1 Mahasiswa/ Fakultas Ilmu Kesehatan/ Program Studi D3 Keperawatan/ Universitas Kusuma Husada 2 Dosen/ Fakultas Ilmu Kesehtan/ Program Studi D3 Keperawatan/ Universitas Kusuma Husada Surakarta
*Email penulis: Hanifahnaim11@gmail.com
Abstrak
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kegagalan fungsi ginjal dalam
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit. Permasalahan yang sering timbul pada pasien CKD yaitu hipervolemia. Penatalaksanaan nonfarmakologi salah satunya dengan implementasi lembar monitor cairan (bartocar) untuk memantau cairan dan menciptakan pembatasan asupan cairan pada pasien CKD. Implementasi bartocar merupakan pemantauan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output) selama 24 jam dengan menggunakan bartocar. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pasien CKD dalam pemenuhan kebutuhan cairan. Jenis pengambilan kasus ini adalah deskriptif dengan studi kasus. Subjek studi adalah satu pasien CKD yang mengalami kelebihan volume cairan di HCU RSUD Karanganyar. Hasil studi kasus pada pasien CKD dengan masalah hipervolemia setelah dilakukan tindakan implementasi bartocar selama 3x 24 jam menunjukkan adanya penurunan balance cairan dari +810 cc menjadi +560 cc. Terjadi penurunan hasil balance cairan juga dilakukan tindakan pembatasan cairan. Rekomendasi: pemantauan cairan intake output dengan bartocar dan batasi asupan cairan efektif pada pasien CKD dengan kelebihan volume cairan.
Kata kunci : Chronic Kidney Disease (CKD), Hipervolemia, Implementasi Lembar
Monitor Cairan (Bartocar) NURSING CARE IN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) PATIENTS IN FUILLMENT OF FLUID NEED
Hanifah Naim Ayu Assahra1*, Prima Trisna Aji2
1 Student/ Faculty Of Healty Sciences/ Dipmola 3 Nursing Study/ Universitas Kusuma Husada 2 Lecturer/ Faculty Of Healty Sciences/ Dipmola 3 Nursing Study/ Universitas Kusuma Husada Surakarta
*Email penulis: Hanifahnaim11@gmail.com
Abstrak
Chronic Kidney Disease (CKD) is a failure of kidney function in maintaining metabolism
and fluid balance and electrolyte. The problem that most often arises in patient with CKD is that hypervolemia. The non pharmacological management is implementation bartocar to monitoring fluid and limiting fluid. Implementation bartocar is monitoring fluid intake and fluid output for 24 hours by using bartocar. This type of research was descriptive with a case study approach. The subject was one CKD patient who experienced excess fluid volume in HCU Hospital Karanganyar. The study results of the nursing care in CKD patients in fulfilling fluid needs with problem hypervolemia by implementation bartocar for 3x24 hours found decrease in fluid balance results from amount of fluid balance +810 cc to +560 cc. occur decrease in fluid balance results as well measure limiting fluid restriction. Recommendation: monitoring of fluid output and intake with bartocar and limiting fluid are effective for CKD patient with excess fluid volume.
Kerusakan pada ginjal berakibat elekrolit sehingga terjadi uremia terjadinya kegagalan fungsi ginjal yang dapat mengarah pada kematian yang dapat berupa penyakit Chronic (Padila, 2012). Kidney Disease (CKD). Chronic Menurut World Health Kidney Disease (CKD) merupakan Organization (WHO, 2017) penyakit penyakit ginjal tahap akhir yang gagal ginjal kronik menduduki bersifat progresif dan irreversible peringkat ke 12 dan diperkirakan dimana kemampuan tubuh gagal sebanyak 1,1 juta orang di dunia meninggal akibat Chronic Kidney Pemantauan cairan pada pasien Disease (CKD). Menurut Riskesdas gagal ginjal kronis atau Chronic (2018) menyatakan bahwa penyakit Kidney Disease (CKD) bisa Chronic Kidney Disease di Indonesia menggunakan lembar monitor cairan meningkat 0,2 % menjadi 0,38 % atau bartocar. Bartocar merupakan atau 713.783 pasien terdiagnosis lembar yang berisi waktu, cairan dokter mengalami gagal ginjal yang masuk (kuah/ makanan berair, kronis. minum, jumlah dalam 24 jam), Prevalensi gagal ginjal kronis di cairan yang keluar (urine/ muntah Jawa Tengah berdasarkan diagnosis dalam 24 jam, feses, IWL dalam 24 dokter pada penduduk umur ≥ 15 jam), keseimbangan cairan, tekanan tahun yaitu 0, 42% atau 96.749 darah, dan. Dilakukan tindakan pasien terkena penyakit gagal ginjal pemantauan cairan dengan bartocar kronis (Riskesdas, 2018). Penyakit untuk memudahkan pasien dalam Chronic Kidney Disease (CKD di memantau cairan dan pengontrolan Ruang HCU RSUD Karangayar pada asupan cairan yang masuk (Arofiati tahun 2019 sebanyak 108 kasus & Sriyati, 2019). (Rekam Medis, 2019). Menurut hasil penelitian Arofiati Implementasi yang bisa dilakukan & Sriyati (2019) Penggunaan pada pasien dengan Chronic Kidney bartocar di sangat efektif untuk Disease (CKD) yaitu dengan mencegah terjadinya overload cairan melakukan tindakan pemantauan pada penderita gagal ginjal kroni. cairan. Pemantauan cairan Selain itu, hasil penelitian dari merupakan tindakan memonitor atau Angraini dan Putri (2016) memantau cairan yang masuk (intake menyebutkan pemantauan intake cairan) dan cairan yang keluar dari output cairan pasien Chronic Kidney tubuh (output cairan) selama 24 jam. Disease (CKD) dengan Pemantauan cairan penting dilakukan menggunakan fluid intake output untuk mencegah kelebihan volume chart terbukti efektif untuk yang akan berakibat pada perburukan menangani overload cairan pada ginjal (Nair & Peate, 2015). klien Chronic Kidney Disease Chronic Kidney Disease (CKD) (CKD). menimbulkan komplikasi ensefalopati uremikum. Ensefalopati METODE PENELITIAN uremikum merupakan salah satu Studi kasus ini dilakukan untuk bentuk dari ensefalopati metabolit. mengetahui gambaran asuhan Ensefalopati metabolit merupakan keperawatan pasien Chronic Kidney suatu kondisi disfungsi yang global Disease (CKD) dalam pemenuhan sehingga menyebabkan terjadi kebutuhan cairan. Pengambilan data perubahan kesadaran, perubahan yang dilakukan dalam mengelola perubahan tingkah laku, dan kejang studi kasus ini meliputi: wawancara, yang diakibatkan karena tingginya observasi, dan studi dokumentasi. kadar ureum dalam darah >50 mg/dl Subjek dalam studi kasus ini adalah (Lohr, 2016). satu pasien Chronic Kidney Disease Pengkajian didapatkan hasil (CKD) dengan masalah pemenuhan adanya edema ditangan dan kaki kebutuhan cairan. Tempat dengan pitting edema +1. pengelolaan studi kasus ini di HCU Permasalahan hipervolemia dapat RSUD Karanganyar pada tanggal 24 terjadi karena adanya stimulasi Februari – 26 Februari 2020. kronis ginjal untuk menahan natrium dan air serta fungsi ginjal mengalami HASIL DAN PEMBAHASAN abnormal dengan terjadinya penurun Subjek seorang perempuan eksresi natrium dan air. Gejala berinisial Ny. P, berusia 49 tahun meliputi sesak napas, peningkatan dengan diagnosa medis Chronic tekanan darah, asites, edema, adanya Kidney Disease (CKD). Hasil ronkhi, dan terjadi distensi vena leher pengkajian didapatkan data (Tarwoto & Wartonah, 2015). berdasarkan keluhan utama yaitu Riwayat kesehatan dahulu sesak nafas kemudian mengalami keluarga pasien mengatakan bahwa penurunan kesadaran. Tingkat pasien memiliki riwayat diabetes kesadaran pasien somnolen dengan mellitus. Peningkatan kadar glukosa nilai GCS 7 E2V2M3. Penyakit dalam darah yang tidak terkontrol bisa memicu kerusakan glomerulus dalam kondisi overload pasien CKD sehingga akan terjadi gangguan (Musyahida, 2016). fungsi ginjal dalam membuang sisa Diagnosa keperawatan yang akan metabolisme tubuh yang ditandai dibahas pada studi kasus ini adalah dengan peningkatan ureum dan diagnosa ketiga. Diagnosa tersebut kreatinin dalam darah (Rivandi & yaitu kelebihan volume cairan Yonata, 2015). berhubungan dengan gangguan Pemeriksaan laboratorium berupa mekanisme regulasi. Diagnosa ketiga darah rutin pada Ny. P, didapatkan ini didukung dengan menentukan hasil bahwa ureum 83 mg/dL data objektif saja karena pasien (tinggi), oleh karena itu pasien dalam kondisi penurunan kesadaran. dengan Chronic Kidney Disease Data objektif : terdapat edema pada (CKD) akan mengeluh sesak napas. tangan dan kaki (pitting edema +1), Fokus pengkajian pada bladder tekanan darah: 150/90 mmHg, RR 28 menunjukkan pasien mengalami x/menit, pada pemeriksaan auskultasi oliguria, urine pasien 400 ml/ 24 jam. paru terdengar ronchi pada lobus Smeltzer & Bare (2010) menyatakan inferior kiri, urine pasien ±400 ml/ dengan teorinya bahwa Chronic 24 jam (oliguria), intake : 2125cc, Kidney Disease (CKD) dimanifestasi output : 1315 cc, balance cairan : + kliniskan dengan oliguria. Oliguria 810 cc, kreatinin 5,61 mg/100 ml (urine kurang dari 400 ml/hari) serta (tinggi), ureum 83 mg/dL (tinggi). sering dijumpai pada pasien Chronic Berdasarkan hasil pengkajian Kidney Disease (CKD). keperawatan yang muncul dapt Penatalaksanaan medis yang dirumuskan diagnosa keperawatan sudah dilakukan pada pasien yaitu hipervolemia berhubungan dengan terapi furosemide 20 mg/ 12 jam. gangguan mekanisme regulasi. Furosemide merupakan obat Intervensi keperawatan yang akan golongan loop diuretic yang dilakukan penulis dengan tujuan dan memiliki efek diuresis sehingga kriteria hasil, setelah tindakan dapat mempengaruhi produksi urin keperawatan dilakukan selama 3x24 jam diharapkan masalah keseimbangan cairan meningkat 2016). Sehingga dilakukan juga (L.03020) dengan kriteria hasil tindakan pembatasan cairan. edema menurun, tekanan darah Pembatasan cairan yang masuk pada membaik, turgor kulit membaik, klien penting untuk diperhatikan denyut nadi radial membaik, karena apabila tidak diperhatikan membran mukosa membaik (SLKI, dapat menimbulkan masalah 2019). gangguan kelebihan volume cairan Intervensi keperawatan yang (Nur & Emaliyawati, 2018). Adanya dilakukan penulis dengan pembatasan cairan masuk pada menggunakan manajemen pasien diharapkan akan membuat hipervolemia (I.03114). Diantaranya: balance cairan pasien juga periksa tanda dan gejala mengalami penurunan. hipervolemia, monitor intake dan Penggunaan lembar monitor output cairan, batasi asupan cairan cairan atau bartocar juga bisa dan garam, anjurkan cara mencatat diberikan pada pasien dan keluarga dan mengukur asupan dan haluaran pasien dengan cara memberikan cairan, ajarkan cara membatasi edukasi mengenai cara pengisian cairan, serta kolaborasi pemberian lembar monitor cairan dan cara diuretik (SIKI, 2018). menghitung keseimbangan cairan. Tindakan keperawatan yang Menurut Arofiati & Sriyati (2019) dilakukan yaitu pemantauan cairan penggunaan lembar monitor cairan intake dan output cairan pada pasien dapat digunakan di rumah sakit selama 24 jam dengan bartocar dan maupun di rumah. Sehingga pasien dilakukan pembatasan cairan yang dan keluarga dapat memantau secara masuk pada pasien. Pemantauan mandiri keseimbangan cairannya intake output cairan bertujuan untuk guna mengurangi komplikasi yang mencegah terjadinya overload cairan lebih lanjut Chronic Kidney Disease. pada klien karena jumlah asupan Serta mengurangi kelebihan volume cairan klien bergantung kepada cairan yang tertahan pada tubuh jumlah urine selama 24 jam pasien. ditambah IWL (Anggraini & Putri, Evaluasi keperawatan yang implementasi keperawatan dilakukan pada Ny. P dengan pemantauan cairan dilakukan selama diagnosa keperawatan hipervolemia 3x24 jam untuk menangani masalah berhubungan dengan gangguan hipervolemia terbukti efektif. mekanisme regulasi. Setelah Pemantauan cairan menggunakan dilakukan tindakan pemantauan bartocar menjadi sangat penting cairan dengan bartocar selama 3 x 24 dilakukan untuk mengurangi jam didapatkan hasil terjadi terjadinya risiko komplikasi yang penurunan balance cairan pasien bisa terjadi. Selain itu perlu adanya mengalami penurunan signifikan dukungan sosial dari perawat dan pada hari kedua dan pada hari ketiga keluarga untuk menjaga agar pasien juga telah mengalami penurunan. tetap konsisten terhadap Terjadi juga penurunan asupan cairan pengontrolan cairan. Adanya inovasi yang masuk pada pasien karena keperawatan dengan lembar monitor dilakukannya tindakan pembatasan cairan diharapkan akan mencegah cairan pada pasien. munculnya faktor komplikasi yang Menurut Angraini & Putri (2016) semakin akan memperparah kondisi yang menjelaskan jika penggunaan pasien tersebut (Arofiati & Sriyati, lembar monitor cairan efektif 2019). dilakukan karena terjadi penurunan Tabel Hasil Pemantauan Cairan balance cairan dari hari pertama Hari ke Hari ke Hari ke Evaluasi 1 2 3 hingga hari ketiga. Terjadi Jumlah 2125 cc 2025cc 1975cc penurunan balance cairan intake
dikarenakan dilakukannya Jumlah
1315 cc 1415 cc 1415 cc output pembatasan cairan yang masuk atau Balance minum pasien. Asupan cairan yang +810cc + 610cc + 560cc cairan masuk atau intake harus dibatasi karena cairan menumpuk pada tubuh Berdasarkan tabel diatas dapat akan menyebabkan edema bagian diketahui bahwa setelah dilakukan ekstremitas dan akan menyebabkan implementasi bartocar selama 3x24 terjadinya overload cairan. Sehingga jam dapat hasil terjadi penurun jumlah intake cairan dikarenakan Rekomendasi tindakan pemantauan terdapat pembatasan cairan. intake output cairan dengan bartocar Penurunan balance cairan dari +810 terbukti efektif untuk dilakukan pada cc menjadi +560 cc. Menurut pasien CKD dalam pemenuhan Arofiati & Sriyati (2019) kebutuhan cairan. implementasi bartocar dapat mengurangi kelebihan volume cairan SARAN pada pasien serta dapat digunakan di 1. Bagi institusi pendidikan rumah sakit maupun di rumah. keperawatan Dapat menambah wacana dan KESIMPULAN DAN SARAN pengetahuan tentang Pengelolaan asuhan keperawatan perkembangan ilmu keperawatan, pasien Chronic Kidney Disease terutama tentang asuhan (CKD) dalam pemenuhan kebutuhan keperawatan pada pasien Chronic cairan dengan diagnosa keperawatan Kidney Disease (CKD) dengan hipervolemia berhubungan dengan pemanantauan cairan dan gangguan mekanisme regulasi. Telah pembatasan cairan. dilakukan tindakan pemantauan 2. Bagi intitusi pelayanan kesehatan intake output cairan selama 3x24 jam (Rumah Sakit) berturut-turut dengan bartocar dan Dapat memberikan masukan pada pembatasan cairan. Didapatkan hasil rumah sakit dalam meningkatkan terjadi penurunan balance cairan mutu pelayanan kesehatan yang signifikan. Adanya penurunan terutama penanganan masalah balance cairan juga dilakukannya pada klien dengan Chronic pembatasan cairan. Selain itu Kidney Disease (CKD). pemberian edukasi mengenai 3. Bagi pasien dan keluarga pengisian dan pencatatan bartocar Diharapkan pasien dan keluarga pada pasien dan keluarga pasien dapat memberi pengetahuan diahrapkan dapat membantu mengenai gambaran umum dan memantau cairan pada pasien saat perawatan yang tepat tentang keluar dari rumah sakit. Chronic Kidney Disease (CKD). Sehingga pasien dan keluarga Prespektif Health Beief Model. Vol. 5. No. 3. pp 99-106 dapat melakukan tindakan tersebut secara mandiri. Padila., (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika DAFTAR PUSTAKA Riset Kesehatan Dasar. (2018). Anggraini, F & Putri, A. 2016. Laporan Riskesdas 2018. Pemantauan Intake Output Jakarta: Kemenkes RI Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Rivandi & Yonata. (2015). Mencegah Overload Cairan. Hubungan Diabetes Dengan Vol. 19 No.3 pp 152-160 Kejadian Gagal Ginjal Kronik. No. 2 Vol 4 pp27-34 Arofiati, F & Sriyanti., (2019). Implementasi Inovasi PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan “Bartocar” Keperawatan Indonesia: Untuk Pasien Gagal Ginjal. Definisi dan Tindakan Vol. 3. No. 2 pp. 337-342 Keperawatan (edisi 1). Jakarta: DPP PPNI Lohr, JW., (2016). Uremic Enchepslophaty. USA: Medscape PPNI. (2019). Standar Luaran https://emedicine.medscape.com/a Keperawatan Indonesia: rticle/239191-overview. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (edisi 1). Jakarta: Musyahida, Robiatul. (2016). Studi DPP PPNI Penggunaan Furosemid Pada Pasien Gagal Ginjal Stadiun V. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2010). Jurnal Keperawatan : Universitas Buku Ajar Keperawatan Medikal Airlangga Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jilid 2. Jakarta: EGC Nair, M & Peate, I., (2015). Dasar- dasar Patofisiologi Terapan: Panduan Penting Untuk Mahasiswa Keperawatan Dan Kesehatan (edisi ke 2). Jakarta: Bumi Medika
Nur, S., & Emaliyawati, E. (2018).
Kepatuhan Pembatasan Cairan Dan Diet Rendah Garam (Natrium) Pada Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisa;