Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Pendahuluan

Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan

fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah

nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).

Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi.

Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam

10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir)

dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus

naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data tersebut,

6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal

kronis) fase awal (Djoko, 2008).

Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996,

ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data

2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat

fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi,

usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga

bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga

umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan

menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena

1
2

para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta

memadai (Djoko, 2008).

Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian,

sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru

dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki

peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit

lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya

dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak

lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar

yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam

pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan.

Data pasien GGK di RSUP Dr. Djamil Padang pada bulan oktober 2013di

medical record adalah sebanyak 116 orang. Data pasien GGK di IRNA non

Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. Djamil Padang yang dilihat selama

seminggu dari tanggal 24-30 Maret adalah kira-kira 43 orang.

Melihat data tersebut penulis tertarik melakukan studi kasus tentang gagal

ganjal kronik di IRNA non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. Djamil Padang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal

ginjal kronis secara teoritis dan kasus.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien gagal ginjal kronis


3

b. Mampu melakukan perumusan diagnosa pada pasien gagal ginjal


kronis
c. Mampu melakukan intervensi pada pasien gagal ginjal kronis
d. Mampu melakukan implementasi pada pasien gagal ginjal kronis
e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien gagal ginjal kronis
f. Mampu melakukan pendokumentasian pada pasien gagal ginjal kronis.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS

1. PENGERTIAN

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan

dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain

dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang

progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992)

2. ETIOLOGI

a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis

b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,

nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis

c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,

poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif

d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulus ginjal

e. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis

f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal

g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli

neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:

4
5

hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher

kandung kemih dan uretra.

h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

3. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 2.1 ginjal

Ginjal menjalankan fungsi yang vital yang sebagai pengatur

volume dan komposisi kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh) dalam

mensekresikan zat terlarut dan air secara efektif. Apabila kedua ginjal

karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian

dalam waktu 3 sampai 4 minggu.

Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui

glomerulus diikuti dengan reabsorbsi sejumlah zat terlarut dan air dalam

jumlah yang sesuai disepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan

air diekresikan keluar tubuh dalam urine melalui sistem pengumpulan

urine.
6

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak

dikedua sisi kolumna vertebratalis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah

dibanding ginjal kiri karna tertekan kebawah oleh hati. Kutup atasnya

terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katup atas ginjal kiri terletak

setinggi iga kesebelas.

Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12

inci (25-30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu-

satunya adalah menyalurkan urine ke vesika urinaria.

Vesika urinaria adalah suatu kantong berotot yang dapat

mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Vesika urinaria mempunyai

3 mutiara yaitu dua dari ureter dan satu menuju uretra. Dua fungsi vesika

urinaria adalah sebagai tempat penyimpanan urine sebelum meninggalkan

tubuh dan mendorong urine keluar tubuh (dibantu uretra).

Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari

vesika urinaria sampai keluar tubuh, panjang pada perempuan sekitar 1,5

inci (4 cm) dan pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm). Muara uretra keluar

tubuh disebut meatus urinarius.

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, disebelah

peritonium didepan dua iga terakhir dan 3 otot besar transversus abdominis,

kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi

tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kelenjar adrenal terletak diatas

kutup masing-masing ginjal.


7

Ginjal diperfusi oleh sekitar 1.200 ml darah permenit. Suatu

volume yang sama dengan 20% sampai 25% curah jantung (5000 ml per

menit).

Fisiologi dasar ginjal :

a. Ultrafiltrasi glomerulus

b. Autoregulasi aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus

c. Reabsorbsi dan sekresi tubulus

d. Pengaturan keseimbangan air

e. Pengaturan kadar natrium tubuh

Fungsi ginjal :

a. Mensekresikan bahan-bahan kimia tertentu (misalnya : obat-

obatan), hormon dan metabolit lain.

b. Eksresi air dan zat terlarut

c. Fungsi noneksrerator yaitu pembentukan renin, eritropoetin, dan

metabolisme vitamin D

d. Mensekresi renin yang berlebihan

e. Pengaktifan vitamin D yang dianggap penting sebagai penyebab

anemia dan penyakit tulang pada uremia

f. Degredasi insulin dan pembentukan prostaglandin.

(Price an wilson, 2005)


8

4. STADIUM GAGAL GINJAL KRONIK

Klasifikasi

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium

yaitu:

a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen

(BUN) normal dan penderita asimtomatik.

b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo

filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood

Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin

serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan,

timbul nokturia dan poliuri.

c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo

filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit

atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum

nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price,

1992).

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari


tingkat penurunan LFG :

a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria


persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
9

b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan


LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
c. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
d. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara
15-29mL/menit/1,73m2
e. Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau
gagal ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance


Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )

72 x creatini serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.

5. PATOFISIOLOGI DAN WOC

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa

nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume

filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan

penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal

untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang

harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat

diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah

nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk

sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas

dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
10

telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai

kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang

normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi

uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan

produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia

membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

6. MANIFESTASI KLINIS

a. Kardiovaskuler

1) Hipertensi

2) Pitting edema

3) Edema periorbital

4) Pembesaran vena leher

5) Friction rub perikardial

b. Pulmoner

1) KrekelS

2) Nafas dangkal

3) Kusmaul

4) Sputum kental dan liat

c. Gastrointestinal

1) Anoreksia, mual dan muntah

2) Perdarahan saluran GI
11

3) Ulserasi dan perdarahan pada mulut

4) Konstipasi / diare

5) Nafas berbau amonia

d. Muskuloskeletal

1) Kram otot

2) Kehilangan kekuatan otot

3) Fraktur tulang

4) Foot drop

e. Integumen

1) Warna kulit abu-abu mengkilat

2) Kulit kering, bersisik

3) Pruritus

4) Ekimosis

5) Kuku tipis dan rapuh

6) Rambut tipis dan kasar

f. Reproduksi

1) Amenore

2) Atrofi testis

( SmeltzerC, Suzanne, 2002)

Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat

badan berkurang, mudah tersinggung, depresi


12

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas

dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem

yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin

juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara

lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas

sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan

udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat

iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual,

muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat

kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi

perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan

irama jantung dan edema.

b. Gangguan Pulmoner

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,

suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan

metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran

gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau

ammonia.
13

d. Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu

digerakan), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar,

terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan

hipertropi otot – otot ekstremitas.

e. Gangguan Integumen

kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan

akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis

dan rapuh.

f. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan

menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan

metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan

natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,

hipokalsemia.

h. System hematologi

anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi

eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum

tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup

eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan

fungsi trombosis dan trombositopeni.


14

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. URIN

1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)

2) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh

pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan

menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin

3) Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat

4) Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn

ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1

5) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun

6) Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu

mereabsorbsi natrium

7) Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat

menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga

ada

b. DARAH

1) BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap

akhir

2) Ureum : meningkat. Kadar ureum darah yang normal adalah 20

mg – 40 mg setiap 100 ccm darah

3) Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8

gr/dl

4) SDM: menurun, defisiensi eritropoitin

5) GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2


15

6) Natrium serum : rendah

7) Kalium: meningkat

8) Magnesium;Meningkat

9) Kalsium ; menurun

10) Protein (albumin) : menurun

c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg

d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista,

obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar

batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif

g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi.

1. Pemeriksaan lab.darah

a. hematologi

Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit

b. RFT ( renal fungsi test )

ureum dan kreatinin

c. LFT (liver fungsi test )

d. Elektrolit

Klorida, kalium, kalsium

e. koagulasi studi

PTT, PTTK

f. BGA
16

2. Urine

a. urine rutin

b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. pemeriksaan kardiovaskuler

a. ECG

b. ECO

4. Radidiagnostik

a. USG abdominal

b. CT scan abdominal

c. BNO/IVP, FPA

d. Renogram

e. RPG ( retio pielografi )

8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

a) Konservatif

- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk

b) Dialysis

- peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.


17

Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak

bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial

Dialysis )

- Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena

dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan

melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka

dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke

jantung )

c) Operasi

- Pengambilan batu

- transplantasi ginjal

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. PENGKAJIAN

a. Identitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama,

alamat, dll

b. Alasan masuk (keluhan utama)

Biasanya klien masuk dengan keluhan sesak nafas, mual dan muntah

yang disertai nafsu makan menurun dan kedua kaki kesemutan.

c. Riwayat kesehatan
18

1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengalami nafas sesak, nafsu makan menurun,

mual disertai muntah, pucat, kedua kaki sembab dan tekanan darah

meningkat.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien sudah pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.

Kemungkinan klien pernah menderita penyakit hipertensi dan

diabetes, penyakit sistem saluran kemih dan penyakit infeksi

ginjal.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan adanya anggota keluarga yang menderita penyakit

seperti diabetes, infeksi saluran kemih dan hipertensi.

d. Pemeriksaan fisik

1) TTV

TD : biasanya meningkat

Nadi : biasanya meningkat

Suhu :biasanya normal

Nafas : biasanya meningkat

2) BB : biasanya penurunan berat badan

TB : biasanya tidak mengalami penurunan

3) Kepala

Rambut : biasanya rambut tampak kotor, beruban dan tidak

ada ketombe
19

Mata : baisanya konjungtiva anemis, sklera tidak icterik

Hidung : biasanya tidak ada polip, hidung simetris

Telinga : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada

pembengkakan

4) Leher

Trakea : biasanya tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid

JVP : biasanya 5-2 cmH20

5) Thorak

I : biasanya simetris kiri dan kanan

P : biasanya ekspansi paru/ penarikan dinding dada simetris

P : biasanya sonor

A : biasanya ronchi (-), wheezing (-)

Jantung

I : biasanya ictus cordis terlihat di RIC V

P : biasanya ictus kordis teraba kuat di RIC V

P : biasanya batas jantung dalam batas normal

A : biasanya bunyi jantung normal, mur-mur (-), S1S2 reguler

6) Abdomen

I : biasanya asites

P : biasanya hati dan limfe tidak teraba

P : biasanya redup

A : biasanya bising usus normal


20

7) Ekstremitas

Kekuatan otot : biasanya lemah, Kram otot/kejang

Inspeksi : biasanya edema

Palpasi : biasanya akral dingin

8) Integumen

Inspeksi : biasanya kulit terlihat kering, kasar, pucat, tidak

bersih, pruritus

Palpasi : biasanya turgor kulit jelek

9) Neurologi

Status mental :biasanya sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar

pada telapak kaki, Kebas/kesemutan dan

kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati

perifer)

Saraf kranial : biasanya tidak ada masalah

Reflek patologi : biasanya +

Reflek fisiologi :-

10) Mamae : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada

pembengkakan/ masa

11) Urogenital : biasanya tidak ada kelainan

12) Anus : biasanya tidak ada kelainan


21

1. AKTIFITAS SEHARI-HARI

a. Nutrisi

1) Makan

Sehat : biasanya tidak ada masalah

Sakit : biasanya anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa

metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)

2) Minum

Sehat : biasanya minum 7-8 gelas sehari

Sakit : biasanya dibatasi

b. Eliminasi

1) Miksi

Sehat : biasanya tidak ada masalah

Sakit : biasanya penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal

tahap lanjut), Perubahan warna urin, contoh kuning pekat,

merah, coklat, berawan

2) Defekasi

Sehat : biasanya tidak ada masalah

Sakit : biasanya abdomen kembung, diare, atau konstipasi

c. Aktifitas perawatan diri

Sehat : biasanya klien bisa mandi sendiri, ADL mandiri

Sakit : biasanya ADL dibantu keluarga

d. Istirahat dan tidur

Sehat : biasanya tidak ada masalah


22

Sakit : biasanya Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau

somnolen)

2. DATA SOSIOEKONOMI

biasanyakesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,

mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.

3. DATA PSIKOLOGIS

Biasanya klien mempunyai perasaan tak berdaya, tak ada harapan,

tak ada kekakuan.

4. DATA SPIRITUAL

Biasanya klien selama dirumah sakit klien susah untuk

melaksanakan solat dan ibadah lainnya.

(Doenges, E Marilynn, 2000)

2. DIAGNOSA

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema sekunder :

volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)

b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang inadekuat

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang

tidak adekuat, keletihan

e. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan pruritis

(Doenges, E Marilynn, 2000)


23

3. INTERVENSI

Diagnosa
No NOC NIC
keperawatan

1 Kelebihan volume a. keseimbangan 1. Pemantauan


elekrolit dan asam elektrolit
cairan basa dengan Aktifitas :
indikator 1. Pantau tingkat
- nadi dalam batas serum elektrolit
normal 2. Pantau
- irama jantung keseimbangan
dalam batas asam basa
normal 3. Identifikasi
- natrium serum kemungkinan
dalam batas penyebab
normal ketidakseimbanga
- kalsium serum n elektrolit
dalam batas 4. Pantau EKG untuk
normal mengetahui
- BUN serum abnormal K, Ca,
dalam batas Mg
normal 5. Catat kekuatan
- PH urine dalam otot
batas normal 6. Pantau tanda dan
- Kekuatan otot gejala
baik hiperkalemia :
- Gatal-gatal tidak nausea, vomiting,
ditemukan bradikardi,
b. keseimbangan takikardi,
cairan kelemahan
- TD dalam batas 7. Pantau tanda dan
normal gejala
- Keseimbangan hipokalsemia :
intake dan output kekuatan otot,
dalam 2 jam kejang otot,
- Asites tidak peningkatan COP
ditemukan 8. Pantau tanda dan
- Dehidrasi pada gejala
kulit tidak ada/ hipermagnesia :
berkurang kelemahan otot,
- Hematokrit depresi
dalam batas pernafasan,
normal letergi, koma.
24

- Elektrolit serum 2. Manajemen cairan


dalam batas Aktifitas :
normal 1. Hitung haluaran
2. Pertahankan
intake yang
adekuat
3. Pasang kateter
urine
4. Monitor status
hidrasi (seperti :
kelembaban
mukosa
membrane)
5. Monitor status
laboratorium
terkait retensi
cairan
(peningkatan
BUN, tekanan
darah menurun)
6. Monitor TTV
7. Berikan terapi IV
8. Berikan diuretik
9. Konsultasikan
dengan dokter
dalam pembatasan
cairan
3. Manajemen cairan
dan elekrolit
Akttifitas :
1. Monitor
keabnormalan
level untuk serum
2. Timbang BB tiap
hari
3. Berikan terapi
nasogastritik
untuk
menggantikan
output
4. Irigasi selang
NGT dengan
normal saline
5. Pasang infus IV
6. Monitor hasil lab
yang relavan
25

dengan retensi
cairan
7. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
8. Monitor tanda dan
gejalan retensi
cairan
9. Monitor TTV
10. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
11. Monitor respon
pasien untuk
memberikan terapi
elektrolit
12. Monitor
manifestor dari
kekurangan
keseimbangan
elekrtolit
13. Lakukan dialisis,
jika diindikasika
14. Berikan diuretik,
sesuai dengan
keperluan
15. Ajarkan pasien
untuk
memperhatikan
penyebab dan cara
mengatasi edema,
pembatasan diet,
Ketidakefektifan dan penggunaan,
dosis, efek
pola nafas samping
a. status pernafasan, pengobatan yang
indikator dianjurkan
- Pengembangan 16. Anjurkan pasien
dada simetris untuk puasa,
- Irama nafas sesuai dengan
dalam rentang kebutuhan
normal
- Penarikan 1. manajemen jalan
26

dinding dada nafas


tidak ada 1. Memposisikan
- Auskultasi suara klien agar
nafas dalam mendapatkan
batas normal ventilasi yang
- Suara nafas maternal
tambahan tidak 2. Dengarkan bunyi
ada nafas
3. Mengatur posisi
b. kepaten jalan nafas klien untuk
- Sesak nafas tidak mengurangi
ada dyspnea
- Cemas tidak ada 4. Monitor status
- Frekuensi nafas respirasi
dan dan irama
jantung dalam 2. terapi oksigen
rentang yang 1. Membersihkan
diharapkan cairan-cairan
- Suara nafas dimulut
tambahan tidak 2. Mempertahankan
ada jalan nafas
3. Menyediakan
peralatan
pemberian oksigen
4. Memberikan O2
tambahan
5. Mengontrol aliran
oksigen
6. Memberikan O2
tambahan
7. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
bahawa telah
sesuai dengan
resep
8. Amati tanda-tanda
oksigen yang
menyebabkan
hipoventilasi

3. pengaturan posisi
1. Tempatkan pasien
ditempat tidur
27

yang nyaman dan


posisi yang
bersifat tepat
2. Posisikan tubuh
dengan tepat
3. Berikan posisi
untuk mengurangi
dsyspnea (semi
fowler)
4. Tinggikan tempat
tidur dengan
posisi kepala
5. Posisikan klien
agar pertukaran
gas menjadi lancar
6. Berikan terapi O2
yang tepat
7. Berikan obat nyeri
untuk
pengoptimalan
pola pernafasan
8. Informasikan
kepada pasien dan
keluarga tentang
teknik relaksasi
untik
meningkatkan
pola pernafasan
9. Diskusikan
rencana perawatan
dirumah
10. Ajarkan cara
batuk efektif
11. Informasikan
kepada klien dan
keluarga tidak
boleh merokok
diruangan
12. Instruksikan
kepada klien dan
keluarga bahwa
mereka harus
memberi tahu
perawat saat
terjadi
ketidakefektifan
28

pola pernafasan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 24 maret 2014

Ruangan : IRNA C penyakit dalam pria

1. IDENTITAS KLIEN

a. Nama : Tn. Y

b. No. MR :00454583

c. Umur : 59 tahun

d. Pekerjaan : pensiunan dinas pekerjaan umum

e. Agama : islam

f. Status perkawinan : kawin

g. Alamat : muko-muko

h. Penanggung jawab : istri

i. Alamat : muko-muko

j. Tanggal masuk RS : 27 Februari 2014

k. Yang mengirim : istri

l. Cara masuk RS : melalui poli

m. Alasan masuk RS : sesak nafas yang makin meningkat sejak 1 hari

yang lalu

n. Riwayat alergi :

Obat : tidak ada

Makanan : tidak ada

29
29

Dll : tidak ada

o. Alat bantu yang dipakai : memakai Cimino

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan sudah menderita penyakit hipertensi sejak 10 tahun

yang lalu. Klien tidak ada riwayat penyakit DM. Klien tidak menyukai

sayur-sayuran. Klien jarang minum. Klien tidak pernah mengkonsumsi

obat-obatan untuk mencegah hipertensinya. Tapi klien sering

mengkonsumsi obat-obatan untuk mengobati asam uratnya. Klien belum

pernah menderita penyakit ini sebelumnya.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 27 Februari dengan keluhan

sesak nafas yang semakin meningkat sejak 1 hari yang lalu, sesak nafas

dirasakan tidak hilang jika istirahat, pusing, cuaca dan makanan. Sesak

nafas tidak menentu. Pada saat pengkajian pada tanggal 24 Maret 2014.

Klien mengeluh mual dan muntah, nafsu makan menurun, klien tampak

pucat. Semenjak masuk rumah sakit klien sudah 7 kali cuci darah. Klien

mengatakan sesak nafas jika berlebih mengkonsumsi air, tidak hilang

jika beristirahat, sesak dirasakan dibagian diafragma. Wajah klien

tampak sembab dan edema, perut asites, klien mengatakan BAK

sedikit.Klien mengatakan kulitnya gatal-gatal dan kering, warna kulit

kekuning-kuningan, kulit kasar, dan turgor kulit jelek.


30

c. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

seperti ini dan penyakit herediter seperti hipertensi dan DM

3. PEMERIKSAAN FISIK

1) TTV

TD : 150/90

Nadi : 90x/i

Suhu :37°C

Nafas : 27x/i

2) BB : 60 kg

TB : 155 cm

3) Kepala

Rambut : rambut tampak kotor, beruban dan tidak ada ketombe

Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak icterik

Hidung : tidak ada polip, hidung simetris

Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan

4) Leher

Trakea : tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid

JVP : 5-2 cmH20

5) Thorak

I : simetris kiri dan kanan

P : ekspansi paru/ penarikan dinding dada simetris

P : sonor
31

A : ronchi (-), wheezing (-)

Jantung

I : ictus cordis terlihat di RIC V

P : ictus kordis teraba kuat di RIC V

P : batas jantung dalam batas normal

A : banyi jantung normal, mur-mur (-), S1S2 reguler

6) Abdomen

I : asites

A : bising usus 10x/i

P : hati dan limfe tidak teraba

P : redup

7) Ekstremitas

Kekuatan otot : lemah

Inspeksi : tidak ada edema

Palpasi : akral dingin

8) Integumen

Inspeksi : kulit terlihat kering, kasar, pucat, tidak bersih

Palpasi : turgor kulit jelek

9) Neurologi

Status mental : klien cemas akan penyakitnya

Saraf kranial : tidak ada masalah

Reflek patologi :+

Reflek fisiologi :-
32

10) Mamae : simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan/

masa

11) Urogenital : tidak ada kelainan

12) Anus : tidak ada kelainan

4. AKTIFITAS SEHARI-HARI

b. Nutrisi

1) Makan

Sehat : makan 3x sehari, nasi + lauk, klien tidak suka sayur, porsi

habis

Sakit : makan 3x sehari, nasi+lauk+sayur+buah, porsi habis ½

2) Minum

Sehat : minum 7-8 gelas sehari

Sakit : 1 gelas 250 ml perhari

e. Eliminasi

1) Miksi

Sehat : tidak ada masalah, frekuensi 3-4 kali perhari

Sakit : tersendat, pipis lama dan keluarnya sedikit, tapi sering, 5-

6 kali permenit

2) Defekasi

Sehat : tidak ada masalah, 1x sehari

Sakit : tidak ada masalah, 1x sehari

f. Aktifitas perawatan diri

Sehat : klien bisa mandi sendiri, ADL mandiri


33

Sakit : ADL mandiri

g. Istirahat dan tidur

Sehat : tidak ada masalah, tidur 7-8 jam sehari

Sakit : klien mengeluh sulit tidur, Cuma 4-5 jam sehari

5. DATA SOSIOEKONOMI

Pada saat awal masuk rumah sakit, klien belum mengurus asuransi

kesehatan. Tapi sekarang biaya rumah sakit sudah ditanggung BPJS.

6. DATA PSIKOLOGIS

Klien punya semangat yang besar untuk sembuh. Tapi klien juga

cemas akan penyakit yang dideritanya.

7. DATA SPIRITUAL

Klien mengatakan selama dirumah sakit klien susah untuk

melaksanakan solat dan ibadah lainnya.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium tanggal 13 maret 2014

Cl darah : 105 mmol/L

Kalium darah : 3,7 mmol/L

Natrium darah : 140 mg/dL

Ureum darah : 86 mg/dL

Creatinin darah : 6,7 mg/dL

Hb : 10,1 gr/dL

Ht : 31 %

Leukosit : 12, 55
34

Trombosit : 243

b. Pemasangan cimino pada tanggal 13 maret 2014

9. PENGOBATAN

a. Lasix 1x1

b. Cefotaxime 2x1 gr
35

ANALISA DATA

Nama klien : Tn. Y


Ruang rawat : IRNA C penyakit dalam Pria
No. MR : 00454583

n Data penunjang Masalah etiologi


o
1 DS : Kelebihan volume Disfunsi ginjal
- Klien mengatakan cairan
mukanya sembab
- Klien mengatakan
minumnya sudah dibatasi
- Klien mengatakan BAK
sedikit
DO :
- Wajah klien tampak edema
- Perut asites
- Lingkar perut : 90 cm
- Intake 500 ml : minum,
makanan, obat injeksi
- Output 250 ml
- IWL : 15/60 x 24 = 6ml
2 DS : Ketidakefektifan Hiperventilasi
- Klien mengeluh sesak pola nafas sekunder
nafas walaupun tidak
beraktifitas
- Klien mengatakan sesak
nafas tidak hilang
walaupun sudah
beristirahat
DO :
- Frekuensi nafas 24x/i
- Nadi 90 x/i
- Klien tampak sesak nafas
3 Ds : Ketidakseimbangan Intake inadekuat
- klien mengatakan sering nutrisi kurang dari
mual dan kadang-kadang kebutuhan tubuh
muntah
- klien mengatakan tidak
nafsu makan
- klien mengatakan BB turun
DO :
- klien muntah
36

- porsi makan cuma habis ½


- bb sehat : 65 kg, bb sakit
60 kg
- klien tampak pucat
- klien tampak lemah
- diet : MC
4 DS : Kerusakan Perubahan status
- Klien mengatakan kulit/ integritas kulit metabolik
badannya gatal-gatal
- Klien mengatakan kulitnya
kering
DO :
- Kulit klien kelihatan
kering, kasar
- Klien tampak sering
menggaruk-garuk badan
- Turgor kulit jelek

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tgl Tanda Tanggal Tanda


ditegakkan tangan teratasi tangan
1 Kelebihan volume
cairan b/d disfungsi
ginjal
2 Ketidakefektifan pola
nafas b/d
hiperventilasi
sekunder
3 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
intake inadekuat
4 Kerusakan integritas
kulit b/d perubahan
status metabolik

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No.
No NOC NIC Aktifitas keperawatan
DX
1 1 a. keseimbangan 1. Pemantauan 1. Pantau tingkat
37

elekrolit dan asam elektrolit serum elektrolit


basa dengan 2. Manajemen 2. Pantau
indikator cairan keseimbangan asam
- nadi dalam batas 4. Manajemen basa
normal cairan dan 3. Identifikasi
- irama jantung elekrolit kemungkinan
dalam batas penyebab
normal ketidakseimbangan
- natrium serum elektrolit
dalam batas 4. Pantau EKG untuk
normal mengetahui
- kalsium serum abnormal K, Ca,
dalam batas Mg
normal 5. Catat kekuatan otot
- BUN serum 6. Pantau tanda dan
dalam batas gejala hiperkalemia
normal : nausea, vomiting,
- PH urine dalam bradikardi,
batas normal takikardi,
- Kekuatan otot kelemahan
baik 7. Pantau tanda dan
- Gatal-gatal tidak gejala hipokalsemia
ditemukan : kekuatan otot,
b. keseimbangan kejang otot,
cairan peningkatan COP
- TD dalam batas 8. Pantau tanda dan
normal gejala
- Keseimbangan hipermagnesia :
intake dan output kelemahan otot,
dalam 2 jam depresi pernafasan,
- Asites tidak letergi, koma.
ditemukan
- Dehidrasi pada 1. Hitung haluaran
kulit tidak ada/ 2. Pertahankan intake
berkurang yang adekuat
- Hematokrit 3. Pasang kateter
dalam batas urine
normal 4. Monitor status
- Elektrolit serum hidrasi (seperti :
dalam batas kelembaban
normal mukosa membrane)
5. Monitor status
laboratorium terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN,
tekanan darah
38

menurun)
6. Monitor TTV
7. Berikan terapi IV
8. Berikan diuretik
9. Konsultasikan
dengan dokter

1. Monitor
keabnormalan level
untuk serum
2. Timbang BB tiap
hari
3. Berikan terapi
nasogastritik untuk
menggantikan
output
4. Irigasi selang NGT
dengan normal
saline
5. Pasang infus IV
6. Monitor hasil lab
yang relavan
dengan retensi
cairan
7. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
8. Monitor tanda dan
gejalan retensi
cairan
9. Monitor TTV
10. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
11. Monitor respon
pasien untuk
memberikan terapi
elektrolit
12. Monitor manifestor
dari kekurangan
keseimbangan
elekrtolit
39

2 2 status pernafasan, 1. Manajemen 1. Memposisikan


indikator jalan nafas klien agar
- Pengembangan 2. Terapi mendapatkan
dada simetris oksigen ventilasi yang
- Irama nafas 3. Pengaturan maternal
dalam rentang posisi 2. Dengarkan bunyi
normal nafas
- Penarikan 3. Berikan terapi O2
dinding dada yang tepat
tidak ada 4. Mengatur posisi
- Auskultasi suara klien untuk
nafas dalam batas mengurangi
normal dyspnea
- Suara nafas 5. Monitor status
tambahan tidak respirasi
ada
1. Membersihkan
b. kepaten jalan nafas cairan-cairan
- Sesak nafas tidak dimulut
ada 2. Mempertahankan
- Cemas tidak ada jalan nafas
- Frekuensi nafas 3. Menyediakan
dan dan irama peralatan
jantung dalam pemberian oksigen
rentang yang 4. Memberikan O2
diharapkan tambahan
- Suara nafas 5. Mengontrol aliran
tambahan tidak oksigen
ada 6. Memberikan O2
tambahan
7. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
bahawa telah sesuai
dengan resep
8. Amati tanda-tanda
oksigen yang
menyebabkan
hipoventilasi

1. Tempatkan pasien
ditempat tidur yang
nyaman dan posisi
40

yang bersifat tepat


2. Posisikan tubuh
dengan tepat
3. Berikan posisi
untuk mengurangi
dsyspnea (semi
fowler)
4. Tinggikan tempat
tidur dengan posisi
kepala
5. Posisikan klien
agar pertukaran gas
menjadi lancar
3 3 a. Menunjukkan 1. Pengelolan 1. Tentukan motivasi
status gizi dengan nutrisi pasien untuk
KH : 2. Pengelolaan mengubah kebiasaan
- Asupan gangguan makan
makanan makanan 2. Tentukan
- Cairan kemampuan pasien
- Zat gizi memenuhi kebutuhan
b. Mempertahankan nutrisi
berat badan 3. Ajarkan metode
untuk perencanaan
makan
4. Berikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
memenuhinya
5. Diskusikan dengan
ahli dalam
menentukan
kebutuhan makan
6. Buat perencanaan
makan dengan pasien
7. Berikan antiemetik
dan analgesik
sebelum makan
8. Berikan makanan
yang sesuai dengan
pribadi klien
9. Tawarkan kudapan

4 4 a. Pengendalian Surveilensi kulit 1. Pantau kulit dari


resiko adanya lecet, warna,
b. Perfusi jaringan kekeringan yang
41

perifer adekuat berlebihan


2. Bersihkan kulit
setiap hari
3. Berikan krim
penghilang rasa gatal

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No.d
No Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi TT
x
1 1 Senin/ 24 1. Pantau tingkat S : klien
maret 2014 serum elektrolit mengatakan
2. Pantau mukanya
keseimbangan asam masih sembab
basa O : muka
3. Identifikasi klien tampak
kemungkinan sembab, perut
penyebab asites
ketidakseimbangan A : masalah
elektrolit belum teratasi
4. Pantau EKG untuk P : intervensi
mengetahui dilanjutkan
abnormal K, Ca,
Mg
5. Catat kekuatan otot
6. Pantau tanda dan
gejala
hiperkalemia :
nausea, vomiting,
bradikardi,
takikardi,
kelemahan
7. Pantau tanda dan
gejala hipokalsemia
: kekuatan otot,
kejang otot,
peningkatan COP
8. Pantau tanda dan
gejala
hipermagnesia :
kelemahan otot,
depresi pernafasan,
letergi, koma.
9. Hitung haluaran
42

10. Pertahankan intake


yang adekuat
11. Pasang kateter urine
12. Monitor status
hidrasi (seperti :
kelembaban
mukosa membrane)
13. Monitor status
laboratorium terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN,
tekanan darah
menurun)
14. Monitor TTV
15. Berikan terapi IV
16. Berikan diuretik
17. Konsultasikan
dengan dokter
18. Monitor
keabnormalan level
untuk serum
19. Timbang BB tiap
hari
20. Berikan terapi
nasogastritik untuk
menggantikan
output
21. Irigasi selang NGT
dengan normal
saline
22. Pasang infus IV
23. Monitor hasil lab
yang relavan
dengan retensi
cairan
24. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
25. Monitor tanda dan
gejalan retensi
cairan
26. Monitor TTV
27. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
43

frekuensi yang
konstan
28. Monitor respon
pasien untuk
2 Senin/ 24 memberikan terapi
maret 2014 elektrolit S : klien
29. Monitor manifestor mengatakan
dari kekurangan sesak nafas
keseimbangan belum hilang
elekrtolit O : klien
tampak sesak
A : masalah
1. Memposisikan belum teratasi
klien agar P : intervensi
mendapatkan dilanjutkan
ventilasi yang
maternal
2. Dengarkan bunyi
nafas
3. Berikan terapi O2
yang tepat
4. Mengatur posisi
klien untuk
mengurangi
dyspnea
5. Monitor status
respirasi
6. Membersihkan
cairan-cairan
dimulut
7. Mempertahankan
jalan nafas
8. Menyediakan
peralatan
pemberian oksigen
9. Memberikan O2
tambahan
10. Mengontrol aliran
oksigen
11. Memberikan O2
tambahan
12. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
44

bahawa telah sesuai


dengan resep
13. Amati tanda-tanda
oksigen yang
menyebabkan
hipoventilasi
14. Tempatkan pasien
ditempat tidur yang
nyaman dan posisi
yang bersifat tepat
15. Posisikan tubuh
3 Senin/ 24 dengan tepat
maret 2014 16. Berikan posisi
untuk mengurangi S : klien
dsyspnea (semi mengatakan
fowler) masih mual
17. Tinggikan tempat dan muntah
tidur dengan posisi O : klien
kepala tampak
18. Posisikan klien agar muntah dan
pertukaran gas pucat
menjadi lancar A : masalah
belum teratasi
P : intervensi
1. Tentukan motivasi dilanjutkan
pasien untuk
mengubah
kebiasaan makan
2. Tentukan
kemampuan pasien
memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Ajarkan metode
untuk perencanaan
makan
4. Berikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
memenuhinya
5. Diskusikan dengan
4 Senin/ 24 ahli dalam
maret 2014 menentukan
kebutuhan makan S : klien
6. Buat perencanaan mengatakan
makan dengan kulitnya gatal-
45

pasien gatal
7. Berikan antiemetik O : kulit klien
dan analgesik terlihat
sebelum makan kering, kasar
8. Berikan makanan A : masalah
yang sesuai dengan belum teratasi
pribadi klien P : intervensi
9. Tawarkan kudapan dilanjutkan

1. Pantau kulit dari


adanya lecet,
warna, kekeringan
yang berlebihan
2. Bersihkan kulit
setiap hari
3. Berikan krim
penghilang rasa
gatal
2 1 Selasa/ 25 1. Pantau tingkat S : klien
maret 2014 serum elektrolit mengatakan
2. Pantau mukanya
keseimbangan asam masih sembab
basa O : muka
3. Identifikasi klien tampak
kemungkinan sembab, perut
penyebab asites
ketidakseimbangan A : masalah
elektrolit belum teratasi
4. Pantau EKG untuk P : intervensi
mengetahui dilanjutkan
abnormal K, Ca,
Mg
5. Catat kekuatan otot
6. Pantau tanda dan
gejala
hiperkalemia :
nausea, vomiting,
bradikardi,
takikardi,
kelemahan
7. Pantau tanda dan
gejala hipokalsemia
: kekuatan otot,
kejang otot,
peningkatan COP
46

8. Pantau tanda dan


gejala
hipermagnesia :
kelemahan otot,
depresi pernafasan,
letergi, koma.
18. Hitung haluaran
19. Pertahankan intake
yang adekuat
20. Pasang kateter urine
21. Monitor status
hidrasi (seperti :
kelembaban
mukosa membrane)
22. Monitor status
laboratorium terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN,
tekanan darah
menurun)
23. Monitor TTV
24. Berikan terapi IV
25. Berikan diuretik
26. Konsultasikan
dengan dokter
30. Monitor
keabnormalan level
untuk serum
31. Timbang BB tiap
hari
32. Berikan terapi
nasogastritik untuk
menggantikan
output
33. Irigasi selang NGT
dengan normal
saline
34. Pasang infus IV
35. Monitor hasil lab
yang relavan
dengan retensi
cairan
36. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
37. Monitor tanda dan
47

gejalan retensi
cairan
38. Monitor TTV
39. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
40. Monitor respon
2 Selasa/ 24 pasien untuk
maret 2014 memberikan terapi S : klien
elektrolit mengatakan
41. Monitor manifestor sesak nafas
dari kekurangan belum hilang
keseimbangan O : klien
elekrtolit tampak sesak
A : masalah
belum teratasi
1. Memposisikan P : intervensi
klien agar dilanjutkan
mendapatkan
ventilasi yang
maternal
2. Dengarkan bunyi
nafas
3. Berikan terapi O2
yang tepat
4. Mengatur posisi
klien untuk
mengurangi
dyspnea
5. Monitor status
respirasi
6. Membersihkan
cairan-cairan
dimulut
14. Mempertahankan
jalan nafas
15. Menyediakan
peralatan
pemberian oksigen
16. Memberikan O2
tambahan
17. Mengontrol aliran
oksigen
48

18. Memberikan O2
tambahan
19. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
bahawa telah sesuai
dengan resep
20. Amati tanda-tanda
oksigen yang
menyebabkan
hipoventilasi
19. Tempatkan pasien
ditempat tidur yang
nyaman dan posisi
yang bersifat tepat
3 Selasa/ 24 20. Posisikan tubuh
maret 2014 dengan tepat
21. Berikan posisi S : klien
untuk mengurangi mengatakan
dsyspnea (semi masih mual
fowler) dan muntah
22. Tinggikan tempat O : klien
tidur dengan posisi tampak
kepala muntah dan
23. Posisikan klien agar pucat
pertukaran gas A : masalah
menjadi lancar belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
1. Tentukan motivasi
pasien untuk
mengubah
kebiasaan makan
2. Tentukan
kemampuan pasien
memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Ajarkan metode
untuk perencanaan
makan
4. Berikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
49

memenuhinya
4 Selasa/ 25 5. Diskusikan dengan
maret 2014 ahli dalam
menentukan
kebutuhan makan S : klien
6. Buat perencanaan mengatakan
makan dengan kulitnya gatal-
pasien gatal
7. Berikan antiemetik O : kulit klien
dan analgesik terlihat
sebelum makan kering, kasar
8. Berikan makanan A : masalah
yang sesuai dengan belum teratasi
pribadi klien P : intervensi
9. Tawarkan kudapan dilanjutkan

1. Pantau kulit dari


adanya lecet,
warna, kekeringan
yang berlebihan
2. Bersihkan kulit
setiap hari
3. Berikan krim
penghilang rasa
gatal
3 1 Rabu/ 26 1. Pantau tingkat S : klien
maret 2014 serum elektrolit mengatakan
2. Pantau mukanya
masih sembab
keseimbangan asam
O : muka
basa klien tampak
3. Identifikasi sembab, perut
kemungkinan asites
penyebab A : masalah
ketidakseimbangan belum teratasi
elektrolit P : intervensi
dilanjutkan
4. Pantau EKG untuk
mengetahui
abnormal K, Ca,
Mg
5. Catat kekuatan otot
6. Pantau tanda dan
gejala
hiperkalemia :
50

nausea, vomiting,
bradikardi,
takikardi,
kelemahan
7. Pantau tanda dan
gejala hipokalsemia
: kekuatan otot,
kejang otot,
peningkatan COP
8. Pantau tanda dan
gejala
hipermagnesia :
kelemahan otot,
depresi
pernafasan,
letergi, koma.
27. Hitung haluaran
28. Pertahankan intake
yang adekuat
29. Pasang kateter urine
30. Monitor status
hidrasi (seperti :
kelembaban
mukosa membrane)
31. Monitor status
laboratorium terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN,
tekanan darah
menurun)
32. Monitor TTV
33. Berikan terapi IV
34. Berikan diuretik
35. Konsultasikan
dengan dokter
42. Monitor
keabnormalan level
untuk serum
43. Timbang BB tiap
hari
44. Berikan terapi
51

nasogastritik untuk
menggantikan
output
45. Irigasi selang NGT
dengan normal
saline
46. Pasang infus IV
47. Monitor hasil lab
yang relavan
dengan retensi
cairan
48. Perhatikan
kekuatan catatan
intake dan output
49. Monitor tanda dan
gejalan retensi
cairan
50. Monitor TTV
51. Perhatikan cairan
IV yang
mengandung
elektrolit pada
frekuensi yang
konstan
52. Monitor respon
pasien untuk
2 Rabu/ 26 memberikan terapi S : klien
maret 2014 elektrolit mengatakan
53. Monitor manifestor sesak nafas
dari kekurangan belum hilang
keseimbangan O : klien
elekrtolit tampak sesak
A : masalah
belum teratasi
1. Memposisikan P : intervensi
dilanjutkan
klien agar
mendapatkan
ventilasi yang
maternal
2. Dengarkan bunyi
nafas
52

3. Berikan terapi O2
yang tepat
4. Mengatur posisi
klien untuk
mengurangi
dyspnea
5. Monitor status
respirasi
6. Membersihkan
cairan-cairan
dimulut
21. Mempertahankan
jalan nafas
22. Menyediakan
peralatan
pemberian oksigen
23. Memberikan O2
tambahan
24. Mengontrol aliran
oksigen
25. Memberikan O2
tambahan
26. Memeriksa secara
bekala alat
pemasangan
oksigen untuk
memastikan
bahawa telah sesuai
dengan resep
27. Amati tanda-tanda
oksigen yang
menyebabkan
hipoventilasi
24. Tempatkan pasien
ditempat tidur yang
nyaman dan posisi
yang bersifat tepat
25. Posisikan tubuh
dengan tepat
3 Rabu/ 26
maret 2014 26. Berikan posisi
untuk mengurangi S : klien
53

dsyspnea (semi mengatakan


fowler) masih mual
27. Tinggikan tempat dan muntah
O : klien
tidur dengan posisi
tampak
kepala muntah dan
28. Posisikan klien agar pucat
pertukaran gas A : masalah
menjadi lancar belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
1. Tentukan motivasi
pasien untuk
mengubah
kebiasaan makan
2. Tentukan
kemampuan pasien
memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Ajarkan metode
untuk perencanaan
makan
4. Berikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
memenuhinya
5. Diskusikan dengan
ahli dalam
4 Rabu/ 26 menentukan
maret 2014
kebutuhan makan
6. Buat perencanaan S : klien
makan dengan mengatakan
pasien kulitnya gatal-
7. Berikan antiemetik gatal
O : kulit klien
dan analgesik
terlihat
sebelum makan kering, kasar
8. Berikan makanan A : masalah
yang sesuai dengan belum teratasi
pribadi klien P : intervensi
9. Tawarkan kudapan dilanjutkan
54

1. Pantau kulit dari


adanya lecet,
warna, kekeringan
yang berlebihan
2. Bersihkan kulit
setiap hari
3. Berikan krim
penghilang rasa
gatal
55

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal ginjal kronis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan terjadinya

gangguan fungsi ginjal yang progresif sehingga fungsi ginjal yang sebenarnya

tidak mampu bekerja dengan baik dan mempengaruhi terhadap sistem organ

lainnya. Sangat fatal akibatnya jika klien dengan gagal ginjal kronis tidak

ditangani dengan baik. Gagal ginjal kronis ini disebabkan oleh penyakit-

penyakit penyerta yang dahulunya pernah dialami oleh klien yang mampu

merusak fungsi ginjal secara berangsur-angsur hingga nantinya kerja ginjal

yang masih tersisa semakin berat hingga lama kelamaan fungsinya pun akan

menurun.

Tanda dan gejala dari gagal ginjal kronis ini bervariasi karena akan

mempengaruhi semua sistem yang ada di dalam tubuh. Yang harus diwaspadai

disini yaitu bagaimana gagal ginjal ini tidak menimbulkan komplikasi pada

klien nantinya hingga tidak akan memperburuk kondisi dari klien tersebut.

Penatalaksaan dari gagal ginjal kronis dapat dilakukan, baik untuk

menghindari jangan sampai terjadi gagal ginjal ataupun pengobatan jika

memang sudah mencapai pada gagal ginjal kronis tersebut. Asuhan

keperawatan yang diberikan sesuai dengan masalah yang nantinya akan

dialami oleh klien sesuai dengan teori-teori yang sudah didapatkan.

Dimulainya asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis

sesuai dengan tahap – tahap yang sudah ada, baik pengkajian, kemudian dari

55
56

pengkajian akan ditegakkan diagnose keperawatan yang sesuai dengan

masalah klien, selanjutnya intervensi keperawatan yang akan dilakukan,

sampai implementasi dan evaluasi dari tindakan yang akan dilakukan

nantinya. Dimulainya pengkajian juga akan menyangkut pada identitas klien,

riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan diagnostik yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk dapat menegakkan diagnosa

keperawatan yang tepat. Jika memang diagnosa yang ditegakkan telah tepat,

intervensi keperawatan pun dapat disusun untuk mengatasi berbagai masalah

yang dihadapi oleh klien tersebut.

Jika kondisi klien atau fungsi ginjal nya memang tidak mampu bekerja

dengan baik lagi, maka dapat dilakukan tindakan dialisis maupun transplantasi

ginjal. Transplantasi ginjal bukanlah sebuah tindakan yang asalan saja, semua

harus diperhitungkan dengan sangat baik, dengan memperhatikan kecocokan

dari ginjal yang akan ditransplantasikan tersebut.

Jadi gagal ginjal kronis bukanlah penyakit yang dapat diabaikan begitu

saja, perlu tindakan – tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak terjadi

pada klien yang memang memiliki resiko tinggi terkena penyakit tersebut, dan

bagaimana nantinya tindakan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah

pada klien yang sudah mengalami penyakit gagal ginjal ini.

B. SARAN

1. Adanya bentuk kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan terkait

untuk mampu memberikan tindakan yang baik dalam menangni masalah

gagal ginjal ini.


57

2. Kenali tanda dan gejala dari gagal ginjal kronis hingga dapat menghindari

atau mengobati masalah tersebut.

3. Segera konsultasikan ke tenaga kesehatan jika memang sudah

menunjukkan tanda dan gejala gagal ginjal kronis tersebut.

4. Tetap memperhatikan kesehatan hingga tidak menderita gagal ginjal

kronis ini karena gagal ginjal kronis tidaknya penyakit yang munculnya

mendadak tetapi perlu bertahun-tahun hingga mencapai kondisi ini


58

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta
: EGC

Price and Wilson. 2001. Patologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta
: EGC

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta
: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai