G DENGAN
OLEH:
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
penyakit ginjal kronik adalah : (a) kerusakan ginjal ≥ 3 bulan, berupa kelainan
structural atau fungsional dari ginjal, dengan atau tanpa berkurangnya laju filtrasi
glomerulus (LFG). (b) LFG < 60ml/1,73m₂/menit luas permukaan tubuh selama >
adalah diabetes (30%) dan Hipertensi (50%) serta keadaan lain yang dapat
prostat dan obstruksi batu ginjal. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis ( PGK) memiliki tingkat tinggi pada
dari PGK pada stadium 2-5 selalu meningkat sejak tahun 1988 dengan etiologi
terbanyak yaitu : diabetes (40%) dan hipertensi (25%). Berdasarkan systematic
review dan meta analisis yang dilakukan oleh Hill et al 2016, mendapatkan
bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang menderita gagal ginjal sebesar 0,2%
atau 2 per 1000 penduduk. Dan berdasarkan Indonesian Renal Registry ( IRR )
tahun 2016, sebanyak 98% penderita gagal ginjal menjalani terapi Hemodialisis
(HD) dan 2% menjalani Peritoneal sDialisis (PD). Penyebab terbanyak dari PGK
adalah nefropati diabetic (52%), Hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam
hiperfiltrasi yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.
Secara perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum (Meita, 2020). Tanda
dan gejala gagal ginjal kronik yang timbul seperti hipertensi, edema pada
ekstremitas, pembesaran vena leher, sesak napas, kulit kering bersisik, asites
Untuk mencegah terjadinya penyakit gagal ginjal kronik bisa dengan cara
menjaga asupan cairan, tidak merokok, periksa tekanan darah secara rutin,
menjaga berat badan dengan berolahraga secara teratur (Gloria et al, 2016).
Selama ini dikenal dua metode dalam penanganan gagal ginjal, pertama yaitu
transplantasi ginjal dan kedua dialisis atau cuci darah. Untuk transplantasi ginjal
masih terbatas karena banyak kendala yang harus dihadapi seperti ketersediaan
donor ginjal, teknik operasi dan perawatan pascaoperasi. Kedua hemodialisa yaitu
terapi pengganti untuk pasien gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronik.
minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan
Pada klien dengan diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD) tidak hanya
keadaan fisik, tetapi fisiologis klien juga berdampak karena timbulnya berbagai
penanganan yang dijalankan seumur hidup yang dimana telah terjadi banyak klien
yang keluar masuk rumah sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis
(Parwati, 2019).
unit hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam satu hari yaitu sebanyak 50-
60 pasien dengan di bagi menjadi dua sesi dialysis perharinya. Data dibulan
September 2023 terdapat 1374 kali Tindakan dialysis, 1068 pasien rawat jalan dan
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Pada Pasien Tn. G dengan Diagnosa Medis Chronic Kidney Disease (CKD) On
3. Manfaat Penulisan
Terkait dengan tujuan, maka Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat
memberi manfaat :
1. Bagi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
Sebagai referensi bagi pelayanan di rumah sakit agar dapat melakukan serta
meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Chronic Kidney Disease (CKD) dengan optimal.
2. Bagi Profesi Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease
(CKD).
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Sebagai salah satu tambahan referensi bagi penulis berikutnya, yang akan
melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagosa medis Chronic Kidney Disease (CKD).
4. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat pada umumnya, agar dapat berperan aktif dalam
melakukan pencegahan terhadap Chronic Kidney Disease (CKD) dengan
melakukan general chek-up agar dapat dilakukan deteksi dini terhadap suatu
kasus berkaitan dengan gangguan sistem ekskresi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi
Penyakit Ginjal Kronik diklasifikasikan berdasarkan nilai GFR (Glomeruli
Fitrate Rate). Berikut tabel klasifikasi gagal ginjal kronik.
C. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah
Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif
pada pembuluh darah. Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar
darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
c. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal
dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal
melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius
e. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan kontstriksi
uretra.
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
D. Patosifiologi
patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung ada penyakit yang
growth factor. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oeh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
Pada stadium yang paling dini gagal ginjal kronik, terjadi kehilangan daya
cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana basal LFG masih normal atau
malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan
fungsi nefron yang progesif yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60% pasien masih belum merasakan
keluhan (asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kretainin
serum. Sampai pada LFG sebesar 30% mulai terjadi keluhan seperti nokturia,
badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada
LFG kurang dari 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang
dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas maupun infeksi
saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipovolemia
kalium. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan muatan istrik atau ion.
Sehingga jika kadar ion dalam tubuh tidak sesuai maka keseimbangan elektrolit
pada tubuh akan terganggu dan dapat memicu munculnya kelebihan volume
cairan. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (ginjal replacement
cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari
dan yang berada diantara sebagian besar sel dalam tubuh. Cairan intravaskular
terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak
trombosit. Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi
Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus yang berpusat
Kehilangan air tak kasat mata (Insensible Water Loss) terjadi terus-
menerus dan tidak terasa dari kulit individu. Rata-rata hilangnya IWL dari kulit
3. Pengaturan elektrolit
Kation utama yakni Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalium (Ca2+), dan
Magnesium (Mg2+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel. Kerja
perasaan (mood), dan perilaku, fungsi saluran pencernaan, juga proses yang
lain. Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan haluaran urine. Anion
utama adalah klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-) dan fosfat (PO3-). Anion
F. Perjalanan Klinik
Menurut Price & Wilson (2015) perjalanan umum gagal ginjal progesif
1. Stadium pertama
kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Gangguan
fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang
berat pada ginjal tersebut. Seperti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan
2. Stadium kedua
lebih dari 75% jaringan berfungsi rusak (GFR besarnya 25% dari normal). Pada
tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat di atas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dan diet.
Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi
kadar normal. Azotemia stress akibat infeksi, gagal jantung akibat dehidrasi. Pada
3. Stadium ketiga
Disebut stadium gagal ginjal akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir
timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau hanya sekitar
200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10% dari normal. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
menyolok sebagai respon terhadap GFR yang sedikit megalami penurunan. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup
parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan
elektrolit tubuh.
G. Manifestasi Klinis
3. Hipertensi akibat retensi cairan dalam natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin, aldosteron.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat kadar kalium
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
atau kalium, pH, kadar serum fosfor, kadar Hb, hematokrit, kadar urea nitrogen
Pada stadium yang cepat pada insufiensi ginjal, anlisa urine dapat menunjang
dan sebagai indikator untuk melihat kelainan fungsi ginjal, batas kreatinin, urin
rata- rata dari urine tampung selama 24 jam. Analisa urine dapat dilakukan
pada stadium gagal ginjal yang mana dijumpai produksi urine yang tidak normal.
Dengan urine analisa juga juga dapat menunjukkan kadar protein, glukosa,
ginjal yang progesif dapat terjadi output urin yang kurang dan frekuensi urine
menurun, monitor kadar BUN dan kadar kreatinin sangat penting bagi pasien
gagal ginjal. Urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolisme protein serta
urea yang harus dikeluarkan oleh ginjal. Normal kadar BUN dan kreatinin 20:1.
Bila ada peningkatan BUN selalu diindikasikan dehidrasi dan kelebihan intake
potein.
2. Pemeriksaan radiologi
gambaran ini akan terlihat bahwa ginjal mengecil yang mungkin disebabkan
kontras.
ginjal dengan memakai kontras. IVP biasa dugunakan pada kasus gangguan
yang disebabkan oleh obstruksi uropathy, ARF, proses infeksi ginjal serta post
transplantasi ginjal.
3. Biopsi ginjal
J. Penatalaksanaan
Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hr) atau diuretik
Diet rendah protein (20-40 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan gejal
3. Kontrol hipertensi
Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung kiri.
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, kesimbangan garam dan cairan
setiap makan.
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupuratif dan terapi lebih
ketat.
8. Deteksi komplikasi
Dialisis dilakukan pada gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sering pusing saat menjalani HD, kedua kaki agak
sedikit bengkak dan merasa agak sesak jika berjalan terlalu lama, pasien
mengeluh susah untuk tidur.
e. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 130/75 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36.7o C
Respirasi : 20 x/menit
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan pre HD : 52 kg
Berat Badan Sebelumnya : 48 kg
Berat Badan Kering : 47,5 kg
b. Head To Toe
1) Kepala : Tidak ada masalah
2) Wajah : Simetris, tidak ada edema
3) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
4) Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus normal pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing
5) Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
6) Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Tidak ada masalah
Perkusi : Timpani, shifting dulness (-)
7) Ekstremitas : Akral hangat, edema kedua ekstremitas bawah grade 2.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 27/09/2023
Hemoglobin : 11.5 g/dL (13,0 – 16,0) Ureum Darah : 60 mg/dL (10 - 50)
Leukosit : 6,41 (5,0 – 10,0) Kreatinin Darah : 6,6 mg/dL (0,8 – 1,3)
Trombosit : 106 (150 - 400) Natrium : 136 mmol/L (136 - 145)
Hematokrit : 35 (40,0 – 48,0) Kalium : 4,1 mmol/L (3,5 – 5,1)
Eritrosit : 3,64 (4,50 – 5,50) Klorida : 100 mmol/L (97 - 111)
b. Obat
Amlodipin 1 x 5 mg (p.o)
Bicnat 3 x 500 mg (p.o)
Asam folat 1 x 1 mg (p.o)
Furosemide 40 mg (p.o)
Ramipril 2,5 mg (p.o)
Injeksi Epoetin 3000 unit (SC)
(K/P)
Paracetamol 500mg ( K/P)
5. Preskripsi HD
HD rutin
Time dialisis : 4.5 jam
QB : 200-250 ml/menit
QD : 500 ml/menit
UFG : 3000 cc
Heparinisasi : Regular heparin
Dialisat : Acid+bicarbonat
Natrium : 139 mmol
Temperatur : 37oC
Akses : Cimino tangan kiri
B. ANALISA DATA
No. Data Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: Hipervolemia
- Pasien mengatakan kedua kaki bengkak, berat
badan naik 3 kg.
- Pasien mengatakan sering terbangun pada
malam hari karena batuk.
- Pasien Sesak nafas jika berjalan lama.
Data objektif:
- Berat Badan pre HD : 51 kg
- Berat Badan Post HD Sebelumnya : 48 kg
- Berat Badan Kering : 48 kg
- Edema kedua ekstremitas bawah grade 2
- Hb : 11,5gr/dl
- Hematokrit : 35%
- Tekanan darah : 130/75mmHg
- Nadi : 98 x/menit
- Intake cairan 600 cc/hari
- Output urin 400cc/hari
- Pasien didiagnosa CKD stage V sejak 7 Tahun
yang lalu dan menjalani hemodialisa rutin 2 kali
seminggu.
2. Data subjektif:
- Pasien mengatakan nyeri pada kepala pada Nyeri akut
bagian depan.
P : Nyeri bertambah saat tirah baring lama
Q: Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk
R: Sakit kepala bagian depan
S : Mengganggu istirahat ( skala 7 )
T : Hilang timbul
Data objektif:
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien tampak gelisah
- Tekanan darah: 130/75 mmHg
- Nadi : 98 x/menit
- Suhu : 36.2o C
- Respirasi : 20 x/menit
3. Data subjektif: Gangguan Pola Tidur
- Pasien mengeluh sulit untuk tidur
- Pasien mengatakan saat tidur malam pasien
sering terbangun 2-3x.
- Pasien mengeluh tidak puas dengan tidurnya
karena hanya tidur 3 jam saja pada malam hari
dan tidak bisa juga tidur di siang hari.
- Pasien mengeluh istirahatnya tidak cukup.
Data objektif:
- Pasien tampak mengantuk.
- Pasien tampak sering menguap.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Edukasi
• Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
da haluaran cairan
• Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian diuretik
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
3. Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.05174)
tidur
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan kurang intervensi Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
kontrol tidur keperawatan selama 3 Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/
(D.0055) kali pertemuan, maka atau psikologis).
pola tidur membaik,
Identifikasi makanan dan minuman yang
dengan
mengganggu tidur (misalnya: kopi, teh, makan
Kriteria Hasil : mendekati waktu tidur, minum banyak air
- Keluhan sulit tidur sebelum tidur).
menurun. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.
- Keluhan sering terjaga
menurun. Terapeutik
- Keluhan tidak puas Modifikasi lingkungan (misalnya:
tidur menurun. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
- Keluhan pola tidur tempat tidur)
berubah menurun. Batasi waktu tidur siang, jika perlu.
- Keluhan istirahat tidak Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur.
cukup menurun. Tetapkan jadwal tidur rutin.
Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (misalnya: pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
Anjurkan menghindari makanan/ minuman
yang mengganggu tidur.
Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (misalnya:
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja).
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi.
Terapeutik
Sediakan materi dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat.
Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan.
Berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya.
Edukasi
Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/
olahraga secara
rutin.
Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat.
Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (misalnya: kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas)
Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas sesuai kemampuan.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
A. Kesimpulan
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah
dan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan
dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium, portasium, dan fosfat tetap
stabil. Serta memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam
mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap
kuat.
B. Saran
Penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan
keperawatan pada kasus penyakit ginjal kronis. Diharapkan hasil makalah ini
dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan menambah wawasan mengenai
asuhan keperawatan pada penyakit ginjal kronis.