Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

D
DENGAN GANGGUAN SISTEM URINARIA : CHRONIC KIDNEY DISEASE
DI RUANG DEWI SARTIKA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
KOTA BANDUNG JAWA BARAT

diajukan untuk memenuhi tugas akhir Praktik Kerja Lapangan

oleh :

Nama : Rosita Puji Wardana


NIS : 202110026

PROGRAM KEAHLIAN ASISTEN KEPERAWATAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MADANI BANDUNG
2023

1
1.1 Konsep Dasar ( penyakit )

1.1.1 Definisi

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi dan irreversible

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea

dan sampah nitrogen lain dalam darah). Ini dapat disebabkan oleh

penyakit systemic seperti diabetes melitus, glomerulo nefritis kronis,

pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi

traktusurinarius, lesi herediter seperti penyakit ginjal polikistik; gangguan

vaskuler infeksi, medikasi, atau agens toksik. Lingkungan serta

agensberbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup

timah, kadmium, merkuri, dan kromium. Dialisis atau transplantasi ginjal

kadang-kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien (Ckd &

Sari,2020).

1.1.2 Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah suatu organ yang terletak di retro peritoneal pada dinding

abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12

sehingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah darikiri karena besarnya

lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang

terdalam ialah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua merupakan

adiposa serta jaringan terluar ialah fasciarenal. Ketiga lapisan jaringan

ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal(Ii &

Pustaka,2011)

2
Gambar 2.1.2 Gambar Anatomi Ginjal (Ii&Pustaka,2011)

Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang

disebut oleh kapsula fibrosa (true capsule) ginjal melekat pada parenkim

ginjal. Di luarkapsul fibrosa terdapat jaringan lemak yang bagian

luarnya dibatasi oleh fasiagerota. Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan

kapsul gerota terdapat rongga perirenal. Di sebelah kranial ginjal

terdapat kelenjar anak ginjal atau glandulaadrenal atau disebut juga

kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Di sebelah posterior, ginjal

dilindungi oleh berbagai otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke

XI dan XII, sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ

intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hati, kolon, dan duo

denum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh limpa, lambung, pankreas,

jejenum, dan kolon(Ii &Ginjal,2017).

Ginjal memiliki korteks ginjal pada bagian luar yang berwarna

coklat gelap. Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring dianggap

nefron. Setiap nefronterdiri dari glomerulus serta tubulus. Medula ginjal

terdiri beberapa massa – massatriangular disebut piramida ginjal dengan

basis menghadap korteks dan bagianapeks yang menonjol ke medial.

Piramida ginjal bermanfaat untuk mengumpulkan yang akan terjadi

eksresi kemudian disalurkan ketubulus kolektivus menuju pelvis ginjal

(Ii & Pustaka,2011).

3
Gambar 2.1.2 Gambar struktur Ginjal (MariebdanHoend, 2016)

b. Fisiologi

Ginjal ialah bagian dari sistem perkemihan, dimana sistem

perkemihan terdiri dari sepasang ginjal, sepasang ureter, satu

kandung kemih dan uretra, Sistem ini berperan dalam menjaga

homeostasis melalu proses yang cukup rumit yakni filtrasi, absorbsi

dan sekresi. Fungsi ginjal secara umum antara lain (Anterior,

n.d.,2014):

a) Eksresi produk sisa metabolism serta bahan kimia asing

Nitrogen nonprotein meliputi urea, kreatinin, dan asam urat.

Nitrogen dan urea dalam darah merupakan hasil metabolis

meprotein. Jumlah ureum yang difiltrasi tergantung pada asupan

protein. Kreatinin ialah hasil akhir metabolisme otot yang

dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hamper konstan dan

diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Peningkatan

kadar ureum dan kreatinin yang meningkat disebut azotemia.

Sekitar 75% asam urat diekskresikan oleh ginjal, sehingga jika

terjadi peningkatan konsentrasi asam urat maka membentuk

4
kristal – kristal penyumbat ginjal yang dapat menyebabkan gagal

ginjal akut atau kronik.

b) Mengatur keseimbangan air dan elektrolit

Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal

sebagai urin yangencer dalam jumlah besar. Kekurangan air

(kelebihan keringat) menyebabkan urin yang diekskresikan

jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga

susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif

normal.

c) Mengatur osmolaritas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit

Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan

pengeluaran yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan

garam yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan

muntah-muntah, ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang

ion-ion yang penting misalnya Na, K,Cl, Ca, dan fosfat.

Gambar 2.1.2 Gambar posisi ginjal (Ii&Pustaka, 2014)

d) Mengatur keseimbangan asam - basa


5
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makan (mixed

diet) akanmenghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang

dari enam. Hal inidisebabkan oleh hasil akhir metabolisme

protein. Apabila banyak makansayur-sayuran, urin akan bersifat

basa, pH urin bervariasi antara 4,8 sampai8,2. Ginjal

mengeksresikan urin sesuai dengan perubahan pH darah.

e) Glukoneogenesis.

Pada saat terjadi peningkatan kadar asam dalam tubuh maka H+

akan dieksresikan ke dalam urin untuk menghindari asidosis

danapabila terjadi peningkatan basa maka ginjal akan

mereabsorbsi bikarbonat agar tidak terjadi alkalosis.

c. Histologi Ginjal

Unit fungsional setiap ginjal merupakan tubulus uriniferus

mikroskopik. Tubulus ini terdiri dari nefron (nephronum) serta

duktus koligens (ductuscoligens) yang menampung curahan dari

nefron. Jutaan nefron terdapat di setiap korteks ginjal. Nefron,

sehingga terbagi lagi menjadi dua komponen yaitu korpuskulum

ginjal (corpusculum renale) dan tubulus ginjal (renal tubules).

Mendapatkan dua jenis nefron yaitu nefron kortikal (nephronum

corticale) yang terletak di korteks ginjal, sedangkan nefron

jukstamedularis (nephronum juxtamedullare) terdapat didekat

perbatasan korteks dan medulla ginjal. Meskipun semua nefron

berperan dalam pembentukan urin, nefron jukstamedularis membuat

kondisi hipertonik diinterstisium medulla ginjal yang menyebabkan

produksi urin yang pekat.(Ii &Pustaka,2011.)

6
1.1.3 Klasifikasi

Menurut intan astri 2017, adapun klasifikasi dari gagal ginjal kronis

antara lain :

a. Stadium I (satu)

Kelainan ginjal ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang

masihnormal(>90ml/menit/1,73m2)

b. Stadium II (dua)

Kelainan ginjal ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang

ringan(60-89ml/menit/1,73m2)

c. Stadium III (tiga)

Kelainan ginjal ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang

sedang(30-59ml/menit/1,73m2)

d. Stadium IV(empat)

Kelainan ginjal ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang

berat(15-29ml/menit/1,73m2)

e. Stadium V (lima)

Kelainan ginjal ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang

End-Stage Renal Disease (terminal)(<15ml/menit/1,73m2)

1.1.4 Etiologi

CKD yang berasal dari diabetic nefropati, penyakit hipertensi, infeksi

ginjal atau glomerulonefritis, penyakit ginjal bawaan atau polisiklik,

ataupun penyakit lainnya. Hipertensi dan diabetes melitus merupakan dua

penyebab terbesar dari penyakit ginjal tahap akhir, sedangkan yang

7
lainnya adalah penyakit infeksi (glomerulonefritis, pyelonefritis),

penyakit vascular sistemik (hipertensirenovaskular intrarenal),

nefrosklerosis, hiperparatiroidisme, dan penyakit saluran kencing

(Utara,2017). Berikut etiologi dalam CKD (Martin,2017) :

a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),

glomerulonephritis (penyakitperadangan). Pielonefritis merupakan

proses infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis, saluran

ginjal yang menghubungkan ke salurankencing (ureter) serta

parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulo nefritis disebabkan

oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak baik glomerulus

maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan

kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang.

b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefros

klerosis maligna, stenosis arteri arenalis Disebabkan oleh terjadinya

kerusakan vaskulararisasi diginjal oleh adanya peningkatan tekanan

darah akut dan kronik.

c. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik,

poliarteritisnodosa, sklerosis sistemik progresif Disebabkan oleh

kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam membrane basalis

glomerulus dan menimbulkan kerusakan (Price,2006). Penyakit

peradangan kronik dimana system imun dalam tubuh menyerang

jaringan sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.

d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal

polikistik, asidosis tubulus ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai

dengan kistamultiple, bilateral, dan berekspansi yang lambatakan

8
mengganggu dalam menghancurkan parenkim ginjal normal akibat

penekanan, semakin lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi

ginjal sehingga ginjal akan menjadi rusak.

e. Penyakit metabolic misalnya DM (Diabetes Mellitus),

hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab terjadinya dimana kondisi

genetic yang ditandai dengan adanya kelainan dalam proses

metabolism dalam tubuh akibat defisiensi hormone serta enzim.

Proses metabolism merupakan proses memecahkan karbohidrat

protein, dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan energi.

f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.

Penyebab penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga

penggunaan berbagai prosedur diagnostik.

g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli

neoplasma, fibrosis netro peritoneal. Saluran kemih bagian bawah:

hipertropiprostat, struktur uretra, anomalikongenital pada leher

kandung kemih dan uretra.

h. Batu saluran kencing menyebabkan hidrolityasis adalah penyebab

gagal ginjal pada benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai

zat terlarut dalam urin pada saluran kemih.

i. Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),

glomerulonephritis (penyakitperadangan). Pielonefritis merupakan

proses infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis, saluran

ginjal yang menghubungkan ke salurankencing (ureter) serta

parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulo nefritis disebabkan

oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak baik glomerulus

9
maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan

kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang.

j. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefros

klerosis maligna, stenosis arteri arenalis Disebabkan oleh terjadinya

kerusakan vaskulararisasi diginjal oleh adanya peningkatan tekanan

darah akut dan kronik.

k. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik, poli

arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif Disebabkan oleh

kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam membrane basalis

glomerulus dan menimbulkan kerusakan (Price,2006). Penyakit

peradangan kronik dimana system imun dalam tubuh menyerang

jaringan sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.

l. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal

polikistik, asidosis tubulus ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai

dengan kistamultiple, bilateral, dan berekspansi yang lambatakan

mengganggu dalam menghancurkan parenkim ginjal normal akibat

penekanan, semakin lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi

ginjal sehingga ginjal akan menjadi rusak.

m. Penyakit metabolic misalnya DM (Diabetes Mellitus),

hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab terjadinya dimana kondisi

genetic yang ditandai dengan adanya kelainan dalam proses

metabolism dalam tubuh akibat defisiensi hormone serta enzim.

Proses metabolism merupakan proses memecahkan karbohidrat

protein, dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan energi.

n. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.

10
Penyebab penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga

penggunaan berbagai prosedur diagnostik.

o. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli

neoplasma, fibrosis netro peritoneal. Saluran kemih bagian bawah:

hipertropiprostat, struktur uretra, anomalikongenital pada leher

kandung kemih dan uretra.

p. Batu saluran kencing menyebabkan hidrolityasis adalah penyebab

gagal ginjal pada benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai

zat terlarut dalam urin pada saluran kemih.

1.1.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala dari penyakit Gagal Ginjal Kronis menurut Smeltzer

dan barea dalah (Irwan,2019)

a. Hipertensi

b. Turgor kulitmenurun

c. Asidosis Metabolik

d. PenurunanKonsentrasi

e. Gangguan Pernafasan

f. Oedema

1.1.6 Patofisiologi

Gagal ginjal kronis sering berlangsung progresif melalui 4 stadium

penurunan cadangan ginjal memperlihatkan laju filtrasi glomerulus

sebesar 35%hingga 50% laju filtrasi normal. Insufisiensi renal memiliki

laju filtrasi glomerulus sebesar 20% hingga 35% laju filtrasi normal.

11
Gagal ginjal mempunyai laju filtrasi glomerulus sebesar 20% hingga

25% laju filtrasi normal.Sementara penyakit ginjal stadium terminal

(end-stage renal disease) memiliki laju filtrasi glomerulus kurang dari

20%, laju filtrasi normal.

Kerusakan nefron berlangsung progresif, nefron yang sudah rusak

tidak dapat berfungsi dan tidak bias pulih kembali, Ginjal dapat

memperlihatkan fungsi yang relative normal sampai terdapat sekitar

75%, nefron yang tidak berfungsi. Nefron yang masih hidup akan

mengalami hipertrofi serta meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorbsi,

serta sekresi, eksresi kompensasi terus berlanjut ketika laju filtrasi

glomerulus semakin menurun.

Urine dapat mengandung protein, sel darah merah dan sel darah putih

atau sedimen (endapan) dalam jumlah abnormal. Produk akhir eksresi

yang utama pada dasarnya masih normal dan kehilangan nefon menjadi

signifikasi. Ketika terjadi penurunan laju glomerulus, kadar kreatinin

plasma meninggi secara proposional jika tidak dilakukan penyesuaian

untuk mengatur ketika pengakutan natrium dalam nefron meningkat

maka lebih sedikit natrium yang di reabsorbsi sehingga

terjadikekurangan natrium dan deplesi volume ginjal tidak mampu lagi

memekatkan dan mengencerkan urine. Jika penyebab gagal ginjal kronis

sebagai permasalahan yang di temukan pada asidosis tubulus renal yaitu

deplsi garam dan gangguan pengenceran serta pemekatan urine.

Jika penyebab primernya merupakan kerusakan veskuler dan

glomerulus gejala proteinuria, hematuria serta sindrom netrotik lebih

menonjol pada ensufisiensi ginjal yang dini terjadi peningkatan eksresi

12
asam dan reabsorbsi fosfat untuk mempertahan kan PH pada nilai

normal. Ketika laju filtrasi glomerulus menurun hingga 30% sampai 40%

maka terjadi pada asidosis metabolik yang progresif dan sekresi kalium

dalam tubulus renal meningkat (Kowalak Welss DanMayer, 2011).

1.1.7 Pathway

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka

perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun

kolaborasi antara lain(Martin,2017):

1. Hematologi(Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit,

Trombosit)

13
2. RFT (Renal Fungsi Test)(Ureum dan Kreatinin)

3. LFT (Liver Fungsi Test)?Elektrolit(Klorida, kalium, kalsium)

4. Koagulasi studi PTT, PTTK

5. BGA

a. BUN/Kreatinin:meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi

kadar kreatinin10mg/dl diduga tahap akhir(rendahnya yaitu 5).

b. Hitung darah lengkap: hematocrit menurun, HB kurang dari 7-

8g/dl.

c. SDM: waktu hidup menurun pada defisiensi erritripoetin seperti

azotemia.

d. AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7:2) akan

terjadi kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan

hidrogendan amonia atau hasil akhir katabolisme protein

bikarbonat menurunPC02.

e. Kalium : peningkatan sehubungan dengan adanya retensi sesuai

denganperpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan

hemolisis pada tahap akhir perubahan EKG tidak terjadi kalium

6,5 ataul ebih besar.

6. Urine rutin

Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan

mikroskopis untuk mendeteksi dan/atau mengukur beberapa zat

dalam urin seperti produk sampingan dari metabolisme yang

normal dan abnormal, sel, fragmen sel,dan bakteri.

7. Urine khusus

benda keton, analisa Kristal batu

14
a. volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri,anuria

b. warna: abnormal urine keruh,disebabkan bakteri, partikel, koloid

dan fosfat.

c. Sedimen: kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,

mioglobin, porfirin.

d. Berat jenis : kurang dari 1.015(menetap pada1,015) menunjukkan

kerusakan ginjal berat

8. ECG

9. ECO

a. EKG: kemungkinan abnormal untuk menunjukkan keseimbangan

elektrolit dan asam basa.

b. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk

menunjukkan pelvis ginjal, pengangkatan tumor selektif.

10. USGabdominal

11. CT scanabdominal

12. BNO/IVP, FPA

13. Renogram

14. RPG(RetioPielografi)

1.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan ialah menjaga keseimbangan cairan elektrolit

serta mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Najikhah,2020):

1. Dialisis

Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal

yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, serta kejang. Dialisis

15
memperbaiki abnormalitas biokimia, yang menyebabkan cairan,

protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan

kecenderungan perdarahan serta membantu penyembuhan luka.

Dialisis dikenal dengan cuci darah ialah salah satu metode terapi yang

bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjalyang membuang zat-

zat sisa serta kelebihan cairan dari tubuh. Terapi inidilakukan apabila

fungsi kerja ginjal sudah sangat rendah (lebih dari 90%) sehingga

tidak lagi untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu

dilakukan terapi

2. Koreksi Hiperkalemi

Mengendalikan kalium darah sangat penting oleh karenahiperkalemi

dapatmenimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus

diingat ialah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan

pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG

serta EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya ialah

dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan

pemberian infus glukosa.

3. Koreksi Anemia

Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,

kemudianmencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.

Pengendaliangagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan

Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila adanya indikasi yang

kuat, contoh adanya infusiensi coroner.

4. Koreksi Asidosis

Pemberian asam melalui makanan serta obat-obatan yang harus

16
dihindari. Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau

parenteral. Pada permulaan 100mEq natrium bikarbonat diberi

intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis

serta dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.

5. Pengendalian Hiperetensi

Pemberian obat betabloker, alpametil dopadan vasodilatator perlu

dilakukan Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi

harus berhati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi

natrium.

6. Transplantasi Ginjal

Dengan pencakokkan ginjal yang sehat pasien gagal ginjal kronik, maka

seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

1.1.10 Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis

adalah (Egziabher & Edwards,2013):

a. Penyakit tulang

Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan

mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang

akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama

akan menyebabkkan fraktur pathologis.

b. Penyakit kardiovaskuler

Ginjal sebagai control sirkulasi sistemika kan berdampak secara

sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, ntoleransi glukosa,

dan kelainan hemodinamika (hipertropiventrikel kiri).

17
c. Anemia

Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi di ginjal akan

mengakibatkan penurunan hemoglobin.

d. Disfungsi seksual

Akibat gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering

mengalami penurunan dan terjadi impotensi oleh pria. Pada

wanita terjadi hiperprolaktinemia.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ( penyakit )

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama proses perawatan yang akan

membantudalam penentuan status kesehatan serta pola pertahanan pasien,

mengidentifikasikekuatan dan kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose

keperawatan (Contohetal.,2019)

1. Identitas Klien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal(alamat),umur,tempat lahir, asal suku

bangsa, nama orangtua/wali, pekerjaan orangtua/wali.

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan utama

Pasien dengan CKD akan mengalami kelemahan, susah

berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan susah tidur,

takikardi/takipnea saat waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien akan didahului dengan adanya keluhan penurunan urine

output, penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik,

18
adanya perubahan kulit, adanya napas berbau amonia, serta

perubahan pemenuhannutrisi. Kaji klien meminta pertolongan untuk

mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan. (García Reyes,

2013)

c. Riwayat penyakit dahulu

Pasien CKD biasanya ada Riwayat gagal ginjal sehingga perlu dikaji

riwayat penyakit Gagal Ginjal Akut, infeksi saluran kemih, payah

jantung,penggunaanobat-obatan nefrotoksik, Benign Prostatic

Hyperplasia, dan prostaektomi. Kaji riwayat penyakit batu saluran

kemih, infeksi saluran kemih, infeksi system perkemihan berulang,

penyakit diabetes melitus,serta penyakit hipertensi pada sebelumnya

yang menjadi predis posisi penyebab. Kaji riwayat pemakaian obat-

obatan masa lalu serta adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

(GarcíaReyes,2013)

3. Kebutuhan Dasar

a. Pola nutrisi

Pada pasien CKD terjadi peningkatan BB karena adanya edema,

namun bisa juga terjadi penurunan BB karena kebutuhan nutrisi

yang kurang ditandai dengan adanya anoreksia serta mual atau

muntah.

b. Pola eliminasi

Pada pasien CKD akan terjadi oliguria atau penurunan produksi

urine kurang dari 30 cc/jam atau 500 cc/24 jam. Bahkan bisa juga

terjadi anuriayaitu tidak bisa mengeluarkan urin selain itu juga

terjadi perubahan warna pada urin seperti kuning pekat, merah dan

19
coklat

c. Pola istirahat dan tidur:

Pada pasien CKD istirahat dan tidur akan terganggu karena terdapat

gejala nyeri panggul, sakit kepala, kram otot dan gelisah dan akan

memburuk pada malam hari.

d. Pola aktivitas:

Pada pasien CKD akan terjadi kelemahan otot dan kelelahan yang

ekstrem saat beraktivitas.

e. Personal Hygiene:

Pada klien CKD penggunaan sabun yang mengandung gliserin akan

mengakibatkan kulit bertambah kering(Parwati,2019)

4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pertama harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan

fisik meliputi (Parwati,2019)

a. Tekanan darah

Pada pasien CKD tekanan darah cenderung mengalami peningkatan

hipertensi ringan hingga berat. Sedangkan rentang pengukuran

tekanan darah normal pada dewasa yaitu 100-140/60-90 mmHg

dengan rata-rata 120/80 mmHg dan pada lansia 100-160/ 60-90

mmHg dengan rata-rata 130/180 mmHg.

b. Nadi

pada pasien CKD biasanya teraba kuat dan disertai dengan disritmia

jantung nadi akan teraba lemah . Frekuensi normal nadi orang

dewasa yaitu 60-100x/menit.

c. Suhu

20
pada pasien CKD biasanya suhu akan mengalami peningkatan

Karena adanya sepsis atau dehidrasi sehingga terjadi demam. Suhu

pada dewasa normalnya berbeda pada setiap lokasi. Padaa ksila

36,4⁰C, rektal 37,6°C, oral 37,0°C.

d. Respiras

Frekuensi pernapasan pada klien CKD akan cenderung meningkat

karenatakipnea serta dispnea. Rentang normal frekuensi pernapasan

pada dewasa12-20x/menit denganrata-rata 18x/menit.

e. Keadaan umum

pada pasien CKD cenderung lemah dan nampak sakit berat

sedangkan untuk tingkat kesadaran menurun karena system saraf

pusat yang terpengaruhi sesuai dengan tingkat uremia yang

mempengaruhi (Parwati,2019)

Setelah pemeriksaan TTV selesai dilanjutkan pemeriksaan fisik :

a. Kepala

Pada pasien CKD, rambut tampak tipis dan kering, berubah warna

danmudah rontok, wajah akan tampak pucat, kulit tampak kering dan

kusam.Rambut akan terasakasar, kulit terasa kasar

(Chronicetal.,2020)

b. Telinga

Pada pasien CKD pemeriksaan kesimetrisan dan posisi kedua

telinga,produksi serumen, warna, kebersihan dan kemampuam

mendengar. Padaklien CKD lihat adanya uremic frostPalpasi: Periksa

ada tidaknya massa,elastisitas atau nyeri tekan pada tragus, pada

klien CKD kulit akan terasa kasar karena kering(Parwati,2019)

21
c. Mata

Pada pasien CKD akan tampak kalsifikasi (endapan mineral kalsium

fosfat) akibat uremia yang berlarut-larut di daerah pinggir mata, di

sekitar mata akan tampak edema, penglihatan kabur dan konjungtiva

akan terlihat pucat jika ada yang mengalami anemia berat Palpasi:

Bola mata akan teraba kenyal dan melenting, pada sekitar mata akan

teraba edema(Parwati,2019)

d. Hidung

Pada pasien CKD pemeriksaan adanya produksi sekret, ada atau

tidak pernapasan cuping hidung, kesimetrisan kedua lubang hidung,

pada kulit akan telihat kering dan kusam. Palpasi: Periksa ada massa

dan nyeri tekan pada sinus atau tidak, ada dislokasi tulang hidung

atau tidak, akan terasakasar(Martin,2017)

e. Mulut

Pada pasien CKD saat bernapas akan tercium bau ammonia karena

factor uremik, ulserasi pada gusi, bibir tampak kering yang

diproduksi padapasienCKD.

f. Leher

Pada pasien CKD diperiksa ada massa atau tidak, pembengkakan

atau kekakuan leher, kulit kering, pucat, kusam. Palpasi: Periksa

adanya pembesaran kelenjar limfe, massa atau tidak. Periksa posisi

trakea ada pergeseran atau tidak, kulit terasa kasar(Parwati,2019)

g. Dada

1) Paru

Pada pasien CKD pergerakan dada akan cepat karena pola napas

22
juga cepat dan dalam (kusmaul), batuk dengan ada tidaknya

sputum kental dan banyak apabila ada edema paru batuk akan

produktif menghasilkan sputum merah muda dan encer, pada kulit

akan ditemukan kulit kering,uremic frost, pucat atau perubahan

warna kulit dan bersisik. Periksa pergerakan dinding dada teraba

sama atau tidak, terdapat nyeri dan edema atau tidak, kulit terasa

kasar dan permukaan tidak rata. pada seluruh lapang paru

normalnya resonan dan pada CKD pekak apabila paru terisi cairan

karena edema. Dengarkan apa ada suara napas tambahan seperti

ronchi, wheezing, pleural friction rub dan stridor(Parwati,2019)

2) Jantung

Pada pasien CKD akan tampak pulsasi pada ICS 5 midklavikula

kiri katup mitrialis pada beberapa orang dengan diameter normal

1-2 cm.akan teraba pulsasi pada ICS 5 midkalvikula kiri katup

mitrialis. pada area jantung akan terdengar pekak pada ICS 3-5 di

sebelah kiri sternum. Pada pasien CKD akan terjadi disritmia

jantung dan akan terdengar bunyi jantung murmur (biasanya pada

lansia) pada klien CKD yang memiliki hipertensi(Parwati,2019)

h. Abdomen

Pada pasien CKD kulit abdomen akan tampak mengkilap karena

asites dan kulit kering, pucat, bersisik, warna cokelat kekuningan,

akan muncul pruritus. Dengarkan bising usus di keempat kuadran

abdomen. pasien dengan CKD akan mengeluh nyeri pada saat

dilakukan pemeriksaan disudut costo-vertebrae pada penderita

penyakit ginjal. Lakukan palpasi pada daerah terakhir diperiksa yang

23
terasa nyeri, teraba ada massa atau tidak pada ginjal(Parwati,2019)

i. Kulit dan kuku

Pada pasien CKD Kuku akan menjadi rapuh dan tipis, kulit menjadi

pucat, kering dan mengelupas, bersisik, akan muncul pruritus, warna

cokelat kekuningan, hiperpigmentasi, memar, uremicfrost,

ekimosis,p etekie, CRT>3detik, kulit teraba kasar dan tidak rata

(Parwati,2019)

j. Genetalia

Pada pasien CKD dilihat kebersihan genetalia, tampak lesi atau tidak

k. Ekstermitas

Pada pasien CKD terdapat edema pada kaki karena adanya gravitasi

biasanya ditemukan dibetis dan paha pada klien yang bedrest,

kelemahan, kelelahan, kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik, Turgor

kulit > 3 detik karena edema, kulit teraba kering dan

kasar(Martin,2017)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin ada dalam penyakit CKD

(ChronicKidneyDisease)(Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017),antaralain:

1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan

3. Gangguan pertukaran gas ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian

24
dalamproses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan

masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi,2012).

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Pola nafas

membaik.

Kriteriahasil :

a. dyspnea membaik

b. Tekanan darah dalam batasnormal(tek. Sistolik 110-130

mmHg, tekanan Diastolik 70-90 mmHg)

c. Nadi dalam batas normal (60-100x/menit)

d. RR dalam batas normal (18 - 22x/menit)

Intervensi:

Intervensi rasional

1. Monitor pola napas ( 1. Pola napas yang

frekuensi, kedalaman, abnormal mengidentifikasikan

usaha napas) adanya hiperventilasi atau

2. Monitor bunyi napas hipoventilasi

tambahan (mis: gurgling, 2. Adanya bunyi napas

mengi, wheezing, ronkhi tambahan menyertai obstruksi

kering) jalan napas/ gagal pernapasan

3. Monitorsaturasioksigen 3. Memantau persentase oksigen

4. Monitor nilai AGD dalam darah

5. Posisikan semifowler atau fowler 4. Hasil BGA dapat

6. Berikan oksigen memperlihatkan terjadinya

25
7. Jelaskan tujuan dan asidosis maupun alkalosis

prosedur pemantauan 5. Dapat membantu

8. Kolaborasi pemberian mengembangkan paru

bronkodilator, ekspektoran, sehingga mengurangi sesak

mukolitik 6. Pemberian oksigen dapat

membantu mengurangi sesak

dalam keadaan asidosis

maupun alkalosis

7. Agar keluarga dan pasien

mengetahui keadaan membaik

atau tidak

8. Menurunkan kekentalan

secret, lingkaran ukuran

lumen trakea bronkial

berguna jika terjadi hipoksia

pada kavitas yang luas

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi

meningkat

KriteriaHasil:

a. Porsi makan yang dihabiskan

b. Nafsu makan meningkat

c. Frekuensi makan normal

Intervensi:

Intervensi rasional

26
1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahuistatusnutrisi

2. Identifikasi alergi 2. Mengetahuiadanyaalergiobat

3. Monitor asupan makanan ataumakanan

4. Lakukan oral hygiene 3. Mengetahuiasupanmakanan

sebelum dan sesudah 4. Melakukanoralhygiene

makan sebelumdansesudah makan

5. Anjurkan posisi 5. Ajarkanposisi dudukbilamakan

duduk bilamakan 6. Berikandietyangdiprogramkan

6. Ajarkan diet yang

diprogramkan

3. Gangguan pertukaran gas ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran

gas normal

Kriteria Hasil:

a. Dispnea membaik

b. Nafas cuping hidung menurun

c. Gelisah menurun

d. Takikardia normal

Intervensi :

Intervensi rasional

27
1. Monitor frekuensi, 1. Membantu dalam evaluasi

irama, kedalaman derajat distress pernapasan

dan upaya nafas dan kronisnya proses penyakit

2. Monitor pola nafas 2. Sebagai acuan dalam

3. Monitor mengetahui adanya gangguan

kemampuan batuk dalam bernapas

efektif 3. Mengetahui kemampuan

4. Monitor adanya batuk efektif

sumbatan jalan nafas 4. Mengetahui adanya sumbatan

5. Monitorsaturasioksigen jalan nafas

6. Jelaskan tujuan dan 5. Mengetahui kebutuhan

prosedur pemantauan oksigen dalam tubuh

6. Menjelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan

keperawatan dalam bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat harus

memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif, mampu

menciptakan hubungan saling percaya serta saling bantu, observasi

sistematis, mampu memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan dalam

advokasi serta evaluasi. Implementasi merupakan tindakan yang sudah

direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan ini mncangkup

tindakan mandiri dan kolaborasi (Parwati,2019)

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


28
Evaluasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan sudah disesuaikan

dengan kriteria hasil selama tahap perencanaan dapat dilihat melalui

kemampuan klien untuk mencapai tujuan tersebut (Parwati,2019). Tahap

penilaian atau evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis serta

terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang

telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan

melibatkan keluarga agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah

ditetapkan(Sherly.I,2019).

29
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. D

Umur : 32 tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Pendidikan : S1 Manajemen Ekonomi

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Jl. Salendro Timur II

Tanggal Masuk RS : 14 Februari 2023

Tanggal Pemeriksaan : 14 Februari 2023

Diagnosa Medis : CKD

Identitas Penanggungjawab

Nama : Tn. R

Umur : 33 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Salendro Timur II

Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama : Sesak Nafas

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

30
Pada 14 Februari 2023 Klien datang ke IGD RS Muhammadiyah Bandung.

Klien mengeluh sesak nafas sudah sejak satu minggu yang lalu, sesak

bertambah jika digunakan beraktifitas, disertai dengan bengkak pada kedua

kaki bagian bawah, mual dan muntah setiap diisi makan. Klien juga

mengatakan bahwa nafsu makannya menurun. Lalu saat buang air kecil klien

mengatakan bahwa keluarnya hanya sedikit.

3. Riwayat kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pada Desember 2022 pernah mengalami sakit yang sama

dan dirawat di rumah sakit yang sama dan klien pernah melakukan cuci darah.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada anggota keluarga yang

pernah mengalami sakit yang diderita klien saat ini.

5. Riwayat Alergi

Klien mengatakan bahwa ia tidak ada alergi terhadap makanan atau obat.

C. Pengkajian Fisik

Keadaan Umum : Baik

Tingkat Kesadaran : Composmentis, GCS 15 : E4V6M5

Penampilan Umum : Pasien tampak lemah

1) Tanda – Tanda Vital

TD : 146/118 mmHg

RR : 27 x/menit

HR : 94 x/menit

S : 36,3‫ ﹾ‬C

SPO2 : 95%

31
BB : 150 cm

TB : 55 Kg

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala :

Bentuk kepala klien normal, rambut terlihat hitam legam tetapi

sedikit lepek dikarenakan efek perawatan di rumah sakit yang

menyebabkan klien tidak keramas, tidak ada kerontokan pada

rambut, terlihat adanya sedikit ketombe, tidak alopecia aerata

(kepitakan pada kepala)

Mata :

Konjungtiva terlihat pucat, sklera tidak ikterik, mata terlihat sayu.

Telinga :

Pina normal, auringkle normal, gendang telinga normal berwarna

abu-abu, terlihat adanya sedikit serumen, ketajaman pendengaran

baik.

Hidung :

Bentuk hidung simetris,tidak terdapat sekret, tidak terdapat

benjolan(polid hidung), tidak ada sinusitis dan tidak adanya nyeri.

Mulut :

mukosa bibir lembab dan pucat posisi ovula normal keadaan tonsil

normal (T1) tidak ada kesulitan menelan dan tidak adanya nyeri saat

menelan, kemampuan mengunyah baik, fungsi mengecap dan merasa

normal, gigi tampak lengkap mulut agak berbau, gigi bersih tidak ada

karies.

Leher :

32
mobilitas leher normal tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak

ada pelebaran vena jugularis

Thoraks :

Dada klien simetris kiri dan kanan, pengembangan dada normal,

tidak ada pelebaran vena jugularis. Payudara klien normal dan

simetris.

Jantung :

Tidak terlihat ictus cordis, teraba ictus cordis di intercosta (ics) 5

sinistra, bunyi jantung reguler dan normal lup dup

Abdomen :

Bentuk normal tidak ada lesi, abdomen datar, bising usus 12x/menit.

Bunyi kuadran 1 redup, bunyi kuadran 2, 3, 4 timpani, tidak ada

nyeri tekan.

Ekstremitas :

- Kanan Atas : Terpasang infus NaCl, tidak ada odem, tidak ada lesi,

akral hangat, CRT < 2 detik.

- Kiri Atas : Adanya bekas pemgambilan sample darah yang

tertutupplaster di bagian lipatan siku, tidak ada odem,

tidak ada lesi, akral hangat, CRT < 2 detik.

- Kanan Bawah : Tidak ada lesi, adanya odem, akral hangat, CRT < 2

detik.

- Kiri Bawah : Tidak ada lesi , adanya odem, akral hangat, CRT < 2

detik

Genetalia :

Tidak terpasang kateter, genetalia klien bersih

33
Rektum :

Tidak ada hemoroid internal ataupun eksternal

D. Pola Aktivitas Sehari – Hari

No. Pola Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Pola Makan dan Minum
- Makan
a. Jenis Makanan - Klien mengatakan - Klien mengatakan
semua jenis makanan setelah sakit hanya
dimakan makan bubur dan
roti marie saja
b. Frekuensi - Klien mengatakan - Klien mengatakan
biasanya makan satu biasanya makan satu
setengah centong nasi setengah porsi dari
per hari biasanya
c. Jumlah Makan - satu piring nasi per - satu piring bubur
hari ( satu setengah
centong nasi )
d. Bentuk Makanan - Makanan padat - makanan lunak
e. Makanan Pantangan - Tidak ada - santan, air kelapa,
umbi-umbian,
kacang-kacangan
- Minum
a. Jenis Minuman - Klien mengatakan - Klien mengatakan
sebelum sakit sering saat sakit harus
meminum-minuman minum air putih (
kemasan harus lemenral )
b. Frekuensi - 4-5kali/hari (kurang - 500ml air putih/hari
lebih 1500cc)
c. Jumlah Minuman - -
d. Bentuk Minuman - cair - cair
2. Pola Eliminasi BAB
a. Frekuensi - Klien mengatakan - Klien mengatakan

34
sebelum sakit BAB saat sakit menjadi
2 kali/hari jarang BAB
b. Konsentrasi - agak lembek - Padat
c. Warna Feses - Kuning - Agak hitam
d. Jumlah Feses - -
3. Pola Istirahat dan Tidur
- Siang
a. Waktu - Klien mengatakan - Klien mengatakan
tidur pukul 13.00 tidak bisa tidur
setiap harinya
b. Lama - 2 jam/hari - klien
- mengatakan
semenjak sakit
tidak bisa tidur
siang
c. Gangguan Tidur - Klien mengatakan
sering engap
- Malam
a. Waktu - Klien mengatakan - Klien mengatakan
biasanya tidur pada biasanya tidur pada
pukul 21.00 WIB pukul 01.00 WIB
b. Lama - 8 jam/hari - 4-5 jam/hari
c. Gangguan Tidur - -
4. Personal Hygine
a. Mandi - 2 kali/hari - 2 kali/hari dibantu
oleh suaminya
b. Cuci Rambut - 2 kali/minggu - belum cuci rambut
c. Gosok Gigi - 3 kali/hari - 3 kali/hari
d. Gunting Kuku - 1 kali/minggu - belum pernah
e. Ganti Pakaian - 3 kali/hari - 3 kali/hari dibantu
oleh suaminya
5. a. Kebiasaan Lain - tidak ada - tidak ada
b. Merokok - Klien mengatakan - tidak pernah

35
tidak pernah merokok
c. Alkohol - Klien mengatakan - tidak pernah
tidak pernah
konsumsi

E. Data Penunjang

LABORTORIUM

RUMAH SAKIT

MUHAMMADIYAH BANDUNG

JL. KH. Ahmad Dahlan No. 53 Bandung 40264

No.Medrec : 888995 Nomor : LAB23021400189


Nama : Ny. D Tanggal : 14/02/2023
Alamat : Jl. Salendro Timur II Jam Periksa : 19:07:48
Jenis Kelamin : Perempuan Ruangan Poli : DEWI SARTIKA/kamar 107
Tgl. Lahir : 25/02/1990 Dokter : Prof. Dr. H. M Rachmat
Soelaman dr. SpPDKGH
Diagnosa :
Penanggung Jawab : Tia Tricia Devi, dr, Sp. Pk
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 6,5 gr/dL Wanita : 12 – 16
Hematoktrit 19 % Wanita : 36 – 48
Leukosit 8200 Sel/mm3 4000 – 10.000
Trombosit 308.000 Sel/mm3 150.000 – 400.000
Eritrosit 2,3 Juta/mcl 3,9 – 5,1
Ureum 185,2 mg/dL 15,0 – 43,2
Kreatinin 8,11 mg/dL Wanita : 0,57 – 1,13

F. Teraphy Yang Di Berikan

No. Nama Obat Dosis Rute Fungsi

1. Furosemid 5mg/jam Mengurangi cairan berlebih dalam tubuh


(edema) yang disebabkan oleh kondisi
seperti gagal ginjal, Menurunkan tekanan
darah tinggi, mencegah stroke, serangan
jantung, dan gangguan ginjal

36
2. Pantoprazole 2x40mg IV Meredakaan kenaikan asam lambung

3. Lasix dep 20mg/jam Syringe Mengurangi cairan berlebih dalam tubuh


(edema) yang disebabkan oleh kondisi
pump
seperti gagal ginjal

G. Analisa Data

No. Data ( DS & DO ) Etiologi Masalah

1. DS : Vaskuler Pola Nafas

- Klien mengatakan sesak ↓ Tidak Efektif

nafas sudah sejak satu Arteri sklerosis

minggu yang lalu, sesak ↓

bertambah jika digunakan Suplai darah ginjal

beraktifitas. menurun

DO : ↓

- wajah klien terlihat lemah GFR menurun

- TTV : ↓

TD : 146/118 mmHg CKD

RR : 27% ↓

HT : 94% Penurunan fungsi

S : 36% ekresi ginjal

SPO2 : 95% ↓

Sindrom uremia

HCO2

Asidosis

37

Hiperventilasi

Perubahan pola Nafas

2. DS : CKD Risiko defisit

- Klien mengatakan nafsu ↓ nutrisi

makan menurun Penurunan fungsi

- Klien mengatakan ada mual ekresi ginjal

dan muntah setiap diisi ↓

makan Sindrom uremia

DO : ↓

- KU : tampak lemah Nausea

- TTV : ↓

TD : 146/118 mmHg Muntah

RR : 27% ↓

HT : 94% Intake menurun

S : 36% ↓

- SPO2 : 95% Defisit Nutrisi

3. DS : Suplai darah ginjal

- Klien mengatakan bengkak menurun

pada kedua kaki bagian ↓

bawah Arteri Skeloris

DO : ↓

- KU : tampak lemah Suplai darah ke ginjal

- TTV : menurun

38
TD : 146/118 mmHg ↓

RR : 27% CKD

HT : 94% ↓

S : 36% GFR turun

SPO2 : 95% ↓

Sekresi eritropoitin

turun

Produksi HB turun

Oksihemolobin turun

Intoleransi aktivitas

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

2. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan

3. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan

3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan

tidak efektif tindakan asuhan nafas (I. 01011) SIKI

b.d hambatan keperawatan 1. monitor frekuensi 1. mengetahui

upaya nafas selama 3x24 jam nafas keadaan umum

39
(D,0005) diharapkan pasien

SDKI gangguan pola 2. Berikan posisi 2. dapat

nafas efektif semi fowler melonggarkan

teratasi dengan jalan nafas

kriteria hasil :

- frekuensi dan 3. berikan minuman 3. memberikan rasa

kelelahan hangat nyaman pada jalan

nafas nafas

membaik 4. Kolaborasi 4. untuk memberikan

dengan tim medis pengobatan agar

dalam pemberian sesak dapat

obat teratasi.

- furosemid

5mg/jam

- Pantoprazole

2x40mg

- Lasix dep

20mg/jam

2. Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi

nutrisi b.d tindakan asuhan (I.03119) SIKI

ketidakmamp keperawatan 1. Sajikan makanan 1. untuk

uan mencerna selama 3x24 jam secara menarik dan meningkatkan

makanan diharapkan risiko selagi hangat selera makan klien

(D.0032) defisit nutrisi

SDKI teratasi dengan 2. anjurkan makan 2. untuk mengurangi

40
kriteria hasil : sedikit tapi sering rasa mual saat

- asupan makan makan

meningkat

- adanya 3. monitor asupan 3. untuk mengetahui

keinginan untuk makanan klien seberapa banyak

makan makanan yang

dimakan

4. kolaborasi dengan 4. untuk menentukan

ahli gizi untuk diit jenis makanan

klien yang boleh

dimakan klien

3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi

Aktivitas b.d tindakan asuhan (I. 05178) SDKI

kelemahan keperawatan 1. berikan edukasi 1. dengan edukasi

(D.0056) selama 3x24 jam kepada klien untuk klien menjadi lebih

SDKI diharapkan mengajari strategi kooperatif

intoleransi koping untuk

aktivitas dapat mengurangi

teratasi dengan kelelahan

kriteria hasil : 2. Sediakan 2. memberikan rasa

- kemudahan lingkungan yang nyaman pada klien

dalam naman dan rendah

melakukan stimulus

aktivitas 3. Kolaborasi dengan 3. untuk memberikan

41
meningkat ahli gizi tentang energi dan protein

- kelelahan cara meningkatkan pada klien agar

menurun asupan makan klien cepat sembuh

- perasaan klien

lemah

menurun

3.4 Implementasi Keperawatan

No.
Tanggal Waktu Implementasi Respon S & O Paraf
DX

1. Memonitor frekuensi S:

nafas - klien

mengatakan

sudah tidak

sesak lagi

17 06.00 O:

Februari - TTV :
1
2023 TD:140/110 mmHg

RR : 20x/menit

HT : 90x/menit

S : 36,7 C

SPO2 : 98%

2. Memberikan posisi S:

06.00 semi fowler - klien

mengatakan

42
lebih nyaman

dengan posisi

tersebut

O:

- klien terlihat

lebih rileks

3. Memberikan minuman S:

hangat - Klien

mengatakan

07.00 tenggorokannya

menjadi lebih

enakan

O:-

4. Kolaborasi dengan tim S : Tidak terkaji

medis O:

- furosemid

5mg/jam
08.00
- Pantoprazole

2x40mg

- Lasix dep

20mg/jam

1. Menyajikan makanan S :
17
secara menarik dan - klien
Februari 07.00 2
selagi hangat mengatakan
2023
menjadi lebih

43
selera untuk

makan

O:

- klien terlihat

makan lebih

semangat untuk

makan

2. menganjurkan makan S :

sedikit tapi sering - klien mengatakan

08.00 saat makan sudah

tidak mual

O : Tidak terkaji

3. Memonitor asupan S :

makanan klien - Klien mengatakan

makan lebih

banyak dari

biasanya
08.00
O:

- Di piring klien

terlihat jika

buburnya hampir

habis

4. Melakukan kolaborasi S : Tidak terkaji

dengan ahli gizi untuk O :

diit klien - bubur dan telur

44
asin

1. Memberikan edukasi S :

kepada klien untuk - klien mengatakan

mengajari strategi mengerti

koping untuk mengenai edukasi

10.00 mengurangi kelelahan yang di jelaskan

O:

- Klien terlihat

menganggukkan

kepalanya

2. Menyediakan lingkungan S :

17 yang nyaman dan rendah - klien mengatakan

Februari 3 stimulus bahwa lingkungan

2023 nya nyaman dan

tenang
10.00
O:

- klien terlihat

nyaman dengan

lingkungan

kamarnya

3. Melakukan kolaborasi S : Tidak terkaji

dengan ahli gizi tentang O : Tidak terkaji

cara meningkatkan

asupan makan klien

45
3.5 Evaluasi Keperawatan

Tanggal dan
No. Diagnosa SOAP TTD
Waktu

1. Pola nafas S :

tidak efektif - Klien mengatakan sesak sudah

b.d hambatan tidak ada

upaya nafas O:

(D,0005) - TTV :
17/02/2023
SDKI TD : 130/98 mmHg
13.00 WIB
RR : 20x/menit

HT : 88x/menit

S : 36,5 C

SPO2 : 99%

A : Masalah Teratasi, Klien pulang

P : Intervensi dihentikan, Klien Pulang

2. Risiko defisit S :

nutrisi b.d - Klien mengatakan bahwa mual

ketidakmampu dan muntah sudah tidak ada

an mencerna O:

makanan 17/02/2023 - Klien terlihat sudah tidak lemas

(D.0032) 13.00 WIB lagi

SDKI - Makanan klien habis

- TTV :

TD : 130/98 mmHg

RR : 20x/menit

46
HT : 88x/menit

S : 36,5 C

SPO2 : 99%

A : Masalah Teratasi, Klien pulang

P : Intervensi dihentikan, Klien Pulang

3. Intoleransi S :

Aktivitas b.d - Klien mengatakan kalau ia

kelemahan sudah sedikit kuat untuk

(D.0056) beraktivitas ringan

SDKI O:

- Klien terlihat sudah tidak lemas

lagi
17/02/2023
- TTV :
13.00 WIB
TD : 130/98 mmHg

RR : 20x/menit

HT : 88x/menit

S : 36,5 C

SPO2 : 99%

A : Masalah Teratasi, Klien pulang

P : Intervensi dihentikan, Klien Pulang

47
48

Anda mungkin juga menyukai