagfragma baik
- Tulang intak
Kesan : - Efusi pleura bilateral
- Susp multiple nodul pulmo bilateral
4. Penatalaksanaan Medis/Terapi

Obat Dosis Waktu

Cetrimoxazole 960mg 12jam/oral

Doksisiklin 100mg 12 jam/oral

Lansoprazole 30mg 24 jam/oral

Amlodipine 10mg 24 jam/oral

Telmisartan 40mg 24 jam/oral

Nephrosteril 250cc 24/IV


FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DATA
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : CKD Pola napas tidak efektif
 Pasien mengeluh sesak
napas Tidak mampu sekresi asam
DO :
 Pasien nampak Asidosis
menggunakan otot bantu
napas Hiperventilasi
 Terpasang oksigen nasal
kanul 3 Liter Pola nafas tidak efektif

DS : CKD Nyeri akut


 Pasien mengeluh nyeri
 Pasien mengatakan sulit Sekresi eritropoitin
tidur
DO : Produksi Hb menurun
 Pasien tampak meringis
 Pengkajian nyeri: Oksihemoglobin

P: Nyeri saat beraktivitas


Q: Seperti diperas Suplai darah dan O2 ke

R: Di area punggung jaringan tidak adekuat

S: Skala 4 (sedang)
T: Hilang timbul Metabolisme anaerob

Asam laktat naik

Fatigue dan nyeri sendi

Nyeri
DS : CKD Intoleransi aktivitas
 Pasien mengeluh lelah dan
merasa tubuhnya lemah Sekresi eritropoitin
 Pasien merasa tidak Produksi Hb menurun
nyaman dan sesak setelah
beraktivitas Oksihemoglobin
DO :
 Pasien nampak sianosis Suplai darah dan O2 ke
jaringan tidak adekuat

Fatigue (kelemahan umum)

Intoleransi aktivitas

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
NO.
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi :
b.d efek agen tindakan keperawatan Observasi :
farmakologis selama 2 x 24 jam,  Monitor Frekuensi, Irama
diharapkan pola napas dan Kedalaman Pola
membaik. Dengan kriteria Napas
hasil :  Monitor Pola Napas
 Dyspneu menurun  Auskultasi Bunyi Napas
 Penggunaan otot  Monitor Saturasi Oksigen
bantu napas Terapeutik :
menurun  Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi :
 Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
pencedera fisiologis tindakan keperawatan Observasi :
selama 2 x 24 jam,  Observasi dan identifikasi
diharapkan tingkat nyeri lokasi, karakteristik,
menurun. Dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
hasil :  Identifikasi faktor yang
 Keluhan nyeri memperberat dan
menurun memperingan nyeri
 Meringis menurun Terapeutik :
 Kesulitan tidur  Berikan teknik
menurun farmakologis untuk
 Pola napas mengurangi rasa nyeri
membaik  Kontrol lingkungan yang
 Pola tidur memperberat rasa nyeri
membaik  Fasilitasi istirahat dan
nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen energi :
Ketidakseimbangan tindakan keperawatan Observasi :
antara suplai dan selama 2 x 24 jam,  Identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen diharapkan intoleransi fungsi tubuh yang
aktivitas meningkat. mengakibatkan kelelahan
Dengan kriteria hasil :  Monitor lokasi dan
 Keluhan lelah ketiddaknyamanan selama
menurun melakukan aktivitas
 Dyspnea saat dan Terapeutik :
setelah aktivitas  Lakukan latihan rentang
menurun gerak pasif dan atau aktif
 Perasaaan lemah  Berikan aktivitas distraksi
menurun yang menenangkan
 Sianosis menurun
 Fasilitasi duduk di tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Nama pasien : Ny. H


Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : CKD ON HD
HARI/ PARAF
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL PERAWAT
 Memonitor Frekuensi, Irama dan
Senin, 20 Pola napas tidak efektif b.d S : pasien mengatakan sesak
Kedalaman Pola Napas
September efek agen farmakologis napas berkurang
Hasil:
2021
Frekuensi napas klien 30 x/menit O : Pasien nampak tenang,
dengan pola napas cepat dan RR : 24x/menit
dangkal.
A : Pola napas tidak efektif
 Melakukan auskultasi Bunyi Napas
teratasi
Hasil:
Saat dilakukan auskultasi terdengar P : Intervensi dipertahankan
bunyi wheezing.
 Memonitor Saturasi Oksigen
Hasil:
Didapatkan hasil pengukuran
saturasi oksigen pasien adalah 94%
 Menginformasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Hasil:
Pasien dan keluarga diberitahukan
tentang hasil dari pemantauan serta
pemeriksaan frekuensi, irama dan
pola napas pasien.
 Mengobservasi dan
Nyeri akut b.d agen S : Pasien mengatakan masih
mengidentifikasi lokasi,
pencedera fisiologis merasakan nyeri
karakteristik, kualitas, intensitas
nyeri O:
Hasil: P : Nyeri di rasakan ketika
P: Nyeri di rasakan ketika sedang sedang beraktivitas
beraktivitas Q : Nyeri dirasakan seperti
Q: Nyeri dirasakan seperti diperas diperas
R: Nyeri dirasakan di area R : Nyeri dirasakan di area
punggung punggung
S: Nyeri skala 4 (Sedang) S: Nyeri skala 2 (Ringan)
T: Nyeri hilang timbul T: Nyeri hilang timbul
 Mengkontrol lingkungan yang
A : Nyeri akut tidak teratasi
memperberat rasa nyeri
Hasil : P : Intervensi dipertahankan
Pasien mengatakan rasa nyaman
dengan ruangan yang tidak bising
dan suhu kamar yang tidak panas
 Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil :
Pasien diajarkan teknik relaksasi
napas dalam
 Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hasil :
Pasien diberikan keterolac 30mg/8
jam/IV
 Mengidentifikasi gangguan fungsi
Intoleransi aktivitas b.d S : Pasien mengatakan dapat
tubuh yang mengakibatkan
Ketidakseimbangan antara lelah berkurang dan dapat
kelelahan
suplai dan kebutuhan beraktivitas mandiri secara
Hasil :
oksigen perlahan-lahan
Pasien merasa lelah saat
beraktivitas O : pasien dapat berpindah
 Memonitor lokasi dan posisi dari tempat tidur ke
ketidaknyamanan selama kursi roda
melakukan aktivitas
A : intoleransi aktivitas
Hasil :
Pasien merasa sesak dan nyeri teratasi
punggung bertambah ketika
P : Intervensi dipertahankan
beraktivitas
 Memfasilitasi duduk di tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Hasil:
Pasien duduk ditempat tidur
dibantu oleh anaknya/keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Salemba Medika.

LeMone, P., Burke, M.K., Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi ke-5).
EGC.

Price & Wilson. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC.

Robinson & Saputra. (2014). Buku Ajar Visual Nursing (Medikal Bedah) (Jilid 1). Binarupa Aksara
Publisher.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (Edisi 1).
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (Edisi 1).
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Edisi 1).
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Zul, D. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi ke-V). EGC.

Anda mungkin juga menyukai