M
DENGAN DIAGNOSA GOUT ARTHTRITIS
DI GRIYA LANSIA JANNATI
KOTA GORONTALO
DISUSUN OLEH :
PENYUSUN : KELOMPOK I
NAMA MAHASISWA :
1. TIANSI HIDAYATI PAKAYA, S.Kep
2. FADLI HUSAIN, S.Kep
3. JULIANA MAYULU, S.Kep
4. FITRIYANI ABD. GANI, S.Kep
5. SINTIA K. POLAPA, S.Kep
6. FEBRIYANTO ADAM, S.Kep
7. SRI WULANDARI, S.Kep
8. JERLIAWANTI TUNA, S.Kep
TEMPAT PRAKTEK : RUANG WISMA TERATAI GRIYA LANSIA
JANNATI KOTA GORONTALO
Telah Disetujui Oleh Preseptor Klinik dan Preseptor Akademik dan Telah
Diperbaiki Sesuai Saran dan Masukan Yang Diberikan Untuk Dapat
Diseminarkan Pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 September 2022
Mengetahui
i
KATA PENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian spyukur dan puji, penulis
memanjatkan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat dan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan Laporan Akhir Seminar
Akhir Kasus Stase Keperawatan Gerontik dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Ny. S.M Dengan Diagnosa Gout Arthtritis Di Griya Lansia Jannati Kota
Gorontalo”
Selama menjalani studi dan menyelesaikan laporan seminar Stase
Keperawatan Gerontik banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu melalui kesempatan ini menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Salahudin Pakaya, S.Ag. M.H selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
2. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Dr. Rosmin Ilham, S.Kep.Ns.M.Kep Selaku Koordinator Stase dan
Preseptor Akademik Kelompok 1 di Ruangan Wisma Teratai
4. Ns. Hamna Vonny Lasanuddin, S.Kep, M.Kes Selaku Preseptor Akademik
Kelompok 2 di Ruangan Wisma Widuri
5. Ns. Sri Yulian, M.Kep Selaku Preseptor Akademik Kelompok 3 di Ruangan
Wisma Teratai
6. Helmi Mahmud, S.H selaku kepala panti griya lansia jannati kota gorontalo
sekaligus preseptor klinik
7. Oma, Opa yang di panti Griya Lansia Jannati Kota Gorontalo
8. Teman seperjuangan profesi Ners Angkatan XII Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
ii
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambilan keputusan, pemerhati, dan
para praktisi kesehatan.
Gorontalo, 31 Agustus 2022
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II. LANDASAN TEORI..........................................................................3
2.1 Konsep Dasar Medis...............................................................................3
2.2 Konsep Dasar Keperawatan....................................................................12
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S.M................................27
BAB IV PENUTUP...........................................................................................52
4.1 Kesimpulan.............................................................................................52
4.2 Saran........................................................................................................52
DAFTARPUSTAKA.........................................................................................53
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme yang
sebagian besar biasanya terjadi pada laki-laki usia paruh baya sampai lanjut
dan perempuan dalam masa post-menopause. Penyakit metabolik ini
disebabkan oleh penumpukan monosodium urate monohydrate crystals pada
sendi dan jaringan ikat tophi. Berdasarkan onsetnya, artritis gout dibagi
menjadi dua, yaitu episode akut dan kronik. Secara epidemiologi, variasi
prevalensi dipengaruhi oleh lingkungan, pola makan, dan pengaruh genetik.
Secara epidemiologi artritis gout lebih banyak dijumpai pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Estimasi prevalensi menyatakan bahwa sebesar
5,9% artritis gout terjadi pada laki-laki dan 2% terjadi pada perempuan.
Pada laki-laki kadar asam urat meningkat pada masa pubertas, dan puncak
onset artritis gout pada decade keempat hingga keenam masa kehidupan.
Namun artritis gout pada laki-laki juga dapat terjadi lebih awal jika mereka
memiliki predisposisi genetic dan memiliki faktor resiko. Sedangkan pada
wanita, kadar asam urat meningkat pada saat menopause, dan puncak
onsetnya pada dekade keenam hingga kedelapan masa kehidupan. Penelitian
mengatakan bahwa orang yang berumur diantara 70-79 tahun memiliki
resiko 5 kali besar dibandingkan dengan yang berusia dibawah 5 tahun.
Prevalensi gout tertinggi pada kalangan lanjut usia dikaitkan dengan
insufisiensi renal atau gangguan metabolisme purin.
Gejala yang khas pada artritis gout adalah adanya keluhan nyeri,
bengkak, dan terdapat tanda-tanda inflamasi pada sendi metatarsal-
phalangeal ibu jari kaki (atau yang disebut dengan podagra). Artritis gout
fase akut menyebabkan morbiditas yang tinggi, namun apabila diterapi
segera setelah munculnya gejala dapat menghasilkan prognosis yang baik.
Pada fase kronik, gout dapat menyebabkan destruksi sendi yang berat dan
gangguan ginjal.
1
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi kejadian penyakit
persendian di Indonesia berdasarkan diagnosis yaitu 11,9% dan berdasarkan
adanya gejala 24,7%. Sedangkan prevalensi berdasarkan diagnosis nakes
tertinggi di Bali yaitu 19,3%, diikuti Aceh 18,3%, Jawa Barat 17,5% dan
Papua 15,4%. Prevalensi penderita gout artritis berdasarkan usia yaitu, usia
15-24 tahun berdasarkan diagnosis nakes 1,5 % berdasarkan gejala 7,0 %,
usia 25-34 tahun 6,0% berdasarkandiagnosis nakes 16,1% usia 35- 44 tahun
berdasarkan diagnosis nakes 12,4%berdasarkan gejala 26,9%, usia 45-54
tahun berdasarkan diagnosis nakes 19,3%,berdasarkan adanya gejala 37,2%
dan usia 55-64 tahun berdasarkan diagnosis nakes25,2 % serta berdasarkan
adanya gejala 45,0%. Prevalensi penderita penyakitpersendian lebih banyak
diderita oleh perempuan yaitu 13,4% berdasarkandiagnosis dan 27,5%
berdasarkan adanya gejala sedangkan laki-laki yaitu 10,3%berdasarkan
diagnosis dan 21,8% berdasarkan adanya gejala, dan masyarakat
yangbertempat tinggal di pedesaan lebih banyak terkena penyakit
persendian yaitu13,8% berdasarkan diagnosis dan 27,4% berdasarkan
adanya gejala(KementerianKesehatan RI, 2013)
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana “Asuhan keperawatan pada Ny S.M dengan Diagnosa Medis
Gout Arthritis Di Wisma Griya Jannati Lansia Kota Gorontalo”
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahuai “Asuhan keperawatan pada Ny S.M dengan
Diagnosa Medis Gout Arthritis Di Wisma Griya Jannati Lansia Kota
Gorontalo”
2. Tujuan Khusus
a. Mampu Menjelaskan Konsep Medis pada pasien Gout Arthtritis
b. Mampu Menjelaskan Konsep Keperawatan pada pasien dengan
Gout Arthtritis
c. Mampu Menjelaskan Asuhan keperawatan pada Ny. S.H dengan
Diagnosa Gout Arthtritis
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi 2,
yaitu:
a. Gout primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini
diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat. Hiperurisemia atau
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat
menyebabkan terjadinya gout primer.
Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih
belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus
adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan
akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari hiperurisemia karena
penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi yang berlebih (10-
20%). Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik diperkirakan
hanya 1% yaitu karena peningkatan aktivitas varian dari enzim
phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan kekurangan
sebagian dari enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT).
Hiperurisemia primer karena penurunan ekskresi kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan
pengeluaran asam urat yang menyebabkan hiperurisemia.
Hiperurisemia akibat produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan
terdapat 3 mekanisme yaitu :
a) Kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine
monopospate (IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai
efek feedback inhibition proses biosintesis de novo.
b) penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah
PRPP yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP
menyebabkan biosintesis de novo meningkat.
4
c) Kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak
bisadiubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan
oksidasihipoxantine menjadi asam urat.
b. Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
kelainan yangm enyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan
yang menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam
nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.
Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri
dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada
syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphatepada
glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan
enzimfructose-1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob.
Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan
karena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau
pemecahan asam nukleat daridari intisel. Peningkatan pemecahan
ATP akan membentuk AMP danberlanjut membentuk IMP atau
purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia
akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok
yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus,
penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout arthritis :
a. Suku bangsa /ras
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori
di Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat
tinggi sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi
pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-
Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi
alkohol.
5
b. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat
sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal
alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.
c. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang
tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam
urat.
d. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan
hiperurisemia. Mis. Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal,
hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas tinggi dan berat badan
merupakan faktor resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki,
sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung.
e. Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya
hiperurisemia. Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-
obatan juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik
sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat
menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal
ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan
oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan
menyesuaikan dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh
kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi
potensi memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik
juga merupakan faktor risiko penting independen untuk gout.
Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu:
6
dosis rendah menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan
kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari)
adalah uricosurik.
f. Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi
dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur,
meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama
pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional
Survey III, perbandingan laki-laki dengan perempuan secara
keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi
managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien
laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka
yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh
persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih
tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter
didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada
mereka yang lebih tua dari 80 tahun.
g. Diet tinggi purin
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang
merupakan bagian dari kolesterol, trigliserida dan LDL
disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi.
3. Manifestasi klinis
Gout terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus berkembang menjadi
tahap akhir. Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu3,10:
a. Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut)
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki-
laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun
merupakan bentuk tidak lazim artritis gout, yang mungkin merupakan
manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau
penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa artritis
monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra.
7
Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut
dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada
gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat dan
tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak,
merah dan hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil
dan merasa lelah, disertai lekositosis dan peningkatan endap darah.
Sedangkan gambaran radiologis hanya didapatkan pembengkakan
pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah
beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun.
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi
yang adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti
pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan
beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya,
dengan interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan
yang lama. Diagnosis yang definitive/gold standard, yaitu
ditemukannya Kristal urat (MSU) di cairan sendi atau tofus.
b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang
waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari
rentang waktu 1-10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara
1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan
seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout Artritis
akut. Atau menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada
hubungannya dengan penyakit Gout Artritis.
c. Tahap 3 (Tahap Gout Artritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun
tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai
dengan serangan artritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara
serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin
rapat dan lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi
8
yang terserang makin banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya
kambuh setiap setahun sekali, namun bila tidak berobat dengan benar
dan teratur, maka serangan akan makin sering terjadi biasanya tiap 6
bulan, tiap 3 bulan dan seterusnya, hingga pada suatu saat penderita
akan mendapat serangan setiap hari dan semakin banyak sendi yang
terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Artritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10
tahun ataulebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan
disekitar sendi yangsering meradang yang disebut sebagai Thopi.
Thopi ini berupa benjolan kerasyang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristalmonosodium urat. Thopi ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dantulang disekitarnya. Bila
ukuran thopi semakin besar dan banyak akanmengakibatkan penderita
tidak dapat menggunakana sepatu lagi.
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap
dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan
mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Akibat penumpukan. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit
ginjal kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal
monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada
beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat
9
ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak
pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada
keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat
untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada
temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat
menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada kedua
tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal monosodium urat
pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma
ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut.
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg/dl
normalnya pada pria 8 mg/dl dan pada wanita 7 mg/dl.
b. Pemeriksaan cairan tofi
Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
c. Pemeriksaan darah lengkap
d. Pemeriksaan ureua dan kratinina
kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl b. kadar kratinin darah
normal :0,5-1 mg/dl
6. Komplikasi
Tingginya asam urat dalam tubuh yang menetap dalam jangka waktu
yang lama berpotensi menimbulkan komplikasi. Menurut Noviyanti (2015)
komplikasi penyakit asam urat meliputi:
a. Komplikasi pada ginjal
Secara garis besar, gangguan-gangguan pada ginjal yang disebabkan
oleh asam urat mencakup dua hal yaitu terjadinya batu ginjal dan
risiko kerusakan ginjal. Batu ginjal terbentuk ketika urine
mengandung substansi yang membentuk kristal, seperti kalsium
oksalat dan asam urat. Pada saat yang sama, urine kekurangan
10
substansi yang mencegah kristal menyatu sehingga menjadikan batu
ginjal terbentuk.
b. Komplikasi pada jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh membuat seseorang berpotensi
terkena serangan jantung dan stroke. Hubungan antara asam urat
dengan penyakit jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat
merusak endotel/pembuluh darah koroner.
c. Komplikasi pada hipertensi
Hipertensi terjadi karena asam urat menyebabkan renal vasokontriksi
melalui penurunan enzim nitrit oksidase di endotel kapiler, sehingga
terjadi aktivasi sistem. Peningkatan asam urat pada manusia juga
berhubungan dengan disfungsi endotel dan aktivasi rennin.
d. Komplikasi pada diabetes mellitus
Meningkatnya kadar asam urat darah juga berisiko terkena penyakit
diabetes mellitus. Dalam penelitian Eswar (2011) didapatkan hasil
kadar asam urat yang tinggi dalam darah berkaitan dengan risiko
peningkatan diabetes hampir 20%. Pada penderita diabetes ditemukan
19% lebih tinggi dengan kadar asam urat yang tidak terkontrol.
7. Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.
Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi
dan peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun
asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat diberikan pada
stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah mengkonsumsi
obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium interkritik
dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat,
sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam
11
urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat
alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis
yangbertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional
pada saat ini danwaktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola
respon pasien saat ini danwaktu sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2007).
Pada tahap ini, perawat wajibmelakukan pengkajian atas
permasalahan yang ada. Yaitu tahapan di manaseorang perawat harus
menggali informasi secara terus menerus dari pasienmaupun anggota
keluarga yang dibina (Murwani, Setyowati, & Riwidikdo,2008).
Diperlukan metode yang tepat bagi perawat untuk mendapatkan
datapengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Salah satu metodeialah perawat menggunakan bahasa ibu (yang
digunakan setiap hari) ataubahasa daerah. Hal ini akan menghilangkan
sesuatu yang terlalu formal dankaku sehingga dapat terjadi kedekatan
antara keluarga dan perawat.
b. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari pasien, keluarga, orang terdekat,
masyarakat,dan rekan. Pasien adalah sumber informasi primer, sumber
data yang asli. Sumber informasi sekunder terdiri dari data yang sudah
ada atau dari orang lain selain pasien. Sumber-sumber sekunder
meliputi catatan kesehatan pasien, laporan hasil laboratorium dan
anggota tim kesehatan. Setelah dilakukan pengumpulan data, maka
akan mendapatkan data yang diinginkan. Terdapat dua tipe data pada
saat pengkajian yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif
adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat
12
ditentukan oleh perawat secara independen, tetapi melalui suatu
interaksi atau komunikasi.
Data subjektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan
termasuk persepsi pasien, perasaan, dan ide tentang status
kesehatannya. Informasi yang diberikan sumber lainnya, misalnya dari
keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya juga dapat sebagai
data subjektif jika didasarkan pada pendapat pasien (Muttaqin, 2010).
Sedangkan data objektif adalah data yang diobservasi dan
diukur. Informasi tersebut biasanya diperoleh melalui “sense”: 2S
(sight atau pengelihatan dan smell atau penciuman) dan HT (hearing
atau pendengaran dan touch atau taste) selama pemeriksaan fisik.
Menurut Muttaqin (2010) pengumpulan data tersebut meliputi sebagai
berikut
a) Anamnesis
Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk
menggali masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan
perawat adalah mengkaji riwayat kesehatan pasien. Dalam
wawancara awal, perawat berusaha memeroleh gambaran umum
status kesehatan pasien. Perawat memeroleh data subjektif dari
pasien mengenai awitan masalahnya dan bagimana penangan
yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan
dengan masalah kesehatan dapat memengaruhi perbaikan
kesehatan.
1) Informasi Biografi
Informasi biografi meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin,
status pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga
terdekat atau orang terdekat lainnya, agama, dan sumber
asuransi kesehatan.
2) Keluhan Utama
13
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan
menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan
pasien sampai perlu pertolongan.
3) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk alasan untuk mencari perawatan
kesehatan dan pengkajian riwayat kesehatan masa lampau dan
saat ini.
(1) Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian
wawancara yang dilakukan perawat untuk menggali
permasalah pasien dari timbulnya keluhan utama pada saat
pengkajian, pengkajian riwayat kesehatan sekarang seperti
menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluhan
hingga pasien meminta pertolongan.
(2) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang
pernah dialami sebelumnya. Menurut (Muttaqin, 2010)
hal-hal yang perlu dikaji meliputi: Pengobatan yang lalu
dan riwayat alergi.
(3) Riwayat keluarga.
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang
meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan. Hal
ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam
keluarga.
(4) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan.
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan
lingkungannya. Seperti kebiasaan sosial dan kebiasaan
yang memengaruhi kesehatan.
14
(5) Status perkawinan dan kondisi kehidupan.
Tanyakan mengenai status perkawinan pasien dan
tanyakan dengan hati-hati menganai kepuasan dari
kehidupannya yang sekarang. Tanyakan mengenai kondisi
kesehatan pasangannya dan setiap anak-anaknya.
c. Pemeriksaan fisik.
a) Keadaan umum :
1) Tingkat kesadaran
2) GCS
3) TTV
b) Peningkatan penginderaan
1) Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta
teraba hangat
2) Sistem penginderaan
Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera,
gerakan bola mata
Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan
penciuman atau tidak
Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan
pendengaran atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga
3) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2
tunggal / ada suara tambahan
4) Sistem penceranaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran
pada abdomen
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Apakah kembung / tidak
15
Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus
5) Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu
jari) dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk
kristal di sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran
sendi)
6) Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
16
2. Penyimpangan KDM
Sekresi Asam urat menurun Gangguan Metabolisme purin Produksi asam urat
GOUT
Tofus-tofus mengering
NYERI AKUT
Kekakuan pada sendi
RISIKO
GANGGUAN
JATUH
MOBILITAS FISIK
17
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis Inflamasi (Gout Arthritis)
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
c. Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks
d. Resiko jatuh d.d Penggunaan alat bantu berjalan, Lingkungan tidak
aman
18
4. Intervensi Keperawatan
19
3. Agen pencedera fisik TENS, hipnosis, akupresur, terapi
(misalnya musik, biofeedback, terapi pijat,
abses,amputasi,terbakar,ter aromaterapi, teknik imajinasi
potong, mengangkat terbimbing kompres hangat/dingin,
berat,prosedur operasi, terapi bermain)
trauma, latihan fisik Kontrol lingkungan yang memperberat
berlebihan) rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan,
Gejala dan tanda mayor pencahayaan, kebisingan )
Ds : Fasilitasi istiraahat & tidur
1. Mengeluh nyeri Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Do : dalam pemilihan strategi meredakan
1. Tampak meringis nyeri
2. Bersikap protektif
Edukasi
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
5. Sulit tidur nyeri
Gejala dan tanda minor Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ds : - Aanjurkan memonitor nyeri secara
Do : mandiri
1. Tekanan darah meningkat Anjurkan menggunakan analgetik
2. Pola nafas berubah secara teepat
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu Ajarkan teknik nonfarmaakologis untuk
5. Menarik diri mengurangi rasa nyeri
6. Berfokus pada diri sendiri Kolaborasi
7. Diaforesis Kolaborasi peemberian analgetik, jika
20
Kondisi klinis terkait perlu
1. Konsisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
2 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan mobilisasi
Kategori : fisioogis selama 3x5 jam maka diharapkan mobilitas Observasi
Subkategori : aktivitas/istirahat fisik meningkat dengan kriteria hasil : Ideentifikasi adanya nyeri atau
Definisi : keterbatasan dalam 1. Pergerakkan ekstremitas meningkat keluhan fisik lainnya
gerakan fisik dari satu atau lebih 2. Kekuatan otot meningkat Identifikasi toleransi fisik melakukan
ekstremitas secara mandiri 3. Rentang gerak ( ROM ) meningkat pergerakkan
Gejala dan tanda mayor 4. Nyeri menurun Monitor frekuensi jantung dan tekanan
Ds : 5. Kecemasan menurun darah sebelum memulai mobilisasi
1. Mengeluh sulit menggerakan 6. Kaku sendi menurun Monitor kondisi umum selama
ekstremitas 7. Gerakan tidak terkoordinasi menurun melakukan mobilisasi
Do : 8. Gerakan terbatas menurun Terapeutik
1. Kekuatan otot menurun 9. Kelemahan fisik menurun Fasulitasi aktifitas mobilisasi dengan
2. Rentang gerak (ROM) alat bantu (mis. Pagar tempat tidur )
menurun Fasilitasi melakukan pergerakan jika
Gejala dan tanda minor perlu
Ds :
Libatkan keluarga untuk membantu
1. Nyeri saat bergerak
pasien dalam meniingkatkan
2. Enggan melakukan
pergerakkan
pergerakkan
Edukasi
21
3. Merasa cemas saat bergerak Jelaskan tujuan dan prosedur
Do : mobilisasi
1. Sendi kaku Anjurkan melakukan mobilisasi dini
2. Gerakan tidak terkoordinasi Ajarkan mobilisasi sederhana yang
3. Gerakan terbatas haarus dilakukan (mis, duduk di
4. Fisik lemah tempat tidur, duduk di sisi tempat
Kondisi klinis tidur, pindah dari tempat tidur ke
1. Stroke kursi)
2. Cedera medulla spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthtritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
3 Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
Kategori : Perilaku selama 3x5 jam maka tingkat kepatuhan Observasi
Subkategori : Pemyuluhan dan meningkat dengan kriteria hasil : Identifikasi kepatuhan menjalani
1. Verbalisasi kemauan mematuhi program
Pembelajaran program
perawatan atau pengobatan meningkat
Definisi : perilaku individu 2. Verbalisasi mengikuti anjuran Terapeutik
dan/atau pemberi asuhan tidak meningkat Buat komitmen menjalani program
mengikuti rencana perawatan 3. Perilaku menjalankan anjuran meningkat pengobatan dengan baik
/pengobatan yang disepakati 4. Perilaku mengikuti program Buat jadwal pendampingan keluarga
dengan tenaga kesehatan, perawatan/pengobatan meningkat untuk bergantian menemani pasien
sehingga menyebabkan hasil selama menjalani program
perawatan/pengobatan tidak
22
efektif. pengobatan, jika perlu
Dokumentasi aktivitas selama
menjalani proses pengobatan
Gejala dan tanda mayor Diskusikan hal-hal yang dapat
Ds : mendukung atau menghambat
1. Menolak menjalanin berjalannya program pengobatan
perawatan/pengobatan libatkan keluarga untuk mendukung
2. Menolak mengikuti anjuran program pengobatan yang dijalani
Do : Edukasi
1. Perilaku tidak mengikuti Informasikan program pengobatan
program yang harus dijalani
2. Perilaku tidak menjalankan
Informasikan manfaat yang akan
anjuran
diperolah jika teratur menjalani
Gejala dan tanda minor
program pengobatan
Ds: (tidak tersedia)
Anjrkan keluarga untuk mendampingi
Do :
dan merawat pasien selama menjalani
1. Tampak tanda/gejala
program pengobatan
penyakit/masalah kesehatan
masih ada atau meningkat Anjurkan pasien dan keluarga
2. Tampak komplikasi melakukan konsultasi ke pelayanan
penyakit/masalah kesehatan kesehatan terdekat, jika perlu.
menetap atau meningkat.
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi batu terdiagnosis
penyakit
23
2. Kondisi penyakit kronis
3. Masalah kesehatan yang
membutuhkan pola hidup
4 Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan jatuh
Kategori : lingkungan selama 3x5 jam maka diharapkan Tingkat Observasi
Subkategori : keamanan dan jatuh menurun dengan kriteria hasil Identifikasi faktor resiko jatuh
proteksi 1. Jatuh dari tempat tidur menurun ( misalnya usia lebih 65
Definisi : beresiko mengalami 2. Jatuh saat berdiri menurun tahun,penurunan tingkat
kerusakan fisik dan gangguan 3. Jatuh saat duduk menurun kesadaran,defisit kognitif,hipotensi
kesehatan akibat terjatuh 4. Jatuh saat berjalan menurun ortostatik, gangguan
5. Jatuh saat dipindahkan menurun keseimbangan ,gangguan penglihatan,
Kondisi klinis terkait 6. Jatuh saat naik tangga menurun neuropati)
1. Osteoporosis 7. Jatuh saat dikamar mandi menurun Identifikasi resiko jatuh setidaknya
2. Kejang 8. Jatuh saat membugkuk menurun sekali setiap shift atau sesuai dengan
3. Penyakit sebrovaskuler kebijakan intitusi
4. Katarak Identifikasi faktor lingkungan yang
5. Glaukoma meningkatkan resiko jatuh ( misalnya
6. Demensia lantai licin, penerangan kurang )
7. Hipotensi Hitung resiko jatuh dengan skala
8. Amputasi ( misalnya falmorsescale ,hamtidamti
9. Intoksikasi scale ) jika perlu
10. preeklamsi Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
24
Terapeutik
Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
Pastikan roda tempat tidur dan kursi
roda selalu dalam kondisi terkunci
Pasang handrail tempat tidur
Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
Tempatkan pasien beresiko tinggi
jatuh dekat dengan pantauan perawat
dari nursestation
Gunakan alat bantu berjalan
( misalnya dengan kursi roda walker)
Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
Anjurkan melebarkan jarak kedua
25
kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
Anjurkan cara mengguanakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat
26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S.M DENGAN DIAGNOSA MEDIS
GOUT ARTHRITIS DI RUANGAN WISMA TERATAI GRIYA LANSIA
JANNATI PROVINSI GORONTALO
27
4. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung
Nama Keadaan Saat Ini Keterangan
28
2. Eleminiasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : Klien mengatakan 4 kali dalam sehari
Kebiasaan BAK pada : Klien mengatakan BAK pada malam hari 1
malam hari kali
Keluhan yang berhubungan: Tidak ada keluhan
dengan BAK
b. BAB
Frekuensi dan waktu : Klien mengatakan 1 kali dalam sehari
Konsistensi : Klien mengatakan konsistensi lunak padat
Keluhan yang : Tidak ada keluhan saat BAB
berhubungan dengan BAB
Pengalaman memakai : Klien mengatakan tidak ada pengalaman
pencahar dan menggunakan pencahar.
3. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu : Klien mengatakan 3 kali dalam sehari
Mandi
Pemakaian sabun : Klien mengatakan menggunakan sabun saat
(Ya/Tidak) mandi
b. Oral Hygiene
Frekuensi dan waktu : Klien mengatakan 3 kali dalam sehari
Gosok gigi
Menggunakan pasta gigi : Klien mengatakan menggunakan pasta gigi
saat mandi
c. Cuci rambut
Frekuensi : Klien mengatakan mencuci tangan 1 kali
dalam satu minggu
Menggunakan shampo : Klien mengatakan meggunakan shampoo
29
d. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku : Klien mengatakan 1 kali dalam seminggu
Kebiasaanmencucitangan: Klien mengatakan sering mencuci tangan
pakai sabun pakai sabun
4. Istirahat dan tidur
Lama tidur malam : Klien mengatakan tidur malam 8 jam yaitu
mulai dari jam 21.00-05.00
Tidur siang : Klien mengatakan tidur siang 1 jam yaitu
pada pukul 13.00-14.00
Keluhan yang : Tidak ada keluhan
berhubungan dengan tidur
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Olahraga : Klien mengatakan tidak berolahraga
Nonton TV : Klien mengtatakan tidak nonton TV
Berkebun/Memasak : Klien memiliki hobi memasak
Lain-lain : -
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehtan
Merokok : Klien mengatakan tidak merokok
Minuman keras : Klien mengatakan tidak pernah minum-
minuman keras
Ketergantungan terhadap : Tidak ada
obat
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan
Mandi 15-20 Menit
Sholat 15 Menit
Makan 30 Menit
Duduk santai 2-3 Jam
Tidur Tidak menentu
C. Status Kesehatan
30
1. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama dalam satu : Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan,
tahun terakhir nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri
yang klien rasakan jika klien beraktifitas
seperti berjalan, rasanya nyeri akan hilng
jika klien beristirahat. Skala nyeri 5 (0-10),
nyeri dirasakan kurang lebih 5-10 menit.
Gejala yang dirasakan : Nyeri pada persendian dan klien susah
untuk berjalan
Faktor pencetus : Klien mengatakan tidak mengetahuinya
Timbulnya keluhan : Timbulnya keluhan jika klien secara
mendadak
Waktu mulai timbulnya : Klien mengatakan bahwa nyeri akan
keluhan muncul secara tidak menentu
Upaya mengatasi
Pergi ke RS/Klinik/dokter : Klien mengatakan jika sakit klien pergi ke
praktek dokter praktek
Pergi ke bidan/perawat : Klien mengatakan tidak pernah pergi ke
perawat
Mengkonsumsiobat-obatan: Klien mengatakan sering mengkonsumsi
sendiri obat-obatan sendiri yang klien beli di
warung. Obat yang sering klien konsumsi
yaitu obat paramex.
Mengkonsumsiobat-obatan: Klien mengatakan tidak pernah
tradisional mengkonsumsi obat-obatan tradisional
Lain-Lain Tidak ada
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang Klien menderita penyakit asam urat dan
pernah : diderita Hipertensi
Riwayat Klien tidak memiliki riwayat alergi
alergi :
31
Riwayat kecelakaan Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
:
Riwayat dirawat Klien mengatakan pernah di rawat di rumah
dirumah : sakit sakit karena mag
Riwayat pemakaian Klien mengatakan tidak ada riwayat
obat- : obatan pemakaian obat-obatan
3. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi
dan palpasi)
a Keadaan Umum Keadaan umum baik
(TTV) : Tekanan darah 130/90 mmHg
Frekwensi Nadi 99x/m
Ferkwensi nafas 20x/m
Suhu 36,6˚C
Kadar asam urat 9.2
Gula darah sewaktu 135 mg/dl
b BB/TB : BB 75 kg, Tinggi Badan 162 cm Imt 28,5
(obesitas)
c Rambut : Rambut berwarna putih, bentuk kepala
bulat, simetris dan tidak ada benjolan
d Mata : Struktur mata lengkap & simetris, tidak ada
edema & tanda-tanda radang, konjungtiva
anemis, sclera unikterik, isokor kanan &
kiri tidak ada nyeri tekan
e Telinga : Bentuk telinga simetris, ukuran telinga
anatomis, telinga bersih, tidak ada nyeri
tekan
f Mulut, Gigi, dan Mukosa bibir kering, tidak ada perdarahan
Bibir : pada gusi & gigi, lidah bersih, tidak ada
nyeri tekan
g Dada : Bentuk normal, frekuensi napas 20x/menit,
irama teratur, tidak ada tanda kesulitan
32
bernapas, tidak sesak, tidak terdengar
ronchy/wheeing dilobus kanan & kiri bunyi
nafas vesikuler, suara nafas normal
h Abdomen : Warna kulit merata, tidak ada inflamasi,
terdengar bising usus 12 x/menit, tidak
asites, terdengar bunyi timpani, tidak ada
pembekakan atau pembesaran hepar
i Kulit : Turgor kulit kering, CRT < 3 detik, warna
kulit sawo matang & tampak keriput, tidak
ada masalah
j Ekstremitas Atas : Simetris antara kanan & kiri , tidak ada
bekas luka, tidak ada masalah ekstremitas
atas
k Ekstremitas Bawah : simetris kiri dan kanan tidak terdapat
kekakuan pada otot, tidak terdapat edema,
terdapat embangkakan, nyeri pada kaki
kanan pada pagi hari, nyeri pada tumit di
rasakan pada saat berjalan sendi pada kaki
kanan.
D. Lingkungn Tempat Tinggal
a. Kebersihan dan Tampak kamar klien cukup bersih, barang-
keterempilan ruangan barang klien tampak tersusun
b. Penerangan Penerangan pada kamar klien cukup terang,
pada siang hari lampu akan dimatikan
dengan kondisi kamar yang terlihat gelap
dan akan dihidupkan jika pada malam hari.
Pada saat dilakukan pengkajian kondisi
jendela klien tidak terbuka
c. Sirkulasi Udara Sirkulasi udra berasal dari jendela dan pintu
kamar klien
d. Keadaan kamar mandi Keadaan kamar mandi dan WC cukup
33
dan WC bersih, kamar mandi dan WC terdapat
dalam 1 ruangan, terdapat bak mandi yang
cukup besar, dan lantai kamar mandi cukup
licin.
e. Pembuangan air kotor Pembuanagn air kotor bekas cuci piring dan
kain terdapat saluran selokan yang
menylurkan air buangan
f. Sumber air minum Sumber air minum menggunakan air
minum gelong yang disediakan oleh pihak
panti. Air minum akan setiap hari di isi oleh
petugas wisma untuk diminum oleh para
lansia.
g. Pembuangan sampah Pembuangan sampah terletak didepan dan
dibelakang wisma. Tempat sampah
disediakan oleh petugas wisma.
h. Sumber pencemaran Tidak ada sumber pencemaran
i. Resiko injuri Tidak adanya pegangan di kamar mandi,
lantai kamar mandi menggunakan marmer
dan licin ketika basah
E. Psikologi
a. Pengenalan masalah- Klien mengenal masalah yang sedang
masalah utama terjadi disekitarnya
b. Sikap terhadap proses Klien mengatakan mengetahuai proses
penuaan penuaan
c. Perasaan dibutuhkan Klien sanggat membutuhkan keluarganya,
klien sangat rindu dengan cucunya
d. Koping stresor Klien mampu mengatur stressnya dan bisa
mengalihkan dengan cara mengontrol
dengan teman tinggalnya
e. Penyesuaian diri Klien mampu menyesuaikan diri dengan
teman-temannya
34
f. Kegagalan Klien merasa tidak ada kegagalan
g. Harapan saat ini dan Klien berharap bisa sehat selalu, bisa
yang akan datang berbuat baik kepada orang lain
h. Tingkat ketergantungan Klien melakukannya dengan mandiri
namun klien juga mendapatkan bantuan
dari teman-temannya
i. Fokus diri Klien fokus untuk hidup sehat
j. Perhtian Klien mengatakan sering mendapat
perhatian
k. Rasa kasih Sayang Klien memiliki rasa kasih sayang dengan
orang lain
l. Fungsi Kongnitif
a. Daya ingat Daya ingat klien cukup bagus, klien mampu
mengingat nama petugas yang mengkaji klien,
klien juga mampu mengingat kegitan yang
sudah dilakukan kemarin, klien mempu
mengingat nama teman sekamarnya.
b. Proses berfikir Proses berfikir klien mulai masih baik
c. Alam perasaan Alam perasaan klien tampak baik
d. Orentasi Orentasi klien tampak baik
e. Kemampuan dalam Klien mampu menyelesaikan masalah yng
penyelesaian masalah dilakukan oleh klien sendiri ataupun dibantu
oleh orang lain.
F. Sosial ekonomi
a. Sumber keuangan Sumber keuangan kien didaptkan dari
suami
b. Kesibukan dalam Mencari aktivitas yang bisa dilakukan
emngisi waktu luang biasanya membuat kue dalam mengisi
waktu luang dan kadang berolahraga.
c. Teman tinggal Sesama lansia yang berada di wisma
d. Kegiatan organisasi Klien tidak ikut dalam kelompok pengajian.
35
e. Pandangan terhadap Klien mengatakan ia ingin lingkungan yang
lingkungannya berish dan nyaman
f. Hubungan dengan orng Hubungan klien dengan teman-teman
lain di luar rumah disekitarnya baik
g. Yang biasa Klien mengatakan bahwa klien belum
mengunjungi dikunjungi oleh keluarganya
h. Penyaluran Klien hobi menonton TV, namun TV yang
hobi/keinginan fasilitas berada di dalam wisma sudah tidak
yang ada berfungsi
G. Spiritual
a. Kegiatan ibadah Klien rajin beribadah, sholat waktu dan
berjikir
b. Kegiatan keagamaan Klien tidak mengikuti kegiatan keagamaan
c. Cara lanjut usia Klien menyelesaikan masalahnya dengan
menyelesaikan masalah cara mendiri dan terdapat bantuan dari
orang lain.
d. Penampilan lansia Penampilan sesuai dengan usia
36
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.
37
J. IDENTIFIKASI DATA
a. Keluhan(Data Subjektif
1. Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan,
2. Klien mengatakan nyeri muncul pada pagi hari dan saat klien
beraktivitas
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk,
4. Klien mengatakan rasanya nyeri akan hilng jika klien beristirahat.
5. Klien mengatakan Skala nyeri 5 (0-10)
6. nyeri dirasakan kurang lebih 5-10 menit.
7. Klien memiliki riwayat asam urat
8. Klien mengatakan hasil pemeriksaan asam urat 1 minggu lalu 8 mg/dl
9. Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit asam urat
10. Klien mengatakan penyakitnya sering kambuh setelah makan daging
b. Data objektif
1. Keadaan umum baik
2. Kesadaran composmentis
3. Tampak meringis
4. Klien tampak protektif/waspada saat berjalan
5. Klien tidak mengikuti program pola makan yang baik dengan masih
mengonsumsi daging
6. Klien tidak mengikuti anjuran dan saran yang diberikan oleh
kesehatan
7. Penyakit klien sering berulang
8. Tanda tanda vital :
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Frekuensi Nadi : 99x/m
c. Frekuensi nafas : 20 x/m
d. Suhu : 36.6’C
e. Asam urat 9.2 mg/dl tanggal 20 september 2022
f. Gula darah sewaktu 135 mg/dl tanggal 20 september 2022
g. BB/TB: 75 Kg/ 162 cm Imt: 28,5 (Berat Badan Berlebih)
38
II. KLASIFIKASI/PENGELOMPOKKAN DATA
BERDASARKANGANGGUAN KEBUTUHAN
39
III. ANALISA DATA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI DAN
PENYIMPANGAN KDM
Sekresi Asam urat menurun Gangguan Metabolisme purin Produksi asam urat
GOUT
Mekanisme peradangan
Tidak mengikuti anjuran yang
diberikan
Sirkulasi darah daerah tulang
KETIDAK PATUHAN
Vasodilatasi dari kapiler
Eritma, panas
NYERI AKUT
40
IV. DAFTAR MASALAHKEPERAWATAN
41
RENCANATINDAKANKEPERAWATAN
42
2 Ketidak patuhan b.d program terapi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Kepatuhan Program
kompleks d.d selama 3x5 jam diharapkan kepatuhan
meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
DS :
1. Verbalisasi kemampuan mematuhi 1. Identifikasikepatuhan menjalani program
a. Klien mengatakan memiliki pengobatan
program perawatan atau
riwayat asam urat
pengobatan meningkat Terapeutik
b. Klien mengatakan mengetahui
2. Verbalisasi mengikuti anjuran
penyebab asam urat 2. Buat komitmen menjalani program pengobatan
meningkat
c. Klien Mengatakan penyakitnya dengan baik
3. Risiko komplikasi penyakit/
sering kambuh setelah makan 3. Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses
masah kesehatan menurun
daging pengobatan
4. Perilaku mengikuti program
DO : perawatan membaik 4. Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
5. Perilaku menjalani anjuran menghambat berjalannnya program pengobatan
a. Klien tidak mengikuti membaik
program diet yang di anjurkan Edukasi
6. Tanda dan gejala membaik
oleh dokter
5. Informasika program pengobatan yang harus di
b. Klien tidak mengikuti anjuran
jalani
mengurangi konsumsi daging
6. Informasikan maanfat yang akan di peroleh jika
c. Asam urat tanggal 20
teratur menjalani program pengobatan
september 2022 di dapatkan
9.2 mg/dl
d. Penyakit klien sering
kambuh atau berulang
e. Imt klien 28,5 (Berat Badan
Lebih)
43
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKANKEPERAWATAN
Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri pada kaki kanan
Akut Hasil: Nyeri dirasakan pada kaki kanan, a. Klien mengatakan nyeri dirasakan
Dirasakan seperti di tusuk-tusuk, nyeri seperti tertusuk-tusuk,
muncul saat pagi hari dan saat beraktivitas b. Klien mengatakan nyeri yang klien
(berjalan, nyeri akan hilang saat klien rasakan jika klien beraktifitas seperti
beristirahat) berjalan,
10.20 2. Mengidentifikasi skala nyeri c. Klien mengatakan rasanya nyeri
Hasil: Nyeri dirasakan dengan skala nyeri 5 akan hilng jika klien beristirahat.
(0-10) d. Klien mengatakan Skala nyeri 4 (0-
10.25 3. Memgedintifikasi faktor yang memperberat 10)
dan memperingan e. nyeri dirasakan kurang lebih 5-10
Hasil: faktor yang memperberat adalah saat menit.
klien makan daging dan yang memperingan O : -Klien nampak meringis
nyeri adalah saat klien beristirahat -Klien nampak melindungi kaki kanan
10.30 4. Memberikan Tehnik NonFarmakologi untuk yang nyeri
mengurangi nyeri -Tanda-tanda vital :
Hasil: Klien di ajarkan tehnik relaksasi Tekanan darah 130/80 Mmhg
44
napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri Frekwensi nadi 80 x/menit
10.35 5. Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri Frekwensi Nafas 20x/m
Hasil: klien menyatakan memahaminya Suhu 36,7˚C
10.40 6. Menjelaskan Stategi meredakan nyeri: A : Masalah nyeri akut belum teratasi
Hasil : Klien di ajarkan untuk membuat obat P: Lanjutkan intervensi
tradisonal dengan daun salam untuk 1. Identifikasi skala nyeri
mengurangi nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Memgedintifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
4. Memberikan Tehnik NonFarmakologi
untuk mengurangi nyeri
5. Menjelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
6. Menjelaskan Stategi meredakan nyeri
D.0114 30-08-2022 10.55 1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani 13.00 S:Klien masih suka mengonsumsi daging
45
11.00 2. Membuat komitmen menjalani program P: Lanjutkan intervensi
pengobatan 1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani
Hasil : perawat membuat kesepakatan dan program pengobatan
komitmen dengan klien untuk menjalani 2. Membuat komitmen menjalani program
program pengobatan pengobatan
11.05
3. Mendokumentasikan aktivitas selama 3. Mendokumentasikan aktivitas selama
menjalanani proses pengobatan menjalanani proses pengobatan
Hasil : Perawat mencata setiap kegiatan 4. Mendiskusikan hal-hal yang dapat
dan jadwal pengobatan klien mendukung atau menghambat
11.10 4. Mendiskusikan hal-hal yang dapat berjalannya Terapi
mendukung atau menghambat berjalannya 5. Menginformasikan program pengobatan
terapi yang harus di jalani
Hasil ; Perawat mendiskusikan hal-hal 6. Menginformasikan manfaat yang akan di
yang berhubungan dengan pengobatan peroleh jika teratur mamakai program
dengan klien pengobatan
11.15 5. Menginformasikan program pengobatan
yang harus di jalani
Hasil: Klien di ajarkan cara membuat
rebusan daun salam untuk meredakan
46
pengobatan
Hasil: Klien mengatakan pemahaman
D.0077 31-08-2022 09. 00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 13.00 S: Klien mengatakan Masih merasakan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri pada kaki kanan
Nyeri Hasil: Nyeri dirasakan pada kaki kanan, a. Klien mengatakan nyeri dirasakan
Akut Dirasakan seperti di tusuk-tusuk, nyeri seperti tertusuk-tusuk,
muncul saat pagi hari dan saat beraktivitas b. Klien mengatakan nyeri yang klien
(berjalan, nyeri akan hilang saat klien rasakan jika klien beraktifitas seperti
beristirahat) berjalan,
09. 15
2. Mengidentifikasi skala nyeri c. Klien mengatakan rasanya nyeri akan
Hasil: Nyeri dirasakan dengan skala nyeri 4 hilng jika klien beristirahat.
(0-10) d. Klien mengatakan Skala nyeri 3 (0-
09.20 3. Memberikan Tehnik NonFarmakologi untuk 10)
mengurangi nyeri e. nyeri dirasakan kurang lebih 5-10
Hasil: Klien di ajarkan tehnik relaksasi menit.
09.30 napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
4. Menjelaskan Stategi meredakan nyeri: O : -Klien nampak meringis
Hasil : Klien di ajarkan untuk membuat obat -Klien nampak melindungi kaki kanan
tradisonal dengan daun salam untuk yang nyeri
mengurangi nyeri - Tanda-tanda vital :
Tekanan darah 120/80 Mmhg
Frekwensi nadi 86 x/menit
Frekwensi Nafas 20x/m
Suhu 36,5˚C
47
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi skala nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Memberikan Tehnik NonFarmakologi
untuk mengurangi nyeri
4. Menjelaskan Stategi meredakan nyeri
48
49
NO.DX TANGGAL JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI
D.0077 01-09-2022 09.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 13.00 S: Klien mengatakan sudah tidak merasakan
Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri
Akut Hasil: Nyeri dirasakan pada kaki kanan, O : -Klien nampak tenang
Dirasakan seperti di tusuk-tusuk, nyeri - Hasil pemeriksaan asam urat 6 mg/dl
muncul saat pagi hari dan saat beraktivitas - Tanda-tanda vital :
(berjalan, nyeri akan hilang saat klien
Tekanan darah 120/80 Mmhg
beristirahat)
09.05
2. Mengidentifikasi skala nyeri Frekwensi nadi 86 x/menit
Hasil: Nyeri dirasakan dengan skala nyeri Frekwensi Nafas 20x/m
09.10
(0-10)
Suhu 36,5˚C
3. Memberikan Tehnik NonFarmakologi
09.15 untuk mengurangi nyeri A : Masalah nyeri akut Teratasi
Hasil: Klien di ajarkan tehnik relaksasi P: Pertahankan Intervensi
napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri 1. Identifikasi skala nyeri
4. Menjelaskan Stategi meredakan nyeri: 2. Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : Klien di ajarkan untuk membuat obat 3. Memgedintifikasi faktor yang
tradisonal dengan daun salam untuk memperberat dan memperingan
mengurangi nyeri 4. Memberikan Tehnik NonFarmakologi
untuk mengurangi nyeri
5. Menjelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
6. Menjelaskan Stategi meredakan nyeri
50
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang asuhan keperawatan pada
Ny. S.M dengan diagnosa medis Gout Arthritis di Griya Lansia Jannati
maka dapat diangkat diagnosa keperawatan yaitu:
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (Inflamasi) d.d mengeluh nyeri
2. Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks d.d perilaku tidak
mengikuti program
3.2 Saran
A. Bagi Wisma Griya Lansia Jannati
Untuk bisa melakukan promosi kesehatan tentang gout artritis untuk
dapat meningkatkan derajat kesehatan lansia, serta selalu
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan khususnya pada
pasien lansia.
B. BagiMahasiswa
Dijadikan sebagai sumber referensi tentang perkembangan ilmu
keperawatan pada pasien dengan gout artritis.
51
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S., W dan Yessie, M.P (2018). KMB 1 Keperawatan medikal bedah
keperawatan dewasa teori dan contoh. Jakarta : EGC
Bararah taqiyyah dan jauhar mohammad. Asuhan Keperawatan jilid 1. Jakarta :
Prestasi pustaka
Brunner dan suddarth. 2015. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Buku 2.
Singapore : Elseiver
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan
III. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II.
Jakarta: Tim Pokja SIKI DPPPPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi I Cetakan II.
Jakarta: Tim Pokja SLKI DPPPPNI
52