KONSEP DASAR
LAPORAN PENDAHULUAN
PROLAPS UTERI
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau turunnya
uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis.
Prolapsus uteri adalah suatu hernia, dimana uterus turun melalui hiatus genitalis
karena kelemahan otot atau fascia yang menyokongnya. Prolapsus uteri lebih sering
ditemukan pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua, dan wanita yang bekerja
berat. Pertolongan persalinan yang tidak terampil seperti memimpin meneran pada saat
pembukaan rahim belum lengkap, perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan
lemahnya jaringan ikat penyangga vagina, seorang ibu dengan multigravida sehingga
jaringan ikat di bawah panggul kendor, juga dapat memicu terjadinya prolaps uteri.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum
tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus
uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurang keregangannya. (Wiknjosastro, 2010)
Sistokel adalah turunnya kandung kemih melalui fasia puboservikalis, sehingga
dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Pada
sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter ke bawah dan
keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan
kerusakan ureter bila tidak dikenal. (Wiknjosastro, 2010)
2. Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering,partus dengan penyulit
merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk porolaps yang sudah ada.
Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan belum lengkap, prasat Crede
yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dsb. Jadi tidaklah mengherankan jika
prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas. Asites dan
tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya prolapsus genetalis. Bila
prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, factor penyebabnya adalah kelainan bawaan
berupa kelemahan jaringan penunjang uterus (Wiknjosastro, 2010).
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan
yang lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina
bawah pada kala II, penataksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar
panggul yang tidak baik. Pada Menopause, hormon esterogen telah berkurang
sehingga otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain (Hanifa,
2007):
1. Faktor Bawaan
Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka
khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah yang
sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak diketahui, mungkin bawaan
menentukan kelemahan otot dan ligamen pada peranakan. Kekenduran atau
kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh pola makan dan kesehatan yang
agak rendah dibandingkan dengan mereka yang sehat dan makanannya seimbang
dan tercukupi dari segi semua zat seperti protein dan vitamin.
2. Proses kehamilan dan persalinan
Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan melonggarkan otot
dalam badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan dan rahim.
Ini satu hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat dipulihkan walaupun tidak
seratus persen jika seorang wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise
untuk menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan
exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat penting untuk mencegah
prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise ini merupakan salah satu
yang menyebabkan kekenduran atau prolapsus uteri.
3. Usia/Menopause
Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural yaitu ketika
berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh karena penyakit
seperti pengangkatan ovari dapat menyebabkan hormon atau seterusnya dapat
menyebabkan kelemahan otot dan ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan
otot dalam jangka panjang dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang
parah sering terjadi pada wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan
hormon karena menopause. Semakin bertambahnya usia, otot-otot dasar panggul
pun akan semakin melemah.
4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )
Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan
otot-otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami
kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan.
5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan di
perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-bulan, adanya
tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar
berkepanjangan.
3. Klasifikasi
Menurut beratnya dapat dibagi menjadi 3:
Tingkat I : Prolaps vagina (prolaps dinding vagina)
Tingkat II : Prolaps uteri (portio tampak di dalam vulva)
Tingkat III : Prolaps totalis, procidentia (korpus uteri terdapat diluar vulva)
4. Tanda dan Gejala
Menurut Mitayani (2013) Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang
kala penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna
2. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian bila
lebih berat juga pada malam hari
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya
c. Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk mengejan.
Kadang- kadang dapat terjadi retensio uriena pada sistokel yang besar sekali.
4. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a. Obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel
b. Baru dapat defeksi, setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina.
5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan porio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
dekubitus pada porsio uteri
b. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks, dan karena
infeksi serta luka pada porsio uteri
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasapenuh di
vagina
5. Patofisiolgis
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan pervagina
yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam
fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul.Juga dalam keadaan
tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam
menopause (Mitayani,2013).
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut.dan
lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.Jika fasia di bagian
depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric,ia akan terdorong oleh
kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang
yang dinamakan sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,dapat menjadi
besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar,atau yang diselesaikan dalam
penurunan dan menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum
urethra.Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetric atau
sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan menyebabkan
dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel
adalah hernia dari kavum Douglasi.Dinding vagina bagian belakang turun dan
menonjol ke depan.Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum
(Mitayani,2013).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu
1. Urin residu pasca berkemih
2. Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan mengukur volume
berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh, kemudian
diikuti dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih dengan kateterisasi
atau ultrasonografi.
3. Skrining infeksi saluran kemih.
4. Pemeriksaan Ultrasonografi
7. Pencegahan
Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan kalau perlu
dilakukan elektif (umpama ekstraksi forceps dengan kepala sudah didasar panggul),
membuat episiotomy, memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir
dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar dihindarkan penderita meneran
sebelum pembukaan lengkap betul, menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta
(perasat Crade), mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta
mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal
seperti batuk-batuk ysng kronik. Menghidari benda-benda yang berat. Dan juga
menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya anak atau sering melahirkan
(Wiknjosastro, 2010).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, diagnosa medis, no
RM dan tanggal masuk rumah sakit). Identitas penanggung jawab/suami
(nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat).
2. Riwayat Penyakit Sekarang, Dahulu dan Keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang
telah dilakukan untuk mengatasi keluhan ini.Perasaan adanya suatu benda
yang mengganjal di vagina atau menonjol di genitalia eksterna
b. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat rasa sakit waktu haid atau
tidak.
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hiup atau mati, usia, sehat atau
tidak, penolong siapa, nipas normal atau tidak.
3) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh pasien.
c. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan antar
anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, perepsi keluarga terhadap penyakit pasien dan
lain-lain.
3. Pengkajian Fisik
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu:
a. Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan posisi litotomi.
b. Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain.
c. Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:
Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.
Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang
bukan kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.
Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsusuteri dan penting untuk mengetahui
derajat prolapsusuteri dengan inspeksi terlebih dahulu sebelum
dimasukkan inspekulum.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu
a. Urin residu pasca berkemih
b. Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan mengukur
volume berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh,
kemudian diikuti dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih
dengan kateterisasi atau ultrasonografi.
c. Skrining infeksi saluran kemih.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi
B. Pathways
- Partus berulang
- Partus dengan penyulit Peningkatan tekanan intra abdomen
- Meneran sebelum pembukaan
lengkap
- Laserasi dinding vagina bawah
- Pengeluaran plasenta secara
paksa
- Menopause Hormon estrogen berkurang
Dekubitus
Ansietas
Gangguan
integritas kulit
Defisit
pengetahuan
C. Diagnosa Keperwatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
tampak meringis
2. Risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri ditandai dengan gelisah
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan klien tidak mengetahui penyakit yang dialami
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban ditandai dengan
kerusakan jaringan/lapisan kulit
D. Rencana Keperawatan
Hanifa Wiknjsastro, 2010, Ilmu Kandungan, cetak 6 Jakarta PT. Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
C. Riwayat Keluhan Utama : Klien masuk tanggal 19.10.2022 Pukul 11.30 wita
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, keluhan dirasakan sejak ± 3 tahun. Klien
memiliki riwayat partus berulang
P : Nyeri perut disebabkan karena penurunan rahim (peranakan)
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk- tusuk
R : Nyeri dirasakan diarea perut bawah
S : Skala Nyeri 7 (Sedang)
T : Nyeri dirasakan ±15 menit, nyeri dirasakan hilang timbul
D. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pada saat dilakukan pengkajian 19.10.2022 Pukul
11.30 wita, klien mengeluh nyeri perut bagian bawah, klien tampak meringis, keluhan
dirasakan sejak ± 3 tahun. Klien memiliki riwayat partus berulang, Klien mengatakan
pernah abortus 2 kali. Klien harus dibantu dalam melakukan aktivitas, klien juga
mengatakan bengkak diarea vagina dan ada yang keluar dari vagina. Klien merasa
khawatir dengan kondisi yang dialami, klien juga tidak mengetahui tentang penyakit
yang dialami, klien nampak gelisah. Tekanan darah 160/90 mmHg, Frekuensi nadi
84x/menit, Frekuensi napas 22x/menit, Suhu tubuh 36,5˚C.
P : Nyeri perut disebabkan karena penurunan rahim (peranakan)
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk- tusuk
R : Nyeri dirasakan diarea perut bawah
S : Skala Nyeri 7 (Sedang)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, Nyeri dirasakan ± 15 menit
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
X : Meninggal
G1: orang tua klien sudah meninggal karena faktor usia dan memiliki riwayat hipertensi dan
Diabetes Melitus
G2: klien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus dan mengalami prolaps uteri.
Suami klien sudah meninggal dan memiliki tujuh orang anak
G3: ketujuh anak klien masih dalam keadaan sehat. Klien tinggal bersama 3 orang anaknya
F. Riwayat Obstetri
Kehamilan Gangguang Cara Masalah Penolong Masalah Masalah Keadaan
Ke- Kehamilan Persalinan Persalinan Persalinan Nifas Bayi Anak
Pertama Tidak ada Normal Tidak ada Bidan Tidak ada Tidak ada Sehat
Kedua Hipertensi Normal Tidak ada Bidan Tidak ada Tidak ada Sehat
Ketiga Tidak ada Normal Tidak ada Bidan Tidak ada Tidak ada Sehat
Keempat Tidak ada Normal Tidak ada Bidan Tidak ada Tidak ada Sehat
Kelima Tidak ada Normal Tidak ada Bidan Tidak ada Tidak ada Sehat
Keenam Tidak ada Normal Tidak ada Bidan Tidak ada Tidak ada Sehat
Ketujuh Tidak ada Normal Tidak ada Bidan Tidak ada Tidak ada Sehat
G. Riwayat Menstruasi
1. Manarche Usia : 12 Tahun
2. Siklus Menstruasi: 28 Hari hari, lama menstruasi : 3-5 hari
3. Adakah keluhan nyeri haid ? jika ya bagaimana cara mengatasinya : klien tidak
mendapat haid. Klien mengatakan saat masih menstruasi klien sering sakit perut
4. Banyaknya : kurang lebih 150cc
H. Keluarga Berencana
1. Jumlah anak yang direncanakan : 7 anak
2. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan : klien tidak menggunakan kontasepsi
3. Adakah gangguang atau masalah dengan kontrasepsi tersebut, bila ada bagaimana
cara mengatasisnya.
4. Kebutuhan Dasar Khusus :
1. Oksigenasi: Klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan. Frekuensi pernapasan
22x/ menit
2. Nutrisi: Klien makan 3x1, Klien makan nasi dan lauk pauk
3. Cairan: Klien membatasi minumnya karena klien takut buang air kecil perut dan
vaginanya akan terasa sakit
4. Eliminasi: Klien mengatakan sejak kurang lebih satu minggu klien belum BAB
karena klien merasa takut rahimnya akan turun. Klien BAK satu kali sehari, klien
mengeluh sakit area vaginanya saat buang air kecil karena klien merasa takut
rahimnya akan turun
5. Kenyamanan: Klien mengatakan nyeri pada area perut dan vagina. Sehingga klien
tidak merasa nyaman dan memerlukan bantuan jika melakukan aktivitas. Klien juga
merasa khawatir dengan kondisinya.
6. Pengetahuan: Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya
Pengkajian Psikososial
1. Penerimaan Ibu terhadap penyakitnya: Klien mengatakan khawatir dengan keadaannya
sekarang ini
2. Dukungan Keluarga: Klien mengatakan mendapat dukungan dari keluarganya terutama
anak-anaknya
3. Upaya keluarga dalam menyiapkan kebutuhan terhadap perubahan peran ibu: : Keluarga
sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan ibu sehari-hari yang diperlukan
4. Bagaimana perasaan ibu dengan perubahan peran karena proses penyakit dan
hospitalisasi: Klien mengatakan berusaha untuk menjalani perannya sebagai ibu rumah
tangga dan anak klien yang pertama selalu membantu klien dalam kesehariannya
J. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium: 17 Oktober 2022
Prolaps Uteri
NYERI KRONIS
ANSIETAS
RISIKO INFEKSI
DEFISIT
PENGETAHUAN
M. Pengelompokan Data berdasarkan Gangguan Kebutuhan
1. Gangguan Kebutuhan Nyeri dan Kenyamanan
Data subjektif : - Klien mengeluh nyeri perut bagian bawah
Data objektif :
- Klien tampak meringis
P : Nyeri perut disebabkan karena penurunan rahim (peranakan)
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk- tusuk
R : Nyeri dirasakan diarea perut bawah
S : Skala Nyeri 7 (Sedang)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, Nyeri dirasakan ± 15 menit
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
- Suhu tubuh 36,5˚C.
2. Gangguan Kebutuhan Keamanan dan Proteksi
Data subjektif: - Klien mengatakan bengkak pada area vagina dan ada yang keluar
dari vagina
Data Objektif:
- Nampak uteri keluar dari vagina
- Klien nampak lemah
3. Gangguan Kebutuhan Psikologi
Data subjektif : - klien mengatakan merasa khawatir dengan keadaannya
Data Objektif :
- Klien tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
- Suhu tubuh 36,5˚C.
4. Gangguan Kebutuhan Penyuluhan dan Pembelajaran
Data subjektif: -
- Klien mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita
- Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Data objektif:
- Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
Suhu tubuh 36,5˚C.
N. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
tampak meringis
Data subjektif : - Klien mengeluh nyeri perut bagian bawah
Data objektif :
- Klien tampak meringis
P : Nyeri perut disebabkan karena penurunan rahim (peranakan)
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk- tusuk
R : Nyeri dirasakan diarea perut bawah
S : Skala Nyeri 7 (Sedang)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, Nyeri dirasakan ± 15 menit
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
- Suhu tubuh 36,5˚C.
2. Risiko infeksi ditandai dengan Pemyakit kronis (Prolaps Uteri)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri ditandai dengan gelisah
Data subjektif : - klien mengatakan merasa khawatir dengan keadaannya
Data Objektif :
- Klien tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
- Suhu tubuh 36,5˚C.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan klien tidak mengetahui tentang penyakitnya
Data subjektif: -
- Klien mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita
- Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Data objektif:
- Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
- Suhu tubuh 36,5˚C.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No RM :
2. Risiko infeksi ditandai dengan Pemyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi
kronis (Prolaps Uteri) selamat 1x1 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi
menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor Tanda dan gejala infeksi
1. Nyeri menurun Terapeutik
2. Bengkak menurun 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas
selamat 1x1 jam diharapkan tingkat Observasi
konsep diri ditandai dengan gelisah
ansietas menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Data subjektif : - klien mengatakan 1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi Terapeutik
yang dihadapi menrun 2. Cipatakan suasana terapeutik untuk
merasa khawatir dengan keadaannya
2. Perilaku gelisah menurun menumbuhkan kepercayaan
Data Objektif : Edukasi
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Klien tampak gelisah
4. Latih tekhnik relaksasi
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
- Suhu tubuh 36,5˚C.
4. Defisit pengetahuan pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan
selamat 1x1 jam diharapkan tingkat Observasi
berhubungan dengan berhubungan
penegetahuan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi kemampuan dan mampu
dengan kurang terpapar informasi hasil : menerima informasi
1. Kemampuan menjelaskan suatu topik Terapeutik
ditandai dengan klien tidak mengetahui
meningkat 2. Berikan kesempatan untuk bertanya
tentang penyakitnya 2. Pertanyaan tentang masalah yang Edukasi
dihadapi menurun 3. Jelaskan faktor yang memepengaruhi
Data subjektif: -
kesehatan
- Klien mengatakan tidak mengetahui
penyakit yang diderita
- Klien bertanya-tanya tentang
penyakitnya
Data objektif:
- Menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 160/90 mmHg
- Frekuensi nadi 84x/menit
- Frekuensi napas 22x/menit
- Suhu tubuh 36,5˚C.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM :