BANYUWANGI
Oleh :
2021.04.015
BANYUWANGI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BANYUWANGI
Oleh :
2021.04.015
BANYUWANGI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
A. Konsep Dasar
1. Anatomi Fisiologi
lumbal dan di sebelah kanan dan kiri dari tulang belakang. Ginjal mempunyai
ukuran panjang kurang lebih 6 sampai 7,5 cm dengan ketebalan sekitar 1,5 sampai
2,5 cm. Ginjal mempunyai bentuk seperti biji kacang dengan sisi dalam atau
hileum menghadap ke tulang punggung sedangkan sisi luar dari ginjal berbentuk
cembung. Ginjal terdiri dari dua bagian yaitu bagian kanan dan kiri. Kedua ginjal
terletak diantara vertebra T12 sampai L3. Ginjal kanan terletak sedikit ke bawah
dibandingkan dengan ginjal kiri yang bertujuan untuk memberikan tempat lobus
hepatis dexter yang besar. Bagian ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,
hal ini dikarenakan hati pada ginjal kanan menduduki banyak ruang (Evelyn,
2017).
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut dengan kapsula
fibrosa yang didalamnya terdapat 2 struktur ginjal yaitu bagian luar atau korteks
renalis berwarna coklat gelap dan bagian dalam atau medulla renalis berwarna
coklat terang. Pada bagian medula renalis tersusun atas 15 sampai 16 massa yang
berbentuk piramida disebut dengan piramis ginjal. Puncak dari bagian medula
langsung mengarah pada hilum dan berakhir pada kalises yang menghubungkan
dengan pelvis ginjal. Hilum merupakan pinggir medial ginjal yang berbentuk
konkaf dan berfungsi sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe,
ureter dan nervus. Ginjal memiliki fungsi utama antara lain untuk mengeluarkan
bahan buangan yang tidak diperlukan oleh tubuh dan untuk mensekresi air yang
berlebihan dalam darah. Selain itu ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan zat-
Gambar 1. Ginjal
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nefron yang berjumlah 1-1,2 juta
buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri
lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus
pengumpul (Evelyn, 2017). Unit nefron dimulai dari pembuluh darah halus /
kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer)
yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa atau
saluran yang disebut tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran ureter, kandung
kemih, kemudian ke luar melalui uretra. Nefron berfungsi sebagai regulator air
dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil
Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari
aorta abdominalis. Renal arteri terbagi menjadi 2 yaitu anterior dan posterior.
sedangkan cabang anterior memperdarahi kutub kranial dan kaudal dan seluruh
permukaan anterior ginjal. Arteri renal merupakan saluran akhir arteri, jika terjadi
kerusakan pada arteri ini menimbulkan iskemia atau nekrosis pada daerah yang
dilayaninya. Urutan vaskularisasi ginjal dimulai dari arteri renal - arteri interlobar
Selanjutnya darah keluar dari ginjal melalui vena renalis yang langsung masuk ke
vena cava inferior. Sedangkan sistem limfatik mengalir menuju lumbaris. Selain
itu, ginjal juga mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), yang
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. (Evelyn,
1. Fungsi Ekskresi
air.
normal.
d. Degredasi insulin.
e. Menghasilkan prostaglandin.
2. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah suatu gangguan yang terjadi pada ginjal yang
berlangsung lebih dari tiga bulan dengan kriteria laju filtrasi glomerulus (LFG)
atau Glomerulus Fitration Rate (GFR) <60 mL/min/1,73 m2. Gagal ginjal kronik
ini biasanya ditandai dengan adanya protein didalam urin, gangguan fungsi ginjal
menunjukkan tanda dan gejala namun dapat berjalan progresif menjadi gagal
ginjal. Penyakit ginjal bisa dicegah dan ditanggulangi dan kemungkinan untuk
mendapatkan terapi yang efektif akan lebih besar jika diketahui lebih awal
(Kemenkes, 2017).
kerusakan yang terjadi pada ginjal dimana tubuh gagal untuk mempertahankan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal kronik
ini terjadi secara progresif dan lambat, biasanya berlangsung selama beberapa
bulan atau tahun dan sifatnya tidak dapat disembuhkan dan harus menjalani
3. Etiologi
klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan ireversibel karena berbagai
penyebab diantaranya:
nefropati.
h. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu,
terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali kongenital leher vesika
4. Klasifikasi
1. Stadium 1 : Kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal: GFR
– 59 ml/menit/1,73 m2.
29 ml/menit/1,73 m2.
dialisis.
5. Manifestasi Klinis
menunjukkan gejala penyakit yang jelas, akan tetapi saat fungsi ginjal telah
memburuk atau rusak hingga stadium gagal ginjal berat (kurang dari 25% dari
fungsi ginjal yang normal) maka akan menyebabkan uremia yang ditandai dengan
f. Sesak nafas.
6. Patofisiologi
Kronologi terjadinya gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal gangguan,
ginjal. Gagal ginjal kronik ditandai adanya kerusakan dan menurunnya nefron
dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif sehingga nefron sisa yang sehat
akan mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa akan
dan aliran darah yang menuju ginjal semakin berkurang. Jika jumlah nefron yang
tidak befungsi semakin meningkat, maka ginjal tidak mampu untuk menyaring
urin dengan baik. Pada tahap ini glomerulus akan menjadi kaku dan plasma darah
tidak dapat di saring dengan mudah melalui tubulus sehingga akan terjadi
kelebihan cairan dengan retensi air dan natrium. Pada pasien gagal ginjal kronik
dapat terjadi edema di ektremitas seperti kelopak mata dan kaki (Aisara, 2018).
kunjung sembuh dan terjadi penurunan jumlah nefron yang masih berfungsi, laju
filtrasi glomerulus total akan menurun lebih banyak sehingga tubuh tidak mampu
mengeluarkan kelebihan air, garam, dan produk limbah lainnya melalui ginjal.
Ketika laju filtrasi glomerulus kurang dari 10-20 mL/min, tubuh akan mengalami
keracunan ureum. Jika penyakit tidak diatasi dengan dialisis atau transplantasi
ginjal, maka hasil akhir dari gagal ginjal kronik adalah uremia dan kematian
(Aisara, 2018).
7. Pathway
Kerusakan glomerulus
Retensi Na
Tekanan kapiler
meningkat
Volume interstisial ↑
Hipervolemia
Oedema
Perfusi perifer tidak Retensi Na dan air
Beban jantung ↑ efektif
Renin angiotensin
Hipertrofi ventrikel kiri jantung Suplai oksigen jaringan aldosteron ↓
↓
Penurunan Risiko perfusi renal
Payah jantung Cardiac output ↓ Aliran darah ke ginjal ↓
Curah Jantung tidak efektif
Intoleransi aktivitas
8. Pemeriksaan Penunjang
Guna menegakkan diagnosa pasti terkait gagal ginjal, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan berikut :
a) Laboratorium darah
mg/dL.
3. Glomerulus filtration rate (GFR): Nilai normal GFR pada laki-laki antara 97 –
137 mL/menit per 1,73 m2 dan pada perempuan antara 88 – 128 mL/menit per
1,73 m2.
4. Tes urine: untuk mengetahui adanya protein dan darah dalam urine yang
– 300 mg/24 jam. Keadaan ini dapat memberikan tanda awal dari penyakit
ginjal. Kadar normal albumin dalam darah antara 3,5 – 4,5 mg/dL (Verdiansah,
2016).
8. Kalsium (Ca) : Nilai normal kalsium total plasma/serum: 8,8 – 10,2 mg/dl
(Rahmawati, 2017).
9. Fosfat : Nilai normal fosfat plasma/serum normal: 2,5 – 4,5 mg/dl (Rahmawati,
2017).
10. Magnesium : Nilai normal magnesium serum: 0,6 – 1,1 mmol/L (Rahmawati,
2017).
b) Pemeriksaan USG : menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
serta prostat.
c) Biopsi ginjal: Pemeriksaan biopsi ginjal ini menggunakan jarum untuk mengambil
sampel kecil dari jaringan ginjal dengan bantuan anestesi lokal dan memeriksa
9. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
toksin azotemia dan memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Berikut ini hal
a) Diet protein
Diet rendah protein dianjurkan untuk penderita gagal ginjal kronik untuk
dan cedera sekunder pada nefron intak. Jumlah protein yang diperbolehkan
Diet kalium pada pasien gagal ginjal kronik dapat dilakukan dengan cara diet
kalium tinggi. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet kalium ini adalah 40-80
mengandung kalium seperti sup, pisang, dan jus buah murni (Nuari, 2017).
c) Diet kalori
Kebutuhan jumlah kalori pada pasien gagal ginjal kronik harus adekuat untuk
status gizi. Untuk penderita gagal ginjal kronik untuk usia kurang dari 60 tahun
dengan LFG <25 ml/menit dan tidak menjalani dialisis yaitu 35 kkal/kg/hari .
sedangkan untuk usia lebih dari 60 tahun yaitu 30-35 kkal/kg/hari (Nuari,
2017).
d) Kebutuhan cairan
membutuhkan regulasi yang hati-hati. Hal ini jika asupan yang kurang dapat
edem dan intoksikasi cairan. Pada pasien dialisis cairan yang dibutuhkan untuk
a) Hemodialisis
Hemodialisis (cuci darah) merupakan proses pembuangan sampah berlebih
pada darah yang bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang beracun
(dialyzer) yang terdiri dari 2 komparten yaitu komparten darah dan komparten
natrium, hidrogen, kalium, urea, kreatini dan zat-zat lain. Terapi hemodialisis
b) Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal (cuci darah lewat perut) merupakan prosedur lain yang
kantong cairan dialisat, dan dapat mengurangi beban kerja jantung dan tekanan
di dalam pembuluh darah. Akan tetapi dialisis peritoneal juga memiliki risiko
pada penderita yang menjalaninya yaitu peningkatan berat badan. Hal ini
karena cairan dialisat mengandung gula. Terserapnya cairan ini dalam tubuh
c) Transplantasi ginjal
dipengaruhi oleh jumlah ketersediaan ginjal. Sehingga hal ini dapat membatasi
2017).
1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialysis yang berarti
pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi
sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal
atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat. Hemodialisa
adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi
dan ultrafikasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh pasien. Hemodialisis
adalah tindakan mengeluarkan air yang berlebih ; zat sisa nitrogen yang terdiri atas
ureum, kreatinin, serta asam urat ; dan elektrolit seperti kalium, fosfor, dan lain-lain
yang berlebihan pada klien gagal ginjal kronik, khususnya pada gagal ginjal terminal
(GGT).
2. Alasan Hemodialisa
Cuci darah diperlukan untuk menggantikan fungsi ginjal ketika organ ini
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Misalnya karena adanya kondisi medis
tertentu atau cedera. Tanpa proses dialisis, zat sisa yang berbahaya dapat menumpuk
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialysis (Muttaqin
& Sari, 2011). Menurut Nurdin (2009), sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa
mempunyai tujuan :
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
4. Proses Pelaksanaan
a. Proses Hemodialisa
dalam ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan
kembali ke dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter
darah, dan selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar
tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari
tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh.
Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central venous
cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses
hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk
memastikan apakah pasien layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien
melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang
harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien
ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses
vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk
jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi
mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah dan dialyzer.
Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin
HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah,
dan memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital
lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana
cairan tersebut membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada
dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan
b. Preskripsi Hemodialisis
sebagai berikut:
3. Tipe dializer
1. Teknik streril
4. Teknik Punksi dan kanulasi diperhatikan ( memberikan rasa aman dan nyaman
bagi pasien)
5. Pemberian antikoagulansia
6. Dokumentasi
d. Prosedur Pelayana HD
5. Prinsip Hemodialisa
a. Menurut Muttaqin & Sari (2011) disebutkan bahwa ada tiga prinsip yang
b. Difusi Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan
c. Osmosis Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi
1. Dosis hemodialisa
dengan setiap hemodialisa selama 5 jam atau sebanyak 3 kali seminggu dengan
ratio (URR) dan urea kinetic modeling (Kt/V). Nilai URR dihitung dengan
mencari nilai rasio antara kadar ureum pradialisis yang dikurangi kadar ureum
Kt/V juga memerlukan kadar ureum pradialisis dan pascadialisis, berat badan
hemodialisis dalam satuan jam. Pada hemodialisa dengan dosis 2 kali seminggu,
dialisis dianggap cukup bila nilai URR 65-70% dan nilai Kt/V 1,2-1,4.
7. Terapi Hemodialisa
dan selang dapat menyebabkan terjadinya pembekuan darah. Hal ini dapat
mengganggu cara kerja dialyzer dan proses hemodialisis itu sendiri. Untuk
a. Heparin
mudah diberikan dan efeknya bekerja cepat, juga mudah untuk disingkirkan oleh
tubuh. Ada 3 tehnik pemberian heparin untuk hemodialisa yang ditentukan oleh
faktor kebutuhan pasien dan faktor prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah
Tehnik ini sering digunakan sehari-hari. Dengan dosis injeksi tunggal 30-50
2) Repeated bolus
Dengan dosis injeksi tunggal 30-50 U/kg selama 2-3 menit sebelum
3) Tight heparin (heparin minimal) Tehnik ini digunakan untuk pasien yang
memiliki resiko perdarahan ringan sampai sedang. Dosis injeksi tunggal dan
laju infus diberikan lebih rendah daripada routine continuous infusion yaitu
Tehnik ini digunakan untuk pasien yang memiliki resiko perdarahan berat atau
normal saline 100 ml dialirkan dalam selang yang berhubungan dengan arteri
setiap 15-30 menit sebelum hemodialisa. Heparin-free dialysis sangat sulit untuk
c. Regional Citrate
sedang dalam resiko tinggi perdarahan atau pasien yang tidak boleh menerima
maka dari itu untuk mengencerkan darah tanpa menggunakan heparin adalah
dengan jalan mengurangi kadar kalsium ion dalam darah. Hal ini dapat
kalsium. Namun demikian, akan sangat berbahaya apabila darah yang telah
kalsium yang rendah. Sehingga pada saat pemberian trisodium sitrat dalam
d. Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah
dan edema.
terkandung dalam garam dapur (natrium klorida). Bagi penderita gagal ginjal,
menjadi banyak minum, padahal asupan cairan pada pasien penyakit ginjal
kronik perlu dibatasi. Asupan garam yang dianjurkan sebelum dialysis antara
Pantangan besar :
Kalium banyak pada buah dan sayur. Kalium memiliki peran penting
dalam aktivitas otot polos (terutama otot jantung) dan sel saraf. Ginjal
darah yang lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi
listrik jantung. Kadar kalium yang sangat tinggi akan membuat otot
2) Sayuran : petersell, daun papaya muda, kapri, seledri batang, kembang kol.
membangun massa tulang. Jika ginjal sudah tidak berfungsi dengan baik
maka kadar fosfor naik sehingga kalsium menjadi turun. Agar aliran darah
tetap stabil, pasokan kalsium diambil dari tulang sehingga massa kalsium
dalam tulang menjadi berkurang. Hal ini yang menyebabkan tulang mudah
retak atau patah. Jumlah fosfor yang dibutuhkan sehari 800-1.200 mg,
sedangkan kalsium 1.000 mg. Agar dapat menyeimbangkan jumlah
Dalam darah, nilai normal fosfor : 2,5-4,5 mg/dl, sedangkan kalsium: 8,4-
10,2 mg/dl.
Fosfor adalah mineral yang dibutuhkan tubuh untuk tulang. Jika ginjal
tidak berfungsi baik, kelebihan fosfor tidak bisa dibuang. Kadar fosfor
d. Daging, Ikan dan telur : hati, seafood (udang, kepiting), kuning telur,
berlebih karena fungsi ekskresi ginjal yang terganggu. Asupan cairan dalam 24
jam setara dengan urin yang dikeluarkan 24 jam ditambah 500 cc (berasal dari
pengeluaran cairan dari keringat dan BAB). Ingat juga bahwa makanan
berkuah tetap dihitung sebagai cairan. Pantangan besar : Air kelapa dan
minuman isotonik Dengan perhatian khusus : kopi, susu, teh, lemon tea.
2) Mengisap/mengkulum es batu.
perlu diperhatikan oleh pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisa :
pasien.
3) Untuk membatasi banyaknya jumlah cairan , masakan lebih baik dibuat dalam
digoreng.
4) Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi, perlu mengurangi
minuman bersoda, kaldu instan, ikan asin, telur asin, makanan yang
selera.
6) Makanan tinggi kalori seperti sirup, madu, permen, dianjurkan sebagai
8) Cara untuk mengurangi kalium dari bahan makanan : cucilah sayuran, buah,
dan bahan makanan lain yang telah dikupas dan dipotong-potong kemudian
rendamlah bahan makanan dalam air pada suhu 50-60 derajat celcius (air
hangat) selama 2 jam, banyaknya air 10 kali bahan makanan. Air dibuang dan
bahan makanan dicuci dalam air mengalir selama beberapa menit. Setelah itu
masaklah. Lebih baik lagi jika air yang digunakan untuk memasak banyaknya
a. Kram otot Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume
yang tinggi.
b. Hipotensi
dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan
bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan
oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
i. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
a. Nama/umur pasien
b. Diagnosa : Pasien cuci darah sebagian memiliki diagnose gagal ginjal kronik
g. BB kering
h. Golongan Darah
6. Data Pre HD : (Sebelum dilakukan tindakan : cek TTV (Tanda-tanda vital normal),
Ultrafiltrasi. Belance
8. Data Post HD : Cek TTV, BB post HD, Cek adanya anemis, ronchi, ascites, edema.
9. Keluhan : keluhan yang dialami yaitu, gatal-gatal, haus, nyeri perut, mual, muntah,
hematemesis, mengantuk, sulit tidur, sakit kepala, lelah, krma otot, berdebar-debar,
10. Diagnosa keperawatan pre HD : Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan
dengan kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat dari gagal ginjal
(D.0015)
11. Diagnosa keperawatan intra HD : Risiko perdarahan dibuktikan dengan efek agen
farmakologis (D.0012)
12. Diagnosa keperawatan post HD : Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur
invasive
13. Implementasi
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
14. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009).
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
Wardani, 2013)
Aisara, S., S. Azmi., dan M. Yanni. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal
Evelyn, C. E. 2017. Anatomi dan Fisiologi untuk Medis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
KEMENKES (2018). Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan CERDIK dan
Kinta, (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gagal
Guideline.
Mulia, Dewi sari dkk. 2018. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang
Nuari, N. A., dan D. Widayati. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan dan
2018).
Pranandari, R., dan W. Supadmi. 2015. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik Di Unit
Retno, Dwy, 2014. ‘Efektivitas Training Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Ginjal
September 2021)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Satandar Diagnosis Keperwatan Indonesia Definisi
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi