Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

DI SUSUN OLEH :
ANNAS MASYKUR
NIM. 221133010

Koordinator Mata Kuliah:


Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
“ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ”

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


BAB I
KONSEP TEORI

A. Pengertian
CKD adalah kondisi di mana ginjal rusak dan tidak dapat menyaring
darah dengan baik. Oleh karena itu, kelebihan cairan dan zat sisa dari darah
tetap berada di dalam tubuh dan dapat menyebabkan masalah kesehatan
lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke (Centers for Disease Control and
Prevention, 2020).
Penyakit ginjal kronis yaitu adanya kerusakan ginjal atau perkiraan laju
filtrasi glomerulus (eGFR) kurang dari 60 ml/menit/ 1,73 m2 yang berlangsung
selama 3 bulan atau lebih. CKD adalah keadaan hilangnya fungsi ginjal secara
progresif yang pada akhirnya memerlukan terapi penggantian ginjal (dialisis
atau transplantasi) (Vaidya & Aeddula, 2020)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia (Sulystianingsih, 2018).
Dapat disimpulkan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan
elektrolit, pada suatu derajat diperlukan terapi pengganti ginjal berupa dialisis
atau transplantasi ginjal (Adira, 2019).

B. Etiologi
Menurut Vaidya & Aeddula (2020), penyebab CKD bervariasi dan paling
umum yang dapat menyebabkan CKD adalah sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus tipe 1 dan 2
2. Hipertensi
3. Glomerulonefritis primer
4. Nefritis tubulointerstitial kronis
5. Penyakit keturunan
6. Glomerulonefritis atau vaskulitis sekunder
7. Diskrasia atau neoplasma sel plasma

C. Klasifikasi
Klasifikasi CKD berdasarkan derajat (stage) laju filtrasi glomerulus
(LFG) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/menit/1,73 m2 dengan rumus
kockrof-gault sebagai berikut:

( 140−umur ) x berat badan


LFG=
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.

Tabel 1.1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik


Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30 – 59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber: Setiati (2015)

D. Manifestasi Klinis
Menurut Vaidya & Aeddula (2020), stadium awal CKD tidak bergejala,
namun bermanifestasi pada stadium 4 atau 5. Beberapa gejala dan tanda umum
yang ada adalah sebagai berikut:
1. Mual dan muntah
2. Perasaan haus
3. Kehilangan selera makan
4. Kelelahan dan kelemahan
5. Gangguan tidur
6. Oliguria
7. Ketajaman mental menurun
8. Otot berkedut dan kram
9. Pembengkakam pada kaki dan pergelangan kaki
10. Pruritus persisten
11. Nyeri dada akibat perikarditis uremik
12. Sesak napas akibat edema paru karena kelebihan cairan
13. Hipertensi yang sulit dikendalikan
14. Pigmentasi kulit
15. Bekas luka pruritus
16. Gesekan-gesekan perikardial akibat uremik perikarditis
17. Kristal urea, dimana kadar blood urea nitrogen (BUN) yang tinggi
menyebabkan urea menjadi keringat
18. Perubahan fundus hipertensi menunjukkan kronisitas.

E. Komplikasi
Menurut Murabito & Hallmark (2018), beberapa komplikasi dari CKD
adalah:
1. Anemia
2. Penyakit ginjal kronis (gangguan mineral dan tulang)
3. Penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2020), beberapa
komplikasi kesehatan lain dari CKD meliputi :
1. Anemia
2. Penyakit ginjal kronis (gangguan mineral dan tulang)
3. Penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
4. Anemia atau jumlah sel darah merah yang rendah.
5. Meningkatnya kejadian infeksi.
6. Kadar kalsium rendah, kadar kalium tinggi, dan kadar fosfor tinggi di
dalam darah.
7. Kehilangan nafsu makan atau makan lebih sedikit.
8. Depresi atau kualitas hidup yang lebih rendah.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Sulistyaningsih, 2018) pemeriksaan diagnostik pada pasien
dengan CKD meliputi:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, ureum meningkat, kreatinin serum meningkat.
untuk menentukan apakah zat sisa disaring secara memadai. Jika kadar
urea dan kreatinin terus-menerus tinggi, maka kemungkinan besar akan
didagnosis penyakit ginjal stadium akhir.
2. Pemeriksaan urine
Untuk mengetahui apakah ada darah atau protein yang terkandung di
dalam urine.
3. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises,dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises danureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
4. Rontgen dada
Untuk memeriksa adanya edema paru (cairan tertahan di paru-paru).
5. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal.
6. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis,aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia).
7. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya. sampel kecil jaringan ginjal
diekstraksi dan diperiksa untuk mengetahui adanya kerusakan sel. Analisis
jaringan ginjal memudahkan untuk membuat diagnosis penyakit ginjal
secara tepat.
8. Glomerular filtration rate (GFR) atau yang biasa disebut laju filtrasi
glomerulus adalah tes yang mengukur laju filtrasi glomerulus yang
membandingkan kadar produk sisa dalam darah dan urine pasien. GFR
mengukur beberapa milimiter sisa yang dapat disaring oleh ginjal
permenit.
9. Kidney scan
Kidney scan, mencakup pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI),
pemeriksaan computed tomography (CT), atau pemeriksaan ultrasaund
dengan tujuan menentukan apakah ada penyumbatan pada aliran urine
serta mengungkapkan ukuran dan bentuk ginjal. Pada tahap lanjut dari
penyakit ginjal, ginjal lebih kecil dan memiliki bentuk yang tidak rata.
G. Penatalaksanaan Medik
Menurut (Adira, 2019) penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD
dibagi tiga yaitu:
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin Pemeriksaan darah untuk
menentukan apakah zat sisa disaring secara memadai. Jika kadar urea
dan kreatinin terus-menerus tinggi, maka kemungkinan besar akan
didagnosis penyakit ginjal stadium akhir. Pemeriksaan urin untuk
mengetahui apakah ada darah atau protein yang terkandung di dalam
urine.
b. Observasi balance cairan
1) Rumus balance cairan Inteake / cairan masuk = Output / cairan
keluar + IWL (Insensible Water Loss). Intake / Cairan Masuk :
mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan
pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di
drip, albumin dll. Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika
dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jika tidak
terpasang maka harus menampung urinenya sendiri, biasanya
ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian
feses.
2) Rumus IWL
15 x BB
IWL =
24 jam
Rumus IWL kenaikan suhu
[ ( 10 % x cairanmasuk ) x jumlah kenaikan suhu]
+ IWL normal
24 jam

3) Observasi adanya edema


4) Batasi cairan yang masuk Kebanyakan pasien akan diminta untuk
membatasi asupan cairannya. Jika ginjal tidak berfungsi dengan
baik, maka pasien jauh lebih rentan terhadap penumpukan cairan.
2. Dialisis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergensi. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CPAD
(Continues Ambulatiry Peritonial Dialysis).
b. Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invasif vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodilis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan: AV fistule
(menggabungkan vena dan arteri) dan double lumen (langsung pada
daerah jantung atau vaskularisasi ke jantung).
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal
BAB II
WEB OF CAUSATION (WOC)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan
juga mempunyai peranan penting sebagai emicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk/berdiri yang terlalu lama dan lingkungan
yang tidak menyediakan cukup air minum/mengandung banyak
senyawa/zat logam dan pola makan yang tidak sehat. Laki-laki memiliki
resiko lebih tinggi dari pada perempuan, karena kebiasaan pekerjaan dan
pola hidup yang sehat. resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan
pola hidup sehat.
2. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder
yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun, sampai
pada tidak dapat memproduksi urine, penurunan kesadaran karena
komplikasi pada system sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah,
keringat dingin, kelelahan, napas berbau urea, dan pruritus (rasa gatal),
kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa
metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan
filtrasi.
3. Riwayat penyakit dahulu
Chronic Kidney Disease (CKD) dimulai dari gagal ginjal akut
dengan berbagai penyebab. Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu
akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat penyakit Infeksi
Saluran Kemih, payah jantung, penggunan obat berlebihan khususnya obat
yang bersifat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia (BPH) dan lain
sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada
beberapa penyakit yang langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal
ginjal seperti diabetes militus, hipertensi, dan batu saluran kemih.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien dengan Chronic Kidney Disease biasanya terjadi
penurunan jumlah urine, penurunan kesadaran, perubahan pola napas
karena komplikasi dari gangguan system ventilasi, kelelahan, perubahan
fisiologis kulit, bau urea pada napas, selain itu, karena berdampak pada
proses metabolisme, maka akan terjadi anoreksia, mual dan muntah
sehingga beresiko untuk terjadinya gangguan nutrisi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Chronic Kidney Disease (CKD) bukan penyakit menular dan menurun,
sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini.
Namun, pencetus sekunder seperti Diabetes Militus dan Hipertensi
memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit Chronic Kidney Disease,
karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan keluarga
yang diterapakan jika ada anggota kelurga yang sakit, misalnya minum
jamu saat sakit.
6. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping yang
baik. Pada klien Chronic Kidney Disease, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan
menjalani proses dialisis. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak
berdiam diri murung. selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang
dikeluarkan selama proses pengobatan, sehingga klien mengalami
kecemasan.
7. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Kondisi klien Chronic Kidney Disease (CKD) biasanya lemah, tingkat
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV
sering didapatkan RR meningkat, hipertensi/hipotensi sesuai dengan
kondisi fluktuatif.
8. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan / keadaan umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri
b. Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
c. Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atauterjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga,hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. System Pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas, jika terjadi komplikasi
asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi.
f. Sistem Hematologi
Biasanya ditemukan fricition rub pada kondisi uremia berat. Selain
itu, biasa terjadi peningkatana tekanan darah, akaral teraba dingin,
CRT lebih dari 3 detik, terjadi palpitasi jantung, chest pain, dyspnea,
terjadi gangguan di irama jantung dan terjadi gangguan sirkulasi
lainya. Jika zat sisa metabolisme semakin tinggi dalam tubuh akan
semakin buruk karena tidak efektif dalam proses pembungan sisa.
Juga dapat terjadi gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
g. Sistem Neuromuskuler
Terjadi penurunan kognitif serta terjadi disorientasi pada pasien
Chronic Kidney Disease. Terjadi penurunan kesadaran terjadi jika
telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi cerebral terganggu.
h. Sistem Kardiovaskuler
retensi natrium dan air akan mengalami peningkatan kerena tekanan
darah. Tekanan darah meningkat diatas keambangan akan
mempengarui volume vaskuler sehingga akan terjadi peningkatan
beban jantung pada klien Chronic Kidney Disease.
i. Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan Chronic Kidney
Disease akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan
hormone repoduksi. Selain itu, jika kondisi Chronic Kidney Disease
berhubungan dengan penyakit diabetes militus, maka aka ada
gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses
metabolisme.
j. Sistem Perkemihan
Dengan terjadinya gangguan dan kegagalan fungsi ginjal secara
menyeluruh di proses filtrasi, sekresi, reabsorbsi dan ekresi, maka
tanda gejala yang paling menonjol yaitu penurunan pengeluaran urine
kurang dari 400 ml/hari bahkan sampai pada tidak adaanya urine.
k. Sistem pencernaan
Gangguan yang terjadi pada system pencernaan lebih dikarenakan
efek dari penyakit itu sendiri. Sering ditemukan anoreksia, mual,
muntah, dan diare.
l. Sistem Muskuloskeletal
Dengan terjadinya gangguan penurunan atau kegagalan fungsi sekresi
pada ginjal maka berdampak pada proses demineralisasi pada tulang,
sehingga beresiko terjadinya pengkroposan tulang yang tinggi.
Dengan terjadinya gangguan penurunan atau kegagalan fungsi sekresi
pada ginjal maka berdampak pada proses demineralisasi pada tulang,
sehingga beresiko terjadinya pengkroposan tulang yang tinggi.
m. Pola nutrisi dan metabolik
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam
kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,
asupan nutrisi dan air naik atau turun.
n. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darahatau tidak singkronnya antara
tekanan darah dan suhu.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia b/d penurunan haluran urin dan retensi cairan dan natrium
(D.0022)
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi paru (D. 0005)
3. Defisit nutrisi b/d anoreksia mual muntah (D.0019)
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (D.0056)

C. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Hipervolemia (D.0022) Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia


(L.03020) (I.03114)
Penyebab: Setelah dilakukan intervensi Observasi
1. Gangguan keperawatan selama 4 jam, 1. Periksa tanda dan gejala
mekanisme regulasi maka keseimbangan cairan hipervolemia
2. Kelebihan asupan meningkat, kriteria hasil: 2. Identifikasi penyebab
cairan 1. Asupan cairan meningkat hipervolemia
3. Kelebihan asupan 2. Output urin meningkat 3. Monitor status
natrium 3. Membran mukosa lembab hemodinamik
4. Gangguan aliran meningkat 4. Monitor intake dan output
balik vena 4. Asupan makanan cairan
5. Monitor intake dan output
5. Efek agen meningkat
cairan
farmakologis (mis. 5. Edema menurun
6. Monitor tanda
Kortikosteroid, 6. Asites menurun hemokonsentrasi (mis.
chlorpropamide, 7. Konfusi menurun kadar natrium, BUN,
tolbutamide, dll) 8. Tekanan darah membaik hematokrit, berat jenis
9. Frekuensi nadi membaik urin)
10. Tekanan arteri rata-rata 7. Monitor tanda peningkatan
membaik tekanan onkotik plasma
11. Mata cekung membaik (mis. kadar protein dan
12. Turgor kulit membaik albumin meningkat)
13. Berat badan membaik 8. Monitor kecepatan infus
secara ketat
9. Monitor efek samping
diuretik (mis. hipotensi
ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)

Terapeutik
1. Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan
garam

Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
haluaran urin 1 kg dalam
sehari
2. Anjurkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
3. Ajarkan cara membatasi
cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
2. Pola napas tidak Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Nafas
efektif (D. 0005) (I.01011)
Penyebab: Setelah dilakukan intervensi Observasi
1. Depresi pusat keperawatan selama 4 jam, 1. Monitor pola nafas
pernapasan maka pola napas membaik, (frekuensi, kedalam, usaha
2. Hambatan upaya dengan kriteria hasil: napas)
napas 1. Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi nafas
3. Deformitas dinding meningkat tambahan (mis. Gurgling,
dada 2. Kapasitas vital meningkat mengi, wheezing, ronkhi
4. Deformitas tulang 3. Tekanan ekspirasi kering)
dada meningkat 3. Monitor sputum (jumlah,
5. Gangguan 4. Tekanan inspirasi warna, aroma)
neuromuscular meningkat
6. Gangguan Terapeutik
5. Dispnea menurun
neurologis 1. Pertahankan kepatenan
6. Penggunaan otot bantu
7. Imaturitas neurologis jalan nafas dengan head-tilt
nafas menurun
8. Penurunan energi dan chin-lift
9. Obesitas 7. Pemanjangan fase ekspirasi
menurun 2. Posisikan semi fowler atau
10. Kecemasan fowler
8. Pernapasan cuping hidung
3. Berikan minuman hangat
menurun
4. Lakukan fisioterapi dada
9. Frekuensi nafas membaik 5. Lakukan penghisapan
10. Kedalaman nafas lendir kurang dari 15 detik
membaik 6. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan teknik batuk
efektif
2. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Penyebab: Setelah dilakukan intervensi Observasi
1. Ketidakmampuan keperawatan selamat 4 jam, 1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan maka status nutrisi membaik, 2. Identifikasi alergi dan
2. Ketidakmampuan dengan kriteria hasil: intoleransi makanan
mencerna makanan 1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan yang
3. Ketidakmampuan dihabiskan meningkat disukai
mengabsorbsi 2. Kekuatan otot pengunyah 4. Identifikasi perlunya
nutrient meningkat penggunaan selang
4. Peningkatan 3. Kekuatan otot menelan nasogastrik
kebutuhan meningkat 5. Monitor asupan makanan
metabolisme 4. Serum albumin meningkat 6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil pemeriksaan
5. Faktor ekonomi 5. Perasaan cepat kenyang
laboratorium
(mis. finansial tidak menurun
mencukupi) 6. Nyeri abdomen menurun Terapeutik
6. Faktor psikologis 7. Sariawan menurun 1. Fasilitasi menentukan
(mis. stess, 8. Rambut rontok menurun pedoman diet (mis.piramida
keengganan untuk 9. Diare menurun makanan)
makanan) 10. Berat badan membaik 2. Berikan makanan tinggi serat
11. Indeks massa tubuh (IMT) untuk mencegah konstipasi
membaik 3. Berikan makanan tinggi
12. Frekuensi makan membaik kalori dan tinggi protein
13. Nafsu makan membaik
14. Bising usus membaik Edukasi
15. Membran mukosa 1. Ajarkan diet yang
membaik diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
4. Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas (L.03032) MANAJEMEN ENERGI (I.
(D.0056) 05178)
Penyebab : Setelah dilakukan asuhan Observasi
1. Ketidak seimbangan keperawatan selama 3 x 24 Identifkasi gangguan fungsi
antara suplai dan jam diharapkan toleransi tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen aktivitas meningkat dengan kelelahan
2. Tirah baring kriteria hasil : 1. Monitor kelelahan fisik dan
3. Kelemahan 1. Frekuensi nadi membaik emosional
4. Imobilitas 2. Keluhan lelah menurun 2. Monitor pola dan jam tidur
5. Gaya hidup monoton 3. Dispnea tidak terjadi 3. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Adira AA. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease
(CKD) Dengan Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Mawar II RSUD
dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. KTI: Stikes Bhakti Kencana Bandung.

Centers for Disease Control and Prevention. (2020). Chronic Kidney Disease
Basics. Retrieved from https://www.cdc.gov/kidneydisease/basics.html

Darmawan. (2019). Karya Ilmiah Akhir Ners ( Kia-N ) Asuhan Keperawatan Pada
Ny. A Dengan Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Pemberian Inovasi
Intervensi Terapi Musik Di Ambun Suri Lantai Iv Achmad
Mochtarbukittinggi 2019. Program Studi Profesi Ners Stikes Perintis
Padang Tahun 2019.

Ida, M. (2016).Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Jayanti,Indri.(2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gagal Ginjal Kronis Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-Iii
Keperawatan Samarinda.

Nuari NA, Widayati D.(2017).Sistem Perkemihan dan Penatalaksanaan


Keperawatan.Sleman : Budi Utama

Sulystianingsih, Dwi Retno. (2018). Efektivitas Latihan Fisik Selama


Hemodialisis Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Penyakit Ginjal
Kronik di Rumah Saskit Umum Daerah Kota Semarang.Tesis Kekhususan
Keperawatan Medikal Bedah Depok.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai