DISUSUN OLEH:
IPIN SADO
231133040
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN CRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
DI RSUD dr. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
Disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
A. Definisi Penyakit
CKD adalah kondisi di mana ginjal rusak dan tidak dapat menyaring darah
dengan baik. Oleh karena itu, kelebihan cairan dan zat sisa dari darah tetap
berada di dalam tubuh dan dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya,
seperti penyakit jantung dan stroke(Centers for Disease Control and Prevention,
2020).
Penyakit ginjal kronis yaitu adanya kerusakan ginjal atau perkiraan laju
filtrasi glomerulus (eGFR) kurang dari 60 ml/menit/ 1,73 m2 yang berlangsung
selama 3 bulan atau lebih. CKD adalah keadaan hilangnya fungsi ginjal secara
progresif yang pada akhirnya memerlukan terapi penggantian ginjal (dialisis atau
transplantasi) (Vaidya & Aeddula, 2020).
B. Etiologi
Menurut Vaidya & Aeddula (2020), penyebab CKD bervariasi dan paling
umum yang dapat menyebabkan CKD adalah sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus tipe 1 dan 2
2. Hipertensi
3. Glomerulonefritis primer
4. Nefritis tubulointerstitial kronis
5. Penyakit keturunan
6. Glomerulonefritis atau vaskulitis sekunder
7. Diskrasia atau neoplasma sel plasma
3
C. Klasifikasi
Klasifikasi CKD berdasarkan derajat (stage) laju filtrasi glomerulus
(LFG) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/menit/1,73 m 2 dengan rumus
kockrof-gault sebagai berikut:
( 140−umur ) x berat badan
LFG=
72 x kreatinin plasma(mg /dl)
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Vaidya & Aeddula (2020), stadium awal CKD tidak bergejala,
namun bermanifestasi pada stadium 4 atau 5. Beberapa gejala dan tanda
umum yang ada adalah sebagai berikut:
1. Mual dan muntah
2. Perasaan haus
3. Kehilangan selera makan
4. Kelelahan dan kelemahan
5. Gangguan tidur
6. Oliguria
7. Ketajaman mental menurun
8. Otot berkedut dan kram
9. Pembengkakam pada kaki dan pergelangan kaki
10. Pruritus persisten
11. Nyeri dada akibat perikarditis uremik
12. Sesak napas akibat edema paru karena kelebihan cairan
4
E. Komplikasi
Menurut Murabito & Hallmark (2018), beberapa komplikasi dari CKD
adalah:
1. Anemia
2. Penyakit ginjal kronis (gangguan mineral dan tulang)
3. Penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
Menurut Centers for Disease Control and Prevention(2020), beberapa
komplikasi kesehatan lain dari CKD meliputi:
1. Anemia atau jumlah sel darah merah yang rendah.
2. Meningkatnya kejadian infeksi.
3. Kadar kalsium rendah, kadar kalium tinggi, dan kadar fosfor tinggi di
dalam darah.
4. Kehilangan nafsu makan atau makan lebih sedikit.
5. Depresi atau kualitas hidup yang lebih rendah.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stephens (2017), ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosa CKD, yaitu:
6
H. Penatalaksanaan
Menurut Sudoyo (2015), rencana tatalaksana penyakit gingal kronik
dibuat sesuai dengan derajatnya, yaitu:
11. Vitamin D
Penderita penyakit ginjal biasanya memiliki kadar vitamin D yang
rendah dimana vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang. Vitamin
D yang diperoleh dari matahari atau makanan harus diaktifkan oleh ginjal
sebelum tubuh dapat menggunakannya. Pasien mungkin diberikan
alfacalcidol atau kalsitriol.
12. Retensi Cairan
Kebanyakan pasien akan diminta untuk membatasi asupan
cairannya. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka pasien jauh
lebih rentan terhadap penumpukan cairan.
10
BAB II
WOC (WEB OF CAUSATION)
Nefron rusak
GFR menurun
Gangguan keseimbangan asam basa Asidosis Sindrom uremia Suplai darah dan O² ke
jaringan tidak adekuat
Produksi asam meningkat Hiperventilasi Pruritus (gatal)
Fituge (kelemahan umum)
Defisit nutrisi Pola Napas Tidak Efektif Sensasi menggaruk
Intoleransi
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Aktivitas
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Keperawatan
(Riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, dan alat bantu yang dipakai)
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
(Tingkat ketergantungan, sistem tubuh: pernapasan, kardiovaskuler,
persyarafan, GCS, refleks tendon, persepsi sensori, perkemihan,
pencernaan, tulang-otot-integumen, dan sistem endokrin)
4. Pola Aktivitas
5. Psikososial(Sosial/interaksi, spiritual, dan kebutuhan pembelajaran)
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Terapi Medis
(Jurusan Keperawatan Pontianak)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
2. Nyeri akut
3. Hipervolemia
4. Defisit nutrisi
5. Perfusi perifer tidak efektif
6. Intoleransi aktivitas
7. Keletihan
8. Gangguan integritas kulit/jaringan
9. Kecemasan
10. Risiko perdarahan
11. Risiko infeksi
(Nurarif & Kusuma, 2016)
11
C. Luaran Keperawatan
No. SDKI SLKI
1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
gas (D.0003) diharapkan masalah gangguan pertukaran gas
Penyebab: dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi Pertukaran Gas (L. 01003)
2. Perubahan membran 1. Tingkat kesadaran meningkat
alveolus-kapiler 2. Dispneu menurun
3. Bunyi napas menurun
4. Takikardi menurun
5. Pusing menurun
6. Penglihatan kabur menurun
7. Diaforesis menurun
8. Gelisah menurun
9. Napas cuping hidung menurun
10. PCO2 membaik
11. PO2 membaik
12. pH arteri membaik
13. Sianosis membaik
14. Pola napas membaik
15. Warna kulit membaik
2 Nyeri akut (D. 0077) Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
Penyebab: diharapkan masalah nyeri akut dapat teratasi
1. Agen pencidera dengan kriteria hasil:
fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, Tingkat Nyeri (L. 08066)
neoplasma) 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
2. Agen pencidera meningkat
kimiawi (mis. 2. Keluhan nyeri menurun
Terbakar, bahan kimia 3. Meringis menurun
iritan) 4. Sikap protektif menurun
3. Agen pencidera fisik 5. Gelisah menurun
(mis. Abses, amputasi, 6. Kesulitan tidur menurun
terbakar, terpotong, 7. Menarik diri menurun
mengangkat berat, 8. Berfokus pada diri sendiri menurun
prosedur operasi, 9. Diaforesis menurun
trauma, latihan fisik 10.Anoreksia menurun
berlebihan) 11.Perineum terasa tertekan menurun
12.Ketegangan otot menurun
13.Pupil dilatasi menurun
14.Muntah dan mual menurun
15.Frekuensi nadi, pola napas, dan tekanan
darah membaik
16.Proses berpikir dan fokus membaik
17.Nafsu makan dan pola pikir membaik
3 Hipervolemia (D. 0022) Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
Penyebab: diharapkan masalah hipervolemia dapat
1. Gangguan mekanisme teratasi dengan kriteria hasil:
regulasi
2. Kelebihan asupan Keseimbangan Cairan (L.03020)
cairan 1. Asupan cairan meningkat
3. Kelebihan asupan 2. Outpun urin meningkat
natrium 3. Membran mukosa lembab meningkat
4. Gangguan aliran balik 4. Asupana makanan meningkat
vena 5. Edema menurun
5. Efek agen 6. Asites menurun
farmakologis (mis. 7. Konfusi menurun
Kortikosteroid, 8. Tekanan darah membaik
chlorpropamide, 9. Frekuensi nadi membaik
tolbutamide, dll) 10. Tekanan arteri rata-rata membaik
11. Mata cekung membaik
12. Turgor kulit membaik
13. Berat badan membaik
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 dan Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
D. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SIKI
1 Gangguan pertukaran Pemantauan Respirasi (I. 01014)
gas (D.0003) 1. Observasi
Penyebab: a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
1. Ketidakseimbangan dan upaya napas
ventilasi-perfusi R/mengethui pernapasan pada px
2. Perubahan membran b. Monitor pola napas (seperti bradipneu,
alveolus-kapiler takipneu, hiperventilasi, kusmaul,
checnestokes biot, ataksik)
R/mengetahui kelainan napas pada px
c. Monitor kemampuan batuk efektif
R/mengetahui keefektivan batuk pada
px
d. Monitor adanya produksi sputum
R/mengurangi sputum untuk
membebaskan jalan napas
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
R/memberikan jalan napas yang paten
f. Monitor saturasi oksigen
R/mengethui kapasitas oksigen pada
aliran darah
g. Monitor nilai AGD
R/ Analisa gas darah (AGD) adalah
prosedur pemeriksaan medis yang
bertujuan untuk mengukur jumlah
oksigen dan karbon dioksida dalam
darah
h. Monitor hasil thorax x-ray
R/mengetahui kelianan pada thorax px
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
R/mencegah terjadinya keracunan
oksigen
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
R/pemantauan berulan dari Riwayat
yang dicatat
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
R/memberikan edukasi kepada
keluarga dan px tentang Tindakan yang
diberikan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
R/memberikan edukasi kepada
keluarga
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada
respons pasien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP
sebagai pola pikirnya (Keliat, 2011).
1. Subjektif
Respons subjektif pasien dan keluarga terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan.
2. Objektif
Respons objektif pasien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
3. Assesment
Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap, atau muncul masalah baru, atau bahkan ada
data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
4. Plan
Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil dari analisa pada
respons pasien dan keluarga.
Pada kasus dengan CKD terdapat beberapa diagnosa seperti gangguan
pertukaran gas, nyeri akut, dan hipervolemia. Dari diagnosa tersebut akan
didapatkan evaluasi dari kriteria hasil atau respons dari pasien dan keluarga
berupa:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Tingkat kesadaran meningkat, Dispneu menurun, bunyi napas menurun,
takikardi menurun, pusing menurun, penglihatan kabur menurun, diaforesis
menurun, gelisah menurun, napas cuping hidung menurun, PCO2 membaik, PO2
membaik, pH arteri membaik, Sianosis membaik, pola napas membaik,
warna kulit membaik.
2. Nyeri Akut
Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat, keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan
tidur menurun, menarik diri menurun, berfokus pada diri sendiri
menurun, diaforesis menurun, anoreksia menurun, perineum terasa
tertekan menurun, ketegangan otot menurun, pupil dilatasi menurun,
muntah dan mual menurun, frekuensi nadi, pola napas, tekanan darah
membaik, proses berpikir dan fokus membaik, nafsu makan dan pola
pikir membaik.
3. Hipervolemia
Asupan cairan meningkat, outpun urin meningkat, membran mukosa
lembab meningkat, asupan makanan meningkat, edema menurun, asites
menurun, konfusi menurun, tekanan darah membaik, frekuensi nadi
membaik, tekanan arteri rata-rata membaik, mata cekung membaik,
turgor kulit membaik, berat badan membaik.
F. Aplikasi Pemikiran Kritis Pengaruh progressive Muscle Relaxation
terhadap kualitas tidur pasien Hemodialisa
Terapi hemodialisa aman dan bermanfaat untuk pasien CKD namun ada
efek samping yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis yang
bisa terjadi berupa rasa haus berlebihan, tenggorokan kering, tidak selera
makan, gastritis, konstipasi, kesulitan bernafas, kelemahan, nyeri dan
gangguan tidur. Uremia akan berdampak pada gangguan fungsi sistem saraf
dan menyebabkan restless leg syndrome. Pemberian terapi progressive
muscle relaxation dapat megurangi penumpukan urea dalam darah sehingga
dapat mengurangi terjadinya restless leg syndrome pada pasien hemodialisa,
yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas tidur (Smeltzet &
Bare, 2015).
Tidur merupakan hal yang penting bagi tubuh, apabila tidak di tangani
dapat menyebabkan adanya perubahan pada metabolisme, system endokrin,
fungsi fisik, mental, kesehatan dan kesejahteraan. Tidur merupakan titik awal
munculnya energi baru bagi tubuh. Masalah tidur harus dianggap sebagai
tanda vital, karena merupakan indikator kuat kesehatan dan kualitas hidup
secara keseluruhan (Knutson, 2015).
Prevalensi gangguan tidur pada pasien hemodialisa sebesar 60%-94%.
Gangguan tidur merupakan hal yang biasa terjadi pada pasien CKD dengan
prevalensi yang cukup tinggi, sesuai dengan peningkatan usia, dan berbagai
penyebabnya (Shariati, 2012).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimen
semu (Quasy-Experimental Time Series Design), dengan rancangan pre-test
and post-test with control group design. Pre-test dilakukan pada kedua
kelompok, dan dievaluasi pada minggu kedua dan postes minggu keempat.
Variabel bebas pada penelitian ini progressive muscle relaxation dan variabel
terikat kualitas tidur.
Penelitian yang dilakukan oleh Hou (2014) dengan terapi PMR pada
pasien hemodialisa yang dilakukan setiap hari sebelum tidur selama 12
minggu, hasilnya efektif dapat memperbaiki keadaan mental dan kualitas
tidur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa terapi
PMR selama satu bulan, yang dilakukan 1-2 kali setiap harinya dapat
meningkatkan kualitas tidur pada pasien hemodialisa (Ahmed & Younis,
2014).
PMR juga dapat menurunkan kelelahan dan meningkatkan kualitas tidur
pada pasein dengan Chronic Obstructive Lung Disease (COPD) dan multiple
sclerosis (Akgun & Dayapoglu, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Basok, B., Studi, P., Keperawatan, I., Ginjal, G., Ice, K. S., Rasa, M., &
Hemodialisis, H. (2018). Pengaruh menghisap slimber ice terhadap
intensitas rasa haus pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
2(2), 77–83.
Cahyaningsih, N. D. (2014). Hemodialisis (Cuci Darah): Panduan Praktis
Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Centers for Disease Control and Prevention. (2020). Chronic Kidney Disease
Basics. Retrieved from https://www.cdc.gov/kidneydisease/basics.html
Isroin, Laily. (2016). Manajemen Cairan pada Pasien Hemodialisis untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup. Ponorogo : Unmuh Ponorogo Press.
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Matzo, M., & Sherman, D. M. (2015). Palliative Care Nursing: Quality Care to
the End of Live (Four Edition). New York: Springer Publishing Company,
LLC.
Murabito, S., & Hallmark, B. F. (2018). Complications of Kidney Disease.
Nursing Clinics of North America, 53(4), 579–588.
https://doi.org/10.1016/j.cnur.2018.07.010
Novitasari, Ida. 2015. Gambaran tingkat kecemasan, stres, depresi dan mekanisme
koping pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr. Moewardi. Skripsi : Universitas Diponegoro Semarang.
Nurarif & Kusuma. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC, jilid 2. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Stephens, C. (2017). Symptoms, causes, and treatment of chronic kidney disease.
Retrieved from https://www.medicalnewstoday.com/articles/172179
Sudoyo. (2015).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Internal
Publishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.