OLEH
MEYSIN ADAM
2023081040
DEPOK
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan petunjuk-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah keperawatan dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. JM dengan diagnose Chronic Kidney Disease (CKD)
diruang ICU Rumah Sakit Hermina Depok”.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan masa orientasi khusus. Proses penyusunan laporan kasus ini
melibatkan bantuan dari berbagai pihak, yang sangat membantu kelancaran penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Kepala ruangan intensif care unit (ICU) RS Hermina Depok
Meysin Adam
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang dimiliki seseorang dalam
jangka panjang dan berkembang atau bertambah parah secara perlahan serta tidak
dapat ditularkan ke orang lain (World Health Organization, 2019). Penyakit tidak
menular saat ini merupakan masalah kesehatan yang menimbulkan keprihatinan
nasional dan global (Warganegara dan Nur, 2016). Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2018 menjelaskan bahwa penyebab kematian tertinggi
masyarakat Indonesia disebabkan karena penyakit tidak menular. Penyakit tidak
menular di Indonesia diantaranya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi
dengan prevalennsi 34,1%, diabetes melitus 8,5%, stroke 7%, penyakit ginjal
kronik 3,8% dan urutan terakhir yaitu kanker dengan prevalensi 1,8%.
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat global
dengan prevalensi dan insidens yang terus meningkat, menimbulkan
kemungkinan yang buruk dan memerlukan biaya yang cukup banyak dalam
penanganannya (Brunner dan Suddarth, 2016). Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) pada tahun 2016 menyebutkan bahwa penyakit gagal ginjal kronik
masuk dalam kategori penyakit yang mendapat pembiayaan dalam jumlah yang
cukup besar. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah terjadinya disfungsi ginjal
yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak dapat menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan peningkatan ureum
(Desfrimadona, 2016).
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa pravalensi penyakit
ginjal di dunia mewakili sekitar 65% dari semua penyakit diabetes dan sebagian
besar adalah kanker. Diperkirakan bahwa sebanyak 5 sampai 10 juta orang
meninggal dunia sebelum waktunya karena penyakit ginjal (WHO, 2018).
Jumlah kasus gagal ginjal di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 jumlah pasien gagal ginjal kronik di
Indonesia sebanyak 713.783 penderita dengan angka tertinggi berada di Jawa
Barat dengan jumlah 131.846 penderita sedangkan di rumah sakit hermina depok
jumlah pasien gagal ginjal dari tahun ketahun mengalami peningkatan, pada
tahun 2021 jumlah pasien gagal ginjal di rumah sakit hermina depok mencapai
1.066 pasien, dan meningkat pada tahun 2022 dengan 1.304 pasien sedangkan
pada tahun 2023 periode januari sampai agustus sebanyak 597 pasien.
Berdasarkan latar belakang kasus dan pengalaman praktik yang ditemukan di
rumah sakit, maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. JM dengan Diagnose Medis Chronic Kidney
Disease (CKD) diruang ICU Rumah Sakit Hermina Depok”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran langsung tentang cara melakukan asuhan keperawatan
dengan Diagnose Medis Chronic Kidney Disease (CKD)
2. Tujuan Khusus
Memperoleh gambaran dan pengalaman dalam melakukan asuhan
keperawatan dan mampu:
a. Mengetahui konsep teori penyakit Chronic Kidney Disease (CKD);
b. Mengidentifikasi data-data yang perlu dikaji pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD);
c. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease (CKD);
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD);
e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah disusun sebelumnya;
f. Melakukan evaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatanpada
pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD);
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal yang
menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, yang
ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG) yang berlangsung selama lebih dari tiga bulan (Hanggraini dkk, 2020).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat
dimana memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal
adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal
(Ulianingrum, 2017).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa CKD
merupakan suatu penyakit perubahan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan
irreversible yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala yang dapat disebabakan oleh berbagai hal dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan elektrolit, yang menyebabkan uremia.
2. Etiologi
Ariani (2016) menjelaskan bahwa banyak kondisi klinis yang
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik. Apapun penyebabnya, respon
yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis
yang memungkinkan dapat mengakibatkan penyakit ginjal kronik dan bisa
disebabkan dari dalam ginjal sendiri maupun dari luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal :
1) Penyakit pada glomerulus (glomerulonefritis)
2) Infeksi kuman, peilonefritis, uretritis
3) Batu ginjal (nefrolitiasis)
4) Kista ginjal (polcystis kidney)
5) Trauma langsung pada ginjal
6) Keganasan pada ginjal
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
b. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2) Dysplidemia
3) SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
4) Infeksi di badan: TB paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsia
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan (luka bakar)
3. Tanda dan Gejala
Manifestasi Penyakit Ginjal Kronik menurut Divanda (2019) terdiri dari:
a. Stadium 1 sampai 3 (dengan GFR ≥ 30 mL/menit/1,73 m2)
Pada stadium ini biasanya memiliki gejala asimtomatik dan masih
belum ditemukan gangguan elektrolit dan metabolik.
b. Stadium 4 dan 5 (dengan GFR < 30 mL/menit/1,73 m2)
Pada stadium ini ditandai dengan poliuria, hematuria, dan edema.
Selain itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan peningkatan
senyawa nitrogen didalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit
dan asam basa dalam tubuh yang pada keadaan lanjut akan menyebabkan
gangguan fungsi pada semua sistem organ tubuh.
Gejala klinis yang ditimbulkan Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut Guswanti (2019) antara lain :
a. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem renin –
angiotensin - aldosteron)
b. Gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
c. Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Chronic Kidney Disease
(CKD), antara lain (Monika, 2019):
a. Hematologi
a) Hemoglobin: HB kurang dari 7-8 g/dl
b) Hematokrit: Biasanya menurun
c) Eritrosit
d) Leukosit
e) Trombosit
b. LFT (Liver Fungsi Test)
c. Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
a) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan
ammonia atau hasil akhir.
b) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis
d. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
a) BUN/ Kreatinin : Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreatinin serum
(normal 0,5-1,5 mg/dL; 45- 132,5 μmol/ L [unit SI]) biasanya
meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 10mg/dl, natrium (normal:
serum 135-145 mmol/L; urine: 40-220 mEq/L/24 jam), dan kalium
(normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/Lm [unit SI]) meningkat
e. Urine rutin
a) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
b) Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
c) Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel,
koloid dan fosfat.
d) Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, mioglobin,
porfirin.
e) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015) menunjukkan
kerusakan ginjal berat
f. EKG : mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit
dan asam basa.
g. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk menentukkan pelvis
ginjal, pengangkatan tumor selektif.
h. USG abdominal
i. CT scan abdominal
j. Renogram RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat
menurun PC02 menurun Untuk menunjukkan abnormalis pelvis ginjal dan
ureter.
5. Patofisiologis
Patofisiologi penyakit gagal ginjal kronik tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses yang terjadi sama.
Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, hal
ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti dengan peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus (Meita, 2020).
Pada stadium paling dini pada penyakit gagal ginjal kronik, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), dimana basal Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat meningkat secara perlahan tapi
pasti, dan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif yang ditandai
dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG
sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tetapi
sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum sampai pada LFG
sebesar 30% (Meita, 2020).
Kerusakan ginjal dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi
ginjal, produk akhir metabolik yang seharusnya dieksresikan ke dalam urin
menjadi tertimbun di dalam darah. Semakin banyak timbunan produk
metabolik (sampah), maka gejala yang timbul akan semakin berat (Brunner &
Suddarth, 2018). Kondisi ini menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
seperti hipovolemi atau hipervolemi, gangguan keseimbangan elektrolit antara
lain natrium dan kalium. LFG <15% menimbulkan gejala dan komplikasi
yang serius dan pasien memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) seperti dialisis atau transplantasi ginjal (Suharyanto dalam Hidayati,
2012).
WOC
Penyakit peradangan Penyakit Vascular Hipertensi Penyakit Kongenital & Hereditar Penyakit Metabolik Nefrotik Obstruksi
(Glumerulonefritis) (Nefrosklerosis, Sterosis arteris renalis) (Ginjal polikistik, Asidosis tubulus ginjal) (DM, Hiperparatiroidisme) (Batu saluran kemih)
Penatalaksanaan
Definisi Manifestasi Klinis CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) Terapi Konservatif Pem. Penunjang
merupakan kerusakan ginjal yang Hipertensi Terapi Dialisys Hematologi
menyebabkan ginjal tidak dapat
membuang racun dan produk sisa LFT
Gagal Jantung Terapi Hemodialisis Elektrolit
darah, yang ditandai adanya protein
dalam urin dan penurunan laju filtrasi Operasi RFT
glomerulus (LFG) yang berlangsung
Perikarditis Urin Rutin
selama lebih dari tiga bulan (Hanggraini EKG
dkk, 2020). Endoskopi Ginjal
USG Abdominal
CT Scan Abdominal
Kerusakan Glomerulus Renogram RPG
Produksi Energi Akral dingin, Konjungtiva Hiperventilasi Edema Mual Muntah Lesi pada kulit
Fatique/Malaise Anemis, Mukosa bibir pucat
Sianosis
Dx Pola Nafas Dx Nausea Dx Kerusakan
Tidak Efektif Integritas Kulit
Preload
Hipertropi ventrikel kiri Dx Hipervolemia
Dx Intoleransi Dx Perfusi Perifer tidak Efektif COP
Aktivitas
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data pasien
Nama : Tn. JM
Umur : 48
Jenis kelamin : Laki-laki
NRM : 1040597734
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SLTA
Agama : Kristen
Suku/budaya : Indonesia
2. Diagnose medis saat masuk
CKD, Sirosis Hepatis, Hepatorenal syndrome
3. Keluhan utama
Lemas
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang di antar oleh polisi dan warga, dengan penurunan kesadaran
setelah kecelakaan lalu lintas pukul 16.00. Pada saat melakukan pengkajian
pasien muntah, serta di ketahui memiliki riwayat penyakit DM tidak
terkontrol.
5. Riwayat penyakit terdahulu termasuk Riwayat pembedahan:
a) Penyakit yang pernah di derita: DM, SVT
b) Pernah di rawat: Tidak pernah
c) Pernah di operasi/Tindakan: Tidak pernah
d) Masalah operasi/pembiusan: Tidak pernah
e) Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
f) Riwayat alergi: tidak ada
g) Riwayat tranfusi darah: tidak pernah
6. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum: sedang
b) Kesadaran: Composmentis
c) GCS: E: 4 M:5 V:6
d) Tanda-tanda vital: Td: 136/88 mmhg, Suhu: 36, Nadi: 78x/menit, Respirasi:
22x/menit
e) Data antropometri: BB: 75 kg
7. Pengkajian persistem
8. .
7. Pengkajian persistem:
a) System susunan saraf pusat:
1) Kepala: Hematom
2) Ubun-ubun: Datar
3) Wajah: TAK
4) Leher: TAK
5) Kejang: Tidak
6) Sensorik: TAK
7) Motorik: TAK
b) System penglihatan/ mata:
1) Gangguan penglihatan:
2) Posisi mata: Simetris
3) Pupil: Isokor
4) Kelopak mata: TAk
5) Konjungtiva: TAK
6) Sklera: TAK
7) Alat bantu penglihatan: Tidak
c) System pendengaran: TAK
d) System penciuman: TAK
e) System pernafasan:
1) Pola nafas: Normal
2) Retraksi: Tidak ada