Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASES (CKD)

Disusun oleh :
Salisatullutfiah (102081804)
Ni Kadek Yolanda Dewi (102081806)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI S1 KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Chronic
Kidney Diseases (CKD)”. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
Keperawatan Medikal Bedah III.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 24 Juli 2020


Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi CKD........................................................................................
B. Etiologi.................................................................................................
C. Patofisiologi..........................................................................................
D. Manifestasi Klinis.................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................
F. Penatalaksanaan....................................................................................
G. WOC.....................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Urolithiasis? ’’
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan urolithiasis.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mampu:
a. Melakukan pengumpulan data melalui pengkajian secara
menyeluruh terhadap pasien dengan urolithiasis.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan urolithiasis.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
urolithiasis.
d. Menerapkan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
urolithiasis.
e. Melakukan evaluasi tindakan asuhan keperawatan pasien dengan
urolithiasis.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dengan
urolithiasis.

1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu gangguan pada ginjal
ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung
lebih dari 3 bulan. PGK ditandai dengan adanya tanda kerusakan ginjal yaitu
albuminuria, abnormalitas sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur ginjal,
ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai dengan adanya
penurunan laju filtrasi glomerulus (Aisara, 2018).
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan
penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik) di dalam tubuh (Muttaqin &
Sari, 2011).
Penyakit ginjal kronik adalah keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia dan limbah nitrogen
lainnya yang beredar dalam darah, serta komplikasinya jika tidak dilakukan
dialisis atau transplantasi ginjal (Nursalam & Batticaca, 2011).
B. Etiologi
Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry (2011), penyebab
terbanyak dari gagal ginjal kronik adalah hipertensi dengan 34% dan diabetes
melitus sebesar 27%. Dimana angka kejadian penyakit ginjal hipertensi sebesar
4243 pasien dan nefropati diabetika sebesar 3405 pasien (Ali, 2017).
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21%. Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit
ginjal polikistik masing masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni
uropati obstruktif, lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %.. Penyebab
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000
menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi

2
dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan
13,65% (Sudoyo, 2012).
Menurut Prabowo dan Pranata (2014) penyebab CKD, yaitu:
1. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
2. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
3. Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
4. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
5. Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
6. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
C. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi
kurang lebih sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan massa ginjal
mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih bertahan
(surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan
seluruh beban kerja ginjal, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti
sitokinin dan growth factors. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan
filtrasi, yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi
yang sangat rendah. Pada akhirnya, jika 75% massa nefron sudah hancur, maka
LFG dan beban zat terlarut bagi setiap nefron semakin tinggi, sehingga
keseimbangan glomerulus– tubulus (keseimbangan antara peningkatan filtrasi
dan reabsorpsi oleh tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan
Glomerulus yang masih sehat pada akhirnya harus menanggung beban
kerja yang terlalu berlebihan. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya
sklerosis, menjadi kaku dan nekrosis. Zat – zat toksis menumpuk dan
perubahan yang potensial menyebabkan kematian terjadi pada semua organ –
organ penting.

3
Fungsi renal yang menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis.
D. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium:
1. Stadium 1: penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik
2. Satdium 2: insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan ginjal telah
rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum
meningkat
3. Stadium 3: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Klasifikasi berdasarkan stadium penurunan tingkat LFG:
Deraj Penjelas LFG
at an (ml/menit/1,73
m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau naik
2 Kerusakan ginjal dengan LFG turun 60 – 89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG turun 30 – 59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15 – 29
5 Penyakit ginjal kronik < 15 atau
dialisis

E. Manifestasi Klinis
CKD memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan muncul
hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit dan gangguan reabsorpsi menyebabkan sebagian zat ikut terbuang

4
bersama urin sehingga tidak bisa menyimpan garam dan air dengan baik.
Saat terjadi uremia maka akan merangsang reflek muntah pada otak.
2. Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati, pitting
edema, pembesaran vena leher
3. Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri pleura,
nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
4. Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan, biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea pada
kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering bersisik, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
5. Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan
kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.
6. Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme karbohidrat.
7. Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur
tulang.
8. Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:
1. Pemeriksaan urin, yang meliputi:
a. Volume urin kurang dari 400ml/24 jam atau sama sekali tidak ada
produksi urin (anuria)
b. Warna urin keruh disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat
sedimen kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin dan porfirin.
c. Berat jenis urin <1.010
d. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+)
2. Pemeriksaan darah
a. BUN meningkat > 10-20 mg/dL, kreatinin meningkat >0,95 mg/dL,
ureum > 21-43 mg/dL
b. Hemoglobin <7-8 gr/dL
c. Natrium serum rendah <136-145 mmol/L

5
d. Kalium meningkat >3,5-5mEq/L atau >3,5-5 mmol/L
e. Magnesium meningkat >1,8-2,2mg/dL
f. Kalsium menurun <8,8-10,4 mg/dL
g. Protein (albumin) menurun <3,5-4,5 mg/dL
3. Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis ginjal
dan ureter. Pielografi retrogade dilakukan bila muncul kecurigaan adanya
obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal digunakan untuk mengkaji
sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular massa.
4. Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada atau
tidaknya massa, kista, obstruksi pada salurn perkemihan bagian atas.
5. Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab (darah dan urin)
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialisis
a. Peritoneal dialisis: biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency.
b. CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis): dialisis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
c. Hemodialisis: yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin.
3. Operasi
Dilakukan pengambilan batu dan transplantasi ginjal
4. Obat-obatan
Anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium dan
furosemid.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

7
DAFTAR PUSTAKA

Aisara, Sitifa., Azmi, Syaiful., & Yanni, Mefri. (2018). Gambaran Klinis
Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP
Dr.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1), 42-50.
Ali, Alfians R.B., Masi,Gresty N.M., & Kallo, Vandri. (2017). Perbandingan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Comorbid Faktor
Diabetes Melitus dan Hipertensi Di Ruangan Hemodialisa RSUP.Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado. E-Jurnal Keperawatan (e-Kp), 5(2), 1-9.
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, & Batticaca, F. B. (2011). Asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo & Pranata. (2014). Buku Ajar Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai