Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan kematian dan kejadian

tersebut di masyarakat terus meningkat (Neliya, 2012). Chronic Kidney

Disease (CKD) atau penyakit ginjal  kronik merupakan masalah kesehatan di

seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik dan sosial

yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di negara-negara maju

maupun di negara-negara berkembang. Sehingga Gagal ginjal kronik (GGK)

kini telah menjadi persoalan serius kesehatan masyarakat di dunia (Syamsiah,

2011). Gagal ginjal merupakan penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara

akut (kekambuhan) maupun secara kronis (menahun). Penyakit ginjal kronik

merupakan penyakit tahap akhir yang sangat progresif dan irreversibel dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer. C,

Suzanne, 2002 dalam Padali, 2012).

Penderita gagal ginjal tahap akhir atau terminal di Indonesia bertambah

sekitar 100 orang setiap 1 juta penduduk pertahun, hanya 3000 orang yang

menjalani terapi dialisis dari 150 ribu gagal ginjal di Indonesia saat ini

masalah yang sering timbul pada proses hemodialisa adalah tingginya angka

malnutrisi.Status gizi yang kurang merupakan prediktor terjadinya angka

kematian yang tinggi pada gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisa.Asupan energi yang adekuat diperlukan untuk mencegah

1
2

katabolisme jaringan tubuh. Sumber energi bisa diperoleh dari karbohidrat,

lemak, dan protein. Apabila asupan energi terpenuhi sesuai kebutuhan maka

status gizi akan optimal karena asupan energy yang cukup tidak akan

menimbulkan mual dan muntah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nihaya Ika Fahmia dkk,2012).

Menurut World Healt Organization (WHO),secara global lebih dari 500

juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik,penyakit gagal ginjal

kronik dari tahun 2011 meningkat menjadi 0,2 % pada tahun 2012. Prevalensi

gagal ginjal kronik Juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur,

meningkat tajam pada umur 35- 44 tahun (0,3%), diikuti umur 45 - 54 tahun

(0,4%), dan 55 -74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun

(0,6%)(Ratnawati, 2014). Pada tahun 2013 penyakit ginjal kronis di Indonesia

sebesar 0,2% dan penyakit batu ginjal sebesar 0,6% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santoso el al,2015 tentang

“Hubungan lama hemodialisis dengan penurunan nafsu makan pada pasien

gagal ginjal kronik” disimpulkan bahwa ada hubungan lamanya hemodialisis

dengan penurunan nafsu makan pada pasien gagal ginjal kronik di Unit

Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Hal ini sama juga dlaporkan Wirhan

A,dkk pada tahun 2014, yang meneliti perubahan gizi pada 41 orang penderita

PGK yang mengalai hemodialisa, dimana malnutrisi berkisar 30% - 77,8%,

tergantung kriteria penilaian status gizi. (Indrawati,2017). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Karsa (2016) tantang “status gizi pada pasien

gagal ginjal kronik stadium 5 yang menjalani hemodialisa adekuat dan tidak

aadekuat” disimpulkan bahwa sebagian besar subyek penelitian menjalani HD


3

adekuat terutama pada kelompok usia 20-39 tahun. Pada pasien HD adekuat

dan tidak adekuat tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap IMT tetapi

terdapat perbedaan bermakna terhadap protein dan albumin. Status gizi

berdasarkan protein dan albumin sebagai faktor resiko terhadap adekuasi

hemodialisis.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Gagal Ginjal

Kronik Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di

RSUD Pringsewu Provinsi Lampung”.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada kasus ini adalah asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh di RSUD Pringsewu Lampung.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penyebab angka kematian yang

tinggi pada gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisaadalah

malnutrisi atau ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Ditemukan masalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di RSUD Pringsewu Lampung.


4

D. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di RSUD Pringsewu Lampung.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami

gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di RSUD Pringsewu Lampung.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami gagal

ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh di RSUD Pringsewu Lampung.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami

gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di RSUD Pringsewu Lampung.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami

gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di RSUD Pringsewu Lampung.

e. Melakukan evaluasi pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronis

dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di

RSUD Pringsewu Lampung.


5

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi perawat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan yang

berkualitas terutama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

yang mengalami gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh secara komprehensif.

2. Bagi Rumah Sakit.

Hasil penelitian inidiharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

gagal ginjal kronis dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3. Bagi institusi pendidikan.

Hasil penelitian inidiharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi

pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami gagal ginjal kronis

4. Bagi klien.

Hasil penelitian inidiharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang

pencegahan dan perawatan yang baik untuk pasien yang mengalami gagal ginjal

kronik
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian

Penyakit Gagal ginjal kronik (PGK) merupakan kondisi hilangnya

fungsi ginjal secara progresif dalam periode bulan sampai tahun melalui

lima tahapan (Wahyu Hidayati,2013; 14). Gagal ginjal kronik (chronic

renal failure, CRF) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu

mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup

(Mary Baradero,2009; 124). Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi

ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan

elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi

penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Arif Mutaqin

dan Kumala Sari,2011; 166)

2. Etiologi

Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa

di sebabkan dari ginjal sendiri dan diluar ginjal.

1. Penyakit dari ginjal.

a. Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis.

b. Infeksi kuman: pyelonefritis, uteritis.

c. Kista di ginjal: polcystis kidney. Batu ginjal: nefrolitiasis

d. Trauma langsung pada ginjal.

e. Keganasan pada ginjal.

f. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.

7
7

2. Penyakit umum di luar ginjal

a. Penyakit sistemik: diabetesmilitus, hipertensi, kolestreol tinggi

b. Dyslipidemia.

c. SLE.

d. Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis.

e. Preeklamsi.

f. Obat-obatan.

g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak(luka bakar).

(Arif Mutaqin dan Kumala Sari,2011: 166)

Penyebab utama end-stage renal diasease (ESRD) adalah diabetes

militus (32%), hipertensi (28%), dan glomerulonefritis (45%)

(Mary Baradero,2009: 124).

3. Patofisiologi

Patway gagal ginjal kronik

Zat toksik vaskular infeksi Obs.saluran kemih

Reaksi Arterio sklerosis Tertimbun Retensi urin Batu besar & kasar
antigen anti ginjal
bodi Suplai darah
ginjal turun Menekan Iritasi/cidera
syaraf perifer
Hematuria
GFR
Nyeri pinggang
GGK anemia

Sekr.protein Retensi Na Sekrs.eritropoli


terganggu s
Total CES naik
Sindrom uremia Prod.hb turun

Tek kapiler
Ggn ksem Urokrom perpospatemia Suplai nutrisi
naik
asam basa trtmbun
8

Prod asam Prubhn wrn pruritis Vol intrstial Ggn nutrisi


kulit naik
Krskn edema oksihemoblobi
Nausea,vomitus Irits lambung
integrits n
Pre load naik Sup.o2 kasar
Res.infeksi Res.pendarhn

Bbn jntung naik intoleransi


gastritis Hematemesis
melena
Hiptrofi Ket.prfusi jringan
Mual,munth anemia
vent.kiri

Ket.nutrsi krg keletihan


dri kbthn tbh
COP turun Bend att kiri

Tekanan vena
Sup. O2 jringan
Alrn drh ke gnjl Sup.o2 ke otak
Kapiler paru naik
metabolisme
RAA turun syncope

Asam laktat naik Kapiler paru naik


Retensi Na
Edema paru
Fatigue,nyeri sendi
Kelebhn vol.
cairan Gangguan
nyeri
pertukaran gas

a. Penurunan GFR

Penurunan GFR dapat di deteksi dengan mendapatkan urine 24 jam

untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka

klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen

urea darh (BUN) juga akan meningkat.


9

b. Gangguan klirens renal

Akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang

menyebabkan penurunan klirens(subtansi darah yang seharusnya di

bersihkan oleh ginjal).

c. Retensi cairan dan natrium

Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau

mengencerkan urine secara normal.terjadi penahanan cairan dan natrium;

meningkatkan resiko terjsdinya edema,gagal jantung kongestif dan

hipertensi.

d. Anemia

Terjadi akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,

memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan

untuk terjadi pendarahan akibat status uremik pasien, terutama dari sauran

GI.

e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat

Keduanya memiliki hubungan timbal balik, jika salah satunya

meningkat maka yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka

terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar

kalsium. Akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan

pada tulang dan penyakit tulang.

f. Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)

Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan

parathormon. (SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448 dalam

Padila,2012;249-250)
10

4. Manifestasi Klinis

Menurut perjalanan klinisnya:

a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR

dapat menurun hingga 25% dari normal.

b. Insufiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria

dan nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal,kadar kreatinin

serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.

c. Penyakit ginjal stadium akhir (ERSD) atau sindrom uremik

(lemah,letargi,anoreksia,mual muntah,nokturia,kelebihan volume

cairan (volume overload), neuropati perifer,pruritus,uremic

frost,perikarditis,kejang kejang sampai koma), yang di tandai

dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit,kadar serum kreatinin dan

BUN meningkat tajam,dan terjadi perubahan biokimia dan gejala

yang kompleks (Nurarif,A.H& Kusuma,H,2015:15)

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksan penunjang

a. Urine

1. Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada

(anuria)

2. Warna: secara abnormal urine keruh kemungkinan disebabkan

oleh pus, bakteri, lemak,fosfat atau uratsedimen kotor,

kecoklatan menunjukan adanya darah, hb, mioglobin, porfirin.

3. Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukan karusakan ginjal

berat.
11

4. Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjuksn kerusakan

ginjal tubular dan rasio urin/serum sering1:1

5. Klirens kreatinin: mungkim agak menurun

6. Nartium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu

mereabsorbsi natrium

7. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat

menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM fragmen juga ada

b. Darah

1. BUN/kretinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga

tahap akhir

2. Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8

gr/dl

3. SDM: menurun, defisiensi eritrtopoitin

4. GDA: asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2

5. Natrium: rendah

6. Kalium: meningkat

7. Kalsium: menurun

8. Protein(albumin): menurun

c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg

d. Polegram retrogat: abnormalis pelvis ginjal dan ureter

e. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa kista,

obstruksi saluran perkemihan bagian atas

f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal,

keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif


12

g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstravasekular, masa

h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

(Padila,2012;249-250)

6. Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Tindakan pembedahan yang biasanya dilakukan untuk mengatasi gagal

ginjal adalah dengan transpplantasi ginjal. Keuntungan transplantasi

ginjal adalah:

1. Menghentikan ketergantungan terhadap dialisis.

2. Menghilangkan kebutuhan modifikasi diit.

3. Pasien dapat kembali pada kegiatan yang normal

4. Lebih murah daripada dialisis yang berlangsung terus menerus.

b. Diet

Tujuan terapi diet pada pasien ini :

1. Mengurangi sisa metabolik yang harus dikeluarkan ginjal.

2. Memberi kalori dan protein yang cukup untuk kebutuhan

pertumbuhan (anak) dan perbaikan jaringan tanpa memberi beban

ekskretori pada ginjal.

3. Mengurangi ganguan cairan dan elektrolit.

Asupan protein harus dibatasi sampai 1-1,5 g/kg berat badan ideal.

Assupan protein yang cukup tampak pada rasio BUN/kreatinin,

yaitu 10:1. Asupan protein terlalu banyak dapat mengakibatkan

mual,muntah,dan apatis. Apabila ada


13

edema,albuminserum,pelisutan otot,(pengecilan otot karena kurang

protein), edema,berat badan menurun atau bertambah tiba-tiba.

Pasien ini diberi diet tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak

karena produk metabolik dari karbohidrat dan lemak tidak

memerlukan ekskresi oleh ginjal.

c. Aktivitas

Pasien diberi istirahat baring atau duduk di kursi selama hemodialisis

dilakukan.

d. Dialisis

Suatu terapi medis yang dilakukan pada seseorang yang mengalami

penyakit gagal ginjal yang berfungsi untuk menggantikan fungsi ginjal

sebagai organ pembuangan.

e. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,

suplemen kalsium, furosemid

f. Diit rendah uremi

(Padila,2012: 250)

Tabel Bahan Makanan Sehari

Bahan makanan Mg/100gram Bahan makanan Mg/100gram

tepung susu krim 35,6 Keju 22,8

kacang kedelai 34,9 Kerupuk udang 17,2

kacang merah 29,1 Jagung 9,2

kacang merah kupas 25,3 Roti putih 8,0

tepung susu 24,6 Mie kering 7,9


14

kacang hijau 22,2 Beras giling 7,6

biji jambu monyet 21,2 Daun singkong 6,8

udang segar 21,0 Bayam 3,5

daging sapi 18,8 Kangkung 3,0

tempe 18,3 Kentang 2,0

ayam 18,2 Gaplek 1,5

ikan segar 16,0 Ketela pohon 1,2

telur bebek 13,0 Wortel 1,2

telur ayam 12,0 Tomat 1,0

tahu 7,8 mangga 0,4

Sumber: (Harwina Widya Astuti,2010:70)

B. Konsep Nutrisi

1. Pengertian nutrisi

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang di kosnumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi,

trasportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang

tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan

fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa I

Dewa Nyoman,2014:17-18). Nutrisi adalah nutrien yang terdapat dalam

makanan karena mengandung nutrien esensial bagi kelangsungan

metabolisme sel tubuh. (Harwina Widya Astuti,2010:65)

2. Faktor yang mempengaruhi nutrisi


15

Masalah gizi utama di indonesia di dominasi oleh masalah gizi

kurang energi protein(KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan

akibat kekuranganiodium(GAKY) dan masalah kuran vitamin A

(KVA).di samping itu di duga ada masalah gisi mikro lainnya seperti

defisiensi zink yang sampai saat ini belom terungkapkan karena adanya

keterbatasan iptek gizi.konsep terjasinya keadaan gizi mempunyai

dimensi yang kompleks membuat model faktor-faktor yang

mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat

kesehatan. Konsumsi makanan di pengaruhi oleh pendapatan, makanan,

dan tersedianya bahan makanan(Supriasa,I Dewa Nyoman,2014;13)

3. Masalah Kebutuhan Nutrisi

a. Keadaan nutrisi

Keadaan akibat dari ketidakseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebu, atau keadaan

fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

b. Status Gizi

Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam variabel tertentu, atau

perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh:

Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan

dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

c. Malnutrisi

Keadaan patologis akibat dari kekurangan atau kelebihan secara

relatif maupun absolute satu atau lebih zat gizi.

Ada empat bentuk malnutrisi:


16

a. Under Nutrition: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolute untuk periode tertentu.

b. Specifik Defisiency: kekurangan zat gizi tertentu, misal kekurangan

vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.

c. Over Nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

d. Imbalance: karena disproporsi zat gizi, misanya: kolesterol terjadi

karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), Kurang

Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang kurang gizi yang di

sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan

sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.

(Supriasa,I Dewa Nyoman,2014:18)

4. Defisiensi Masalah Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolik (Amin Huda Nurarif,2015:302)

Ketidakseimbangan nutrisi adalah kondisi ketika mengalami atau

beresiko mengalami ketidakefektifan asupan atau metabolisme dengan

atau tanpa disertai penurunan berat badan(Carpenito,2012:324)

a. Batasan karakteristik

Kram abdomen, nyeri abdomen, menghindari makanan, berat

badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, kerapuhan kapiler,

diare, bising usus hiperaktiv,kurang makanan, kurang informasi,

kurang minat pada makanan, penurunan berat badan dengan asupan

makanan adekuat,kesalahan konsepsi, kesalahan informasi,membran


17

mukosa pucat,ketidakmampuan memakan makanan,tonus otot

menurun,mengeluh gangguan sensasi rasa,kelemahan otot untuk

menelan,sariawan,mengeluh asupan makanan kurang dari

RDA(recommended dailly allowance).

b. Faktor yang berhubungan

Faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan untuk

mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan,

ketidakmampuan untuk menelan makanan, faktor psikologis.

(Amin Huda Nurarif,2015;302)

5. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Nutrisi

a. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat

meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi pengkajian fisik secara

umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.

1) Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan

tentang pola makan, tipe makanan yang dihindari atau di abaikan,

makanan yang lebih di sukai, yang dapat digunakan untuk

membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan

rencana makanan untuk masa selanjutnya.

2) Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu di kaji dalam hal kemampuan

makan, antar lain kemampuan mengunyah, menelan, dan makan

sendiri tanpa bantuan orang lain.


18

3) Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi

adalah penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan

nutrisi

4) Nafsu makan, jumlah asupan

5) Tingkat aktivitas

6) Pengonsumsian obat

7) Penampilan fisik

Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksan fisik

terhadap aspek-aspek berikut: rambut yang sehat berciri

mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan

bukan karena faktor usia;daerah di atas kedua pipi dan bawah

mata tidak berwarna gelap, mata cerah dan tidak da rasa sakit atau

penonjolan pembuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-

pecah, ataupun mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah

gelap,tidak berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada

permukaannya; gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan

gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik

kebawah sampai ke permukaan gigi;gigi tidak berlubang dan tidak

berwarna; kulit tumbuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak

kemerahan atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku

jari kuat dan berwarna merah muda.


19

8) Pengukuran antropometrik

9) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin

serum, Hb, glukosa, elektrolit, dan lain lain.

(Hidayat Alimul.A.A,2006:67-71)

b. Diit Gagal Ginjal Kronik

Pemberian diit gagal ginjal bertujuam untuk:

Memberikan makanan secukupnya tanpa memperberat kerja ginjal,

menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah, dan mencegah retensi

garam atau air.

c. Syarat-syarat diit gagal ginjal kronik adalah:

1. Jumlah protein sesuai keadaan gagal ginjal, diliat dari hasil uji

CCT.

2. Tinggi protein, seperti yang terkandung dalam telur, susu, dan

daging.

3. Lemak dibatasi, diutamakan mengkonsumsi lemak tak jenuh

ganda.

4. Natrium dibatasi pada klien dengan gagal ginjal hipertensi berat.

5. Kalsium di batasi.

6. Cukup kalori.

7. Banyak asupan cairan maka banyak pengeluaran urin.

(Harwina Widya Astuti,2010;152)

d. Jenis diit dan indikasi pemberian


20

Ada tiga jenis diit yang di berikan menurut berat badan pasien,yaitu:

1) Diit Protein rendah I:30 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan berat badan 50 kg.

2) Diit Protein Rendah II:35 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan berat badan 60 kg.

3) Diit Protein Rendah III:40 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan betar badan 65 kg.

(Instalasi Gizi Perjan RS Dr.Cipto Mangunkusumo & Asosiasi

Dietisien Indonesia,2004:179-180)

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit Gagal Ginjal Kronik, maka

asuhan keperawatan yang prioritas di tegakan adalah berisikan pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, dan evaluasi, yaitu:

1. Pengkajian Gagal Ginjal Kronik

Pengkajian merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan

meliputi tiga aktivitas dasar yaitu: pertama, mengumpulkan data secara

sistematis; kedua, memilih atau mengatur data yang dikumpulkan; dan

ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka

kembali(Tarwoto & Wartonah,2011:2)

a. Pengkajian pada klien Gagal Ginjal Kronik sebagai berikut:

1) Data biografi: Nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal

masuk rumahsakit, diagnosa medis, nomor keluarga yang dapat di

hubungi.

2) Keluhan utama
21

Keluhan utama biasanya bervariasi, mulai dari urine output

sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan

kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut

terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada

kulit.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Kaji onset penuruna output, penurunan kesadaran,

perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,

adanya nafas berbau amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Kaji adanya riwayat GGA, ISK, payah jantung, penggunaan

obat-obatan nefrotoksik,benign prostatic hiperplasia, dan

prostaektomi.

5) Psikososial

Adanya berubahan fungsi struktur tubuh dan adanya

tindakan dialisis akan menyebabkan penderita mengalami

gangguan gambaran diri, kecemasan, gangguan konsep diri

(gambaran diri), gangguan peran pada keluarga(self esteem)

6) Pemeriksaan fisik

1. Kesadaran dan keadaan umum pasien

Kesadaran Perlu dikaji dari valid-tidak sadar (komposmentis –

koma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit

pasien.

2. Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala – kaki


22

TD, nadi, respirasi, temperature yang merupakan tolak ukur

dari keadaan umu pasien.pada TTV sdering di dapatkan adanya

perubahan; RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan

dari hipertensi ringan sampai berat. Pemeriksaan dari kepala

sampai kaki dengan prinsip- prinsip (inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi)

(Muttaqin,A&Sari, A,2011:171)

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi

dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,

menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada

tanggung jawabnya.(Tarwoto&Wartonah,2011:3)

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual muntah, pembatasan diet dan perubahan

membrane mukosa mulut.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi,

produksi sampah.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus, gangguan

status metabolik skunder.

(Nurarif,A.H& Kusuma,H,2015:16)
23

3. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Noc Nic

1 Ketidakseimbangan nutrisi Kriteria hasil : 1. kaji adanya alergi


kurang dari kebutuhan makanan
tubuh 1. Adanaya 2. berikan makanan
peningkatan yang terpilih
Batasan karakteristik : berat badan (sudah di
sesuai dengan konsultasikan
1. menghindari makanan tujuan dengan ahli gizi)
2. berat badan 20% atau 2. Berat badan 3. monitor jumlah
lebih di bawah berat ideal sesuai nutrisi dan
badan ideal dengan tinggi kandungan kalori
3. bising usus hiperaktif badan 4. kaji kemampuan
4. kurang makanan 3. Mampu pasien untuk
5. kurang minat pada mengidentifik mendapatkan
makanan asi kebutuhan nutrisi yang di
6. membrane mukosa nutrisi butuhkan
pucat 4. Tidak ada 5. BB dalam batas
7. ketidakmampuana tanda-tanda normal
memakan makanan malnutrisi 6. monitor adanya
8. kelemahan otot 5. Menunjukan berat badan
mengunyah peningkatan 7. monitor mual dan
fungsi muntah
Faktor-faktor yang
pengecapan 8. 4. monitor klori
berhubungan :
dari menelan intake nutrisi
1. Faktor biologis 6. Tidak terjadi
2. Faktor ekonomi penurunan
3. Ketidakmampuan untuk berat badan
mengabsorbsi nutrient
4. Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
5. Ketidakmampuan
menelan makanan
6. Faktor psikologis

2 Intoleransi aktivitas Kriteria hasil : Activity therapy

Definisi : ketidak 1. Berpartisipasi 1. Bantu klien


cukupan energy dalam aktivitas untuk
psikologis atau fisiologis fisik tanpa di sertai mengidentifikasi
24

untuk melanjutkan atau peningkatan yang mampu di


menyelesaikan aktivitas tekanan darah, lakukan
kehidupan sehari-hari nadi, dan RR 2. Bantu pasien
yang harus atau yang 2. Mampu melakukn untuk
dilakukan aktivitas secara mengidentifikasi
mandiri dalam
Batasan karakteristik : 3. Tanda-tanda vital kekurangan
normal mapu beraktivitas
1. Respon tekanan bertindak tanpa 3. Bantu pasien
darah abnormal bantuan alat untukmengemba
terhadapa aktivitas ngan motivasi
2. Menyatakan merasa diri dan
letih pengutan
3. Menyatakan meras 4. Sediakan
lemah penguatan
positive bagi
Faktor yang pasien
berhubungan

1. Kelemahan umum
2. Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Tirah baring atau
imobilisasi
4. Imobilitas
1. 5. Gaya hidup monoton

3 Kerusakan integritas Kriteria hasil : Pressure


kulit management:
1. Integritas kulit
Definisi : perubahan atau yang baik bisa di 1. jaga kebersihan
gangguan epidermis atau pertahankan kulit agar tetap
dermis 2. perfusi jaringan bersih dan
baik kering
1. kerusakan lapisan 3. Menunjukan 2. monitor kulit
kulit pemahanman adanya
2. gangguan permukaan dalam proses kemerahan
kulitinvasi struktur 4. perbaikan kulitdan 3. monitor status
tubuh mencegah terjadi nutrisi pasien
nya cdera 4. mandikan pasien
Faktor-faktor yang 5. kulit dan dengan sabun
berhubungan : mempertahankan dan air hangat
kelembapan kulit 5. Insision site
1. Eksternal : dan perawatan care:
6. membersihkan,
- zat kimia
memantau dan
- kelembapan meningkatkan
25

2. internal : proses
penyembuhan
- perubahan status cairan pada luka yang
ditutup dengan
- Perubahan turgor jahitan
7. monitor proses
- Fakktor penyembuhan
perkembanagan area insisi
8. monitor tanda
-
dan gejala insisi

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

keperawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi.(Tarwoto&Wartonah,2011:7)

5. Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapet dilihat dari

hasilnya.Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan

keperawatan dapat di capai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Langkah – langkah evaluasi adalah sebagai

berikut:

a. Daftar tujuan-tujuan pasien

b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu

c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien

d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

(Tarwoto&Wartonah,2011:8)
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian (Dharma Kusuma,K,2011:72)

Karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus yaitu studi untuk mengeksplorasi

masalah Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik

dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di Rumah

Sakit Umum Daerah Pringsewu tahun 2017.

B. Batasan Istilah

Asuhan keperawatan klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan

ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RSUD Pringsewu

tahun 2017.

Tabel 3.1 batasan istilah

Variable Batasan istilah Cara ukur


Gagal Ginjal Kronik Pasien mengalami perkembangan Observasi, pemeriksaan lab,
Gagal Ginjal yang progresif dan rekam medik
lambat hasil diagnosis dokter
Keridakseimbangan nutrisi Asupan nutrisi yang tidak seimbang Observasi, wawancara,
kurang dari kebutuhan antara kebutuhan dengan yang masuk pemeriksaan fisik
tubuh kedalam tubuh pasien terutama asupan
protein pada penyakit gagal ginjal
kronik

C. Partisipan

28
27

Pertisipan yang digunakan dalam penelitian inin adalah 2 pasien, dengan

diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik dengan masalah keperawatan yang sama

yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus pada Keperawatan Medikal Bedah (Rumah Sakit) lama waktu

sejak klien pertama masuk Rumah Sakit sampai pulang dan klien yang dirawat

minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari klien sudah pulang, maka perlu

penggantian klien lainnya yang akan dilanjutkan dalam bentuk home care.

Penelitian di lakukan di RSUD Pringsewu pada bulan Oktober 2017.

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1) Wawancara

Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang- dahulu keluarga.Sumber data di dapat dari klien,

keluarga, perawat lainnya atau rekam medik dari Rumah Sakit.

2) Pemeriksaan Fisik

Hasil pengukuran masalah Gagal Ginjal Kronik dengan menggunakan

pendekatan IPPA(inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi). Sedangkan

masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh menggunakan metode observasi dengan pengkajian dan

wawancara.

F. Analisa Data
28

Analisa data dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi,.Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian disalin dalam bentuk

transkip/catatan terstruktur.

2. Mereduksi Data

Data dari hasil wawancara dibuat dalam benttuk transkip dan di

kelompokan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisi berdasarkan

hasil pemeriksaan diagnostik kemudian di bandingkan.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, gambar,

bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijaga dengan

membuat nama inisial dalam identitas klien.

4. Kesimpulan.

Dari data yang disajikan, kemudian akan di bahas dan dibandingkan pada

hasil penelitian terdahulu secara teori dan perilaku kesehatan. Penarikan

kesimpulan dalam metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait proses

keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

G. Etik Penelitian

Etika yang didasari penelitian ini adalah :


29

a. Selft Determinan

Menghormati otonomi yang mempersyaratkan, bahwa manusia yang

mampu menalar pilihan pribadinya harus diperlakukan denga

menghormati kemampuannya untuk mengambil keputusan mandiri.

(Hanafiah,M.J,2012:185)

b. Berbuat Baik (Beneficience)

Berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain, dilakukan

dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian minimal.

Prinsip ini di ikuti tidak merugikan(primum non norece, first no harm non

malifience) yang menyatakan bahwa jika orang tidak dapat melakukan

hal-hal bermanfaat, setidak-tidaknya jangan merugikan orang

lain(Hanafiah,M.J, :2012:185)

c. Justice (Keadilan)

Setiap orang harus di perlakukan sama (tidak diskriminatif) dalam

memperoleh haknya. Prinsip etik keadilan terutama menyangkut keadilan

distibutif yang mempersyaratkan bagian seimbang dalam hal beban dan

manfaat. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan distribusi gender status

ekonomi, budaya dan etnik(Hanafiah,M.J :20112:186)

d. Informed consent

Persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian setelah mendapat

penjelasan dan telah memahami seluruh aspek penelitian yang relevan

terhadap keputusannya untuk berpartisipasi (Hanafiah,M.J :20112:186)

e. Anonimity

Merupakan kerahasiaan nama klien dalam identitas klien dengan inisial.


30

f. Confiedentialy

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk

mendapatkan kerahasiaan informasi.Namuntidak bisa di pungkiri bahwa

penelitian menyebabkan keterbukaanya informasi tentang subjek.

Sehingga peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang

menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi

tentang dirinya diketahui orang lain. Prinsip ini dapet di terapkan dengan

cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian di

ganti dengan kode tertentu. Dengan demikian segala informasi yang

menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas

(Dharma,K.K :2011:239)

g. Non – Maleficiency

Non – Maleficiency tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera

bagi orang lain. (Suhaemi,M.E:2014:15)

Anda mungkin juga menyukai