Anda di halaman 1dari 7

PROLAPSUS UTERI

A. Definisi
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau turunnya
uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis.
Prolapsus uteri adalah suatu hernia, dimana uterus turun melalui hiatus genitalis
karena kelemahan otot atau fascia yang menyokongnya. Prolapsus uteri lebih sering
ditemukan pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua, dan wanita yang bekerja
berat. Pertolongan persalinan yang tidak terampil seperti memimpin meneran pada saat
pembukaan rahim belum lengkap, perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan
lemahnya jaringan ikat penyangga vagina, seorang ibu dengan multigravida sehingga
jaringan ikat di bawah panggul kendor, juga dapat memicu terjadinya prolaps uteri.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum
tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus
uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurang keregangannya. (Wiknjosastro, 2010)
Sistokel adalah turunnya kandung kemih melalui fasia puboservikalis, sehingga
dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Pada
sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter ke bawah dan
keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan
kerusakan ureter bila tidak dikenal. (Wiknjosastro, 2010)

B. Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering,partus dengan penyulit
merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk porolaps yang sudah ada.
Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan belum lengkap, prasat Crede
yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dsb. Jadi tidaklah mengherankan jika
prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas. Asites dan
tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya prolapsus genetalis. Bila
prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, factor penyebabnya adalah kelainan bawaan
berupa kelemahan jaringan penunjang uterus (Wiknjosastro, 2010).
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan
yang lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina
bawah pada kala II, penataksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar
panggul yang tidak baik. Pada Menopause, hormon esterogen telah berkurang
sehingga otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain (Hanifa,
2007):
1. Faktor Bawaan
Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka
khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah yang
sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak diketahui, mungkin bawaan
menentukan kelemahan otot dan ligamen pada peranakan. Kekenduran atau
kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh pola makan dan kesehatan yang
agak rendah dibandingkan dengan mereka yang sehat dan makanannya seimbang
dan tercukupi dari segi semua zat seperti protein dan vitamin.
2. Proses kehamilan dan persalinan
Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan melonggarkan otot
dalam badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan dan rahim.
Ini satu hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat dipulihkan walaupun tidak
seratus persen jika seorang wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise
untuk menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan
exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat penting untuk mencegah
prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise ini merupakan salah satu
yang menyebabkan kekenduran atau prolapsus uteri.

3. Usia/Menopause
Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural yaitu ketika
berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh karena penyakit
seperti pengangkatan ovari dapat menyebabkan hormon atau seterusnya dapat
menyebabkan kelemahan otot dan ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan
otot dalam jangka panjang dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang
parah sering terjadi pada wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan
hormon karena menopause. Semakin bertambahnya usia, otot-otot dasar panggul
pun akan semakin melemah.
4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )
Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan
otot-otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami
kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan.
5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan di
perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-bulan, adanya
tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar
berkepanjangan.

C. Klasifikasi
Menurut beratnya dapat dibagi menjadi 3:
Tingkat I : Prolaps vagina (prolaps dinding vagina)
Tingkat II : Prolaps uteri (portio tampak di dalam vulva)
Tingkat III : Prolaps totalis, procidentia (korpus uteri terdapat diluar vulva)

D. Tanda dan Gejala


Menurut Mitayani (2013) Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang
kala penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna
2. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian bila
lebih berat juga pada malam hari
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya
c. Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk mengejan.
Kadang- kadang dapat terjadi retensio uriena pada sistokel yang besar sekali.
4. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a. Obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel
b. Baru dapat defeksi, setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina.
5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan porio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
dekubitus pada porsio uteri
b. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks, dan karena
infeksi serta luka pada porsio uteri
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasapenuh di
vagina

E. Patofisiolgis
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan pervagina yang
susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia
endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul.Juga dalam keadaan tekanan
intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam
menopause (Mitayani,2013).
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut.dan
lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.Jika fasia di bagian
depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric,ia akan terdorong oleh
kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang
yang dinamakan sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,dapat menjadi
besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar,atau yang diselesaikan dalam
penurunan dan menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum
urethra.Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetric atau
sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan menyebabkan
dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel
adalah hernia dari kavum Douglasi.Dinding vagina bagian belakang turun dan
menonjol ke depan.Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum
(Mitayani,2013).
F. Patway

Faktor bawaan, proses


kehamilan dan persalinan, usia
atau menopause, multiparitas,
dsb

Prolaps Uteri

Dinding superior Korpus uteri terdapat Kurang informasi


posterior vagina turun diluar vulva mengenai penyakit

Merangsang serabut Terpapar Guggup, Panik,


saraf nyeri mikroorganisme dan Gelisah

Nyeri Akut Koping individu


Resiko Infeksi
tidak efektif

Ansietas

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu
1. Urin residu pasca berkemih
2. Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan mengukur volume
berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh, kemudian
diikuti dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih dengan kateterisasi
atau ultrasonografi.
3. Skrining infeksi saluran kemih.
4. Pemeriksaan Ultrasonografi
H. PENCEGAHAN

Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan kalau perlu


dilakukan elektif (umpama ekstraksi forceps dengan kepala sudah didasar panggul),
membuat episiotomy, memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir
dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar dihindarkan penderita meneran
sebelum pembukaan lengkap betul, menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta
(perasat Crade), mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta
mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal
seperti batuk-batuk ysng kronik. Menghidari benda-benda yang berat. Dan juga
menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya anak atau sering melahirkan
(Wiknjosastro, 2010).

Rencana asuhan klien dengan penyakit Prolap Uteri


A. Pengkajian
1. Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, diagnosa medis, no
RM dan tanggal masuk rumah sakit). Identitas penanggung jawab/suami
(nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat).
2. Riwayat Penyakit Sekarang, Dahulu dan Keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang
telah dilakukan untuk mengatasi keluhan ini.Perasaan adanya suatu benda
yang mengganjal di vagina atau menonjol di genitalia eksterna
b. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat rasa sakit waktu haid atau
tidak.
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hiup atau mati, usia, sehat atau
tidak, penolong siapa, nipas normal atau tidak.
3) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh pasien.
c. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan antar
anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, perepsi keluarga terhadap penyakit pasien dan
lain-lain.
3. Pengkajian Fisik
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu:
a. Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan posisi litotomi.
b. Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain.
c. Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:
 Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.
 Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang
bukan kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.
 Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsusuteri dan penting untuk mengetahui
derajat prolapsusuteri dengan inspeksi terlebih dahulu sebelum
dimasukkan inspekulum.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu
a. Urin residu pasca berkemih
b. Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan mengukur
volume berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh,
kemudian diikuti dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih
dengan kateterisasi atau ultrasonografi.
c. Skrining infeksi saluran kemih.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi

Anda mungkin juga menyukai