Disusun oleh :
Nida Rahmawati
24201427
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno
Sulystianingsih, 2018).
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis 14 atau transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik
yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya
fungsi ginjal (Rahman,dkk, 2013).
Secara definisi, gagal ginjal kronis disebut juga sebagai ”Chronic Kidney Disease
(CKD)” adalah penurunan fungsi ginjal kronis yang bersifat progresif dan ireversibel
yang ditandai dengan penurunan atau keruksakan struktur serta fungsi ginjal selama lebih
dari 3 bulan (Pernefri, 2012).
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi
kolumna vertebralis.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena
tertekan kebawah oleh hati.Kutub atasnya terletak setinggi iga ke 12, sedangkan kutub
atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di
depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus abdominis, kuadratus lumborum,
dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal.Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas)
dilindungi oleh iga dan otototot yang meliputi iga, seangkan di anterior (bawah)
dilindungi oleh bantalan usus yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan
duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan
kolon.
a. Struktur Ginjal terdiri atas:
1) Struktur Makroskopik Ginjal Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar
12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm
(1 inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua
bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.
b. Ginjal terdiri dari :
1) Bagian dalam (internal) medula.
Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara 18-16
buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya mengahadap
ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta
dan diktus koligens terminal.
2) Bagian luar (eksternal) korteks.
Substansia kortekalis berwarna coklat merah.konsistensi lunak dan
bergranula.Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sapanjang
basis piramid yang berdekatan dengan garis sinus renalis, dan bagian dalam
diantara pyramid
dinamakan kolumna renalis.Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan
distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens.
c. Struktur Mikroskopik Ginjal
1) Nefron
Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan
(nefron).Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang
membentuknya.Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta nefron Setiap
nefron bisa membentuk urin sendiri.Karena itu fungsi satu nefron dapat
menerangkan fungsi ginjal.
2) Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut glomerulus,
yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari ginjal.Tekanan darah
mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui dinding kapiler glomerular
setiap menit.Plasma yang tersaring masuk ke dalam tubulus.Sel-sel darah dan
protein yang besar dalam plasma terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan
tertinggal.
3) Tubulus kontortus proksimal
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah disaring
oleh glomerulus melalui kapsula bowman.Sebagian besar dari filtrat glomerulus
diserap kembali ke dalam aliran darah melalui kapiler-kapiler sekitar tubulus
kotortus proksimal.Panjang 15 mm dan diameter 55μm.
4) Ansa henle
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron ginjal
dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal, dan kemudian
naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa. Total panjang ansa henle 2-
14 mm.
5) Tubulus kontortus distalis.
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil longgar
kedua.Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin dibuat pada tubulus
kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20 ml/menit)
mencapai tubulus distal, sisanya telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.
6) Duktus koligen medulla
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif.Pengaturan secara halus
dari ekskresi natrium urin terjadi disini.Duktus ini memiliki kemampuan
mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.
d. Fungsi Ginjal
Beberapa fungis ginjal adalah :
1) Mengatur volume air (cairan) dalan tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine yang
encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urin
yang dieksresikan jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga
susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion.
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran yang
abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau penyakit
perdarahan, diare, dan muntahmuntah, ginjal akan meningkatkan sekresi ion-ion
yang penting seperti Na, K, Cl, dan fosfat.
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh.
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan, (mixed diet) akan
menghasilkan urin yang bersifat asam, pH kurang dari 6. Hal ini disebabkan oleh
hasil metabolisme protein. Apabila banyak memakan sayuran, urin akan bersifat
basa, pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan
perubahan pH darah.
4) Ekskresi sisa-sisa metabolisme makanan (Ureum, asam urat, dan kreatinin).
Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat-obatan,
hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia lain (pestisida).
5) Fungsi hormonal dan metabolism
Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting dalam
mengatur takanan darah (sistem rennin-angiotensinaldosteron) yaitu untuk
memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis). Ginjal juga membentuk
hormon dihidroksi kolekalsifero (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi
ion kalsium di usus.
6) Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin, angiotensin dan
aldosteron yang bersungsi meningkatkan tekanan darah.
7) Pengeluaran zat beracun Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan,
obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh (Muttaqin, 2011).
3. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (Secondary illness). Penyebab yang sering adalah
diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal
ginjal kronis, yaitu (Robinson, 2013):
Penyebab Insiden
Penyakit ginjal hipertensi 35% 35 %
Nefropati diabetika 26% 26%
Glomerulopati primer 12% 12%
Nefropati obstruksi 8% 8%
Pielonefritis kronik 7% 7%
Nefropati asam urat 2% 2%
Nefropati lupus/SLE 1% 1%
Ginjal polikistis 1% 1%
Tidak diketahui 2% 2%
Lain-lain 6%
4. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit gagal ginjak kronik dasar derajat penyakit
Tabel klasifikasi Gagal ginjal kronik :
Kategori Penjelasan Nilai LFGH (ml/min/1,73 m²)
LFG
1 Kerusakan ginjal dengan LFG ≥ 90
normal atau peningkatan
2 Kerusakan ginjal dengan LFG 60 – 89
penurunan ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG 30 – 59
penurunan sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG 15 – 29
penurunan berat
5 Gagal ginjal ≤ 15
Sumber : Suwitra dalam Sudoyo aru 2009
Tahap CKD (Pradeep, 2013; Choka 2009; The Kidney Disease Outcotnes Quality
Initiative [KDOQI] of the Natonal Kidney Foundation [NKF], 2015
a. Tahap 1
1) GFR dapat normal atau sedikit lebih tinggi dari normal (> 90 mL/menit/1,73 m2 )
2) Terdapat disfungsi ginjal; bagaimanapun, hal tersebut mungkin tidak terdiagnosis
akibat sedikitnya gejala –rasio nitrogen urea darah/kreatinin (BUN/Cr) normal
dan kehilangan nefron kurang dari 75 %
b. Tahap 2
1) GFR sedikit menurun (60 hinggal 89 mL/menit/1,73 m2 ), sedikit meningkat
pada BUN/Cr
2) Klien dapat asimtomatis atau mengalami hipertensi
3) Terdapat poliuria dan nokturia – gagal haluarann tinggi
c. Tahap 3
1) Penurunan sedang pada GFR (30 hingga 59 mL/menit/1,73 m2 )
2) Terdapat abnormalitas cairan dan elektrolit serta komplikasi lain
3) Klien dapat asimtomatis atau mengalami hipertensi.
d. Tahap 4
1) Penurunan berat pada GFR (155 hingga 29 mL/menit/1,73 m2 )0 dan/atau
albuminuria sangat tinggi (>300 mg/24jam).
2) Klien mengalami kekacauan endokrin/mettabolik atau gangguan keseimbangan
cairan atau elektrolit, malnutrisi energi-protein, kehilangan massa tubuh tanpa
lemak, kelemahan otot; edema perifer dan pulmonal 3) Waktunya merujuk ke
nefrologis ketika lajuu filtrasi glomerulus mencapai 30 mL/menit/1,73 m2 yang
diyakni meningkatkan hasil ESRD dan pemilihan modaliitas dialisis yang tepat.
e. Tahap 5
1) GFR < 15 mi/menit/1,73 m² atau pada dialysis
2) Klien mengalami asidosis metabolic, komplikasi kardiovaskuler seperti
pericarditis, ensefalopati, neuropati, dan banyak manifestasi lain yang
menunjukan penyakit tahap akhir.
5. Manifestasi Klinik
Pasien GGK stadium 1 sampai 3 (dengan GFR ≥ 30 mL/menit/1,73 m2 ) biasanya
memiliki gejala asimtomatik. Pada stadium-stadium ini masih belum ditemukan
gangguan elektrolit dan metabolik. Sebaliknya, gejala-gejala tersebut dapat ditemukan
pada GGK stadium 4 dan 5 (dengan GFR < 30 mL/menit/1,73 m2 ) bersamaan dengan
poliuria, hematuria, dan edema. Selain itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan
peningkatan limbah nitrogen di dalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit
dan asam basa dalam tubuh yang pada keadaan lanjut akanmenyebabkan gangguan fungsi
pada semua sistem organ tubuh (Rahman,dkk, 2013).
Menurut Smelzer dan Bare (2002), manifestasi gagal ginjal kronik terbagi
menjadi beberapa sistem yaitu :
6. Patofisiologi
8. Komplikasi
Komplikasi potensial gagal ginjal kronik menurut Brunner dan Suddarth (2002) :
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin aldosterone.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
hemodialisa.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium.
1) pemeriksaan penurunan fungsi ginjal.
a) Ureum kreatinin
b) Asam urat serum.
2) Identifikasi etiologi gagal ginjal.
a) Analisis urin rutin
b) Mikrobiologi urin
c) Kimia darah
d) Elektrolit
e) Imunodiagnosis
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Pradeep, A.M. 2010. Chronic Kidney Disease. Canada : Division of Nephrology
University of Manitoba. www.emedicine.medscape.com (22 September 2012).
Rahman, ARA, Rudiansyah, M Triawanti 2013, ‘’Hubungan antara adekuasi hemodialisis
Retno, Dwy, 2014. ‘Efektivitas Training Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Dalam
Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Intake Cairan’. [Online] Jurnal. Dari Jurnal.
Media.Neliti.Com/Media/Publications/219966-None.Pdf (26 Desember 2018).
Robinson JM, (2013). Professional Guide to Disease Tenth Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Sudoyo, AW. PGK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 6th ed. 2014. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.