Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. T DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


KLINIK dr. PREM PUNJABI PETUMBUKAN

DISUSUN OLEH :
INRI SURYANI BR SINAGA
224054

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA


LUBUK PAKAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik adalah suatu
penyakit dimana ginjal mengalami penurunan fungsi yang progresif dan
ireversibel. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of
The National Kidney Foundation menyebutkan bahwa CKD adalah penyakit
ginjal yang telah berlangsung selama lebih dari 3 bulan dan penurunan LFG
(Laju Filtrasi Glomerulus) sebanyak 60 ml/min/1.73m2 (Lewis, 2011).
Data dari United States Renal Data System (USRDS) pada tahun 2014
menunjukan bahwa prevalensi kejadian CKD di Amerika Serikat meningkat
setiap tahunnya, tercatat sebanyak 2,7 juta jiwa pada tahun 2011 dan tercatat
menjadi 2,8 juta jiwa ditahun 2012. Prevalensi penyakit CKD di Indonesia
pada tahun 2013 sebanyak 0,2% sedangkan di Jawa Tengah prevalensinya
sebanyak 0,3% (Riskesdas, 2013).
Penyakit CKD sering tidak teridentifikasi sampai pada tahap 3 karena
bersifat asymptomatic atau tanpa gejala hingga tahap uremik akhir tercapai.
Uremia adalah sindrom atau gejala yang terkait dengan CKD. Adanya uremia
tersebut akan mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan
dan fungsi endokrin ginjal rusak, dan akumulasi 2 produk sisa secara esensial
memengaruhi setiap sistem organ lain (Lemone, 2012; Black & Hawks, 20
14). Penyakit CKD akan mempengaruhi penurunan LFG dan fungsi ginjal
memburuk lebih lanjut, retensi natrium dan air biasa terjadi. Hal ini dapat
menyebabkan resiko edema dan hipertensi, pasien juga akan merasa cepat
lelah, sesak nafas, dan nafsu makan menurun. Penanganan pada pasien CKD
tahap akhir dilakukan terapi pengganti ginjal seperti trnsplantasi ginjal
dialisis peritoneal, maupun hemodialisa (Lemone, 2012; Tanto, dkk, 2014;
Black & Hawks, 2011).
Hemodialisa (HD) adalah sebuah proses yang bertujuan untuk
mengeluarkan produk limbah dan cairan yang berada didalam tubuh, serta
menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh yang tidak dapat berfungsi dengan
baik (Smeltzer & Bare, 2013). Didunia saat ini tercatat ada lebih dari 2 juta
pasien yang menjalani terapi HD. Pasien HDdi Amerika Serikat mencapai
350 ribu orang, Jepang 300 ribu orang, sedangkan di Indonesia hampir
mencapai 15 ribu orang (Setiati, dkk, 2014).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan kondisi menurunnya fungsi ginjal secara progresif dan
irreversible yang menyebabkan gangguan kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit, sebagai
akibat dari uremia atau azotemia (Smeltzer dan Bare, 2012).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kondisi penyakit pada
ginjal yang persisten (keberlangsungan ≥ 3 bulan) dengan kerusakan
ginjal dan kerusakan Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan angka
GFR < 60 ml/menit/1.73 m2. Kerusakan ginjal mengakibatkan ginjal
tidak dapat mengekskresikan sisa metabolik dan mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit secara adekuat (Lemone, Burke, Bauldoff, 2016).
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi ginjal menurut Wijaya dan Putri (2013) ginjal merupakan
organ yang berada di rongga abdomen, berada di belakang peritoneum,
dan terletak di kanan kiri kolumna vertebralis sekitar vertebra T12 hingga
L3.13 Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7
cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk seperti biji kacang dengan lekukan
mengahadap ke dalam, dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan
manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh
atau kurang lebih antara 120-150 gram.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yaitu lemak
pararenal dan lemak perirenal yang dipisahkan oleh sebuah fascia yang
disebfascia gerota. Dalam potongan frontal ginjal, ditemukan dua lapisan
ginjal di distal sinus renalis, yaitu korteks renalis (bagian luar) yang
berwarna coklat gelap dan medulla renalis (bagian dalam) yang berwarna
coklat terang. Di bagian sinus renalis terdapat bangunan berbentuk
corong yang merupakan kelanjutan dari ureter dan disebut pelvis renalis.
Masing-masing pelvis renalis membentuk dua atau tiga kaliks mayor dan
masing-masing kaliks mayor tersebut akan bercabang lagi menjadi dua
atau tiga kaliks minor.

Gambar 1. Anatomi Ginjal

Menurut Price & Wilson (2012), ginjal merupakan alat tubuh yang
strukturnya amat rumit, berperan penting dalam pengelolaan berbagai
faal utama tubuh yaitu :
a. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh
b. Regulasi keseimbangan elektrolit
c. Regulasi keseimbangan asam basa
d. Ekskresi produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
e. Fungsi endokrin (Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3,
partisipasi dalam eritropoiesis, pengatur tekanan arteri, sintesa
glukosa)
f. Memproduksi renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
g. Pembentukan urine
Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses
pembentukan urine, yaitu :
a. Filtrasi (penyaringan) :
Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu
proses perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula
bowman dengan menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi
terdiri dari tiga bagian utama yaitu: sel endothelium glomerulus,
membrane basiler, epitel kapsula bowman. Di dalam glomerulus
terjadi proses filtrasi sel-sel darah, trombosit dan protein agar tidak
ikut dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus akan
menghasilkan urine primer yang memiliki kandungan elektrolit,
kritaloid, ion Cl, ion HCO3, garam-garam, glukosa, natrium, kalium,
dan asam amino. Setelah terbentuk urine primer maka didalam urine
tersebut tidak lagi mengandung sel-sel darah, plasma darah dan
sebagian besar protein karena sudah mengalami proses filtrasi di
glomerulus.
b. Reabsorbsi (penyerapan kembali)
Reabsorpsi merupakan proses yang kedua setelah terjadi filtrasi di
glomerulus. Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari
tubulus renalis menuju ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu
kapiler peitubuler. Sel-el tubulus renalis secara selektif mereabsorpsi
zat-zat yang terdapat pada urine primer dimana terjadi reabsorpsi
tergantung dengan kebutuhan. Zat-zat makanan yang terdapat di urine
primer akan direabsorpsi secara keseluruhan, sedangkan reabsorpsi
garam-garam anorganik direabsorpsi tergantung jumlah garam-garam
anorganik di dalam plasma darah. Proses reabsorpsi terjadi dibagian
tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan dihasilkan urine
sekunder setelah proses reabsorpsi selesai. Proses reabsorpsi air di
tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Proses
reabsorpsi akan terjadi penyaringan asam amino, glukosa, asam
asetoasetat, vitamin, garam-garam anorganik dan air. Setelah
pembentukan urine sekunder maka di dalam urine sekunder sudah
tidak memiliki kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh lagi
sehingga nantinya urine yang dibuang benar-benar memiliki
kandungan zat yang tidak dibutuhkan tubuh manusia.
c. Ekskesi (pengeluaran)
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung
Henle akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder
akan melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang
sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine
yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di
tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke
rongga ginjal.
3. Etiologi
Menurut Price & Wilson (2012) dan Wijaya dan Putri (2013) etiologi dari
CKD adalah:
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.
Glomerulonefritis terbagi menjadi dua, yaitu glomerulonefritis akut
dan glomerulonefritis kronis. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi
akibat respon imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok
streptokokus beta A). Glomerulonefritis kronis tidak hanya merusak
glomerulus yang diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga
merupakan akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau
glomerulonefritis akut.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi
bakteri. Inflamasi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung
kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah
dan limfe ke ginjal. Obstruksi kaktus urinaria terjadi akibat
pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang
memicu terjadinya pielonefritis.
c. Batu ginjal
Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat
mengalir bersama urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam
ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang
menyebar dari ginjal ke selangkangan.
d. Penyakit polikistik ginjal
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan
berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim ginjal normal akibat penekanan.
e. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan
salah satu penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang
lama. Lebig dari sepertiga dari semua pasien baru yang masuk dalam
program ESRD (End Stage Renal Disease) menderita gagal ginjal.
Diabetes mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai
bentuk. Nefropati diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi
yang terjadi di ginjal pada diabetes mellitus.
f. Infeksi : E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus
urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau
yang lebih sering secara asenden dari traktus urinarius. Infeksi dari
bawah melalui ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
irreversible ginjal yang disebut plenlonenefritis.
g. Kelainan konginital dan herediter : poikstik, asidosis tubulus ginjal
h. Gangguan imunologis : SLE
i. Penyakit vaskuler : hipertensi, nefrosis benigna, stenosis arteria
renalis.
j. Nefrotik toksik: Penyalahgunaan analgetik.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Haryono (2013) manifestasi klinis pada pasien dengan CKD,
yaitu:
a. Gejala dini
Lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi.
b. Gejala yang lebih lanjut
Anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktu ada kegiatan ataupun tidak, edema yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
c. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher,
friction subpericardial.
d. Sistem pulmoner
Nafas dangkal, krekel, kusmaul, dan sputum kental.
e. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah, perdarahan saluran GI, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas berbau amoniak.
f. Sistem musculoskeletal
Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang.
g. Sistem integument
Warna kulit abu-abu mengkilat, pruritis, kulit kering bersisik, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis.
h. Sistem reproduksi
Amenore, atrofi testis.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Haryono (2013) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
CKD, yaitu:
a. Urine
1) Volume : < 400 ml/24 jam (oliguria) / anuria
2) Warna : urine keruh
3) Berat jenis : < 1,015
4) Osmolitas < 350m osm / kg
5) Kliren kreatinin :
6) Natrium dan protein : proteinuria (3 – 4 +)
b. Darah
1) BUN :
2) Kreatinin :
3) Hematokrit :
4) Hb : < 7-8 gr %
5) Elektrolit : Na + serum : , K+ :
6) Protein ( albumin) :
c. Pielgram retrogrand : identifikasi ekstravaskuler, masssa
d. Sistem retrogram berkemih : refluks kedalam ureter, retensi
e. Ultrasonografi ginjal : sel jaringan untuk diagnosis histologist
f. Endoskopi ginjal nefroskopi : batu, hematuria, tumor
6. Penatalaksanaan
Menurut Haryono (2013) penatalaksanaan pada pasien dengan CKD,
yaitu:
a. Medis
1) Obat-obatan
Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemide (membantu berkemih), tranfusi darah.
2) Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi penganti
fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari perearahan darah manusia, seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, ura, kreatinin, asam urat dan zat-zat lain melalui membran
semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisis pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.

3) Tranplantasi ginjal
Tranplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara
memanfaatkan sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses
pendonoran) melalui prosedur pembedahan.
b. Keperawatan
1) Minum yang cukup
2) Pengaturan diet rendah protein (0,4 – 0,8 gram/kg BB) bisa
memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.
3) Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema
(penimbunan cairan didalam jaringan) atau hipertensi.
4) Asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu kadar garam
(natrium) dalam darah.
7. Komplikasi
Menurut Haryono (2013) komplikasi pada pasien dengan CKD, yaitu:
a. Hiperkalemia, akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme, dan masukan diit berlebih.
b. Pericarditis, efusi pericardial dan temponade jantung, akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin, angiotensin, endosteron.
d. Anemia, akibat penurun eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.
e. Penyakit tulang, akibat retensi fosfat, kadar kalium serum yang rendah
metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas pasien meliputi nama, tempat/tanggal lahir (umur), jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan, pendidikan,
pekerjaan, alamat
2) Keluarga/Penanggungjawab meliputi nama, hubungan, umur,
pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan pasien sebelum CKD menderita DM, nefroskeloris,
hipertensi, glomerulo nefritis chronic (GNC) atau gagal ginjal akut
(GGA) yang tidak teratasi, obstruksi/infeksi traktus urinarius,
penyalahgunaan analgetik.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat asidosiis tubulus ginjal dan penyakit polikistik dalam
keluarga.
3) Pengkajian
a) Bio-psiko-sosial
(1) Aktivitas/istiirahat
Kelelahan yang ekstrem, kelemahan, malaise
(2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama adalah berat, palpitasi, nyeri dada
(3) Integritas ego
Faktor stress, contoh: finansial, hubungan dan sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
(4) Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, abdomen
kembung, diare, konstipasi

(5) Makanan/cairan
Peningkatan berat badan karena edema, penurunan berat
badan karena malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati, mual,
muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (nafas amoniak),
penggunaan diuretic
(6) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom
kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki, kebas
kesemutan dan kelemahan terutamaekstremitas bawah
(neuro perifer)
(7) Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki yang
memburuk pada malam hari
(8) Pernafasan
Nafas pendek, dispnoe nocturnal paraksismal, batuk dengan
atau tanpa sputum kental dan banyak
(9) Keamanan
Kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi
(10) Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
b) Pengkajian Fisik
(1) Keadaan umum
Lemah, aktiifitas dibantu, terjadi penurunan sensitifitas
nyeri
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai koma.
(2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi naik dan terjadi dyspnea.
(3) Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir karena
kekurangan nutrisi atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebihan cairan
(4) Kepala
Rambut kotor, mata kuning, telinga kotor, hidung terdapat
secret, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah
(5) Leher
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid
pada leher
(6) Dada
Dyspnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-
debar
(7) Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltic perut
buncit
(8) Genetalia
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, terdapat ulkus
(9) Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang
(10) Kulit
Terjadi edema, kulit bersisik dan terjadi pericarditis.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan: mual, muntah
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume
cairan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
e. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis: CKD

3. Rencana Keperawatan
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & Tujuan dan Kriteria Tindakan
DATA PENUNJANG
Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipervolemia
berhubungan dengan keperawatan kepada - Periksa tanda dan gejala
gangguan mekanisme pasien selama ….. x 24 hypervolemia seperti
regulasi jam, diharapkan ortopnea, dyspnea, edema,
hipervolemi teratasi JVP/CVP meningkat, reflek
hepatojugular positif, suara
Kriteria Hasil nafas tambahan
- Asupan cairan - Identifikasi penyebab
seimbang hipervolemia
- Haluaran urin - Monitor status hemodinamik
seimbang - Monitor intake dan output
- Membrane mukosa cairan
lembab - Monitor tanda
- Tidak terjadi edema hemokonsentrasi (kadar
- TTV dalam rentang natrium, BUN, hematokrit,
normal berat jenis urine)
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & Tujuan dan Kriteria Tindakan
DATA PENUNJANG - Berat badan dalam - Timbang berat badan setiap
rentang ideal hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tingikan kepala tempat tidur
30-40o
- Ajarkan cara melaporkan jika
haluaran urine <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
- Ajarkan cara melaporkan jika
berat badan bertambah >1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran urin
- Ajarkan cara membatasi
cairan
- Kolaborasi pemberian
diuretik
Pemantauan cairan
- Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
- Monitor frekuensi nafas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urin
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & Tujuan dan Kriteria Tindakan
DATA PENUNJANG - Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pematauan
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan
Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi
berhubungan dengan keperawatan kepada - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan pasien selama ….. x 24 - Identifikasi kebuthan kalori
menelan makanan: jam, diharapkan defisit dan jenis nutrient
mual, muntah nutrisi dapat teratasi - Monitor asupan berat badan
- Monitor berat badan
Kriteria Hasil - Monitor hasil pemeriksaan
- Porsi makanan yang laboratorium
dihabiskan sesui - Lakukan oral hygiene
dengan diit yang sebelum makan jika perlu
dianjurkan - Anjurkan posisi duduk jika
- Pasien mengetahui mampu
tentang pilihan - Kolaborasi pemberian
makanan yang sehat medikasi sebelum akan jika
- Pasien mengetahui perlu
tentang pilihan
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & Tujuan dan Kriteria Tindakan
DATA PENUNJANG minuman yang sehat Edukasi diet
- Indeks massa tubuh - Identifikasi kemampuan
(IMT) dalam rentang pasien dan keluarga dalam
normal menerima informasi
- Frekuensi makan - Identifikasi tingkat
meningkat pengetahuan
- Nafsu makan - Identifikasi kebiasaan pola
meningkat makan saat ini dan masa lalu
- Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan
pendidikan kesehatan
- Persiapkan materi, media dan
alat olah raga
- Berikan kesempatan pasien
dan keluarga untuk bertanya
- Sediakn rencana makan
tertulis
- Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
- Ajarkan cara merencanakan
makanan yang sesuai
program
- Rekomendasikan resep
makanan yang sesuai dengan
diet
- Rujuk ke ahli gizi dan
sertakan keluarga
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & Tujuan dan Kriteria Tindakan
DATA PENUNJANG

Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan Perawatan integritas kulit


kulit berhubungan keperawatan kepada - Identifikasi penyebab
dengan kelebihan pasien selama ….. x 24 gangguan integritas kulit
volume cairan jam, diharapkan gangguan - Ubah posisi tiap 2 jam jika
integritas kulit dapat tirah baring
teratasi - Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak untuk
Integritas kulit kulit kering
- Kulit elastis - Anjurkan menggunakan
- Kerusakan lapisan pelembab
kulit menurun Edukasi perawatan diri
- Suhu kulit teraba - Identifikasi pengetahuan
tidak panas tentang perawatan diri
- Rencanakan strategi edukasi,
termasuk tujuan yang
realistis
- Berikan penguatan positif
terhadap kemmapuan yang
didapat
- Ajarkan perawatan diri,
praktik perawatan diri, dan
aktivitas kehidupan sehari-
hari
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi
berhubungan dengan keperawatan kepada - Identifikasi ganguan ungsi
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & Tujuan dan Kriteria Tindakan
DATA PENUNJANG
ketidakseimbangan pasien selama ….. x 24 tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan jam, diharapkan intoleransi kelelahan
kebutuhan oksigen aktifitas dapat teratasi - Monitor kelelahan fisik dan
emosional
Tingkat keletihan - Fasilitasi duduk di sisi tempat
- Menyatakan energi tidur jika tidak dapat
sudah pulih berpindah atau berjalan
- Tenaga meningkat - Anjurkan tirah baring
- Dapat melakukan - Anjurkan melakukan
aktivitas rutin harian aktivitas secara bertahap
- Motivasi untuk bisa - Kolaborasi dengan ahli gizi
beraktivitas tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Terapi aktivitas
- Identifikasi tingkat aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis,
dan social
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin
- Libatkan keluarga dalam
aktivitas jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Rujuk pada pusat atau
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & Tujuan dan Kriteria Tindakan
DATA PENUNJANG program aktivitas komunitas
jika perlu
Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi
dibuktikan dengan keperawatan kepada - Monitor tanda dan gejala
penyakit kronis: CKD pasien selama ….. x 24 infeksi baik local maupun
jam, diharapkan risiko sistemik
infeksi dapat teratasi - Berikan perawatan kulit pada
area edema
Kontrol risiko - Cuci tangan sebelum dan
- Pasien mampu sesudah kontak dengan
mencari informasi pasien dan lingkungan pasien
tentang factor risiko - Jelaskan tanda dan gejala
infeksi infeksi
- Pasien mampu - Ajarkan cara mencuci tangan
melakukan strategi yang benar
untuk mengontrol - Anjurkan meningkatkan
risiko infeksi asupan nutrisi
- Pasien mampu - Kolaborasi pemberian
mengubah perilaku imunisasi jika perlu
yang berisiko
- Pasien mampu
melakukan
pemantauan
perubahan status
kesehatan yang terjadi
BAB III
PENGELOLAAN KASUS

A. LEMBAR PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. T Nama : Tn. A
Umur : 30 Th Umur : 32 Th
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin :L
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan : IRT Hub. Dgn klien : Suami
Alamat : Sumatra Utara
Diagnosa : CKD

I. KELUHAN UTAMA
1) Keluhan utama : Sesak nafas
2) Riwayat Keperawaan/Kesehatan sekarang
Pasien mengeluh sesak dan muntah. Pasien tidak bisa tidur krn
memikirkan penyakitnya. Tingkat Pendidikan pasien juga rendah
hanya lulusan SD. Pasien dibawa ke rs oleh tetangganya yang
sebenarnya pasien menolak krn takut tidak ada pembiayaan..
Sebelumnya pasien juga tidak pernah periksa ke RS atau
mengonsumsi obat untuk meringankan gejala. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil TD 160/100 mmHg, RR 28x/menit. Edema kedua
kaki, didapatkan rales pada kedua basal paru. Pemeriksaan darah :
kadar hemoglobin 7,3 g/dl,MCV dan MCHC normal, ureum 421
mg/dl, kreatinin 32 mg/dl pemeriksaan ultrasonografi didapatkan
ukuran kedua ginjal mengecil, densitas cortex meningkat, batas
medulla cortex kabur. Diagnose medis sementara adalah CKD Stage
5 dengan LFG 15%.
3) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya,
pasien juga belum pernah dirawat di Rumah Sakit ataupun menjalani
pembedahan. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengonsumsi
obat-obatan, biasanya hanya minum obat warung saja.
4) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit menurun dari
keluarganya, pasien juga mengatakan anggota keluarganya belum
pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita pasien
sekarang.
Genogram :

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Orang yang tinggal serumah
: Usia
3
: Klien
II. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa kesehatan adalah kunci utama dalam hidup
yang harus dijaga. Pasien mengatakan kesehatan diri adalah ketika
tubuhnya tidak mengalami gangguan maupun kelainan. Pasien juga
mengatakan bahwa salah satu upaya untuk mempertahankan kesehaan
adalah dengan makan teratur. Pasien mengatakan jika dirinya sakit ia
akan minum obat warung ataupun menggosok tubuhnya dengan
minyak, pasien tidak pernah melakukan kebiasaan buruk seperti
mengonsumsi obat secara berlebihan ataupun sering minum kopi.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
a. Keluhan dalam makan :
Pasien mengatakan mual dan muntah sehingga tidak nafsu makan,
pasien mengatakan biasanya ia makan dengan lauk dan sayuran
(tidak ada pantangan). Pasien juga mengatakan tidak ada
penurunan BB selama sakit, pasien juga tidak sedang
mengonsumsi obat-obatan ataupun suplemen.
 Pengkajian nutrisi yang meliputi :
Antopometri (A) : BB 60 Kg
Biochemical (B) : Hb 7,3 g/dL
Clinical (C) : Rambut tipis, edema kedua kaki
Diit (D) : Frekuensi 3x sehari, porsi makan
sedikit, jbiasa mengonsumsi lauk dan sayuran
b. Cairan
 Frekuensi 7-8 x/hari, jumlah 1 gelas belimbing setiap kali
minum, pasien sering mengonsumsi teh terkadang juga
minum kopi sesekali
 Terpasang IV line RL 18 tpm

3) Pola Eliminasi
a. Eliminasi Feses
 BAB frekuensi 1x sehari setiap pagi, warna kuning
kecoklatan, konsistensi lembek, tidak pernah
menggunakan obat pencahar
 Selama sakit 2 hari ini pasien belum BAB
b. Eliminasi Urine
 Frekuensi BAK 3-4 kali, warna kuning jernih, -+ 450
cc
 Tidak ada keluhan BAK
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kemampuan ADL dibantu sebagian
b. Kekuatan otot 5/4, ROM aktif/pasif
c. Pasien mengatakan tidak pernh melakukan olahraga
d. Pasien mengatakan sesak nafas
5) Pola Istirahat dan Tidur
a. Pasien tidur selama 7-8 jam
b. Pasien sering bangun di malam hari karena merasa tidak
nyaman
6) Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
a. Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada sistem
inderanya
b. Pasien mampu mengingat tempat, waktu, san masih bisa
mengambil keputusan
7) Pola Peran dan Hubungan
a. Pasien dapat berkomunikasi jelas dengan orang lain.
Pasien mampu mengekspresikan perasaannya. Hubungan
sosial pasien dengan orang lain juga baik, orang terdekat
pasien adalah suami.
8) Pola seksual Reproduktif
a. Tidak ada gangguan fungsi seksual
b. Pengkajian pada wanita
 Riwayat menstruasi : Periode menstruasi terakhir
2 minggu yang lalu, siklus normal dan teratur, tidak ada
keluhan saat menstruasi
 Riwayat kehamilan : Jumlah kelahiran 2, kehamilan 2
dan anak 2
9) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Pola persepsi tentang dirinya : Pasien mengatakan
ingin segera sembuh dari penyakitnya
b. Status emosi
Pasien mengatakan takut tentang penyakit yang di
deritanya
c. Konsep diri
 Citra diri/ body image : Pasien memandang dirinya
adalah seorang perempuan yang rapuh
 Identitas : Pasien menyadari bahwa ia adalah
seorang perempuan 30 tahun, seorang ibu dan istri,
serta seorang pasien yang sedang sakit
 Peran : Peran pasien adalah sebagai seorang ibu
yang harus mengurus anak-anaknya dan seorang istri
yang harus mengurus suaminya
 Ideal diri : Pasien berharap agar ia segera sembuh
dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya
 Harga diri : Pasien merasa dirinya sangat rendah
karena tidak bisa mengurus dirinya sendiri sehingga
ia jatuh sakit

10) Pola toleransi-koping Stres


Koping mekanisme yang digunakan pada saat terjadinya
masalah atau kebiasan menggunakan koping mekanisme ser
tingkat toleransi stress yang pernah dimilikinya.
a. Pasien biasa mengambil keputusan dengan bertanya dengan
kekuarganya
b. Pasien tidak berani bilang kepada anak dan suaminya
bahwa dirinya sakit
11) Pola Nilai dan Keyakinan
Pasien beragama islam dan menjalankan ibadah sholat 5
waktunya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien lemah dengan kesadaran composmentis
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah (TD) : 160/100 mmHg
- Nadi : 98 x/menit
- Suhu : 36,80C
- Respiratory Rate (RR) : 28 x/menit
- BB : 60 Kg
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Simetris (+/+), palpebra ordem (-/-), peradangan (-/-), benjolan (-/-),
konjungtiva an anemis, warna iris hitam, reaksi pupil (miosis/miosis),
pupil isokor
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Tidak ada pembengkokan tulang hidung,
perdarahan (-/-), kotoran (-/+), pembengkakan (-/-), pembesaran polip
(-/-). Terpasang O2 nasal kanul 4 lpm

c. Mulut
Tidak ada kelainan kongenital, bibir pucat, tidak ada lesi, tidak
menggunakan gigi palsu, perdarahan (-/-)
d. Telinga
Normal, simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
peradangan, penumpukan serumen (+/-), perdarahan (-/-)
4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher
a. Kepala
Inspeksi : Mesocephal, tidak ada luka, tidak ada perdarahan, tidak ada
trepanasi
Palpasi : Nyeri tekan ( - / - )
b. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada peradangan, tidak ditemukan masaa
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( - ), pembesaran kelenjar tiroid (
- ), posisi trakea simetris, pembesaran Vena jugularis ( - )
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak normal chest
- Susunan ruas tulang belakang normal
- Bentuk dada sinetris
- keadaan kulit bersih
- Retraksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - / - ), retraksi
suprasternal ( - / - ), Sternomastoid ( + ), pernafasan cuping hidung
(-)
- Pola nafas : Dypsneu
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri (+/+)
PERKUSI
Sonor
AUSKULTASI
Terdengar rales di kedua basal paru (+/+)
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis tidak tampak kuat angkat
PALPASI
Ictus cordit teraba kuat angkat di ICS V
PERKUSI
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : CS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : CS IV Mid Sternalis Dextra
AUSKULTASI
BJ I terdengar reguler
BJ II terdengar reguler
lub-dup
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : cembung
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltik usus 16 x/menit
PALPASI
Tidak ada pembesaran organ
Palpasi Ginjal : nyeri tekan( + / +)
PERKUSI
Tympani
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Terpasang Kareter

8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Tidak ada lesi, kulit normal, tidak ada decubitus, tidak ada kelainan
bentuk tulang belakang, tidak ada deformitas tulang belakang, nyeri tekan
punggung sisi kanan dan kiri
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri simetris, deformitas (- / -)
b. Palpasi
Oedem ekstremitas atas : -/-, ekstremitas bawah +/+
Kekuatan otot ekstremitas atas : aktif/aktif, ekstremitas bawah pasif/pasif
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan : PR
Uji ketajaman pendengaran :Uji weber : seimbang, Uji swabach : sama
Uji Ketajaman Penciuman : Penciuman tajam/normal
Pemeriksaan tenggorokan: Tidak ada nyeri telan
11. Pemeriksan Fungsi Penglihatan PR
Tidak ada kelainan
12. Pemeriksan Fungsi Neurologis PR
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata 4
Menilai respon Verbal 5
Menilai respon motorik 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
Composmentis
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( - ), nyeri kepala ( - ), kaku kuduk ( + ), mual –
muntah ( + ) kejang ( - ), penurunan tingkat kesadaran ( - )
c. Memeriksa nervus cranialis
Normal, tidak ditemukan gangguan

d. Memeriksa fungsi motorik


Ukuran otot (simetris), atropi ( -/ -) gerakan-gerakan yang tidak disadari
oleh klien ( - / -)
e. Memeriksa fungsi sensorik
Tidak ada gangguan
f. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Tidak terkaji
13. Pemeriksan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit PR
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, warna kulit sawo
matang
Palpasi : Tekstur (halus, turgor kulit normal, struktur tegang, tidak ada
nyeri tekan
b. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi : Penyebaran merata, rontok (+), warna hitam
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna putih tulang, bentuk memanjang, dan kuku
bersih
14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
① DARAH LENGKAP : 19 Januari 2023
Haemoglobin : 7,3 gr/dL
② KIMIA DARAH : 19 Januari 2023
Ureum : 421 mg/dL
Creatinin : 32 mg/dL
③ PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Pemeriksaan USG didapatkan hasil ukuran kedua ginjal mengecil,
densitas cortex meningkat, batas medulla cortex kabur.

IV. TINDAKAN DAN TERAPI


1. Laboraturium
DARAH LENGKAP : 19 Januari 2023
Haemoglobin : 7,3 gr/dL
KIMIA DARAH : 19 Januari 2023
Ureum : 421 mg/dL
Creatinin : 32 mg/dL
2. Obat – obatan
 RL 18 tpm
 Furosemide 20 mg/8 jam
 Santagesik 1000 mg/8 jam
 Ondansentron 4 mg/8 jam
 Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Nasal Kanul 4 lpm
3. Diit
Diit rendah protein
V. ANALISA DATA
N TGL DATA PENUNJANG PROBLEM ETIOLOGI
O
1 19 Januari DS : Resiko perfusi Disfungsi ginjal
2023  Pasien renal tidak
mengatakan efektif
nyeri pada (D.0016)
punggung
bagian kanan
dan kiri
DO :
 Edema di kedua
kaki
 Hasil lab :
Ureum 421
mg/dL
Kreatinin 32
mg/dL
 Hasil USG :
Ukuran kedua
ginjal mengecil,
densitas cortex
meningkat,
batas medulla
cortex kabur
2 19 Januari DS : Hipervolemia Gangguan
2023  Pasien (D.0022) mekanisme
mengatakan regulasi
sesak nafas dan
muntah
DO :
 KU lemah
 Kes :
Composmentis
 TD : 160/100
mmHg
 RR : 28 x/menit
 Terpasang nasal
kanul O2 4 lpm
 Edema di kedua
kaki
3 19 Januari DS : Ansietas Kurang terpapar
2023  Pasien (D.0080) informasi
mengatakan
cemas dan tidak
mengetahui
tentang penyakit
yang dideritanya
DO :
 Pasien tampak
bingung dan
cemas
 Pendidikan
terakhir pasien
SD
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Perfusi Renal Tidak Efektif b.d Disfungsi Ginjal (D.0016)
2. Hipervolemia b.d Gangguan Mekanisme Regulasi (D.0022)
3. Ansietas b.d Kurang Terpapar Informasi (D.0080)

VII. PERENCANAAN
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Dx Keperawata Kriteria Hasil
n dan data
pendukung
1 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Syok 1. Mengetahui
Perfusi Renal tindakan (I.14545) status
Tidak Efektif keperawatan Observasi kardiopulmo
b.d Disfungsi selama 1x24 jam 1. Monitor status nal
Ginjal diharapakan kardiopulmonal 2. Mengetahui
(D.0016) Perfusi Renal (frekuensi dan masukan dan
meningkat dengan keksuatan nadi, pengeluaran
Kriteria Hasil : frekuensi nafas, cairan
Perfusi Renal TD,MAP) 3. Untuk
(L.02013) 2. Monitor status mempertahan
1. Jumlah cairan (masukan kan dan
urine dan haluaran, mengganti
meningkat turgor kulit, cairan tubuh
2. Kadar CRT) 4. Mengetahui
ureum dan Terapeutik pengeluaran
kreatinin 1. Pasang jalur IV, urine
membaik jika perlu 5. Mengetahui
3. Tanda- 2. Pasang kateter tanda dan
tanda vital urine untuk gejala syok
normal menilai 6. Menhilangka
4. Intake produksi urine, n radang
output jika perlu yang
seimbang Edukasi disebabakan
1. Jelaskan tanda oleh non-
dan gejala awal mikroorganis
syok me
2. Anjurkan
melaporkan jika
menemukan/mer
asakan tanda
dan gejala syok
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antiinflamasi,
jika perlu
2 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen 1. Mengetahui
b.d tindakan Hipervolemia (I.03114) tanda gejala
Gangguan keperawatan Observasi hypervolemi
Mekanisme selama 1x24 jam 1. Periksa tanda a
Regulasi diharapakan dan gejala 2. Mengetahui
(D.0022) Keseimbangan Hipervolemia pemasukan
Cairan meningkat 2. Monitor intake dan
dengan Kriteria dan output pengeluaran
Hasil : cairan cairan
Keseimbangan 3. Monitor 3. Untuk
Cairan (L.03114) kecepatan infus membatasi
1. Haluaran secara ketat pemasukan
urine Terapeutik cairan
meningkat 1. Batasi asupan 4. Mengurangi
2. Edema cairan dan edema
menurun garam 5. Meningkatak
3. Asupan 2. Tinggikan an oksigen
cairan kepala tempat ke otak
meningkat tidur 30-40° 6. Mengetahui
4. Tekanan Edukasi pengeluaran
darah 1. Anjurkan urine
membaik melaporkan jika 7. Untuk
5. Frekuensi haluaran urin membunag
nadi <0.5 ml/kg/jam kelebihan
membaik dalam 6 jam garam dan
6. Turgor 2. Ajarkan cara air dari
kulit membatasi dalam tubuh
membaik cairan melalui
Kolaborasi urine
1. Kolaborasi
pemberian
diuretic
3 Anxietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Anxietas 1. Mengetahui
Kurang tindakan (I.09314) perubahan
Terpapar keperawatan Observasi tingakat
Informasi selama 1x24 jam 1. Identifikasi saat kecemasan
(D.0080) diharapakan tingkat Anxietas 2. Meningkatka
Tingkat Anxietas berubah (mis. n
menurun dengan Kondisi, waktu, kemampuan
Kriteria Hasil : stressor) pengabilan
Tingkat Anxietas 2. Identifikasi keputusan
(L.09093) kemampuan yang tepat
1. Perasaan mengambil 3. Meningkatn
gelisah keputusan kepercayaan
menurun Terapeutik saat pasien
2. Perilaku 1. Ciptakan bercerita
tidak suasana 4. Mencegah
tegang terapeutik untuk kecemasan
3. Pola tidur menumbuhkan yang
kambali kepercayaan berlebih
normal 2. Dengakan 5. Menanganai
penuh perhatian gangguan
3. Motivasi kecemasan,
mengidentifikasi serangan
situasi yang panik, rasa
memicu takut dan
kecemasan khawatir
Edukasi yang
1. Anjurkan berlebihan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
2. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian anti
anxietas, jika
perlu

VIII. IMPLEMENTASI
Hari/ No Dx Implementasi Respon Klien TTD
Tgl
19 1 1. Memonitor status S :
Januari kardiopulmonal (frekuensi dan  Pasien mengatakan
2023 keksuatan nadi, frekuensi sesak nafas
nafas, TD,MAP)  Pasien mengatakan
mau dilakukan
pengukuran Tanda-
tanda vital
O:
 Pasien tampak
memegangi dadanya
 Hasil TTV :
TD : 160/100
RR : 28 x/menit
S:
2. Memonitor status cairan  Pasien mengatakan
(masukan dan haluaran, turgor muntah sebanyak 2
kulit, CRT) kali dan belum BAK
selama di RS
O:
 Turgor kulit lembab
 CRT > 3 detik

S:
3. Memasang O2 4 lpm
 Pasien mengatakan
sesak nafas
O:
 Pasien tampak
memegangi dadanya
 O2 nasal kanul 4lpm
sudah diberikan

S:
 Pasien mengatakan
4. Memasang jalur IV bersedia dilakukan
pemasangan infus
O:
 Infus RL 18 tpm
sudah diberikan
S:
 Pasien mengatakan
5. Memasang kateter urine untuk bersedia lakukan
menilai produksi urine pemasangan kateter
O:
 Pasien tampak
meringis kesakitan
 Produksi urine ±450
cc
S:
 Pasien mengatakan
6. Menjelaskan tanda dan gejala
merasa bingung
awal syok
mengenai apa yang
dijelaskan
O:
 Pasien tampak
gelisah
S:
7. Melakukan Kolaborasi  Pasien mengatakan
pemberian antiinflamasi bersedia diberikan
 Ceftriaxone 1g obat
 Santagesik 100mg
O:
 Obat Ceftriaxone
1gr dan Santagesik
100mg sudah
diberikan melalui IV
19 2 1. Memonitor intake dan output S :
Januari cairan  Pasien mengatakan
2023 hanya minum 1
gelas air putih
O:
 Pasien tampak lemas
 Pengeluaran urin : ±
450 cc, muntah
sebanyak 2 kali
S:
2. Membatasi asupan cairan dan  Pasien mengatakan
garam mendengarkan apa
yang dianjurkan
perawat dan mau
membatasi cairan
O:
 Tampak edema di
kedua kaki
S:
 Pasien mengatakan
3. Mengajarkan cara membatasi bersedia membatasi
cairan pemasukan cairan

O:
 Pasien tampak lemas
 Edema pada kedua
kaki

S:
 Pasien mengatakan
bersedia diberikan
4. Melakukan kolaborasi obat
pemberian diuretic O:
- Furosemide 20 mg  Obat furosemide 20
- Ondansentron 4 mg mg dan
ondansentron 4 mg
sudah diberikan
melalui IV
19 3 1. Mengidentifikasi saat tingkat S :
Januari Anxietas berubah (mis.  Pasien mengatakan
2023 Kondisi, waktu, stressor) tidak bisa tidur
karena memikirkan
penyakitnya
O:
 Terlihat kantung
mata berwarna
sedikit hitam
 Pasien tampak
gelisah
S:
2. Mengidentifikasi kemampuan  Pasien mengatakan
mengambil keputusan takut untuk berobat
ke RS karena tidak
mempunyai biaya
tetapi setelah
beberapa jam pasien
bersedia di rewet di
RS agar
penyakitanya segera
sembuh
O:
 Pasien tampak
kebingungan
S:
3. Melatih teknik relaksasi  Pasien mengatakan
berdia diajarkan
cara teknik rilesasi
nafas dalam untuk
mengurangi
kecemasan
 Pasien mengatakan
jika merasa cemas
akan melakukan
rileksasi nafas
dalam
O:
 Pasien tampak
mempraktikan apa
yang sudah
diajarkan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama melakukan Asuhan Keperawatan dengan kasus Chronic Kidney
Disease (CKD) di Klinik dr.Prem Punjabi saya mendapatkan pengalaman
yang nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus
Chronic Kidney Disease (CKD), yang dimulai dari pengkajian, perencanaan,
implementasi, evaluasi keperawatan. Pengkajian dengan kasus Chronic
Kidney Disease (CKD) yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah
lengkap. Tahap penegakan diagnosa keperawatan dapat penulis simpulkan
bahwa diagnosa sangat tergantung pada kondisi keadaan pasien, tanda dan
gejala yang muncul, serta komplikasi yang terjadi pada pasien.
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan
dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan.
Mahasiswa juga diharapkan secara aktif untuk membaca dan
meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus yang diambil untuk
mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Untuk Perawat
Perawat diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien serta memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya
resiko infeksi dan infeksi nosokomial pada pasien. Perawat diharapkan
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Diakses pada: 24 November 2020 dari
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/778
Aisyafitri, U., Uwan., W. B., & Fitriangga, A. (2018). Gambaran Anemia pada
Pemeriksaan Darah Tepi Penderita Penyakit Ginjal Kronik dengan
Terapi Hemodialisis di RSU Santo Antonius Pontianak. Diakses pada: 24
November 2020 dari
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/32946
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika
Haryono, Rudi. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jilid 2. Elsevier:
Singapore
LeMone, Burke, & Bauldoff. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Eliminasi dan Gangguan Kardiovakuler. Jakarta: EGC
Lewis, Sharon L., et al. (2011). Medikal-Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems (8th ed. Vol 2.). United State of
America: Elsevier Mosby
Nurarif, A. H.., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction
Pranandari, R., & Supadmi, W. (2015). Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di
Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo. Diakses pada: 24
November 2020 dari
https://jurnal.ugm.ac.id/majalahfarmaseutik/article/download/24120/1577
6
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Riskesdas. (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda
s%202013.pdf. Diunduh 12 Juli 2017.
Setiati, Siti., at al. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (ed. 6. Jilid 2.).
Jakarta: Interna Publishing
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan.
Suddarth. Jakarta : EGC.
Suryawan, DGA, Arjani, IAMS & Sudarmanto, IG. (2016). Gambaran Kadar
Ureum dan Kreatinin Serum pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD Sanjiwani Gianyar. Diakses
pada: 24 November 2020 dari
https://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M/article/download/
64/27
Tanto, C. at al. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (ed. 4.). Jakarta: FKUI
Taruna, A. (2015). Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Gagal Ginjal
Kronik di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013.
Diakses pada: 23 November 2020 dari
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/download/1987/1
246
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
TIM POKJA SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai