Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

KEPERAWATAN KRITIS
(Asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik)

DIBUAT OLEH :
KELOMPOK 1
1. DIAN MIRYAM LAMBIOMBIR 12114201180151
2. PUTRI ELTA RIKUMAHU 12114201180003
3. ELISABETH TAHAPARY 12114201180156
4. SINTHIA SITANIA 12114201180198
5. RANY SOUKOTTA 12114201180019
6. CHARLOTA HARMUSIAL 12114201180101
7. SILVANA TESLATU 12114201180116
8. CRISTY SOUKOTTA 12114201180213
9. GILBERT TOMASOA 12114201180028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas berkat dan
pertolonga-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan keperawatan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik, untuk memenuhi tugas perkuliahan
keperawatan kritis dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini belum sepenuhnya
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi perbaikan dimasa mendatang.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam
pengembangan ilmu pengetahuaan khususnya di bidang keperawatan kritis. Akhir
kata, kami sampaikan Terimah kasih.

Ambon, 14 Juli 2021

Penulis
Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................2
C. Tujuan penulisan.................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 KONSEP TEORI............................................................................................3
A. Defenisi Gagal ginjal kronik...........................................................................3
B. Epidemiologi...................................................................................................4
C. Etiologi............................................................................................................5
D. Patofisiologi....................................................................................................7
E. Manifestasi klinis............................................................................................9
F. Pemeriksaan penunjang................................................................................11
G. Penatalaksanaan............................................................................................13
2.1 KASUS BAYANGAN..................................................................................14
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun) (Sylvia price & Lorraine Wilson,
2006). Gagal ginjal kronik disebabkan oleh karena adanya infeks pada saluran
kemih (pielonefritis kronis), adanya peradangan pada glomerulus
(glumeruloonefritis), penyakit kongenital atau herediter (penyakit ginjal
polikistik), dan penyakit metabolik (diabetes melitus).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita
gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di
Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi gagal ginjal meningkat 50% di tahun
2014. Data menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani
hemodialisis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu juta orang
Amerika adalah pasien dialisis (WHO, 2015).
Di Indonesia angka kejadian gagal ginjal kronik berdasarkan data hasil
Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis
sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi Penyakit Ginjal
Kronis (PGK) di negara- negara lain, juga hasil penelitian Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2006, yang mendapatkan prevalensi PGK
sebesar 12,5%. Hal ini karena Riskesdas 2013 hanya menangkap data orang
yang terdiagnosisp PGK sedangkan sebagian besar PGK di Indonesia baru
terdiagnosis pada tahap lanjut dan akhir.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana defenisi gagal ginjal kronis.
2. Bagaimana epidemiology gagal ginjal kronis.
3. Bagaimana etiologi gagal ginjal kronis.
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway gagal ginjal kronis.
5. Bagaimana manifestasi klinis gagal ginjal kronis.
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronis.
7. Bagaimana penatalaksanaan ( farmakologi dan terapi diet ) gagal ginjal
kronis.

C. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan defenisi gagal ginjal kronis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiology gagal ginjal kronis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi gagal ginjal kronis.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dan pathway gagal ginjal
kronis.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis gagal ginjal kronis.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang gagal ginjal
kronis.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan ( farmakologi dan terapi
diet ) gagal ginjal kronis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP TEORI


A. Defenisi Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut
(Nurarif & Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015)

Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah


gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum.
Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap,
tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa, trensplantasi
ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang
lama (Desfrimadona, 2016).

3
B. Epidemiologi
Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan
menjadi masalah kesehatan serius, hasil penelitian Global Burden of
Disease tahun 2010, Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian
peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18
pada tahun 2010.
Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan
dialisis atau transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar
mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk di dunia mengalami
Penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun karena tidak
mempunyai akses untuk pengobatan.

Pada tahun 2011 sekitar 113.136 pasien di Amerika Serikat


mengalami  End Stage Renal Diseasse (ESDR), penyebab utamanya adalah
diabetes dan hipertensi dengan jumlah kasus terbanyak ditemukan pada usia
lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko 2,3 kali mengalami
PGK bagi orang yang mengonsumsi cola dua gelas atau lebih per hari.

Pada tahun 2013, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk
Indonesia menderita Penyakit Gagal Ginjal. Sebanyak 6 per 1000 penduduk
atau 1.499.400 penduduk Indonesia menderita Batu Ginjal (Riskesdas, 2013).
Pada saat ini diperkirakan 10 persen dari penduduk dunia terkena Penyakit
Ginjal Kronik (PGK), tetapi 9 dari 10 orang tersebut tidak menyadari
kondisinya. Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun
2018, prevalensi PGK meningkat menjadi 0,38 persen. "Jumlah ini meingkat
dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya 0,2 persen, ( dr
Aida Lydia, selaku Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB
Pernefri)).

4
C. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate
(GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajal. Lesi yang
paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan
konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hyperplasia
fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan
sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang
disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkan
oleh penebalan, hilangnya elastistisitas system, perubahan darah ginjal
mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis

3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara
ascenden dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal
sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang disebut
pielonefritis.

Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak


meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan
berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis
yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding
pembuluh darah secara serius merusak membrane glomerulus.
4. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau
logam berat.

5
5. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
kontstriksi uretra.
6. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan
kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong
berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan
ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.

6
D. Patofisiologi

7
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius,
Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin)
dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾
dari nefron-nefron rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri
dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih
rendah itu. (Barbara C Long).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011).

8
E. Manifestasi klinis
Menurut Prabowo (2014), manifestasi klinik akan menggambarkan
kerusakan berbagai sistem organ. Pada sistem urinari, tanda-tanda yang
paling tampak adalah poliuria dan nocturia akibat dari ginjal tidak mampu
memekatkan urine. Akibat lanjut dari ketidakmampuan ginjal memekatkan
urine adalah Berat jenis urine perlahan-lahan menjadi sekitar 1.010
(konsentrasi plasma osmolar). Begitu gagal ginjal bertambah pesat terjadilah
oliguria dan akhirnya terjadi anuria. Jika pasien tetap mengeluarkan urine,
maka akan sering ditemukan proteinuria dengan endapan- endapan pyuria dan
hematuria.
Gangguan metabolik yang terjadi antara lain Azotemia, Intoleransi
terhadapkarbohidrat danKadar trigliseridameningkat.
Gangguan balans elektrolit yang terjadi antara lain Potasium,
Metabolikasidosis, Magnesium dan Sodium.
Gangguan sistem Hematologi yang terjadi antara lain Anemia,
Kecendrungan Pendarahan dan Infeksi.
Gangguan sistem yang terjadi pada sistem kardiovaskuler adalah
ketidaknormalan kardiovaskuler yang paling sering adalah hipertensi yang
biasanya berkaitan dengan retensi sodium dan peningkatan volume cairan
ekstrasel. Hipertensi mempercepat penyakit arterosklerosis vaskuler,
mengakibatkan spasme arteri internal dan akhirnya mengarak ke atrofi
ventrikel kiri dan CHF. Hiperensi juga menyebabkan retinopati
danenchepalopati.
Gangguan sistem yang terjadi pada sistem respiratori adalah perubahan-
perubahan repsiratori meliputi : pernafasan kusmaul, dispnea akibat CHF,
pulmonary odem, uremic pleuritis (pleurisy), efusi pleura dan suatu
predisposisi terhadap infeksi respiratori yang biasa dikaitkan dengan
menurunnya aktifitas makrofag pulmonari.

9
Gangguan sistem yang terjadi pada sistem gastrointestinaladalah setiap
bagian gastrointestinal terpengaruh sebagai akibat peradangan pada mukosa
oleh urea yang berlebihan. Ulcerase mukosa ditemukan sepanjang
gastrointestinal tract, disebabkan oleh peningkatan amonia yang dihasilkan
oleh pemecahan urea oleh bakteri. Stomatitis dengan exudat dan ulcersi, rasa
metalik pada mulut, dan bau urin pada pernafasan. Umumnya ditemukan
anoreksia, mual, muntah, penurunan BB.
Gangguan sistem yang terjadi padasistemneurological adalah depresi
umum sistem saraf pusat (CNS) mengakibatkan letargi, apatis, kemampuan
konsentrasi menurun, fatiquw dan gangguan kemampuan mental. Convulsive,
coma terjadi akibat hipertensi encevalopati dan peningkatan BUN yang
ekstrim.
Gangguan sistem yang terjadi padasistemmuskuloskeletal adalah
osteodystrophy ginjal adalah suatu gejala gangguan skeletal yang ditemukan
pada gagal ginjal kronik. Ini berkaitan dengan perubahan metabolisme
calsium fosfat. Secara normal ratio calcium fosfat mempertahankan elektrolit
dalam keadaan tidak dapat dilarutkan dalam air.
Gangguan sistem yang terjadi padasistemintegumen adalah perubahan ini
sehubungan dengan penyerapan dan retensi chromogens urinari yang
normalnya memberi karakteristik warna urin. Kulit juga tampak pucat sebagai
akibat anemia dan kering, bersisik karena kegiatan kelenjar minyak
berkurang. Berkurangnya keringat akibat menurunnya ukuran kelenjar
keringat. Pruritus paling lazim akibat campuran dari kulit kering,
pengendapan, Ca Phosphate pada kulit dan sensori neurophaty. Pasien bisa
merasa sangat gatal yang dapat mengarah ke perdarahan atau infeksi karena
garukan. Pruritus juga bisa disebabkan oleh lapisan uremic, akibat kristalisasi
urea pada kulit.
Gangguan Sistem yang terjadi padasistemreproduksi adalah wanita
bisasnya mempunyai kadar estrogen, progresteron, dan hormon luteinizing

10
yang menurun, menyebabkan anvolusi dan perubahan menstruasi (biasanya
amenorrhea). Laki-laki mengalami hilangnya kemampuan testis, menurunnya
kadar testosteron, dan spermanya sedikit.

Gangguan sistem yang terjadi pada Sistemendokrin adalah semua


pasien dengan gagal ginjal kronik menunjukan beberapa manifestasi klinik
hipotiroidisme. Test fungsi tiroid hasilnya rendah dibawah kadar normal
untuk serum trioidthyronine (T3) dan thyroxine (T4).
Gangguan sistem yang terjadi padaperubahanpsikososial adalah
perubahan-perubahan personality dan perilaku, emosional labil, menarik diri
dan depresi merupakan perubahan yang bisadiobservasi/diamati.

F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan diagnostik penyakit gagal ginjal kronik menurut Slamet


Suyono (2001) yaitu :
1) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya


gagal ginjal kronik, menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan
derajat GGk, menetapkan gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi. Pemeriksaan laboratorium menurut Barbara Engram (1999)
meliputi, Kreatinin dan BUN (blood urea nitrogen) serum keduanya
tinggi karenaberatnya, Klirens kreatinin menunjukan penyakit ginjal
tahap akhir bila berkuran g sampai90%, Elektrolit serum menunjukan
peningkatan kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan produk fosfor-
kalsium, dengan natrium serumrendah, Gas darah arteri menunjukan
asidosis metabolik (nilaih pH, kadar bikarbonat dan kelebihan basa
di bawah rentangnormal), Hemoglobin dan hematokrit dibawah
rentangnormal, Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal,

11
Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolisme tulang
dipengaruhi.

2) Radiology

Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya
batu atau adanya suatu obstruksi). Sebaiknya tanpa puasa, karena
dehidrasi akan memperburuk fungsiginjal, Pielografi Intra-Vena (PIV)
untuk menilai system pelviokalisis dan ureter, USG untuk menilai besar
dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
danprostat, EKG untuk melihat kemungkinan hipertropiventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguanelektrolit, Pemeriksaan
Pielografi Retrograd dilakukan bila dicurigai ada obstruksi
yangreversibel, Pemeriksaan Foto Dada untuk melihat tanda-tanda
bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura,
kardiomegali dan efusi perikardial. Tak jarang ditemukan juga infeksi
spesifik oleh karena imunitas tubuh yangmenurun, Pemeriksaan
radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama tulang jari), dan
klasifikasimetastatik.

12
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut


Smeltzer dan Bare (2002) yaitu :
1. Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi Hipertensi diberikan
antihipertensi yaitu Metildopa (Aldomet), Propanolol (Inderal),
Minoksidil (Loniten), Klonidin (Catapses), Beta Blocker, Prazonin
(Minipress), Metrapolol Tartrate(Lopressor), Kelebihan cairan
diberikan diuretic diantaranya adalah Furosemid (Lasix), Bumetanid
(Bumex), Torsemid, Metolazone (Zaroxolon), Chlorothiazide (Diuril),
Peningkatan trigliserida diatasi dengan Gemfibrozil, Hiperkalemia
diatasi dengan Kayexalate, Natrium PolisterenSulfanat, Hiperurisemia
diatasi dengan Allopurinol, Osteodistoofi diatasi dengan
Dihidroksiklkalsiferol, alumuniumhidroksida, Kelebihan fosfat dalam
darah diatasi dengan kalsium karbonat, kalsium asetat,
alumuniumhidroksida, Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan
desmopresin,estrogen, Ulserasi oral diatasi denganantibiotic.

2. Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B


dan C, diet tinggi lemak dan karbohirat
3. Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natriumkarbonat.

4. Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium),


fenitonin (dilantin).
5. Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen IV
atau SC 3x seminggu), kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan
dekarnoat/deca durobilin) untuk perempuan, androgen (depo-
testoteron) untuk pria, transfuse Packet RedCell/PRC.
6. Cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun
peritonealdialisa.

13
7. Transplantasi ginjal.

2.1 KASUS BAYANGAN


2.2

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis
mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan
memerlukan pengobatan berupa, trensplantasi ginjal, dialysis peritoneal,
hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang lama.

B. Saran
Dalam pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan pendekatan proses
keperawatan.
Dalam memberikan tindakan keperawatan, tidak harus sesuai dengan apa
yang ada pada teori akan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah sakit.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, setiap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan dan evaluasi perlu didokumentasikan dengan baik dan
cermat.

15

Anda mungkin juga menyukai