Anda di halaman 1dari 25

Makalah Hari : Kamis

Mk. Iptek Mutakhir Pangan Tanggal : 22 September 2022

PERKEMBANGAN GIZI KESEHATAN DAN PENYAKIT

DEGENERATIF KANKER

Disusun oleh:

Kelompok 13

Ayu Fatiras Presly (P032113411008)

Gita Megaranti Guntur (P032113411019)

DIII Gizi TK. 2A

Dosen Pengampu :

Hesti Atasasih, SP, MKM

Dr. Aslis Wirda Hayati, SP, M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN RIAU

JURUSAN GIZI

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Patologi dengan judul “Perkembangan Gizi Kesehatan Dan
Penyakit Degeneratif Kanker” dengan tepat waktu. Kami mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Hesti Atasasih, SP, MKM dan Dr.
Aslis Wirda Hayati, SP, M.Siselaku dosen pengajar mata kuliah.

Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada sumber yang telah


membantu penyelesaian tugas ini. Meskipun dengan segala kekurangannya
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi kita
semua. Dan dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan senang hati kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki tugas ini.

Pekanbaru,12 Oktober 2022

Kelompok 13

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5

1.3 Tujuan Makalah.................................................................................5

BAB II..............................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................6

2.1 Definisi Penyakit Degeneratif atau Penyakit Tidak Menular............6

2.2 Faktor Resiko Penyakit Degeneratif..................................................7

2.3 Upaya Preventif Penyakit Degeneratif..............................................9

2.4 Menilai Resiko Degeneratif.............................................................10

2.5 Kanker.............................................................................................13

2.6 Faktor-faktor resiko terjadinya........................................................13

2.7 IPTEK Gizi, Kesehatan pada Penyakit Degeneratif Kanker...........20

BAB III..........................................................................................................23

PENUTUP.....................................................................................................23

3.1 Kesimpulan...........................................................................................23

3.2 Saran.....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit degeneratif merupakan gangguan dimana terjadinya


penurunan fungsi atau kerusakan struktur tubuh yang terjadi secara bertahap.
Penyebab utama peningkatan penyakit ini adalah perubahan gaya hidup. Pola
makan yang kurang memperhatikan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan makan serta gaya hidup sedentary, disinyalir penyebab utama
sebagian besar gangguan degeneratif

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kejadian kanker


semakin meningkat setiap tahunnya. Pada dua dekade sebelumnya
menyebabkan 4 juta orang meninggal dunia dari 6 juta orang penderita
kanker. Saat ini dari 10 juta orang yang menderita kanker, 6 juta lebih
meninggal setiap tahunnya. Pola makan berkaitan erat dengan resiko kejadian
kanker, makanan yang masuk kedalam tubuh memberikan efek postitif dan
negatif dalam perkembangan kanker dalam tubuh. Pola makan adalah cara
atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam
memilih dan menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap
hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan, dan jenis makan.
Prevalensi penyakit degeneratif di dunia cederung meningkat dari tahun ke
tahun, salah satunya adalah penyakit kanker. Peningkatan insiden penyakit
kanker semakin pesat, peningkatan terjadi di negara dengan pendapat
ekonomi rendah maupun dengan ekonomi menengah dan mencakup semua
golongan usia. Prevalensi kanker tertinggi di Indonesia terjadi pada wanita
yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim. Penyebab ternjadinya karena
adanya bahan yang bersifat karsnigenik yang masuk ke dalam tubuh, virus,
merokok, konsumsi sayur dan buah yang rendah serta kelebihan energi. Salah
satu upaya pencegahan kanker adalah dengan pengaturan diet. Bahan

4
makanan yang dapat berfungsi untuk mengurangi sifat karsinogenik dari
bahan kimia adalah konsumsi buah dan sayur. Membiasakan konsumsi buah
dan sayur sejak dini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kanker
khusunya pada wanita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat


mengemukakan permasalahannya sebagai berikut:

1. Apa itu Penyakit Degeneratif

2. Apa saja Faktor Resiko Penyakit Degeneratif

3. Bagaimana Upaya Preventif Penyakit Degeneratif

4. Bagaimana Menilai resiko degeneratif

5. Apa itu Kanker

6. Apa saja factor resiko terjadinya Kanker

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu Penyakit Degeneratif

2. Untuk mengetahui apa saja Faktor Resiko Penyakit Degeneratif

3. Untuk mengetahui bagaimana Upaya Preventif Penyakit


Degeneratif

4. Untuk mengetahui bagaimana Menilai Resiko Degeneratif

5. Untuk mengetahui apa itu Kanker

6. Untuk mengetahui apa saja Faktor Resiko Penyebab Kanker

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Degeneratif atau Penyakit Tidak Menular

Degeneratif merupakan proses berkurangnya fungsi sel saraf secara


bertahap tanpa sebab yang diketahui. Kondisi ini berakibat pada sel saraf
yang sebelumnya berfungsi normal menjadi lebih buruk sehingga tidak
berfungsi sama sekali. Degeneratif menunjukkan proses yang lebih cepat dari
kerusakan neuron, myelin dan jaringan dengan akibat timbulnya produk-
produk degeneratif dan reaksi penghancuran sel yang hebat. Penyakit seperti
itu menunjukkan adanya penurunan daya tahan sel saraf dan mengakibatkan
kematian sel lebih cepat (Suiraoka, I. 2016).

Penyakit degeneratif merupakan gangguan dimana terjadinya penurunan


fungsi atau kerusakan struktur tubuh yang terjadi secara bertahap. Penyebab
utama peningkatan penyakit ini adalah perubahan gaya hidup. Pola makan
yang kurang memperhatikan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
makan serta gaya hidup sedentary, disinyalir penyebab utama sebagian besar
gangguan degeneratif (Viii, April, Degeneratif, Dan, & Universitas, 2012).

Penyakit metabolik atau disebut juga penyakit degeneratif, akhir akhir ini
berkembang sangat pesat. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa
munculnya penyakit degeneratif memiliki korelasi dengan bertambahnya usia
seseorang atau sebagian ilmuwan menyebutnya sebagai faktor keturunan.
Namun demikian faktor makanan yang dikonsumsi setiap hari juga
mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap munculnya penyakit
degeneratif. Makanan yang hampir tidak mengandung vitamin dan mineral
serta kandungan seratnya minimal akan menunjang mempercepat
berkembangnya penyakit degeneratif dikarenakan gaya hidup masyarakat
perkotaan yang mengkonsumsi makanan serba instant (makanan cepat saji)

6
yang minim nutrisi. Dalam mencegah atau menunda munculnya penyakit
degeratif, diperlukan pola makan dan pola hidup yang sehat serta
mengkonsumsi makanan yang sehat pula.

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan.


Degeneratif merupakan proses berkurangnya fungsi sel saraf secara bertahap
sehingga sel saraf yang sebelumnya berfungsi normal menjadi tidak normal
bahkan bisa sama sekali tidak berfungsi, akibatnya penurunan daya tahan sel
saraf dan mengakibatkan kematian sel. Ada lebih dari 50 jenis penyakit yang
termasuk dalam penyakit degeneratif, namun yang banyak dijumpai adalah
penyakit jantung, diabetes, dan stroke yang merupakan penyebab kematian
nomor satu pada orang dewasa. Ketiga jenis penyakit ini seringkali dipacu
dengan adanya pola hidup yang kurang sehat. Penyebab umum timbulnya
penyakit degeneratif adalah faktor usia, sehingga penyakit ini tidak bisa
disembuhkan namun dapat dikendalikan. Untuk dapat mengendalikan
penyakit ini salah satu caranya adalah menjaga kesehatan tubuh dengan gaya
hidup sehat. Berusaha selalu beraktifitas fisik, istirahat yang cukup serta
makan makanan bergizi seimbang dan hindari merokok baik perokok aktif
maupun perokok pasif. Pengendalian lingkungan harus dilakukan pula secara
terpadu, yaitu dengan memperhatikan sumber zat yang dikonsumsi baik air,
makanan maupun udara sekitarnya.

2.2 Faktor Resiko Penyakit Degeneratif

Penyakit degenerative adalah penurunan fungsi sel sebelum waktunya.


Penyakit degenerative dapat dicegah dengan menurunkan faktor-faktor
resiko penyakit degenerative. Faktor – faktor risiko utama penyebab penyakit
degeneratif adalah polamakan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik,

7
konsumsi rokok, serta meningkatnya stres dan paparan penyebab penyakit
degeneratif.

1. Pola Makan Yang Tidak Sehat

Perubahan sosial ekonomi dan selera makan akan mengakibatkan


perubahan pola makan masyarakat yang cenderung menjauhkan
konsep makanan seimbang, sehinga berdampak negatif terhadap
kesehatan dan gizi. Pola makan tinggi lemak jenuh dan gula, rendah
serat dan rendah zat gizi mikro akan menyebabkan masalah
kegemukan, gizi lebih, serta meningkatkan radikal bebas yang
akhirnya mengakibatkan perubahan pola penyakit, dari infeksi ke
penyakit kronis non infeksi atau memicu munculnya penyakit
degeneratif (Suiraoka, I. 2016).
2. Kurangnya Aktivitas Fisik.

Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan


pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap
sehat dan bugar sepanjang hari. Kemajuan teknologi saat ini juga
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
kurangnya aktivitas fisik. Tidak hanya tersedianya alat-alat yang
mengurangi aktivitas fisik tetapi juga beragam bentuk jasa yang
ditawarkan untuk memberi kemudahan bagi orang yang
membutuhkan (Suiraoka, I. 2016).
3. Konsumsi Rokok

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat akrab dengan


tembakau dan hasil olahannya seperti misalnya rokok. Seringkali
rokok diibaratkan sebagaipabrik bahan kimia. Hal ini dikarenakan
banyaknya bahan kimia yang berbahaya yang dikeluarkan dari satu
batang rokok yang dihisap diantaranya adalah bahan kimia nikotin, tar
dan karbondioksida (Suiraoka, I. 2016).

8
4. Meningkatnya Stressor dan Paparan Penyebab Penyakit Degeneratif.

5. Stress merupakan tekanan yang menimbulkan reaksi fisik dan


emosional. Banyak hal yang berpotensi dapat menyebabkan stress
atau yang dikenal dengan istilah stressor. Dampak stress terhadap
kesehatan lebih berpengaruh secara nyata, karena kecenderungan yang
dialami oleh orang yang mengalami stress untuk berprilaku tidak
sehat seperti minum minuman beralkohol secara berlebihan, merokok,
mengkonsumsi narkoba dan sebagainya (Suiraoka, I. 2016).

2.3 Upaya Preventif Penyakit Degeneratif

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menekan resiko timbulnya


penyakit degenerative yaitu :

1. Merubah Gaya Hidup. Perubahan gaya hidup merupakan kunci utama


keberhasilan pencegahan penyakit degeneratif. Istilah perubahan gaya
hidup atau perubahan kebiasaan (behavior) mencakup tiga hal penting
yaitu : diet, aktivitas fisik, dan perubahan kebiasaan (Suiraoka, I.
2016).
2. Atasi Obesitas.Untuk mengatasi obesitas secara tepat, diperlukan
usahausaha yang dapat membantu diri sendiri sehingga dapat
memberikan hasil yang baik. Beberapa upaya yang mendukung
keberhasilan penurunan berat badan dalam mengatasi obesitas yaitu
membuat komitmen, berpikiran positif, tentukan skala prioritas,
membuat target realistis dan mengendalikan berat badan (Suiraoka, I.
2016).
3. Kendalikan Stress. Stress memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap system metabolisme tubuh karena akan menguras vitamin
dan mineral. Stress merangsang pengeluaran hormone adrenalin
secara berlebihan, sementara untuk memproduksi hormontersebut
dibutuhkan vitamin B, mineral zinc, kalium dan kalsium. Stress dapat

9
menguras zat-zat yang diperlukan untuk memproduksi hormone
tersebut. Beberapa hal dapat dilakukan untuk mengusir stress
diantaranya adalah membaca buku, mempelajari hal baru,
menggerakkan jari kaki, menetapkan kegiatan rutin, membayangkan
tempat yang indah, diskusi, curhat dan menulis, berekreasi, memakan
buah setiap hari (Suiraoka, I. 2016).
4. Melakukan aktivitas fisik dan berolahraga.Olahraga meliputi segala
macam pelatihan sedangkan aktivitas fisik mencakup semua olah
raga, semua gerakan tubuh, semua pekerjaan, rekreasi, kegiatan
sehari-hari, sampai pada kegiatan waktu berlibur atau waktu
senggang. Aktivitas fisikperlu dilakukan secara terartur paling sedikit
30 menit dalam sehari sehingga menyehatkan jantung, paru-paru serta
alat tubuh lainnya (Suiraoka, I. 2016).

5. Menerapkan Pola Gizi Seimbang. Membiasakan makan makanan


beranekaragam atau bervariasi merupakan prinsip gizi seimbang yang
universal. Artinya setiap orang termasuk orang dewasa dimana saja
membutuhkan makanan beraneka ragam. Karena, tidak ada makanan
yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan dalam tubuh.Gizi
seimbang mengandung pengertian yaitu, banyak zat gizi (makanan)
yang kita konsumsi harus sebanding dengan banyaknya zat gizi yang
kita keluarkan. Tubuh memerlukan enam jenis zat gizi yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air (Suiraoka, I.
2016).

2.4 Menilai Resiko Degeneratif

Kelebihan gizi yang mengakibatkan tingginya prevalensi penyakit


degeneratif sudah dirasakan negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh lingkungan tercemar, kesalahan

10
pola makan dan gaya hidup yang justru merangsang tumbuhnya radikal bebas
(free radical) yang merusak tubuh kita. Penelitian di bidang gizi
ortomolekuler pada tingkat sel membuktikan, antioksidan dapat melindungi
jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Ternyata, gangguan atau
ketidakmampuan sistem antioksidan tubuh inilah yang menyebabkan
berbagai macam penyakit degeneratif.

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak
stabil (mempunyai 1 elektron atau lebih tanpa pasangan), sehingga untuk
memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak
jaringan. Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai proses kimia
kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau
pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas, metabolisme sel,
olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi
lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar,
dan radiasi matahari atau radiasi kosmis. Karena secara kimia molekulnya
tidak lengkap, radikal bebas cenderung “mencuri” partikel dari molekul lain,
yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi
berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas
inilah penyebab berbagai keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung
koroner, katarak, penyakit hati dan dicurigai pula pada proses penuaan dini.
Sebenarnya reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme
biokimia tubuh normal.

Radikal bebas lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat
diubah menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh. Namun, bila
radikal bebas sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh
ganda, maka ini merupakan awal dari kerusakan sel. Salah satu di antaranya
Salah satu di antaranyaadalah kerusakan lipid peroksida. Ini terjadi bila asam
lemak tak jenuh terserang radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi antar zat
gizi dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi yang selanjutnya

11
dapat menyebabkan kerusakan sel, yang dianggap salah satu penyebab
terjadinya berbagai penyakit degeneratif (kemunduran fungsi tubuh)
penurunan fungsi fisiologis pada lansia juga merupakan masalah gizi yang
terjadi sejak usia muda yang manifestasinya terjadi pada lansia.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa masalah gizi pada lansia


sebagian besar merupakan masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko
timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes
melitus (DM), hipertensi, gout rematik, ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan memberikan banyak
konsekuensi bagi kehidupan terhadap masalah kesehatan, ekonomi, serta
sosial budaya yang cukup bagi pola penyakit sehubungan dengan proses
penuaan, seperti penyakit degeneratif, penyakit metabolik dan gangguan
psikososial (Darmojo, 2011) dalam (Hatta et al., 2018).

Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi


konsumsi dan penyerapan zat gizi besi. Defisiensi zat gizi termasuk zat besi
pada ansia, mempunyai dampak terhadap penurunan kemampuan fisik dan
menurunkan kekebalan tubuh (Maryam, 2011) dalam Asrinawaty dan Norfai,
(2014). Disamping itu, berbagai penelitian yang dilakukan para pakar
menunjukkan bahwa masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan
masalah status gizi berlebih yang memicu timbulnya berbagai penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus,
batu empedu, rematik,gnjal, sirosis hati, dan kanker. Sedangkan masalah gizi
kurang juga banyak terjadi seperti kurang energi kronis, anemia, dan
kekurangan zat gizi mikro lain (Maryam, 2011) dalam (Asrinawaty dan
Norfai, 2014).

Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain
adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non- degenerasi yang
berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam
absorpsi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasus dapat disebabkan

12
oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit
yang sedang dideritanya (Bahri et al., 2017). Dua pertiga atau lebih penyakit
pada lansia berhubungan erat dengan gizi.

2.5 Kanker

Kanker terutama berasal oleh kerusakan atau mutasi dari protoonkogen


yang dikode untuk protein yang terlibat dalam induksi proliferasi dan
diferensiasi sel, dan tumor supresor gen yang dikode untuk protein yang
menghasilkan sinyal penghambatan pertumbuhan sel dan merangsang
apoptosis

Kanker merupakan suatu kondisi suatu sel jaringan tubuh yang proses
pembentukan dan pemecahan sel (kematian sel) yang tidak seimbang
sehingga mengalami pertumbuhan yang yang tidak normal, cepat dan tidak
terekendali. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari
sel-sel pada jaringan tubuh yang mengalami mutasi dan perubahan struktur
biokimia. Hingga saat ini, pengobatan kanker masih tidak memuaskan
dikarenakan kecepatan kerusakan sel-sel kanker belum optimal dihadapi
dengan terapi kimia. Obat antikanker yang telah ada sangat tidak spesifik
untuk selsel kanker dan menyebabkan kematian pada sel-sel sehat dalam
pengobatan kemoterapi. Terapi gen dapat dilihat sebagai terapi baru yang
ampuh untuk meminimalkan atau mengatasi masalah tersebut. Dari beberapa
penelitian yang ditelaah dari sumber data ulasan, terapi gen dengan virus
menunjukkan dapat ditoleransi dengan baik dan secara parsial efektif dalam
penyusutan tumor

13
2.6 Faktor-faktor resiko terjadinya

Factor-faktor kanker adalah sebagai berikut :

1. Faktor Genetik.5-10 % kanker disebabkan oleh faktor genetik.


Kelainan gen ditemukan pada keluarga degan riwayat kanker.
2. Faktor Karsinogenik (zat kimia, radiasi, virus,hormon dan iritasi
kronis) Kerusakan atau mutasi gen mungkin diakibatkan karena
pengaruh lingkungan seperti zat kimia baik zat kimi, radiasi atau
virus.
3. Faktor Perilaku

4. Pola Konsumsi Gizi Seimbang. Gizi seimbang adalah makanan


yang dikonsumsi balita dalam satu hari yang beranekaragam dan
mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai
dengan kebutuhan tubuhnya (Adriana, 2012). Gizi seimbang
mengandung komponen-komponen yang bisa mencukupi
kebutuhan baik secara kualitas maupun kuantitas, mengandung
berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin, mineral) yang
diperlukan tubuh. Pola konsumsi dipengaruhi oleh gaya hidu (life
style ) , mulai dari pola makan yang kurang sehat yaitu pola makan
tinggi lemak, tinggi karbohidrat, tinggi garam, rendah serat dan
konsumsi makana siap saji yang terlalu sering. Gizi seimbang
berhubungan dengan empat pilar
5. Mengkonsumsi Makanan Beragam Zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh terdapat dalam berbagai jenis makanan. Sumber karbohidrat
dapat diperoleh dari nasi, ubi , jagung, cereal dll. Konsumsi
berbagai jenis sayur dan buah secara bergantian karena setiap jenis
bahan makanan memiliki kandungangizi yang berbeda-beda.
6. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih Penyakit infeksi meupakan
salah satu faktor penting dalam mempengaruhi keadaan

14
giziseseorang. Salah satu sebab terjadinya penyakit infeksi adalah
kurangnya kebersihan misalnya penyakit diare.

7. Melakukan Aktifitas Fisik Atmatsier (2003) menytakan bahwa


aktiftas fisik adalahgerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangnya. Menurut WHO (2010) aktifitas fisik
adalah setiap gerakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
oto rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktiftas fisik
yang tidak ada (kurangnya aktifitas fisik) merupakan faktor risiko
independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan
diperkirakan menyebabkan kematian secara global. Aktifitas fisik
atau olahraga dapat menjaga berat badan dalam kondisi normal
karena dengan aktifitas fisik dapat cadangan kalori yang tidak
termanfaatkan.
8. Mempertahankan dan Memantau Berat Badan Normal .Status
berat badan normal dari individu dapat dilihat dari Indek Masa
Tubuh (IMT). IMT merupakan alat ukur sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berhubungan
dengan kelebihan dan kekurangan berat badan.

Secara singkat, istilah gizi (Nutrisi) adalah berbagai proses dalam tubuh
makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan dan menggunakan bahan-bahan
tersebut, menghasilkan pelbagai aktifitas penting dalam tubuh. Nutrien ialah
zat yang dicerna, diserap dan digunakan untuk kelangsung faal tubuh. Diet
adalah memberikan semua nutrien dalam jumlah yang memadai. Status gizi
dimaksudkan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penilaian status gizi adalah pengukuran
didasarkan pada data antropometrik serta biokimiawi dan riwayat diet. Telah
diketahui bahwa fungsi berbagai nutrien dalam tubuh antara lain hidrat arang
menghasilkan panas dan energi, protein untuk pembentukan dan perbaikan
jaringan, lemak untuk memberikan panas dan energi dan sebagian untuk

15
membangun jaringan. Selanjutnya mineral dan vitamin sangat penting dalam
pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Mineral turut membangun beberapa
jaringan tubuh. Dari berbagai penelitian yang dikemukakan dalam hubungan
suplemen makanan dengan penyakit degeneratif, meliputi hubungan antara
antioksidan yang terdiri dari nutrien vitamin dan mineral dihubungkan
dengan berbagai penyakit karena diet tidak seimbang dari vitamin dan
mineral. Diet yang tidak seimbang tersebut terbukti berkaitan dengan
berbagai penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, artritis,
penyumbatan pembuluh darah, katarak, penurunan kekebalan, kanker,
diabetes dan kepikunan.

1. Dosis suplemen makanan sehari

Dari hasil penelitian berbagai negara diketahui, dengan suplemen makanan


vitamin dan mineral yang cukup dosisnya, dapat berpengaruh terhadap
pencegahan dan penyembuhan/ menghambat penyakit-penyakit degeneratif.

1. Asam folat (vitamin B) : 400 mikrogram/hari

2. Vitamin E : 400-800 iu/hari

3. Vitamin C : 300-5.000 mg/hari

4. Betakaroten : 3.800-11.000 iu/hari

5. Chromium (Cr) : 200 mikrogram/hari

6. Magnesium (Mg) : 200 mikrogram/hari

7. Selenium (Se) : 50-200 mikrogram/hari

8. Kalsium (Ca) : 500-1.500 mg/hari

9. Seng (Zn) : 15-30 mg/hari

10. Koenzim Q-10 : 30 mg/hari

16
Dosis tersebut sebagian besar lebih tinggi dari RDA. Dosis dianggap
berlebihan untuk masing-masing nutrien adalah : vitamin E=3.200 iu
(ditandai pusingpusing), vitamin C=10.000 mg/hari, betakaroten=90 mg (±
150.000 iu) per hari, asam folat=5.000-10.000 mikrogram/hari,
khromium=400-1.000 mikrogram/hari, Magnesium >600 mg/hari (dengan
gejala diare), Koenzim Q-10 tak diketahui batas terlalu lebih, Kalsium >600
mg (dengan gejala diare) dan Zn >50 mg dan selenium >2.500 mikrogram
sehari (gejala rambut rontok). Masih banyak lagi vitamin dan mineral yang
diperlukan dalam proses faal tubuh seperti fosfor, besi, yodium, sulfur,
natrium, klor, fluor, tembaga, yodium, kobalt, mangan, beberapa jenis
vitamin B, dan lain-lain, namun tidak dibahas disini dan sebagian dianggap
dapat dipenuhi kebutuhannya dari makanan sehari-hari.

2. Fakta status gizi di masyarakat

Dari berbagai penelitian didapatkan data bahwa status gizi/ gizi seimbang
untuk masing-masing nutrien sebagai berikut : Diperkirakan 50% masyarakat
di Amerika tidak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan setiap
harinya. Masyarakat 25% kekurangan vitamin C, yang berusia lanjut
mencapai 68%. Dan umur 60 tahun atau lebih, kekurangan vitamin E, C dan
betakaroten, yang berarti berisiko menderita penyakit degeneratif. Pada kasus
homosistein sebagai penyebab penyumbatan pembuluh darah, 67% kasus
menderita kekurangan satu jenis atau lebih dari vitamin. Penduduk pada
umur 28 tahun, mengalami kekurangan krom 50% yang akan mengakibatkan
menderita diabetes pada pertengahan umur. Berdasarkan hasil penelitian
pada penduduk, didapatkan keadaan kekurangan kromium 90%, magnesium
70%, kalsium 50%, seng 50%. Sedangkan pada umur lansia, didapatkan
kekurangan selenium sebanyak 24%. Hal ini menunjukkan bahwa diet yang
tidak seimbang telah menjadi masalah di dalam masyarakat, yang akan
berdampak terjadinya penyakit-penyakit degeneratif

3. Berbagai penyakit karena diet tidak seimbang

17
Dari berbagai penelitian tersebut di atas didapatkan dampak
ketidakseimbangan diet yang terjadi ialah penyakit-penyakit degeneratif.

Penyakit jantung

Penyakit jantung ada hubungannya dengan ketidakcukupan makanan sehari-


hari yang mengandung vitamin E, C, Betakaroten, asam folat, chromium,
magnesium, koenzim Q-10. Artritis Artritis berkaitan dengan karena
kekurangan masukan vitamin E dan selenium, dalam makanan sehari-hari.

Penyumbatan pernbuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah dapat dikaitkan dengan homosistein sebagai


penyebab penggumpalan darah, karena kekurangan vitamin E, C, B, koenzim
Q10, chromium, asam folat dan kalsium, yang dapat sebagai penyakit
penyakit jantung dan stroke.

Katarak

Yang banyak berperan dalam terjadinya katarak ialah kekurangan vitamin E


dan C dalam makanan sehari-hari.

Penurunan kekebalan

Dari berbagai penelitian ternyata kekurangan vitamin C, betakaroten,


chromium dan seng (Zn) berkaitan dengan terjadinya menurunnya kekebalan.

Kanker

Berbagai radikal bebas yang masuk dalam tubuh sebagai penyebab kanker,
berhubungan erat dengan kecukupan masukan vitamin E, betakaroten,
vitamin C, asam folat, kalsium dan selenium untuk terjadinya atau
perkembangan kanker dalam tubuh.

Diabetes

18
Terjadinya diabetes ada hubungannya dengan diet yang tidak seimbang dari
nutrien khromium, magnesium dan vitamin E. Diet tak seimbang dari
khromium telah terjadi sejak rata-rata orang berumur 28 tahun (hanya
kecukupan 50%), yang akan menyebabkan menderita diabetes pada umur
pertengahan.

Kepikunan

Gejala-gejala psikiatris termasuk kehilangan ingatan, depresi dan dimensia


yang banyak terjadi pada lanjut usia, ada hubungannya dengan diet tak
seimbang dari vitamin E, B 12, asam folat dan koenzim Q-10. Sesuai dengan
teori radikal bebas terjadinya penyakit degeneratif karena kerusakan sel-sel
setiap hari yang tak dapat diperbaiki oleh antioksidan (nutrien) sebesar
0,01% akan menumpuk dan menjadi penyebab dari akhir kehidupan, berupa
penyakit degenerafif. Proses penuaan ini dapat dihambat dengan diet
seimbang. Penyakit-penyakit degeneratif ini di Indonesia telah menjadi
penyebab utama kematian sejak tahun 1992, penyakit sistem sirkulasi
menjadi penyebab kematian No. 1. Pada tahun 1986 penyebab kematian No. l
ialah diare(7) kejadian ini mungkin karena terjadinya ketidakseimbangan diet
vitamin dan mineral, seperti yang terjadi di luar negeri.

4. Awet muda karena suplemen makanan

Awet muda yang berarti panjang umur, dibuktikan dari dua contoh
penelitian berikut. Penelitian pada tikus percobaan, pemberian krom dapat
memperpanjang lamanya hidup setahun lebih lama (1/3 umur rata-rata)
daripada kelompok tikus yang tidak diberi suplemen makanan krom, yang
berarti pada umur rata-rata manusia 75 tahun akan menjadi umur rata-rata
102 tahun (27 tahun lebih lama) (Gary Evans, Ph.D). Suatu studi pada 2182
pria selama 10 tahun menunjukkan, penderita jantung dengan status gizi
rendah magnesium, mati mendadak sebab serangan jantung, satu setengah
kali lebih besar daripada yang mendapatkan tambahan magnesium 30

19
mg/hari. Dari penelitian-penelitian 10 antioksidan, gizi seimbang akan dapat
menyebabkan awet muda/panjang umur baik bagi orang sehat maupun yang
telah menderita salah satu atau lebih penderita degeneratif. Prof. Linus
Pauling, Ph.D menyatakan kita dapat menambah umur 2-18 tahun, dengan
menelan 3.200 - 12.000 mg vitamin C/hari. Meskipun ia meninggal karena
kanker, ia yakin bahwa vitamin-vitamin dan meniral yang ia telan telah
menunda awal kanker itu selama ± 20 tahun, hingga dapat mencapai umur 93
tahun(1). Telah diketahui bahwa dengan mencukupi kebutuhan satu
antioksidan (mineral) chromium setiap harinya kita telah memperpanjang
umur 1/3 dari rata-rata umur. Maka kita dapat memenuhi kebutuhan tubuh 10
vitamin dan mineral tersebut setiap harinya, kita akan dapat memperpanjang
umur yang lebih lama lagi

2.7 IPTEK Gizi, Kesehatan pada Penyakit Degeneratif Kanker

Meningkatnya kejadian penyakit kronis dan degeneratif tidak terlepas


dari dampak yang ditimbulkan akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
memberikan dampak munculnya beragam produk yang memberikan
kemudahan-kemudahan dalam hidup manusia
Dikutip dari laporan World Health Organization (WHO), penyakit
degeneratif telah menambah peliknya kondisi kesehatan sebagian negara di
dunia, yang selama ini didera permasalahan banyaknya kasus penyakit
menular dan infeksi yang tergolong non degeneratif. Banyak negara
mengalami kerugian hingga miliaran dolar akibat penyakit degeneratif. Oleh
karena itu dibutuhkan langkah konkret untuk menanggulanginya. Hingga
akhir tahun 2005 saja penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian
hampir 17 juta orang di seluruh dunia. Jumlah ini menempatkan penyakit
degeneratif menjadi penyakit pembunuh manusia terbesar
Kemajuan teknologi pengolahan pangan, menjamurnya supermarket dan
minimarket, informasi pemasaran beragam produk pangan, urbanisasi dan

20
kemajuan ekonomi terutama bagi golongan menengah ke atas, serta dampak
globalisasi mendorong perubahan pola pangan yang tidak sehat. Bahan
makanan jadi yang tersedia dewasa ini cenderung tidak mengandung gizi
yang seimbang yaitu padat energi, tinggi kandungan garamnya, tinggi gula,
rendah serat dan sudah pasti menggunakan bahan pengawet.
Kemajuan teknologi memberi dampak positif bagi ketersediaan pangan.
Pemenuhan kebutuhan gizi menjadi lebih sempurna dan dipermudah berkat
teknologi baru. Konsep-konsep makanan baru telah berkembang dan telah
menampakkan kemajuan yang berarti, bahkan kini orang juga sudah mampu
membuat berbagai makanan yang lezat dan bergizi tanpa harus memikirkan
kerumitan cara mempersiapkan dan memasaknya karena segala sesuatunya
sudah tersaji secara instan.
Dampak dari arus globalisasi yang paling nyata terlihat pada warga
perkotaan adalah gaya hidup masyarakat. Gaya hidup adalah suatu cara yang
khas (perilaku) dalam menyatakan atau mengungkapkan pikiran dan
perasaan dalam berkehidupan. “Gaya hidup konsumsi makanan”, termasuk
bagian dari gaya hidup dalam memilih tempat makan dan jenis makanan
yang dikonsumsi. Perubahan gaya hidup dalam hal konsumsi makanan ini
terutama dipicu oleh perbaikan/peningkatan di sektor pendapatan (ekonomi),
kesibukan kerja yang tinggi dan promosi makanan trendy ala barat, utamanya
fast food maupun health food yang populer di Amerika dan Eropa, namun
tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran gizi. Akhirnya budaya
makan berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan rendah
zat gizi mikro.
a) App Deteksi Kanker Mata. White Eye Detector, yang disediakan secara
cuma-cuma di Apple Store, mampu membantu untuk menemukan
adanya leukokoria atau noda putih di pupil mata. Pupil berwarna putih
yang terlihat dalam foto sesorang sebenarnya hal yang normal. Namun,
ini juga dapat menjadi indikasi penyakit mata serius seperti
Retinoblastoma. White Eye Detector dikembangkan oleh Dr. Greg

21
Hamerly dan Dr. Bryan Shaw dari Bylor University Texas, Amerika
Serikat.
b) IPTEK Mobile Self-Screening Untuk mendeteksi Kanker Payudara
telah dilaksanakan pada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Ingin Jaya, tanggal 27 Mei 2022 dan pada Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Baitussalam, tanggal 31 Mei 2022. penggunaan aplikasi
mobile self-screening yang dapat digunakan untuk mendetersi kanker
payudara. Aplikasi mobile self-screening dapat digunakan secara
mandiri dan tanpa menimbulkan efek samping.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit degeneratif ini erat kaitannya dengan pola hidup masyarakat


modern yang berubah, terutama pola asupan makanan yang semakin
mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji yang kaya akan
energi, lemak, dan semakin murah. Kecenderungan peningkatan ini tentu
mengkhawatirkan, karena pada masyarakat modern, asupan berlebihan dari
kalori dan lemak pada umumnya tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang
cukup. Keadaan ini dapat mengakibatkan obesitas dan akhirnya dapat
meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Dampak
masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya kejadian penyakit
degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan
penyakit hati. Kanker merupakan suatu kondisi dimanasetelah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan
yang tidak normal, ceopt dan tidak terkendali. Kanker terjadi karena adanya
perubahan genetik (mutasi DNA) yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan pemulihan sel. Penyakit ini sangat komplek dengan
berbagai manifestasi tergantung pada sistem tubuuh yang dipengaruhi oleh
jenis sel tumor yang terlibat.

23
3.2 Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Amila, A., Sembiring, E., & Aryani, N. (2021). Deteksi Dini Dan
Pencegahan

Penyakit Degeneratif Pada Masyarakat Wilayah Mutiara Home Care.

Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 102-112.

Atmosukarto, K., & Rahmawati, M. (2003). Mencegah penyakit degeneratif


dengan makanan. Cermin Dunia Kedokteran, 140, 41-45.
Ditasari, I., & Arinda, D. F. (2022). Pengetahuan Gizi dan Persepsi terhadap

Perilaku Konsumsi Makanan Pemicu Kanker. Jurnal Ilmiah Kesehatan

(JIKA), 4(1), 38-46.

Ditasari, I., & Arinda, D. F. (2022). Pengetahuan Gizi dan Persepsi terhadap

Perilaku Konsumsi Makanan Pemicu Kanker. Jurnal Ilmiah Kesehatan

(JIKA), 4(1), 38-46

24
Marsono, Y. (2008). Prospek pengembangan makanan fungsional. Jurnal

Teknologi Pangan dan Gizi, 7(1).

Atmosukarto, K., & Rahmawati, M. (2003). Mencegah penyakit degeneratif


dengan makanan. Cermin Dunia Kedokteran, 140, 41-45.

Tjokrokusumo, D. (2015). Mencegah dan melawan penyakit kanker dan


degeneratif dengan jamur kancing (Agaricus bisporus). Diabetes, 1, 3.

25

Anda mungkin juga menyukai