BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Pendahuluan
Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal
yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah
10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir)
dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus
naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data tersebut,
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996,
ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data
2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat
fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi,
usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga
umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan
menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena
1
2
para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta
sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru
dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak
lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar
Data pasien GGK di RSUP Dr. Djamil Padang pada bulan oktober 2013di
medical record adalah sebanyak 116 orang. Data pasien GGK di IRNA non
Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. Djamil Padang yang dilihat selama
Melihat data tersebut penulis tertarik melakukan studi kasus tentang gagal
ganjal kronik di IRNA non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. Djamil Padang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORITIS
1. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
2. ETIOLOGI
4
5
3. ANATOMI FISIOLOGI
volume dan komposisi kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh) dalam
mensekresikan zat terlarut dan air secara efektif. Apabila kedua ginjal
glomerulus diikuti dengan reabsorbsi sejumlah zat terlarut dan air dalam
jumlah yang sesuai disepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan
urine.
6
dibanding ginjal kiri karna tertekan kebawah oleh hati. Kutup atasnya
terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katup atas ginjal kiri terletak
inci (25-30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu-
3 mutiara yaitu dua dari ureter dan satu menuju uretra. Dua fungsi vesika
vesika urinaria sampai keluar tubuh, panjang pada perempuan sekitar 1,5
inci (4 cm) dan pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm). Muara uretra keluar
peritonium didepan dua iga terakhir dan 3 otot besar transversus abdominis,
tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kelenjar adrenal terletak diatas
volume yang sama dengan 20% sampai 25% curah jantung (5000 ml per
menit).
a. Ultrafiltrasi glomerulus
Fungsi ginjal :
metabolisme vitamin D
Klasifikasi
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood
atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum
1992).
72 x creatini serum
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
10
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
b. Pulmoner
1) KrekelS
2) Nafas dangkal
3) Kusmaul
c. Gastrointestinal
2) Perdarahan saluran GI
11
4) Konstipasi / diare
d. Muskuloskeletal
1) Kram otot
3) Fraktur tulang
4) Foot drop
e. Integumen
3) Pruritus
4) Ekimosis
f. Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testis
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
a. Gangguan kardiovaskuler
b. Gangguan Pulmoner
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
ammonia.
13
d. Gangguan muskuloskeletal
e. Gangguan Integumen
dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
hipokalsemia.
h. System hematologi
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. URIN
1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
mereabsorbsi natrium
ada
b. DARAH
akhir
gr/dl
7) Kalium: meningkat
8) Magnesium;Meningkat
9) Kalsium ; menurun
1. Pemeriksaan lab.darah
a. hematologi
d. Elektrolit
e. koagulasi studi
PTT, PTTK
f. BGA
16
2. Urine
a. urine rutin
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
8. PENATALAKSANAAN
a) Konservatif
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
Dialysis )
- Hemodialisis
dilakukan :
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
alamat, dll
Biasanya klien masuk dengan keluhan sesak nafas, mual dan muntah
c. Riwayat kesehatan
18
mual disertai muntah, pucat, kedua kaki sembab dan tekanan darah
meningkat.
ginjal.
d. Pemeriksaan fisik
1) TTV
TD : biasanya meningkat
3) Kepala
ada ketombe
19
pembengkakan
4) Leher
5) Thorak
P : biasanya sonor
Jantung
6) Abdomen
I : biasanya asites
P : biasanya redup
7) Ekstremitas
8) Integumen
bersih, pruritus
9) Neurologi
perifer)
Reflek fisiologi :-
pembengkakan/ masa
1. AKTIFITAS SEHARI-HARI
a. Nutrisi
1) Makan
2) Minum
b. Eliminasi
1) Miksi
2) Defekasi
somnolen)
2. DATA SOSIOEKONOMI
3. DATA PSIKOLOGIS
4. DATA SPIRITUAL
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
Diagnosa
No NOC NIC
keperawatan
dengan retensi
cairan
7. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
8. Monitor tanda dan
gejalan retensi
cairan
9. Monitor TTV
10. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
11. Monitor respon
pasien untuk
memberikan terapi
elektrolit
12. Monitor
manifestor dari
kekurangan
keseimbangan
elekrtolit
13. Lakukan dialisis,
jika diindikasika
14. Berikan diuretik,
sesuai dengan
keperluan
15. Ajarkan pasien
untuk
memperhatikan
penyebab dan cara
mengatasi edema,
pembatasan diet,
Ketidakefektifan dan penggunaan,
dosis, efek
pola nafas samping
a. status pernafasan, pengobatan yang
indikator dianjurkan
- Pengembangan 16. Anjurkan pasien
dada simetris untuk puasa,
- Irama nafas sesuai dengan
dalam rentang kebutuhan
normal
- Penarikan 1. manajemen jalan
26
3. pengaturan posisi
1. Tempatkan pasien
ditempat tidur
27
pola pernafasan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
a. Nama : Tn. Y
b. No. MR :00454583
c. Umur : 59 tahun
e. Agama : islam
g. Alamat : muko-muko
i. Alamat : muko-muko
yang lalu
n. Riwayat alergi :
29
29
2. RIWAYAT KESEHATAN
yang lalu. Klien tidak ada riwayat penyakit DM. Klien tidak menyukai
sesak nafas yang semakin meningkat sejak 1 hari yang lalu, sesak nafas
dirasakan tidak hilang jika istirahat, pusing, cuaca dan makanan. Sesak
nafas tidak menentu. Pada saat pengkajian pada tanggal 24 Maret 2014.
Klien mengeluh mual dan muntah, nafsu makan menurun, klien tampak
pucat. Semenjak masuk rumah sakit klien sudah 7 kali cuci darah. Klien
3. PEMERIKSAAN FISIK
1) TTV
TD : 150/90
Nadi : 90x/i
Suhu :37°C
Nafas : 27x/i
2) BB : 60 kg
TB : 155 cm
3) Kepala
4) Leher
5) Thorak
P : sonor
31
Jantung
6) Abdomen
I : asites
P : redup
7) Ekstremitas
8) Integumen
9) Neurologi
Reflek patologi :+
Reflek fisiologi :-
32
masa
4. AKTIFITAS SEHARI-HARI
b. Nutrisi
1) Makan
Sehat : makan 3x sehari, nasi + lauk, klien tidak suka sayur, porsi
habis
2) Minum
e. Eliminasi
1) Miksi
6 kali permenit
2) Defekasi
5. DATA SOSIOEKONOMI
Pada saat awal masuk rumah sakit, klien belum mengurus asuransi
6. DATA PSIKOLOGIS
Klien punya semangat yang besar untuk sembuh. Tapi klien juga
7. DATA SPIRITUAL
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 10,1 gr/dL
Ht : 31 %
Leukosit : 12, 55
34
Trombosit : 243
9. PENGOBATAN
a. Lasix 1x1
b. Cefotaxime 2x1 gr
35
ANALISA DATA
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
No NOC NIC Aktifitas keperawatan
DX
1 1 a. keseimbangan 1. Pemantauan 1. Pantau tingkat
37
menurun)
6. Monitor TTV
7. Berikan terapi IV
8. Berikan diuretik
9. Konsultasikan
dengan dokter
1. Monitor
keabnormalan level
untuk serum
2. Timbang BB tiap
hari
3. Berikan terapi
nasogastritik untuk
menggantikan
output
4. Irigasi selang NGT
dengan normal
saline
5. Pasang infus IV
6. Monitor hasil lab
yang relavan
dengan retensi
cairan
7. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
8. Monitor tanda dan
gejalan retensi
cairan
9. Monitor TTV
10. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
11. Monitor respon
pasien untuk
memberikan terapi
elektrolit
12. Monitor manifestor
dari kekurangan
keseimbangan
elekrtolit
39
1. Tempatkan pasien
ditempat tidur yang
nyaman dan posisi
40
No.d
No Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi TT
x
1 1 Senin/ 24 1. Pantau tingkat S : klien
maret 2014 serum elektrolit mengatakan
2. Pantau mukanya
keseimbangan asam masih sembab
basa O : muka
3. Identifikasi klien tampak
kemungkinan sembab, perut
penyebab asites
ketidakseimbangan A : masalah
elektrolit belum teratasi
4. Pantau EKG untuk P : intervensi
mengetahui dilanjutkan
abnormal K, Ca,
Mg
5. Catat kekuatan otot
6. Pantau tanda dan
gejala
hiperkalemia :
nausea, vomiting,
bradikardi,
takikardi,
kelemahan
7. Pantau tanda dan
gejala hipokalsemia
: kekuatan otot,
kejang otot,
peningkatan COP
8. Pantau tanda dan
gejala
hipermagnesia :
kelemahan otot,
depresi pernafasan,
letergi, koma.
9. Hitung haluaran
42
frekuensi yang
konstan
28. Monitor respon
pasien untuk
2 Senin/ 24 memberikan terapi
maret 2014 elektrolit S : klien
29. Monitor manifestor mengatakan
dari kekurangan sesak nafas
keseimbangan belum hilang
elekrtolit O : klien
tampak sesak
A : masalah
1. Memposisikan belum teratasi
klien agar P : intervensi
mendapatkan dilanjutkan
ventilasi yang
maternal
2. Dengarkan bunyi
nafas
3. Berikan terapi O2
yang tepat
4. Mengatur posisi
klien untuk
mengurangi
dyspnea
5. Monitor status
respirasi
6. Membersihkan
cairan-cairan
dimulut
7. Mempertahankan
jalan nafas
8. Menyediakan
peralatan
pemberian oksigen
9. Memberikan O2
tambahan
10. Mengontrol aliran
oksigen
11. Memberikan O2
tambahan
12. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
44
pasien gatal
7. Berikan antiemetik O : kulit klien
dan analgesik terlihat
sebelum makan kering, kasar
8. Berikan makanan A : masalah
yang sesuai dengan belum teratasi
pribadi klien P : intervensi
9. Tawarkan kudapan dilanjutkan
gejalan retensi
cairan
38. Monitor TTV
39. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
40. Monitor respon
2 Selasa/ 24 pasien untuk
maret 2014 memberikan terapi S : klien
elektrolit mengatakan
41. Monitor manifestor sesak nafas
dari kekurangan belum hilang
keseimbangan O : klien
elekrtolit tampak sesak
A : masalah
belum teratasi
1. Memposisikan P : intervensi
klien agar dilanjutkan
mendapatkan
ventilasi yang
maternal
2. Dengarkan bunyi
nafas
3. Berikan terapi O2
yang tepat
4. Mengatur posisi
klien untuk
mengurangi
dyspnea
5. Monitor status
respirasi
6. Membersihkan
cairan-cairan
dimulut
14. Mempertahankan
jalan nafas
15. Menyediakan
peralatan
pemberian oksigen
16. Memberikan O2
tambahan
17. Mengontrol aliran
oksigen
48
18. Memberikan O2
tambahan
19. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
bahawa telah sesuai
dengan resep
20. Amati tanda-tanda
oksigen yang
menyebabkan
hipoventilasi
19. Tempatkan pasien
ditempat tidur yang
nyaman dan posisi
yang bersifat tepat
3 Selasa/ 24 20. Posisikan tubuh
maret 2014 dengan tepat
21. Berikan posisi S : klien
untuk mengurangi mengatakan
dsyspnea (semi masih mual
fowler) dan muntah
22. Tinggikan tempat O : klien
tidur dengan posisi tampak
kepala muntah dan
23. Posisikan klien agar pucat
pertukaran gas A : masalah
menjadi lancar belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
1. Tentukan motivasi
pasien untuk
mengubah
kebiasaan makan
2. Tentukan
kemampuan pasien
memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Ajarkan metode
untuk perencanaan
makan
4. Berikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
49
memenuhinya
4 Selasa/ 25 5. Diskusikan dengan
maret 2014 ahli dalam
menentukan
kebutuhan makan S : klien
6. Buat perencanaan mengatakan
makan dengan kulitnya gatal-
pasien gatal
7. Berikan antiemetik O : kulit klien
dan analgesik terlihat
sebelum makan kering, kasar
8. Berikan makanan A : masalah
yang sesuai dengan belum teratasi
pribadi klien P : intervensi
9. Tawarkan kudapan dilanjutkan
nausea, vomiting,
bradikardi,
takikardi,
kelemahan
7. Pantau tanda dan
gejala hipokalsemia
: kekuatan otot,
kejang otot,
peningkatan COP
8. Pantau tanda dan
gejala
hipermagnesia :
kelemahan otot,
depresi
pernafasan,
letergi, koma.
27. Hitung haluaran
28. Pertahankan intake
yang adekuat
29. Pasang kateter urine
30. Monitor status
hidrasi (seperti :
kelembaban
mukosa membrane)
31. Monitor status
laboratorium terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN,
tekanan darah
menurun)
32. Monitor TTV
33. Berikan terapi IV
34. Berikan diuretik
35. Konsultasikan
dengan dokter
42. Monitor
keabnormalan level
untuk serum
43. Timbang BB tiap
hari
44. Berikan terapi
51
nasogastritik untuk
menggantikan
output
45. Irigasi selang NGT
dengan normal
saline
46. Pasang infus IV
47. Monitor hasil lab
yang relavan
dengan retensi
cairan
48. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
49. Monitor tanda dan
gejalan retensi
cairan
50. Monitor TTV
51. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
52. Monitor respon
pasien untuk
2 Rabu/ 26 memberikan terapi S : klien
maret 2014 elektrolit mengatakan
53. Monitor manifestor sesak nafas
dari kekurangan belum hilang
keseimbangan O : klien
elekrtolit tampak sesak
A : masalah
belum teratasi
1. Memposisikan P : intervensi
dilanjutkan
klien agar
mendapatkan
ventilasi yang
maternal
2. Dengarkan bunyi
nafas
52
3. Berikan terapi O2
yang tepat
4. Mengatur posisi
klien untuk
mengurangi
dyspnea
5. Monitor status
respirasi
6. Membersihkan
cairan-cairan
dimulut
21. Mempertahankan
jalan nafas
22. Menyediakan
peralatan
pemberian oksigen
23. Memberikan O2
tambahan
24. Mengontrol aliran
oksigen
25. Memberikan O2
tambahan
26. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
bahawa telah sesuai
dengan resep
27. Amati tanda-tanda
oksigen yang
menyebabkan
hipoventilasi
24. Tempatkan pasien
ditempat tidur yang
nyaman dan posisi
yang bersifat tepat
25. Posisikan tubuh
dengan tepat
3 Rabu/ 26
maret 2014 26. Berikan posisi
untuk mengurangi S : klien
53
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
gangguan fungsi ginjal yang progresif sehingga fungsi ginjal yang sebenarnya
tidak mampu bekerja dengan baik dan mempengaruhi terhadap sistem organ
lainnya. Sangat fatal akibatnya jika klien dengan gagal ginjal kronis tidak
ditangani dengan baik. Gagal ginjal kronis ini disebabkan oleh penyakit-
penyakit penyerta yang dahulunya pernah dialami oleh klien yang mampu
yang masih tersisa semakin berat hingga lama kelamaan fungsinya pun akan
menurun.
Tanda dan gejala dari gagal ginjal kronis ini bervariasi karena akan
mempengaruhi semua sistem yang ada di dalam tubuh. Yang harus diwaspadai
disini yaitu bagaimana gagal ginjal ini tidak menimbulkan komplikasi pada
klien nantinya hingga tidak akan memperburuk kondisi dari klien tersebut.
sesuai dengan tahap – tahap yang sudah ada, baik pengkajian, kemudian dari
55
56
keperawatan yang tepat. Jika memang diagnosa yang ditegakkan telah tepat,
Jika kondisi klien atau fungsi ginjal nya memang tidak mampu bekerja
dengan baik lagi, maka dapat dilakukan tindakan dialisis maupun transplantasi
ginjal. Transplantasi ginjal bukanlah sebuah tindakan yang asalan saja, semua
Jadi gagal ginjal kronis bukanlah penyakit yang dapat diabaikan begitu
saja, perlu tindakan – tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak terjadi
pada klien yang memang memiliki resiko tinggi terkena penyakit tersebut, dan
B. SARAN
1. Adanya bentuk kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan terkait
2. Kenali tanda dan gejala dari gagal ginjal kronis hingga dapat menghindari
kronis ini karena gagal ginjal kronis tidaknya penyakit yang munculnya
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta
: EGC
Price and Wilson. 2001. Patologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta
: EGC
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta
: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC