Anda di halaman 1dari 16

KONSEP PENYAKIT SIROSIS HEPATIS

A. Definisi Sirosis Hepatis


Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi
dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distrosi struktur hepar dan
hilangnya sebagian besar fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi
karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik
(sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel-sel
normal (Baradero, 2017).
Sirosis hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi mikro
dan makro sel hepar tidak teratur (Nugroho, 2018).
B. Etiologi Sirosis Hepatis
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas,
meskipun demikian, menurut Nugroho (2017) ada beberapa faktor yang
menyebabkan sirosis hepatis yaitu:
1. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Merupakan bentuk paling umum diseluruh dunia. Kehilangan masif
sel hati, dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang
menyebabkan sirosis ini pasca-akut hepatitis virus (tipe B dan C).
2. Sirosisi Biller
Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel
hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau
obstruksi duktus empedu.
3. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi
kanan jangka panjang, seperti atrioventikuler perikarditis konstriktif
lama.
4. Sirosis Alkaholik (Mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai
terus menerus, terkait dengan penyalahgunaan alkohol.
C. Patofisiologi Sirosis Hepatis
Menurut Harnomo (2019) sirosis adalah tahap akhir pada banyak
tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler,
dengan berkas fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan
regenerasi. Terdapat kerusakan luas hepatosit. Perubahan bentuk hati
merubah aliran sistem vaskuler dan limfatik serta jalur duktus empedu.
Periode eksaserbasi ditandai dengan statis empedu, endapadan jaundice.
Menurut Sylvia Agustina (2020) gangguan hematologik yang
sering terjadi pada sirosis adalah kecenderungan pendarahan, anemia,
leukopenia, dan trombositopenia. Penderita sering mengalami pendarahan
hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar. Masa protombin dapat
memanjang.manifestasi ini terjadi akibat berkurangnya pembentukan
faktor-faktor pembekuan oleh hati. Anemia, leukopenia, dan
trombositopenia diduga terjadi akibat hipersplenisme. Limfa tida hanya
membesar (spelenomegali) tetapi juga lebih aktif menghancurkan sel-sel
darah dari sirkulasi. Mekanisme lain yang menimbulkan anemia adalah
defisiensi folat, vitamin B12, dan zat besi yang terjadi sekunder akibat
kehilangan darah dan peningkatan hemolisis eritrosit. Penderita juga akan
lebih mudah terserang bebrbagai infeksi.
Kerusakan hepatoseluler mengurangi fungsi hati mensistensis
normal sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada
hipoalbuminemia, yang diakseserbasi oleh kebocoran protein ke dalam
ruang peritonium. Volume darah sirkulasi menurun dari kehilangan
tekanan osmotik koloid. Sekresi aldosteron meningkat lalu merangsang
ginjal untuk menahan natrium dan air. Sebagai akibat kerusakan
hepatoselular, hati tidak mampu menginaktifkan aldosteron. Sehingga
retensi natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan tertahan, volume
cairan asites meningkat.
D. Masalah Keperawatan (Web Of Caution) Sirosis Hepatis

Malnutrisi, alkoholisme, virus hepatis, zat toksik

Inflamasi dan kerusakan sel hepar

Nekrosis hepatoseluler

Nekrosis hepatoseluler

Kolaps lobules hepar

Pembentukan jaringan parut (fibrosis)

Aliran vena portal terganggu dan distorsi pembuluh darah


distorsi pembu

Hipertensi portal
Sirosis hepatis

Gangguan fungsi hati

Gangguan metabolisme bilirubin Gangguan metabolisme vitamin K Gangguan metabolisme zat besi

Peningkatan bilirubin tak Gangguan pembentukan faktor Gangguan pembentuka asam


terkonjugasi pembekuan darah folat

Penumpukan bilirubin di bawah Pemajangan waktu pembekuan Penurunan jumlah eritrosit


kulit darah

Anemia
pruritus Resiko pendarahan

Kelemahan
Gangguan integritas kulit
Gangguan metabolisme protein
Intoleransi Aktivitas
Peningkatan tekanan osmotik Penurunan kadar albumin

Perpindahan cairan ke interstisial

Edema dan asites Menekan gaster Lambung terasa penuh Anoreksia

Menekan diafragma Intake nutrisi tidak


adekuat

Penurunan ekspansi paru Bersihan jalan nafas tidak efektif


Defisit nutrisi

(Sylvia Agustina, 2020)


E. Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis
Menurut Agustin & Destina (2019) manifestasi klinis pada penderita
sirosis hepatis yaitu:
1. Kompensata (belum mempengaruhi fungsi hati)
a. Demam intermitten
b. Spider navi
c. Palmar eritema
d. Epistaksis
e. Edema kaki
f. Dispepsia
g. Nyeri abdomen
h. Hepatosplenomegali
2. Dekompensata
a. Asites
b. Jaundice
c. Kelemahan fisik
d. Kehilangan berat badan
e. Epistaksis
f. Hipotensi
g. Atropi gonadal
F. Penatalaksanaan Keperawatan Sirosis Hepatis
Menurut Burnalis & Vina (2019) penatalaksanaan keperawatan penderita
sirosis hepatis yaitu:
a. Mencegah dan memantau pendarahan
Pantau pasien utuk pendarahan gusi, puprpura, melena, hemturia,
hematemesis. Periksa tanda-tanda vital sebagai pemeriksaan tanda
syok. Selain itu untuk mencegah pendarahan lindungi pasien dari
cedera fisik jatuh atau abrasi dan berikan suntikan hanya ketika benar-
benar diperlukan, menggunakan jarum suntik yang kecil. Instruksikan
pasien untuk menghindari nafas hidung dengan kuat dan mengejan saat
BAB. Terkadang pelunak feses diresepkan untuk mencegah mengejan
dan pecahnya varises.
b. Meningkatkan status nutrisi
Modifikai diet tinggi protein untuk membangun kembali jaringan dan
juga cukup karbohidrat untuk menjaga berat badan dan menghemat
protein. Berikan suplemen vitamin biasanya pasien diberikan
multivitamin untuk menjaga kesehatan dan diberikan injeki vitamin K
untuk memperbaiki faktor bekuan.
c. Meningkatkan pola pernapasan
Edema dalam bentuk asites, disamping menekan hati dan
memengaruhi fungsinya, mungkin juga menyebabkan nafas dangkal
dan kegagalan pertukaran gas, berakibat dalam bahaya pernafasan.
Oksigen diperlukan dan pemeriksaan AGD arteri. Posisi semi fowler,
juga pengukuran lingkar perut setiap hari perlu dilakukan oleh perawat
d. Menjaga keseimbangan volume cairan
Dengan adanya asites dan edema pembatasan asupan cairan klien harus
dipantau ketat. Memantau asupan dan keluaran, juga mengukur lingkar
perut
e. Menjaga integritas kulit
Ketika terdapat edema, mempunyai resiko untuk berkembang
kemungkinan lesi kulit terinfeksi. Jika jaundice terlihat, mandi dengan
air hangat-hangat kuku dengan menggunakan sabun non alkalin dan
menggunakan lotion
f. Mencegah infeksi
Pencegahan infeksi diikuti dengan istirahat adekuat, diet tepat,
memonitor gejala infeksi dan memberikan antibiotik sesuai resep.
G. Penatalaksanaan Medis Sirosis Hepatis
Menurut Burnalis & Vina (2019) penatalaksanaan medis sirosis hepatis
yaitu:
a. Terapi mencakup antasid, suplemen vitamin dan nutrisi, diet seimbang;
diuretik penghemat kalium (untuk asites) hindari alkohol
b. Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga kesehatan.
Seingkali vitamin K diberikan untuk memperbaiki faktor pembekuan
c. Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk
menjaga volume plasma

Sedangkan menurut Lyndon, S (2017) penatalaksanaan medis pada sirosis


hepatis yaitu:

a. Memberikan oksigen
b. Memberikan cairan infus
c. Memsang NGT (pada perdarahan)
d. Terapi tranfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma (FFP)
e. Diuretik: spironolakton (Aldactone) Furosemid (Lasix)
f. Sedatif: fenobarbital (luminal)
g. Pelunak feses: dekusat
h. Detoksikan amonia: laktulosa
i. Vitamin zink
j. Analgetik:oksikodon
k. Antihistamin: difenhidramin
l. Endoskopik skleroterapi: entonolamin
m. Profilaksis trombosis vena provunda: stocking kompresi sekuensial
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. Pengkajian
a. Anamnesis
1. Identitas pasien meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
No.RM, dan tanggal MRS
2. Keluhan utama, biasanya pasien mengeluh mual, anoreksia, kaki
bengkak, nyeri abdomen, dan mudah memar
3. Riwayat penyakit sekarang, sirosis hepatis terjadi karena berbagai
penyebab sehingga perlu dikaji lebih lanjut pola hidup atau
kebiasaan pasien yang erat kaitannya dengan terjadinya sirosis
hepatis
4. Riwayat penyakit dahulu, biasanya pasien dengan irosis hepatis
pernah mengalami penyakit hepatitis, riwyat hipertensi, diabetes
militus, dan penyakit lain yang erat kaitannya dengan fungsi hati
5. Riwayat penyakit keluarga
b. Data fokus (berdasarkan pemeriksaan fisik)
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala: kelemahan dan kelelahan
Tanda: latergi dan penurunan massa otot/tonus
2. Sirkulasi
Gejala: riwayat gagal jantung koroner kronis, perikarditis,
penyakit jantung, rematik, kanker (malfungsi hati menimbulkan
gagal hati)
Tanda: distensi vena abdomen, tekanan darah, dan denyut nadi
meningkat
3. Eliminasi
Gejala: flatus
Tanda: distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites),
penurunan atau tidak ada bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urin gelap dan pekat
4. Nutrisi
Gejala: anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah
Tanda: penurunan berat badan/peningkatan cairan, kulit kering,
turgor kering, turgor buruk, edema, ikterik, nafas berbau, dan
perdarahan gusi
5. Neurosensori
Gejala: orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian
dan penurunan mental
Tanda: perubahan mental, bicara lambat atau tidak jelas dan
penurunan kesadaran
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi dan fokus pada diri sendiri
7. Respirasi/pernafasan
Gejala: dispnea
Tanda: takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, dan
ekspansi paru
8. Keamanan
Gejala: pruritus
Tanda: demam (lebih umum pada sirosis alkoholik) ikterik,
ekimosis, petekie, eritema palmar, dan edema
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi (foto rontgen sinar X)
2. Pemeriksaan laboratorium (tes darah lengkap, tes faal hati,
pemeriksaan kadar elektrolit, tes faal ginjal, dan pemeriksaan
cairan asites)
3. Pencitraan (MRI, CT scan, esofagoskopi, USG, angiografi,
endoskopi)
B. Diagnosis Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan
metabolik
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan fungsi hati
C. Perencanaan Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:
penurunan ekspansi paru ...x24 jam diharapkan - Monitor pola napas
pola nafas kembali efektif - Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil Terapeutik:
- Pola nafas - Pertahankan
kembali efektif kepatenan jalan napas
- Pasien tidak - Posisikan semi fowler
merasa sesak - Berikan minum air
- Tidak terdapat hangat
suara nafas - Berikan oksigen
tambahan Edukasi:
- Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:
intake nutrisi yang tidak ...x24 jam diharapkan - Identifikasi status
adekuat status nutrisi membaik nutrisi
dengan kriteria hasil - Identifikasi makanan
- Nafsu makan yang disukai
membaik - Identifikasi
- Berat badan kebutuhan kalori dan
bertambah jenis nutrien
- Frekuensi - Monitor berat badan
membaik Terapeutik:
- Bising usus - Lakukan oral hygiene
meningkat - Sajikan makanan
secara menarik dan
sesuai dengan suhu
ruangan
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
- Berikan suplemen
makanan
Edukasi:
- Anjurkan posisi
duduk
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:
kondisi gangguan ...x24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab
metabolik integritas kulit membaik gangguan integritas
dengan kriteria hasil kulit
- Elastisitas kulit Terapeutik:
membaik - Ubah posisi tiap 2
- Tidak terdapat jam jika tirah baring
jaringan parut - Hindari produk
- Kulit tampak berbahan alkohol
lembab untuk kulit kering
- Tidak terdapat Edukasi:
kemerahan dan - Anjurkan
perdarahan menggunakan
pelembab
- Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen energi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:
ketidakseimbangan antara ...x24 jam diharapkan - Monitor kelelahan
suplai dan kebutuhan dapat melakukan aktifitas fisik dan emosional
oksigen secara mandiri dengan - Monitor lokasi dan
kriteria hasil ketidaknyamanan
- Perasaan lemah selama melakukan
berkurang aktivitas
- Kekuatan otot Terapeutik:
membaik - Lakukan rentang
gerak pasif dan aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahap
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:
gangguan fungsi hati ...x24 jam diharapkan - Monitor tanda dan
tidak terjadi perdarahan gejala perdarahan
dengan kriteria hasil - -monitor nilai
- Tidak terjadi hematokrit dan
perdarahan hemogloblin sebelum
- Tidak terjadi dan setelah
distensi abdomen perdarahan
Terapeutik:
- Pertahankan bedrest
selama pendarahan
- Hindari pengukuran
suhu rektal
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K
- Anjurkan untuk
segera mealpor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
pendarahan

D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien sirosis hepatis
bertujuan untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang ada pada
pasien. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien sirosis hepatis
adalah kaji dan catat status pernapasan pasien setiap 4 jam jika pasien
mengalami sesak napas, auskultasi bunyi suara napas, mengatur posisi
pasien dan memberikan oksigen, melakukan pengkajian atau perhitungan
balance cairan, memonitor berat badan pasien serta jumlah asupan
makanan, dan menganjurkan pasien untuk memakan makanan yang tinggi
protein serta kalori, mengubah posisi pasien tiap 2 jam dan anjurkan
menggunakan pelembab, melatih pasien untuk melakukan aktifitas yang
ringan dan memantau tanda dan gejala terjadinya perdarahan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan dari
pemberian asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis. Tujuan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis antara lain Pola
nafas tidak efektif, defisit nutrisi, gangguan integritas kulit, intoleransi
aktifitas, dan resiko perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin & Destina. (2019). Manifestasi klinis klien dengan gangguan sirosis hati.
Jakarta: Kencana
Baradero. (2017). Klien dengan gangguan hati. Jakarta: EGC

Burnalis & Vina. (2019). Penatalaksanaan klien dengan sirosis hati. Jakarta:
Pustaka Indah

Harnomo. (2019). Manajemen keperawatan pada klien dengan sirosis hati.


Yogyakarta: Nuha Medika

Lyndon, S. (2017). Buku saku pemeriksaan fisik klien dengan penyakit hati.
Jakarta: EGC

Nugroho. (2018). Asuhan keperawatan maternitas, anak, dan penyakit dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika

Sylvia Agustina. (2020). Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan


masyarakat perkotaan pada pasien dengan sirosis hepatis di Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Jurnal Keperawatan Vol. 1 No.23.
hal 223-233

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Ed. 1. Jakarta: PPNI

TIM Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Ed.
1. Jakarta: PPNI

TIM Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Ed. 1. Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai