Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHRONIC KIDNEY DISEASE

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

Aisyah Salsabila : 18301077

RinaHartati S : 18301103

Toni Suhartono : 18301115

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “asuhan keperawatan pada
pasien penyakit chronic kidney disease (CKD)” dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, makalah ini masih banyak kekurangan
dalam pembuatan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca.

Pekanbaru, 14 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

A. LatarBelakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................

A. Defenisi CKD........................................................................................
B. Etiologi CKD.........................................................................................
C. Klasifikasi CKD....................................................................................
D. Manifestasi klinik CKD........................................................................
E. Patofisiologi dan WOC CKD................................................................
F. Komplikasi CKD...................................................................................
G. Penatalaksanaan medis dan keperawatan CKD....................................
H. Pemeriksaan penunjang diagnostik.......................................................
I. keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul, rencana intervensi keperawatan).............................................

BAB IIIMCP KONSEP..............................................................................

BAB IV PENUTUP....................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Choronic Kidney Disease (CKD) melibatkan kehilangan fungsi ginjal yang
progresif dan ireversibel. Inisiatif Kualitas Hasil Penyakit Ginjal (IKHPG) dari
National Kidney Foundation mendefinisikan CKD sebagai salah satu dari
kerusakan ginjal atau penurunan GFR kurang dari 60 mL/min/1,73 m2 selama lebih
dari 3 bulan. Tahap terakhir dari gagal ginjal, penyakit ginjal tahap akhir (renal)
(ESKD), terjadi ketika GFR kurang dari 15 mL/menit. Pada titik ini, RRT (dialisis
atau transplantasi) diperlukan untuk mempertahankan hidup. Meskipun CKD
memiliki banyak penyebab berbeda, penyebab utamanya adalah diabetes (sekitar
50%) dan hipertensi (sekitar 25%). Etiologi yang kurang umum termasuk
glomerulonefritis, penyakit kistik, dan penyakit urologis. Meningkatnya prevalensi
CKD telah sebagian dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko, termasuk populasi
yang menua, kenaikan tingkat obesitas. dan peningkatan kejadian diabetes dan
hipertensi. Lebih dari 26 juta orang dewasa Amerika menderita CKD, dan satu juta
lebih lainnya berisiko lebih tinggi. Satu dari sembilan orang Amerika menderita
CKD, Lebih dari setengah juta orang Amerika menerima pengobatan (dialisis,
transplantasi) untuk ESKD.
Terlepas dari semua kemajuan teknologi dalam perawatan yang
mempertahankan hidup dengan dialisis, pasien dengan ESKD memiliki tingkat
kematian yang tinggi. Ketika tahap penyakit ginjal berlanjut, angka kematian juga
meningkat. Tingkat kematian setinggi 19% hingga 24% untuk individu dengan
stadium 5 CKD pada dialisis. Sekitar 20% pasien dengan ESKD yang menerima
dialisis die cach tahun. Karena ginjal sangat adaptif, discase ginjal sering tidak
dikenali sampai ada banyak nefron yang hilang.
Karena pasien dengan CKD sering tanpa gejala, CKD kurang terdiagnosis dan
diurus. Diperkirakan sekitar 70% orang dengan CKD tidak menyadari bahwa
mereka menderitapenyakitini. Prognosis dan perjalanan CKD sangat bervariasi
tergantung pada etiologi, kondisi dan usia pasien, dan kecukupan tindak lanjut
perawatan kesehatan. Beberapa orang hidup normal, hidup aktif dengan
kompensasi gagal ginjal, sedangkan yang lain dapat dengan cepat berkembang
menjadi ESKD (tahap 5). (Lewis&Sharon, 2014).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswamampumenjelskantentang asuhan keperawatan pada pasien penyakit
CKD?
1.2.2 Tujuan khusus
a. Untuk menjelaskandefenisi CKD
b. Untuk menjelaskan etiologi CKD
c. Untuk mendeskripsikan klasifikasi CKD
d. Untuk menjelaskan manifestasi klinik CKD
e. Untuk menjelaskan patofisiologi dan WOC CKD
f. Untuk menjelaskan komplikasi CKD
g. Untuk mendeskripsikan penatalaksanaan medis dan keperawatan CKD
h. Untuk mendeskripsikan pemeriksaan penunjang diagnostik
i. Untuk mendeskripsikanasuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul, rencana intervensi keperawatan).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

AnatomidanFisiologi

1. Anatomi
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retro peritoneal pada
dinding abdomen di kanan dan kiri colum naver tebralis setinggi vertebra T12
hingga L3.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya
lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam
adalah kapsul arenalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan
terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung
dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat
terang dan medulla ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks
ginjal mengandun gjutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri
dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ketubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011).
2. Fisiologi
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat
terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi
plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan
air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat
terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui system
pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011),ginjalmemilikifungsiyaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produksi sametabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang
diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin laluakan dikumpulkan dan
dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di
kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, makaurin yang ditampung dikandung kemihakan di keluarkan
lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besarcairan yang hampirbebas protein dari kapiler glomerulus
kekapsula bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi
secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrate glomerulus dalam kapsula
bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas
oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial,
reabsorpsi lengkap dan kemudian akan di eksresi (Sherwood, 2011).
2.1 Defenisi CKD
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya
di eliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi
renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan,
elektrolit serta asam-basa (Suharyanto & Madjid, 2009).
Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme
tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau urin. Penyakit ini terus berkembang secara perlahan hingga
fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan fungsinya (Price &
Wilson, 2006).
2.2 Etiologi Penyakit CKD
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti
glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik, obstruksi
saluran kemih, pielonefritis, nefrotoksin, dan penyakit sistemik, seperti diabetes
melitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit, serta
amiloidosis (Bayhakki, 2013).
:
1. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari
normal.
2. Insufisinensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari
normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan
sendiri karena beratnya beban yang mereka terima.
3. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakin
banyak nefron yang mati.
4. Gagal ginjal terminal, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari 5%
dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Pada seluruh
ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus

2.3 Manifestasi klinis CKD


Manifestasi klinis yang timbul dari penyakit Gagal Ginjal Kronis
melipuit berbagai system. Pada system gastrointestinal, manifestasi klinis yang
muncul adalah anoreksia, nausea, vomitus, mulut berbau ammonia, cegukan, dan
gastric erosif. Gangguan yang muncul pada sistem integumen meliputi kulit
berwarna pucat dan kekuningan, gatal-gatal, serta ekimosis. Sistem peredaran
darah terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, dan anemia. Pada
sistem kardiovaskeler terjadi hipertensi, perikarditis, gagal jantung, gangguan
irama jantung, Gangguan yang tampak pada sistem resproduksi adalah penurun,
gangguan menstruasi, dan amenorhe. Selain itu, manifestasi klinis khas yang
biasanya tampak pada penderita GGK adalah penurunan imunitas, sesak nafas,
bengkak pada kaki, tangan, dan wajah (Ignatavicius & Workman, 2009).
2.4 Patofisiologi dan WOC CKD
Patogenesis gagal ginjal kronik melibatkan penurunan dan kerusakan
nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Total laju filtrasi
glomerulus (GFR) menurun dan klirens menurun, BUN dan kreatinin
meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi akibat usaha
menyaring jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya, ginjal kehilangan
kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk melanjutkan ekskresi, sejumlah
besar urine dikeluarkan, yang menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan.
Tubulus secara bertahap kehilangan kemampuan menyerap elektrolit. Biasanya,
urine yang dibuang mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri
(Bayhakki, 2013).

WOC GAGAL GINJAL KRONIK

Glomerolunefritis
Obstruksi saluran
kemih
Pe produksi sel
Protein Uria darah ditulang
Peningkatan kadar
kratinin
Kadar protein darah Produksi HB
menurun

DX: Intoleransi
aktivitas
Dx :Kelebihan volume
cairan

Dx: Ketidak seimbangan


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

2.5 KomplikasiPenyakit CKD


1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
a. Asidosis metabolic
b. Osteodistropi ginjal
c. Sepsis
d. Neuropati perifer
e. Hiperuremia

2.6 Penatalaksaan Medis dan Keperawatan CKD


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu:
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidak bersifat akut  adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan : AV fistule :
menggabungkan vena dan arteri Double lumen : langsung
pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal
4. Intervensi diit.
Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik merupakan
hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam
darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang
dikonsumsi harus bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di
mana makanan tersebut dapat mensuplai asam amino untuk
perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300-
600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari karbohidrat
dan lemak. Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis
mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.
5. Hipertensi
Ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume
intravaskule. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu
pembatasan cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau
dobitamine dan dialisis. Asidosis metabolik pada pasien CKD
biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan, namun suplemen
natrium bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk
mengoreksi asidosis.

2.8 Pemeriksaan PenunjangatauDiagnostik CKD


Menurut Lemone & Burke (2008) & Lewis et. al (2011) Pemeriksaan
penunjang yang dapat ditegakkan dalam mendiagnosis CKD antara lain:
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
a. Renal function test (RFT): BUN-Kreatinin serum meningkat
b. Terdapat Cystatin C (biomarker perusak ginjal)
c. Darah lengkap: anemia, leukositosis, trombositopenia, LED dan TG
meningkat, albumin menurun
d. Serum elektrolit: hiperfosfatemia, hipokalsemia
e. BGA ditemukan asidosis metabolik
f. Tes HbA1C

2). Tes urin ditemukan proteinuria


Gambaran radiologis
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
b. Pielografi antergrade atau retrograde dilakukan sesuai indikasi
c. USG ginjal, bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis/batu ginjal, kista,
massa
2. Biopsi dan hispatologi ginjal
Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal
dimana diagnosis secara non invasif tidak bisa ditegakkan

2.9 Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosa Keperawatan yang Mungkin


Muncul, Rencana Intervensi Keperawatan).
a. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan GGK dalam Muttaqin
(2011) meliputi :
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat bisanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran,
tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa
lelah, nafas berbau ureum dan gatal pada kulit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan
pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah ke mana
saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan
mendapat pengobatan apa.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit GGA, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, BPH, dan prostatekstomi.
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit DM, penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

4. Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisis
akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawwatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
5. Pemeriksaan Fisik (ROS: Review of System)
a. B1 (Breathing) Klien bernapas dengan bau urine (fetor amonia)
sering di dapatkan pada faseini. Respon uremia didapatkan adanya
adanya pernapasan Kusmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan
upaya untuk melakukan pembuangan karbondioksida yang
menumpuk di sirkulasi.
b. B2 (Blood) Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi
perawatakan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda
khas efusi perikardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif, TD meningkat, akraldingin, CRT >3detik, palpitasi, nyeri
dada atau angina dan sesaknafas ,gangguan irama jantung, edema
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung
akibat hiperkalemi dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.
Pada system hematologic sering didapatkan adanya anemia. Anemia
sebagai akibat dari penurunan produksi eroteopoetin, lesi GI uremik,
penurunan usia sel dara merah dan kehilangan darah biasanya dari
saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari
trombosit openia.
c. B3 (Brain) Di dapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti proses piker dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kramototdannyeri otot.
d. B4 (Bladder) Penurunan urine output <400ml/hr sampai anuria,
terjadi penurunan libido berat.
e. B5 (Bowel) Di dapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan dia
resekunder dari bau mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan
ulkus saluran cerna sehingga sering didapatkan penurunan intake
nutrisi dari kebutuhan.
f. B6 (Bone) Didapatkan adnaya nyeri panggul, sakit kepala, kramotot,
nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulitgatal, ada/berulangny
ainfeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area ekimosis
pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium pada kulit ,jaringan
lunak dan keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan
fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi
perifer dari hipertensi.
b. Diagnosa Keperawatan
1. kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan natrium
2. intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. ganguan pertukaran gas b.d perubahan membran aveolar-kapiler
c. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Kelebihan Volume cairan b.d kelebihan natrium
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
keseimbangan cairan terpenuhi
Kriteria Hasil:
a) Berat badan stabil (5)
b) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam (5)
c) Keseimbangan membrane mukosa (5)

Intervensi : pemantauan monitor eliktrolit

O : - Monitor cairan input output

- Monitor adanya mual muntah dan diare

- Monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit

N : - Berikan suplemen elektrolit sesuai resep yang diperlukan

- berikan diet yang tepat pada pasien dengan ketidak


seimbangan elektrolit

-Ajarkan kepada pasien cara mencegah/ menimalisasi


ketidak seimbangan elektrolit

E : - Anjurkan kepada pasien atau keluarga mengenai


modifikasi diet khusus jika diperlukan

- Anjurkan kepada pasien tanda dan gejala mengenai


volume cairan

- informasikan kepada pasien dan keluarga untuk


penanganan terapi atau pemberian untuk mengurangi
kelebihan volume cairan
C : - Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan menetap atau memburuk

2. Dx : Intolenransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan toleransi
terhafap aktivitas membaik.
Kriteria Hasil: - saturasi oksigen ketika beraktivitas membaik (5)

- Frekuensi nadi ketika beraktivitas normal (5)


- Kekuatan tubuh dalam beraktivitas normal (5)
Keterangan : 5 = tidak terganggu
Intervensi : terapi aktivitas
O: - Monitor tanda-tanda vital

- Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap


aktivitas
- Monitor kekuatan otot
N : - Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas
yang bisa dilakukan

- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang bermakna


- Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik terkait
dengan aktivitas harian.
E: - instruksikan keluarga untuk menjalakan program terapi jika
diperlukan

- Informasikan kepada pasien untuk menciptakan lingkungan yang


aman agar dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai
dengan indikasi
- Instruksikan pasien & keluarga untuk melaksanakan aktivitas
yang diinginkan maupun yang telah direspkan.
C: - berkolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam perencanaan dan
pemantauan program aktivitas

3. Dx : gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran aveolar-


kapiler
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan respon ventilasi
mekanik dewasa kembali normal
Kriteria hasil : - keseimbangan ventilasi perfusi (5)
- Tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (5)
- Tingkat pernafasan normal (5)
Keterangan : 5 = tidak terganggu
Intervensi : terapi oksigen

O : - monitor aliran oksigen


- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor peralatan oksigen untuk memastikan alat tersebut tidak
mengganggu upaya pasien untuk bernafas
N : - berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan

- Periksa alat pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan


bahwa konsentrasi yang telah ditentukan
- Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/ dipindahkan
- Atur & ajarkan pasien mengenai penggunaan perangkat oksigen
E : - anjurkan pasien untuk mendapatkan oksigen tambahan sebelum
perjalanan udara/ perjalanan kedataran tinggi dengan cara yang
tepat

- Anjurkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan oksigen


dirumah
- Informasikan pasien mengenai pentingnya penggunaan oksigen
N : - kolaborasi dengan tenaga medis lain mengenai penggunaan oksigen
tambahan selama kegiatan atau tidur.

GAGAL GINJAL KRONIK

KA:-kegagalan metabolisme dan


keseimbangan cairan dan elektrolit
-uremia
-hipertensi dan diabetus melitus yang
sulit diobati
-pruritis
-anoreksia, mual dan muntah
-oliguria, protinuria, hematuria
-edema tungkai/ascites dan edema paru
ND: -kelebihan volume cairan b.d
kelebihan asupan natrium ND: intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
DS: -pasien mengatakan sesak oksigen
nafas
DS: -pasien mengatakan nafas sesak
DO: -output urin kurang dari 400 -pasien mengatakan mudah lelah
ml/hari (oliguria) -pasien mengatakan ada riwayat hipertensi
-BB meningkat
-adanya ascites DO: -TD lebih dari 120/80 mmHg
-ansietas -edema tungkai
-edema tungkai dan paru -pembesaran vena leher
-TD lebih dari 120/80 mmHg
-pasien tampak gelisah Terapi:

Terapi: -berikan diuretik

ND: ganguan pertukaran gas b.d perubahan


membran aveolar-kapiler

DS: -pasien mengatakan nafas sesak


-pasien mengatakan pandangan kabur

DO: -tacikardi
-pasien tampak gelisah
-hiperkapnia
-pernafasan krekles
-warna kulit abu-abu mengkilat

Terapi:
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di
eliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal
dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit
serta asam-basa (Suharyanto & Madjid, 2009).
Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme
tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau urin. Penyakit ini terus berkembang secara perlahan hingga
fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan fungsinya (Price &
Wilson, 2006).

4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa supaya memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada
pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sesuai dengan perkembangan
ilmu.
2. Bagi institusi agar dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
3. Bagi tenaga kesehatan agar menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
kepada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sesuai dengan
perkembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

Bayhakki, (2013). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik, Jakarta, EGC.

Prabowo, Eko dan Andi Eka Pranata, (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan,
Yogyakarta, Nuha Medika.

Lewis., & Sharon, Mantik. (2014). Medical Surgical Nursing. Canada. Elsevier

Workman & Ignatavicius.(2009). Medical Surgical Nursing Critical Thinking For


Collaborative Care edisi 6 buku 2. United States Of America: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai