Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANALISA KLINIK

GINJAL DAN PENYAKIT GINJAL


Dosen pembimbing : Renowati, M.Biomed

Oleh :
KELOMPOK 2
1. DEFIDO VINAGAMA (1813353010)
2. INDAH SITI RAHMA TANJUNG (1813353022)
3. MUTIARA HANIFA (1813353028)
4. VENI ENDISTA PUTRI (1913353002)
5. ADILA AZAHARA (1913353003)
6. ANGGUN WULANDARI (1913353006)
7. CHECI RANIA ANIBA (1913353010)
8. DAHLIA (1913353011)
9. RIRI SEPTI AMANDA (1913353037)
10. WINDA ERMALASARI (1913353052)

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat allah SWT karna dengan rahmat dan karunianyalah kami
dapat menyusun makalah yang berjudul tentang Ginjal dan penyakitnya ini dapat
diselesaikan secara baik dan tepat pada waktunya.
Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpatisipasi
dalam penyusunan makalah ini, semoga dengan adanya makalah ini dapat
meningkatkan pengetahuan tentang berbagai penyakit ginjal
Makalah ini tidak lepas dari kekurangan sehingga memerlukan saran dan kritik
untuk kesempurnaan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Padang 11 januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………... 1
1.1 Latar belakang masalah ……………………………………………….. 1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………... 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………….. 2
BAB II ISI ………………………………………………………………………. 3
2.1 Defenisi Ginjal …………………………………………………………… 3
2.2 Anatomi ginjal …………………………………………………………... 3
2.3 Histologi ginjal …………………………………………………………… 5
2.4 Fisologi ginjal ……………………………………………………………. 6
2.5 Gangguan ginjal …………………………………………………………. 8
2.6 Penyebab penyakit ginjal ………………………………………………. 10
2.7 Gejala penyakit ginjal ………………………………………………….. 10
2.8 Pemeriksaan fungsi ginjal ……………………………………………… 11
2.9 Parameter pemeriksaan ………………………………………………… 12
2.10 Komplikasi penyakit ginjal ……………………………………………. 13
2.11 Pencegahan penyakit ginjal …………………………………………… 14
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………… 15
3.1 KESIMPULAN …………………………………………………………... 15
3.2 SARAN …………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal memainkan peran-peran kunci dalam fungsi tubuh, tidak hanya
dengan menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan
menyeimbangkan tingkat-tingkat elektrolit-elektrolit didalam tubuh, mengontrol
tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah.
Ginjal berlokasi dalam perut ke arah kebelakang, normalnya satu pada setiap
sisi dari spine (tulang belakang). Mereka mendapat penyediaan darah melalui arteri-
arteri renal secara langsung dari aorta dan mengirim darah kembali ke jantung via
vena-vena renal ke vena cava. Istilah “renal” berasal dari nama Latin untuk ginjal.
Ginjal-ginjal mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan
tubuh, konsentrasi-konsentrasi dari elektrolit-elektrolit seperti sodium dan
potassium, dan keseimbangan asam-basa dari tubuh, juga menyaring produk-
produk sisa dari metabolisme tubuh, seperti urea dari metabolisme protein dan asam
urat dari uraian DNA. Dua produk-produk sisa dalam darah dapat diukur: blood
urea nitrogen (BUN) dan creatinine (Cr).
Tetapi ginjal manusia juga sangat rentan terhadap xenobiotik karena ginjal
menerima 25% curah jantung. Glomeruli menyaring kira-kira 180 liter darah per
hari dan tubulus yang tersisa harus menangani hasil saringan yang banyak sekali.
Walaupun proses fisiologi ini sangat efektif dalam proses ekskresi dan pemeliharaan
air serta keseimbangan elektrolit, proses ini dapat membiarkan xenobiotik
terkonsentrasi di dalam ginjal. Pada kenyataannya, walaupun kadar xenobiotik yang
beracun dalam serum masih berada pada ambang yang dapat di terima, konsentrasi
xenobiotik tersebut di dalam ginjal dapat mencapai tingkat keracunan.
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Penyakit
gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau
terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal
ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut
usia.

1
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute
renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada
gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi
ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi
secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi
parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal
kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.
A. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan ginjal ?
2. Bagaimana bentuk anatomi ginjal, histologi ginjal, dan fisiologi ginjal ?
3. Apa saja Gangguan fungsi ginjal dan penyebab penyakit ginjal serta apa saja
gejalanya ?
4. Bagaimana cara pemeriksaan ginjal dan apa saja parameter pemeriksaan yang
digunakan ?
5. Apa saja komplikasi penyakit ginjal dan bagaimana cara pencegahan penyakit
ginjal ?
B. Tujuan penulisan
adapun tujuan penulisan makalah :
1. Untuk mengetahui ginjal di dalam tubuh manusia
2. Untuk mengetahui anatomi ginjal, histologi ginjal, dan fisiologi ginjal
3. Untuk mengetahui Gangguan fungsi ginjal dan penyebab penyakit ginjal serta apa
saja gejala yang timbul pada penyakit ginjal
4. Untuk mengetahui cara pemeriksaan ginjal dan apa saja parameter pemeriksaan
yang digunakan
5. Untuk mengetahui berbagai komplikasi penyakit ginjal dan bagaimana cara
pencegahan penyakit ginjal

2
BAB II
ISI
2.1 Definisi Ginjal
Ginjal pada umumnya adalah alat untuk menyaring sejumlah besar volume
darah dan melewatkan filtrat hasil saringan melalui tubulus yang panjang, dilapisi
oleh sel-sel yang dengan selektif mengangkut senyawa ke dalam dan keluar filtrat.
Sebagian besar pengangkutan selektif tersebut menyangkut penyerapan air dan solute
(bahan-bahan terlarut) dari filtrat, untuk digunakan kembali di dalam tubuh.
Sebagian lagi berupa sekresi aktif dari sel-sel kedalam filtrat. Hasil akhir dari semua
proses ini adalah urin yang bila semuanya berjalan baik, memuat tiap kelebihan air
dan elektrolit yang telah diminum, bersama-sama dengan produksi harian urea, asam
urat, kreatinin, dan produk sisa lainnya yang tak dibuang di tempat lain.
2.2 Anatomi Ginjal

Gambar 1. Anatomi Ginjal Manusia


Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus menghasilkan urin, dan
berbagai saluran reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urin keluar tubuh. Ginjal
merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna
vertebralis (Price dan Wilson, 2006). Kedua ginjal terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen, masing–masing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis
setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
dari pada ginjal kiri karena besarnya lobus hepatis dekstra. Masing–masing ginjal
memiliki facies anterior dan facies posterior, margomedialis dan margo lateralis,
ekstremitas superior dan ekstremitas inferior.
Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 cm sampai 13 cm,
lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 g. Ukurannya tidak berbeda
menurut bentuk dan ukuran tubuh. Perbedaan panjang dari kutub ke kutub kedua

3
ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting,
karena sebagian besar manifestasi penyakit ginjal adalah perubahan struktur dari
ginjal tersebut.
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut
kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perineal. Di
sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal / suprarenal
yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama ginjal dan jaringan lemak perineal
dibungkus oleh fascia gerota. Di luar fascia gerota terdapat jaringan lemak
retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal. Di bagian posterior, ginjal
dilindungi oleh otot–otot punggung yang tebal serta costae ke XI dan XII,sedangkan
di bagian anterior dilindungi oleh organ–organ intraperitoneal.
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian korteks dan medulla ginjal.
Didalam korteks terdapat berjuta–juta nefron sedangkan di dalam medula banyak
terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri
atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus koligentes.
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya syaraf,
masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter dan
memiliki permukaan lateral yang cembung. Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas
kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis renalis.
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis
yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries
yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri
lain, sehingga jika terdapat kerusakan salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya.
Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian bercabang-cabang
secara progresif membentuk arteri interlobaris, arteri arkuarta, arteri interlobularis,
dan arteriol aferen yang menuju ke kapiler glomerulus tempat sejumlah besar cairan
dan zat terlarut difiltrasi untuk pembentukan urin. Ujung distal kapiler pada setiap
glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol eferen, yang menuju jaringan kapiler
kedua, yaitu kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus ginjal. Kapiler peritubulus
mengosongkan isinya ke dalam pembuluh sistem vena, yang berjalan secara paralel
dengan pembuluh arteriol secara prorgesif untuk membentuk vena interlobularis, vena

4
arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal disamping
arteri renalis dan ureter.

Gambar 2. Sistem Perdarahan Ginjal Manusia

2.3. Histologi Ginjal


Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Dalam setiap ginjal terdapat
sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
Dengan demikian, kerja ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua
nefron tersebut. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar yakni korpuskel
renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis, dan tebal ansa henle, tubulus
kontortus distal, dan duktus koligentes.
Darah yang membawa sisa–sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam
glomeruli kemudian di tublus ginjal, beberapa zat masih diperlukan tubuh untuk
mengalami reabsorbsi dan zat–zat hasil sisa metabolism mengalami sekresi bersama
air membentuk urin. Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di
glomerulus dan menghaslkan urin 1-2 liter. Urin yang terbentuk di dalam nefron
disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalis ginjal untuk kemudian disalurkan ke
dalam ureter.

5
Gambar 3. Histology Ginjal Normal Manusia
2.4. Fisiologi Ginjal
Ginjal memiliki berbagai fungsi antara lain, ekskresi produk sisa metabolisme
dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan
osmolaritas cairan tubuh, pengaturan keseimbangan asam dan basa, sekresi dan
ekskresi hormone dan gluconeogenesis. Price & Wilson pada tahun 2006
menjelaskan fungsi utama ginjal sebagai fungsi ekskresi dan non ekskresi. Fungsi
ekskresinya antara lain untuk mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mili
Osmol dengan mengubah ekskresi air, mempertahankan volume ECF (Extra Cellular
Fluid) dan tekanan darah dengan mengubah ekskresi natrium, untuk mempertahankan
konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam rentang normal. Serta
untuk mempertahankan derajat keasaman / pH plasma sekitar 7,4 dengan
mengeluarkan kelebihan hidrogen dan membentuk kembali karbonat.
Fungsi ekskresi ginjal juga meliputi ekskresi produk akhir nitrogen dari
metabolism protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin) dan sebagai jalur
ekskretori untuk sebagian besar obat. Fungsi non-ekskresinya meliputi sintesis dan
aktifasi hormon, mensekresi renin yang memilliki peran penting dalam pengaturan
tekanan darah, menghasilkan eritropoetin untuk merangsang produksi sel darah merah
oleh sumsum tulang, serta mensekresi prostaglandin, yang berperan sebagai
vasodilator dan bekerja secara lokal serta melindungi dari kerusakan iskemik ginjal.
Sebagai fungsinya sebagai organ non-ekskresi, ginjal juga mendegradasi hormon
polipeptida, insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan, ADH
(antidiuretik hormon) dan hormon gastrointestinal. Sistem ekskresi terdiri atas dua
buah ginjal dan saluran keluar urin.

6
Ginjal adalah organ utama untuk membuang produk sisa metabolism yang tidak
diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi urea (dari sisa metabolisme
asam amino), kreatin asam urat (dari asam nukleat), dan produk akhir dari
pemecahan hemoglobin (bilirubin).
Ginjal tersusun dari beberapa juta unit fungsional (nefron) yang
akanmelakukan ultrafiltrasi terkait dengan ekskresi (pembentukan urin) dan
reabsorpsi. Ultrafiltrat hasil dari ultrafiltrasi akan dialirkan ke tubulus proksimal
untuk direabsorpsi melalui brush border dengan mengambil kembali bahan-bahan
yang dibutuhkan tubuh seperti gula, asam-asam amino, vitamin dan sebagainya. Sisa
buangan yang tidak diperlukan kemudian disalurkan kesaluran penampung (collecting
tubulus) dan diekskresikan sebagaiurin. Fungsi ini dilakukan melalui filtrasi darah
plasma melalui glomerulus diikuti dengan reabsorpsi disepanjang tubulus ginjal.
Beberapa obat diekskresi melalui ginjal. Fungsi ekskresi disini merupakan
resultan dari 3 proses, yaitu filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal,
dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal. Sebelum memasuki ginjal, di
dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat
dikeluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi, atau biasa dikenal dengan ADME.
Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian,
menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses. Setelah diabsorpsi obat akan
didistribusi keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah, karena selain tergantung dari
aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Darah dari
arteri masuk ke jaringan kapiler melalui arteri afferent. Apabila tekanan intra
kapiler lebih tinggi daripada tekanan dalam tubulus lumen, cairan yang mengandung
senyawa teriarut pada plasma disaring menembus dinding kapiler dan melalui pori-
pori epithelium kapsul Bowman menuju lumen tubulus.
Filtrasi glomelurus dibatasi oleh suatu ukuran molekul senyawa yaitu kurang
dari 20.000 dan dalam bentuk bebasnya. Selanjutnya filtrat akan melalui lumen
tubulus proksimal, lengkung henle dan tubulus distal memasuki duktus kolektifus.
Selama proses ini senyawa obat dapat mengalami reabsorpsi ke sirkulasi sistemik
kembali.

7
2.5 Gangguan Fungsi Ginjal

Ginjal berfungsi untuk membuang kelebihan cairan dan produk sisa dari darah,
Jika ginjal tersebut mengalami penurunan maka disebut dengan penurunan fungsi
ginjal. penurunan fungsi ginjal terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Penurunan fungsi ginjal akut – Yang terjadi secara tiba-tiba dan biasanya
berlangsung singkat dan diharapkan dapat pulih.
2. Penurunan fungsi ginjal kronik – Yang terjadi secara perlahan-lahan dan bertahap
kemudian menjadi lebih berat dan akhirnya terjadi gagl ginjal.

Gejala penyakit ini tidak khas seringkali saat gejala dirasakan pasien sudah
berada ditahap gagal ginjal akhir (stadium 5). Gejala bervariasi dari ringan sampai
berat “keluhan dapat berupa seperti : rasa lemah, mudah lelah, pucat, mual, muntah
sampai dengan sesak nafas hebat dan penurunan kesadaran dapat juga tidak ada gejala
sama sekali dan ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan
laboratorium”. Penyebab penurunan fungsi ginjal sendiri ada 3 kelopmpok besar yaitu
:
a. Pre-renal karena berkurangnya asupan darah ke ginjal misalnya : dehidrasi,
pendarahan hebat, gagl jantung dsb.
b. Renal atau kerusakan yang langsung mengenai ginjal itu sendiri misalnya :
karena obat-obatan atau zat kontras tertentu yang bersifat merusak ginjal, infeksi
dsb.
c. Post-renal dimana ditemukan sumbatan disepanjang saluran kemih. “Lebih sering
disebabkan oleh batu saluran kemih yang menyumbat, Kamungkinan lainnya
adalah sumbatan saluran kemih oleh tumor, dan mungkin juga disebabkan oleh
kelainan anatomis didaerah saluran kemih yang memicu sumbatan”.

Untuk mendeteksi gangguan ini diperlukan pemeriksaan laboratorium yaitu


pemeriksaan ureum dan keratinin dari darah karena dengan satu atau pun
sekumpulan gejala belum dapat memastikan orang tersebut pasti sakit ginjal.
Berikut beberapa kelainan pada ginjal :
1. Nefritis Akut
Merupakan serangan mendadak, suhu dan denyut nadi naik. Air kemih
berwarna tua berisi albumin : albuminuria (air kemih berisi albumin), hematuria
(air kemih mengandung darah).

8
2. Sindrom Nefrotis
Merupakan keadaan ginjal, walaupun tidak ada kegagalan fungsi
pembuangan, kehilangan sejumlah besar protein, khususnya albumin.
3. Diabetes Mellitus
Bila dalam air kemih seseorang tedapat gula secara berlebihan, ini
berarti orang tersebut menderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus.
Ini terjadi karena kekurangan hormone insulin.
4. Uremia
Merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan keadaan racun,
disebabkan bahan buangan dari ginjal di dalam darah. Hal ini tampak pada
pemeriksaan jumlah ureum yang ada. Sebenarnya ureum itu sendiri bukan
bersifat racun. Jumlah ureum itu digunakan untuk menentukan senyawa nitrogen
yang bersifat racun.
5. Batu dalam Kandung Kencing
Dapat terbentuk di tempat atau berasal dari ginjal, masuk ked lam
kandung kencing. Karena kandung kencing berkontraksi untuk mengeluarkan air
kencing, maka batu tertekan pada trigonum menyebabkan sangat sakit dan
infeksi sering menyertai keadaan ini.
6. Infeksi Ginjal
Dapat ditimbulkan oleh penyakit tuberkulosis atau penyakit panas pada
ginjal
7. Sistitis
Peradangan kandung kencing, dapat juga kut atau kronis. Pada sistitis
akut air kemih keluar sedikit-sedikit tetapi sering dan disertai rasa sangat sakit
bila sudah menjalar menjadi uretritis.
8. Pielonefritis
Peradangan jaringan ginjal, hal ini dapat akut atau kronis, terjadi pada
berbagai penyakit dan sering disertai sistitis. Bila akut, terasa sangat sakit
dengan kenaikan suhu, menggigil dan muntah-muntah.
9. Glomerulonefritis
Peradangan dari glomerulus terutama terjadi pada anak-anak.
Glomerulonefritis sering terjadi setelah infeksi betastretokokus di daerah saluran
napas bagian atas. Terbentuk antibodi terhadap antigen Streptococcus.
Kompleks antigen-antibodi beredar dalam darah dan akhirnya didepositkan di
9
glomerulus. Kemudian terjadi serangkian reaksi pada sistem komplemen
(kemotaksin, opsonin) yang dapat menarik lekosit dan terjadi peradangan yang
merusak glomerulus.
Tanda–tandanya : terdapat protein dalam urin (proteinuria), darah
dalam urin (hematuria), oedema kaki, dan hipertensi.
10. Hemolitik
Penyakit hemolitik (hancurnya eritrosit karena hemolisis)
menghancurkan eritrosit, kadar bilirubin darah meningkat, terdapat juga
bilirubin dalam urin.
11. Hepatitis
Sering merusak sel hati, menyebabkan kadar bilirubin darah
meningkat, sehingga terdapat bilirubin dalam urin. Warna urin menjadi warna
teh tua
2.6 Penyebab Penyakit Ginjal
Ada beberapa factor yang secara umum bisa meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ginjal, yaitu:
 Menderita diabetes, hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit hati
 Memiliki keluarga yang juga menderita penyakit ginjal
 Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal yang berulang
 Menderita obesitas
 Memiliki pola makan yang tinggi kandungan garam atau gula
 Memiliki kebiasaan jarang minum air putih sehinga meningkatkan
risiko kekurangan cairan
 Berusia lanjut
 Memiliki sistem imun yang lemah atau menderita penyakit autoimun
 Memiliki kelainan bentuk ginjal
 paparan zat kimia tertentu secara berlebihan, seperti melamin, juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal.
2.7 Gejala Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal akan mengganggu fungsi-fungsi ginjal Secara umum, ada
beberapa gejala yang bisa mengindikasikan gangguan pada ginjal, yaitu:
 Penurunan volume urine
 Perubahan warna pada urine, termasuk urine keruh atau bercampur darah

10
 Pembengkakan pada tungkai
 Muncul nyeri pada punggung bagian bawah, nyeri nya dapat menjalar ke
perut bawah atau selangkangan
 Muncul nyeri saat buang air kecil
 Muncul kram kram otot dan kedutan
 Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan
 Sering merasa kelelahan dan sesak napas
 Kulit terasa gatal yang tidak diketahui penyebab pastinya
 Peningkatan tekanan darah
 Anemia
2.8 Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan dilakukan dengan meneliti sampel urine atau darah. beberapa
jenis pemeriksaan ginjal:
1. Urinalisis
Urinalisis atau tes urine dilakukan untuk mendeteksi protein dan darah di
dalam urine. Faktor yang diperiksa adalah warna dan kejernihan urine, serta
kandungan kimia di dalam urine. Urinalisis juga mendeteksi zat mikroskopik
yang mungkin ada di dalam urine, seperti sel darah merah, sel darah putih,
bakteri, dan mineral.
2. Tes urine 24 jam
Tes urine 24 jam dilakukan untuk mengukur kadar protein atau kreatinin
yang keluar dari urine selama 24 jam. Kreatinin adalah zat sisa metabolisme otot
yang seharusnya dibuang melalui urine. Sementara, protein tidak seharusnya
didapatkan dalam jumlah yang banyak pada urine.
3. Tes albumin
Tes albumin bertujuan untuk mendeteksi keberadaan albumin dalam
urine. Albumin adalah protein di dalam darah yang seharusnya tidak ada pada
urine. Tes ini dapat dilakukan sebagai bagian urinalisis atau sebagai tes terpisah
(dipstick test).
4. Tes mikroalbumin
Sama seperti tes albumin, tes mikroalbumin juga bertujuan untuk
mendeteksi albumin dalam urine. Tes ini lebih sensitif dari dipstick test,
sehingga bisa mendeteksi albumin meski dalam jumlah kecil.

11
5. Urine albumin-to-creatinine ratio (UACR)
Urine albumin-to-creatinine ratio adalah tes yang bertujuan untuk
membandingkan kadar albumin dan kadar kreatinin di dalam urine. Tes UACR
biasanya dilanjutkan dengan tes glomerular fitration rate (GFR).
6. Blood urea nitrogen (BUN) test
Blood urea nitrogen (BUN) atau tes kadar ureum bertujuan untuk
mengukur kadar ureum di dalam darah. Ureum adalah zat sisa metabolisme
protein yang seharusnya dibuang melalui urine.
7. Serum creatinine level
Serum creatinine level bertujuan untuk mengukur kadar kreatinin dalam
darah. Kadar kreatinin yang tinggi di dalam darah dapat menjadi tanda adanya
gangguan pada ginjal.
8. Creatinine clearance
Creatinine clearance bertujuan untuk membandingkan kadar kreatinin
dalam sampel urine 24 jam dengan kadar kreatinin dalam darah. Dengan begitu,
bisa didapatkan gambaran seberapa banyak limbah sisa metabolisme yang
disaring oleh ginjal setiap menitnya.
9. Glomerular filtration rate (GFR) test
Glomerular filtration rate (GFR) test adalah tes darah yang bertujuan
untuk mengetahui kemampuan ginjal dalam menyaring zat sisa metabolisme.
Tes GFR dapat digunakan untuk menentukan stadium penyakit ginjal
2.9 Parameter pemeriksaan
1. Tes urine
Tes urine bertujuan untuk menilai adanya partikel protein, darah,
nanah, bakteri, dan glukosa dalam urine. Keberadaan partikel-partikel tersebut
menandakan adanya infeksi ginjal maupun gangguan kandung kemih seperti
batu ginjal dan diabetes.
2. Tes kreatinin
Tes kreatinin atau dikenal juga tes serum kreatinin berujuan untuk
mengetahui kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah zat sisa hasil
pemecahan otot. Dalam kondisi normal dan sehat, ginjal dapat memfiltrasi
kreatinin hingga habis dan maksimal.
Jika melalui hasil tes diketahui kreatinin masih banyak terdapat dalam
darah, berarti fungsi ginjal terganggu. Kadar kreatinin normal dalam darah 1,2
12
mg/dL untuk wanita, sementara 1,4 mg/dL untuk pria. Jika kadarnya melebihi
angka tersebut, artinya ginjal mengalami gangguan fungsi.
3. Tes GFR (Glomerulo Filtration Rate)
Tes GFR bertujuan untuk mengetahui kemampuan ginjal dalam
menyaring atau memfiltrasi zat sisa metabolisme tubuh sehingga dapat
menunjukkan seberapa optimal dan baik laju filtrasi yang dilakukan oleh
ginjal.
Ginjal yang sehat memiliki nilai GFR normal yakni 60 mg/dL atau di
atasnya. Jika di bawah angka tersebut, dapat diindikasikan adanya
kemungkinan gangguan pada fungsi dan kerja ginjal.
4. USG Urologi
Pemeriksaan USG urologi bertujuan untuk menilai kondisi ginjal
sekaligus mendeteksi gangguan atau infeksi ginjal dan organ sekitarnya seperti
kandung kemih dan ureter. USG urologi termasuk prosedur pengambilan
gambar noninvasif yang juga bermanfaat untuk mendeteksi kista, tumor,
penumpukkan cairan, batu ginjal, abses, hingga infeksi di dalam maupun
daerah sekitar ginjal.
2.10 Komplikasi Penyakit Ginjal
Jika tidak segera ditangani, penyakit ginjal dapat menyebabkan
komplikasi, seperti:
 Hipertensi
 Edema paru
 Hiperkalemia
 Penyakit jantung
 Kerusakan saraf
 Sepsis
 Kerusakan ginjal permanen

Parameter untuk mengetahui fungsi dan progresi penyakit ginjal adalah


dengan penghitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) atau dikenal sebagai glomerular
filtration rate (GFR). Bila nilai LFG-nya 90ml/min maka fungsi ginjal masih
dikategorikan 90% baik atau masih dalam kriteria kondisi normal. Penurunan fungsi
ginjal ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum. LFG 60%,
pasien masih asimptomatik, tetapi sudah terjadi peningkatan kadar ureum dan

13
kreatinin serum. LFG 30%, mulai terjadi keluhan seperti, nokturia, badan lemah,
mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan. LFG dibawah 30 pasien
masih memperlihatkan gejala dan tanda uremia, kemudian pada LFG di bawah 15%
akan terjadi gejala komplikasi serius, keadaan ini dikatakan stadium gagal ginjal

2.11 Pencegahan Penyakit Ginjal


Cara terbaik untuk mencegah penyakit ginjal adalah dengan menjaga
kesehatan ginjal. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:
 Memperbanyak konsumsi air putih, yaitu sekitar 2 liter per hari
 Menerapkan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang
 Melakukan kontrol kesehatan berkala, terlebih jika memiliki
penyakit diabetes, hipertensi, atau penyakit autoimun
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Membatasi konsumsi alcohol
 Menjaga berat badan ideal, salah satunya dengan rutin berolahraga

14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam
darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute
renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada
gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi
ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi
secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi
sama sekali (end stage renal disease).
3.2 SARAN
a) Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya
pencegahan penyakit Gagal Ginjal agar terciptanya kesehatan masyarakat yang
lebih baik.
b) Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Gagal Ginjal lebih
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit Gagal
Ginjal.
c) Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
Gagal Ginjal sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
2. Anonim, 2013. 9 Fungsi Ginjal bagi Tubuh Manusia beserta Contoh Aplikasinya.
(diakses tanggal 11 JANUARI 2022)
3. Lumenta, Nico A. 1992. Penyakit Ginjal. Penerbit. Arcan, Jakarta
4. Roesly, R. 2008. Hipertensi, Diabetes, dan Gagal Ginjal di Indonesia. Dalam
Lubis. H. R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. Medan: USU Press
5. Sidabutar, R. P. 1992. Gagal Ginjal Kronik dalam Sidabutar dan Suhardjono, Gizi
pada Gagal Ginjal Kronik: Beberapa Aspek Penatalaksanaan, Perhimpunan
Nefrologi Indonesia. Jakarta
6. Smetltzer C. Suzanne, Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medical Bedah.EGC : Jakarta
7. Sukandar, E. 1997. Nefrologi Klinik. Edisi Kedua. Bandung: ITB PRESS hal 378-
382

16

Anda mungkin juga menyukai