Anda di halaman 1dari 26

NUTRITION AND DEGENERATIVE DISEASES

MAKALAH
Dalam Mata Kuliah Current Issues: Community Nutrition
DOSEN PENGAJAR
Prof. dr. Nova H. Kapantow, DAN, MSc, SpGk
dr. Nancy S.H Malonda, MPH
dr. Marsella D. Amisi, M.Gizi
Yulianty Sanggelorang, SKM, MPH

OLEH
SEMESTER 7 GIZI
Kelompok 2
Thania Cindi Sandala 17111101043
Ade Individ Makal 17111101052
Margaretha Deitje Prisylvia 17111101204
Felicia Putri Watulo 17111101213

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal.
Dan berkat rahmat dan karunia-Nya pula, kami dapat menyelesaikan makalah
Current Issues: Community Nutrition yang berjudul “Nutrition and Degenerative
Diseases” yang dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Current Issues: Community
Nutrition.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk dijadikan pedoman
dalam penulisan kearah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Manado, 1 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Degeneratif.....................................................................3

2.2 Penyakit Kanker...............................................................................................3

2.2.1 Nutrisi Pada Penderita Kanker...............................................................5

2.2.2 Memilih Bahan dan Mengolah Makanan..............................................8

2.3 Penyakit Diabetes Mellitus............................................................................11

2.3.1 Nutrisi Pada Penderita Diabetes Mellitus............................................12

2.4 Penyakit Hipertensi........................................................................................16

2.4.1 Nutrisi Pada Penderita Penyakit Hipertensi.........................................16

2.5 Penyakit Jantung Koroner..............................................................................18

2.5.1 Nutrisi Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner...............................19

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................21

3.2 Saran..............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit degeneratif adalah penyakit akibat penurunan fungsi organ tubuh. Tubuh
mengalami defisiensi produksi enzim dan hormon, imunodefesiensi, peroksida
lipid, kerusakan sel (DNA), dan pembuluh darah. Penyakit degeneratif disebabkan
oleh antioksidan yang tersedia dalam tubuh tidak mampu untuk menetralisir
peningkatan konsentrasi radikal bebas sehingga diperlukan antioksidan dari luar
tubuh untuk dapat meredam radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel
(Alifariki, 2019).
Secara umum, dikatakan bahwa penyakit ini merupakan proses penurunan
fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua. Penyakit degeneratif
adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses
kemunduran fungsi sel tubuh dari keadaan normal menjadi lebih buruk (Alifariki,
2019).
Perubahan pola atau kebiasaan makan masyarakat modern berdampak negatif
pada kesehatan. Akibatnya timbul kegemukan, diabetes mellitus, jantung coroner,
stroke, kolesterol tinggi, susah buang air besar, timbul wasir, dan kanker usus.
Semua dikenal sebagai penyakit degeneratif. Masyarakat senang makanan modern
cepat saji, diawetkan, manis, berlemak, bersantan yang rendah serat (Rachmawati,
2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian penyakit degeneratif?
2. Bagaimana nutrisi pada penderita penyakit kanker?
3. Bagaimana nutrisi pada penderita penyakit diabetes mellitus?
4. Bagaimana nutrisi pada penderita penyakit hipertensi?
5. Bagaimana nutrisi pada penderita penyakit jantung koroner?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami dan mengetahui pengertian penyakit degeneratif
2. Untuk memahami dan mengetahui nutrisi pada penderita penyakit kanker

1
3. Untuk memahami dan mengetahui nutrisi pada penderita penyakit diabetes
mellitus
4. Untuk memahami dan mengetahui nutrisi pada penderita penyakit hipertensi
5. Untuk memahami dan mengetahui nutrisi pada penderita penyakit jantung
koroner

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Degeneratif


Penyakit degeneratif adalah penyakit akibat penurunan fungsi organ tubuh. Tubuh
mengalami defisiensi produksi enzim dan hormon, imunodefesiensi, peroksida
lipid, kerusakan sel (DNA), dan pembuluh darah. Penyakit degeneratif disebabkan
oleh antioksidan yang tersedia dalam tubuh tidak mampu untuk menetralisir
peningkatan konsentrasi radikal bebas sehingga diperlukan antioksidan dari luar
tubuh untuk dapat meredam radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel
(Alifariki, 2019).
Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit
yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh dari keadaan normal
menjadi lebih buruk. Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain kanker,
diabetes mellitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas, dyslipidemia,
dan sebagainya (Alifariki, 2019).
Teori yang dapat menunjukkan proses awal dan faktor terjadinya penyakit
degeneratif di dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut:
1. Adanya hubungan antara transisi demografi, epidemiologi, dan kesehatan.
2. Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai dengan adanya penurunan
produksi hormon testosteron untuk laki-laki dan estrogen untuk perempuan
biasanya mulai tampak pada usia 65 tahun ke atas.
3. Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi
(degeneratif) akibat pergeseran pola makan dan pola hidup.
4. Kelebihan gizi yang berakibat tingginya prevalensi penyakit degeneratif sudah
dirasakan negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Alifariki, 2019).

2.2 Penyakit Kanker


Kanker adalah suatu penyakit karena adanya sel yang berkembang dan
penyebarannya tak terkontrol, menyerang berbagai bagian tubuh manusia, seperti
di sel otak, sel darah, sel kulit, sel hati, dan sel lainnya. Kanker dapat diawali dari
tumor yang berkembang di bagian tubuh yang terus berkembang dan menyebar
dengan cepat (Airyn dkk, 2017). Menurut Cohen dalam Nelms et al (2007)

3
mengatakan bahwa kanker merupakan suatu proses perubahan pada pertumbuhan
sel dan regulasi sel yang tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas
normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi ke jaringan tubuh
yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik sehingga disebut metasis.
Karsinogenesis adalah beberapa tahapan biologis proses perkembangan dari sel
normal hingga mengalami transformasi menjadi sel kanker. Tahapan tersebut
yaitu inisiasi, promosi, dan progresi. Ada banyak faktor yang terlibat dalam proses
karsinogenesis, dimulai dari tahap inisiasi ketika terjadi transformasi sel sebagai
akibat dari interaksi sel tubuh dengan zat yang bersifat karsinogen yaitu zat-zat
kimia, radiasi atau virus. Berdasarkan banyak riset didapatkan beberapa faktor
risiko kanker, diantaranya yaitu faktor usia, perilaku hidup dan pola makan, serta
keturunan. Namun penelitian membuktikan faktor keturunan menyumbang angka
kemungkinan yang kecil pada beberapa penyakit kanker, meski semua jenis
kanker mengalami perubahan di tingkat gen, dan beberapa faktor seperti perilaku
hidup dan pola makan mampu mengurangi risiko kanker (Airyn dkk, 2017).
Kanker merupakan salah satu penyakit yang memiliki penderita terbanyak dan
paling ditakuti di dunia saat ini. Banyak orang masih beranggapan bahwa kanker
merupakan penyakit yang sulit untuk disembuhkan dan memiliki resiko kematian
yang tinggi. Jenis penyakit kanker sendiri terdapat lebih dari 100 jenis dan
merebak di dunia dengan bermacam-macam diagnosa dan pengobatan. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk mencegah dan bahkan menghilangkan kanker,
dengan operasi, kemoterapi, dan berbagai macam cara lainnya (Airyn dkk, 2017).
Nutrisi dan gaya hidup yang dapat menimbulkan risiko kanker adalah sebagai
berikut (Ardhiansyah, 2019).
1. Kandungan karbohidrat atau gula dalam darah yang tinggi seperti pada
penderita diabetes mellitus merupakan faktor risiko karena kanker lebih
banyak memanfaatkan energy yang berasal dari glukosa atau gula.
2. Lemak tinggi dapat menyebabkan kanker payudara dan kolon.
3. Protein hewani tinggi dapat menyebabkan kanker payudara, endometrium,
dan kolon.
4. Alkohol dapat menyebabkan kanker mulut, faring, laring, esophagus, paru,
hati, kolorektal, dan payudara. Alkohol bersifat sinergis dengan tembakau.

4
5. Makanan asin, makanan yang diasap, dan dipanggang dapat menyebabkan
kanker esophagus, dan lambung.
6. Nitrit dalam daging yang diawetkan akan dikonversi (diubah) dalam lambung
sebagai carcinogenic nitrosamines dan dapat menyebabkan kanker lambung.
7. Makanan dengan kalori tinggi dapat menyebabkan kanker payudara, ovarium,
endometrium, prostat, kolon, pancreas, dan paru.
8. Daging merah dapat menyebabkan kanker kolon, prostat.
9. Minuman panas dapat menyebabkan kanker esophagus.
10. Pemanis buatan (cyclamate dan saccharine) dapat menyebabkan kanker buli-
buli.
11. Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, laring, paru, esophagus, dan buli-
buli.
12. Menginang dapat menyebabkan kanker mulut, laring, dan esophagus.
13. Terik sinar matahari dapat menyebabkan kanker kulit.

2.2.1 Nutrisi Pada Penderita Kanker


Menurut Cohen dalam Nelms et al (2007) dalam upaya pemenuhan kebutuhan
zat gizi pasien, seorang dietisien perlu memperhatikan kondisi klinis dan
asupan zat gizi setiap pasien sebelum atau setelah menjalani terapi/prosedur
medis dan terapi gizi.
Ada beberapa hal yang memengaruhi kondisi pasien kanker hingga
mengalami BB, selain dari efek perubahan metabolik yaitu peningkatan
katabolik, pasien kanker juga melalui berbagai prosedur medis yang dapat turut
menyebabkan penurunan nafsu makan akibat tindakan diagnostic,
pembedahan, kemoterapi dan/atau radiasi. Efek samping dari kemoterapi yang
dilakukan oleh penderita kanker mempengaruhi pencernaan dan penyerapan zat
gizi sehingga mempengaruhi status gizi penderita tersebut. Kondisi ini sering
disebut sebagai malnutrisi. Terjadinya malnutrisi biasanya disebabkan karena
kurangnya asupan makanan dan malabsorpsi akibat tumor atau kanker yang
diderita dan perubahan proses metabolisme dalam tubuh penderita. Untuk
mencegah malnutrisi, pasien kanker perlu segera ditangani oleh NST (Nutrition
Support Team) yaitu kolaborasi tim untuk menjalankan Medical Nutrition

5
Therapy yang terdiri dari dokter/ahli onkologi, perawat, apoteker dan dietisien.
Pada awal kunjungan perlu segera dilakukan skirining gizi oleh tenaga
kesehatan, jika masuk dalam kategori risiko malnutrisi perlu segera dikaji lebih
lanjut oleh dietisien klinis, untuk kemudian mendapatkan terapi gizi yang
sesuai dengan kondisi pasien dan mengacu pada bukti ilmiah terkini
(Hardiansyah, 2017).
Ada beberapa faktor risiko kematian akibat kanker, antara lain status gizi
kurang 30%, pola makan yang kurang baik, kurang aktivitas fisik, konsumsi
alkohol, dan pemakaian tembakau (studi menunjukkan 30% menyebabkan
kematian). Para peneliti menyimpulkan 50-70% kematian ini dapat dicegah
dengan menurunkan faktor yang berisiko tinggi (tembakau dan terkait kurang
gizi).
Bagi penderita kanker, terapi nutrisi menjadi salah satu hal yang paling
penting untuk mencegah defisiensi nutrient, mempertahankan berat badan
tubuh, dan mengurangi efek samping dari radioterapi atau kemoterapi yang
dijalani. Pengaturan menu bagi penderita kanker sangat penting sesuai dengan
kebutuhan gizi penderita tersebut, terutama dalam pemenuhan energy dan
protein. Tidak hanya energy dan protein yang diperhitungkan, namun faktor
gizi seperti karbohidrat dan lemak juga harus diperhatikan agar tetap seimbang.
Faktor nutrisi penting untuk menjaga daya tahan tubuh penderita kanker
yang sedang menjalani terapi karena salah satu faktor keberhasilan terapi
adalah adanya dukungan nutrisi yang baik. Contoh nutrisi dan gaya hidup yang
bisa menurunkan risiko terjadinya kanker adalah sebagai berikut.
1. Makanan tinggi serat dapat mengurangi risiko kanker kolorektal.
2. Sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Sayur-sayuran yang
mengandung indole (kubis, kol) mengurangi risiko kanker kolon tapi
mungkin menambah risiko kanker lambung.
3. Kacang-kacangan.
4. Teh hijau yang mengandung polipbenols menurunkan risiko kanker
lambung.

6
5. Kedelai mengandung phytochemicals (phytoestrogens) yang berikatan
dengan reseptor estrogen dan menurunkan aktivitas estrogen sehingga dapat
mereduksi kanker payudara.
6. Olahraga secara teratur.
7. Sirkumsisi atau khitan dapat mengurangi risiko kanker penis karena dapat
menghilangkan smegma (semcama cairan secret di balik kulit kepala penis
atau preputium).
Panduan nutrisi untuk penderita kanker secara umum adalah sebagai
berikut.
1. Asupan seimbang lemak, protein, dan karbohidrat
a. Lemak, 20-30% dari kalori terutama asam lemak omega 3 (ikan dan
kacang).
b. Protein, 10-35% kalori (1,2-2 g/kg BB) dari ikan, daging, unggas, telur,
susu low fat, dan biji-bijian.
c. Karbohidrat, 45-65% kalori, dari nutrient, phytochemical, serat, sayur,
dan buah.
2. Sayur dan buah, untuk prevensi kanker menurut ACS diperlukan asupan
sayur dan buah minimal 5x/hari, porsi 2,5 gelas dengan variasi jenis. Fungsi
dari makanan nabati sebagai berikut.
a. Menghambat pembentukan tumor yang berhubungan dengan hormon
dan mencegah perubahan genetik akibat paparan karsinogen.
b. Menghambat produksi radikal bebas.
c. Menurunkan gastrointestinal transit time (waktu transift di saluran
cerna).
d. Stimulator enzim aktif secara fisiologis dan antikanker.
3. Food safety, sayuran dan buah mentah akan meningkatkan risiko infeksi
terutama selama periode imunosupresi
4. Suplemen tambahan, tiap kanker memerlukan suplemen tambahan yang
berbeda, misal:
a. Kanker buli-buli memerlukan suplemen ekstrak cramberry
b. Kanker uterus dan kolorektal memerlukan suplemen asam folat
c. Kanker ovarium dan melanoma memerlukan suplemen vitamin A

7
d. Kanker payudara memerlukan suplemen vitamin E
Sedangkan panduan gaya hidup sehat untuk penderita kanker (menurut ACS
Workgroup on Nutrition dan Physical Activity for Cancer Survivor, 2001)
adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan IMT ideal 18,5 – 25,0
2. Meningkatkan aktivitas fisik selama 30-45 menit minimal 4 hari/minggu
3. Mengonsumsi makanan nabati terdiri dari 2/3 nabati, 1/3 hewani atau susu
4. Mengonsumsi sayur dan buah 5-10 kali/hari
5. Diet rendah lemak, < 30% total kalori dari lemak
6. Membatasi alkohol karena meningkatkan risiko kanker dan rekurensi
7. Berhati-hati terhadap “produk kesehatan alami”, seperti obat-obatan herbal
yang belum mempunyai landasan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ardhiansyah, 2019).

2.2.2 Memilih Bahan dan Mengolah Makanan


Bahan makanan yang digunakan untuk menu penderita kanker harus bahan
yang mudah dicerna, serta tidak menimbulkan rasa mual dan perasaan cepat
kenyang. Bahan karsinogenik harus dihindari agar tidak memperparah
penyakitnya. Hal ini bukan berarti bahan antikarsinogenik bebas
pemakaiannya, melainkan harus dicermati terlebih dahulu sesuai keadaan
penderita. Sebagai contoh, golongan kol, seperti kol, bunga kol, brokoli, sawi
putih, dan sawi hijau yang diyakini dapat mencegah timbulnya kanker,
sebaiknya tidak digunakan pada penderita kanker dengan keluhan pencernaan
(mual, diare, perasaan cepat kenyang, dan sebagainya) karena bahan makanan
ini bersifat menimbulkan gas sehingga menyebabkan kembung.
Pengolahan makanan juga harus dipilih yang menghasilkan makanan
bertekstur lunak sehingga mudah dicerna. Hidangan yang bersifat renyah,
tetapi mudah dicerna (misalnya biskuit) dapat pula disajikan. Pengolahan
dengan digoreng sebaiknya dihindari karena akan menimbulkan tekstur yang
keras. Di samping itu, penyerapan minyak harus diperhitungkan. Minyak atau
lemak yang berlebihan dapat menimbulkan rasal mual dan perasaan kenyang
yang lama karena bahan ini tidak mudah dicerna. Pemanggangan dalam oven

8
dapat dipergunakan, asal tidak menimbulkan “kegosongan”. Protein yang
dipanggang sampai gosong, seperti pada sate yang dibakar di atas bara api,
mengandung polsiklik-polisiklik yang bersifat karnogenik. Pemakaian garam
dapur dalam pembubuan juga harus dibatasi.
Untuk mempermudah pemilihan bahan dan cara pengolahannya sehingga
mendapatkan kandungan gizi seperti yang diharapkan, bahan makanan
dikelompokkan menjadi beberapa golongan.
1. Nasi dan bahan sumber karbohidrat
Jika keadaan penderita mengharuskan makanan dalam konsistensi lunak
maka dapat diberikan dalam bentuk nasi tim atau bubur. Jika penderita tidak
menyukainya, bahan dapat diganti dengan kentang rebus atau dipure
(mashed potatoes). Selain itu, dapat pula diganti dengan hidangan pasta,
seperti macaroni, mi, bihun, dan soun. Tepung-tepungan (tepung beras,
terigu, maizena, dan hunkwee) dapat disajikan dalam bentuk bubur,
pudding, atau kue selingan. Ubi, singkong, dan talas sebaiknya tidak
digunakan karena bahan ini menimbulkan gas dan menyebabkan kembung.
2. Sumber protein hewani
Protein hewani kaya akan asam amino esensial. Ini sangat dibutuhkan untuk
proses penyembuhan penyakit, menggantikan jaringan yang rusak, dan
sistem pertahanan tubuh. Umumnya, penderita dapat menerima hidangan
ikan dan unggas yang pengolahannya dengan cara direbus, disemur,
dipepes, ditim, atau dipanggang dalam oven. Susu dan hasil olahannya,
seperti keju dan yoghurt merupakan sumber protein hewani dan energy dari
karbohidrat dan lemak, sepanjang penderita dapat menerimanya. Selain
sebagai minuman, susu juga dapat digunakan sebagai campuran hidangan,
misalnya pudding.
3. Kacang-kacangan dan sumber protein nabati
Tahu dan tempe merupakan sumber protein dengan harga yang lebih murah
dibandingkan daging. Namun, karena asam amino esensial yang
dikandungnya tidak selengkap bahan hewani, penggunaannya harus
beraneka ragam. Pada kanker hati dengan gangguan fungsi hati yang berat,
pemakaian bahan golongan kacang-kacangan dibatasi, bahkan jika

9
memungkinkan tidak dipergunakan. Pada jenis kanker yang menyerang
bagian tubuh yang lain, penggunaannya cukup memperhatikan cara
pemasakan, yaitu agar bahan ini mudah dicerna. Misalnya, dengan direbus
dan dihaluskan.
4. Sayuran sumber vitamin dan mineral
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayangnya, sebagian
besar sayur mengandung banyak serat serta menimbulkan gas sehingga
pemilihannya harus hati-hati. Demikian pula cara pengolahannya. Sayuran
yang aman, antara lain bayam, buncis muda, dan kacang panjang; golongan
labu, seperti labu siam dan labu kuning; serta wortel. Sayuran mentah tidak
boleh diberikan. Demikian pula, nangka muda, daun pepaya, daun singkong,
kol, daun sawi, dan rebung karena sulit dicerna dan menimbulkan gas.
5. Buah-buahan sumber vitamin dan mineral
Buah segar mengandung banyak cairan yang berguna untuk melarutkan sisa
metabolisme obat, sel-sel kanker yang rusak atau mati akibat pengobatan,
serta mengatasi xerostomia. Cita rasa buah segar juga dapat mengatasi rasa
mual, terutama yang diakibatkan oleh pengobatan. Banyak juga buah yang
terlalu berserat dan menimbulkan gas sehingga memperburuk keadaan
penderita akibat kembung dan atau rasa tidak nyaman diperut, seperti
kedodondong, nangka, rambutan, durian, dan berbagai buah kering. Buah
yang aman yaitu pisang, pepaya, jeruk, mangga, avokad, apel, dan pir. Buah
lain dapat diambil sarinya, misalnya sirsak atau dimasak dahulu, dibuat
compote atau setup. Misalnya, nenas dan beberapa jenis pisang.
6. Lemak sumber energy
Dalam pengolahan, lemak berfungsi sebagai zat penghantar panas, pelembut
tekstur, serta mencegah lengketnya hidangan pada tempatnya. Zat ini sulit
dicerna sehingga menimbulkan rasa kenyang yang awet, bahkan sering
menimbulkan mual. Oleh karena itu, pemakaian lemak harus dibatasi.
Minyak digunakan hanya untuk menumis atau sebagai pelembut hidangan.
Santai dalam bentuk encer dapat pula dipergunakan.
7. Minuman sebagai sumber air

10
Pada penderita kanker, kebutuhan cairan meningkat, terutama penderita
dengan pengobatan radiasi dan kemoterapi. Cairan berguna untuk
melarutkan sisa-sisa metabolisme obat dan bangkai sel-sel kanker yang telah
rusak sehingga zat-zat yang tidak berguna ini dapat dengan secepatnya
keluar dari tubuh. Minuman sebaiknya mengandung gula untuk menambah
energy, misalnya berbagai sirop dan sari buah. Namun, agar aman bagi
penderita, minuman tidak boleh merangsang dan atau menimbulkan gas.
Perlu pula diingat, minuman juga menimbulkan rasa kenyang. Waktu
pemberiannya sebaiknya jangan sampai terlalu dekat dengan waktu makan.
8. Bumbu dan rempah
Bumbu dan rempah berfungsi menambah kelezatan makanan dan
menambah selera makan. Bumbu-bumbu yang merangsang, seperti lombok,
lada, dan jahe sebaiknya tidak diberikan. Bawang merah, bawang putih,
lengkuas, daun salam, kunyit, dan asam dapat diberikan dalam jumlah
terbatas. Pemakaian garam harus dibatasi karena dianggap dapat memacu
mitosis sel kanker (Uripi, 2002).

2.3 Penyakit Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya
hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pancreas. Penurunan hormon ini
mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat
diproses secara sempurna, sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan
meningkat. Gula yang meliputi polisakarida, oligosakarida, disakarida dan
monosakarida merupakan sumber tenaga yang menunjang keseluruhan aktivitas
manusia. Seluruh gula ini akan diproses menjadi tenaga oleh hormon insulin
tersebut. Karenanya, penderita diabetes mellitus biasanya akan mengalami lesu,
kurang tenaga, selalu merasa haus, sering buang air kecil, dan penglihatan
menjadi kabur. Gejala lain akibat adanya kadar glukosa yang terlalu tinggi akan
terjadi atheroma sebagai penyebab awal penyakit jantung koroner (Utami, 2006).
Kriteria seseorang dikatakan mengidap diabetes mellitus yaitu jika hasil
pemeriksaan glukosa arah sewaktu ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl, atau kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl.

11
Hasil ini diperoleh melalui pemeriksaan beberapa kali pada hari yang berbeda
(Ramayulis, 2016).
Diabetes mellitus sering disebut juga the great imitator, karena penyakit ini
dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Diabetes mellitus timbul secara perlahan-lahan sehingga diabetisi tidak menyadari
adanya perubahan seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih
sering, atau berat badan menurun. Gejala ini berlangsung cukup lama dan
biasanya tidak diperthatikan, hingga orang tersebut pergi ke dokter dan memeriksa
kadar glukosanya (Utami, 2006).

2.3.1 Nutrisi Pada Penderita Diabetes Mellitus


1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1)
Jenis DM ini sebagian besar berkembang pada usia < 20 tahun dan sebagian
berkembang saat dewasa. DM merupakan penyakit autoimun, yaitu sistem
imun tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil
insulin yang terdapat pada pancreas. Belum diketahui apa yang memicu
terjadinya autoimun, tetapi penelitian menunjukkan ada kontribusi faktor
genetic dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu.
Pada dasarnya, diet DMT1 sama dengan anjuran gizi seimbang untuk
hidup sehat meliputi total lemak, lemak jenuh, kolesterol, serat, vitamin, dan
mineral. Khusus untuk protein, dapat diberikan 15-20% energy total, tetapi
jika ada gangguan ginjal maka dibatasi hingga 10%. Karbohidrat
disesuaikan dengan kebiasaan klien, tetapi penggunaan sukrosa (gula meja)
tidak diperlukan.
Hal khusus yang menjadi perhatian adalah pemberian terapi insulin pada
penderita DMT1 akan memengaruhi perhitungan karbohidrat yang harus
dikonsumsi. Pemberian karbohidrat dengan jumlah tepat akan menghasilkan
respons glukosa darah yang baik. Untuk setiap 7-20 g (rata-rata 15 g)
karbohidrat yang dikonsumsi, dibutuhkan 1 ml insulin.
Dengan injeksi 3 x 5 unit insulin sebelum makan, serving karbohidrat
yang dibutuhkan adalah 15 unit dalam satu hari atau 5 unit dalam satu kali
makan, yaitu 75 g karbohidrat (Ramayulis, 2016).

12
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2)
Penyebab DMT2 merupakan kombinasi faktor genetic dan lingkungan.
Sebagian besar penderita DMT2 memiliki anggota keluarga yang juga
menderita DMT2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan
diabetes, misalnya kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, atau
obesitas. Faktor lingkungan yang memengaruhi risiko DMT2 adalah faktor
makanan yang tidak seimbang dan aktivitas fisik rendah.
Masalah gizi yang terjadi pada DMT2 meliputi kelebihan asupan energy,
rendahnya asupan cairan, kelebihan asupan lemak dan karbohidrat, asupan
karbohidrat tidak konsisten, dan rendahnya asupan serta. Berdasarkan itu,
berikut ini adalah diet yang dianjurkan.
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan predictor yang kuat untuk respons glukosa darah.
Oleh karena itu, perlu melakukan perhitungan karbohidrat. Namun,
pemberian karbohidrat rendah juga tidak dianjurkan karena merupakan
sumber energy utama, serat, dan vitamin mineral larut air. Karbohidrat <
130 g per hari tidak dianjurkan karena sistem saraf pusat hanya
membutuhkan glukosa (hasil akhir metabolisme karbohidrat) sebagai
sumber energy (Ramayulis, 2016).
Menurut pedoman diet, kebutuhan karbohidrat pada penderita diabetes
adalah 45% dari seluruh kebutuhan kalori per harinya. Namun, sejumlah
ahli berpendapat bahwa konsumsi karbohidrat pada penderita diabetes
seharusnya lebih rendah lagi dan pada prakteknya memang diterapkan
demikian. Ini berarti bahwa di menu harian seorang penderita diabetes,
kadar karbohidrat harus kurang dari setengahnya bahkan hanya sepertiga
dari menu. Asosiasi Diabetes Amerika menyarankan karbohidrat untuk
penderita diabetes yang aman dikonsumsi adalah sekitar 45-60 gram per
kali makan (setara 1 centong nasi misalnya) atau sebesar 135-180 gram
karbohidrat per hari. Kebutuhan ini tentu saja masih tergantung pada

13
umur, berat badan, aktivitas, dan obat diabetes yang dimiliki (Ahsan dkk,
2020)
Sumber karbohidrat bisa diperoleh dari bahan-bahan di bawah antara
lain:
1) Tanaman berbulir (serelia) beserta produk olahannya, misalnya
gandum, beras, jagung, barley, oat, gandum hitam, millet, sorghum,
dan lentil
2) Kentang
3) Buah-buahan dengan kadar gula tinggi misalnya pisang, buah cherry,
dan anggur
4) Produk olahan susu dengan penambahan gula, misalnya yoghurt
5) Permen, kue, cemilan
6) Kacang-kacangan atau biji-bijian, misalnya kacang tanah, kacang
hijau, kacang lentil, dan kacang polong
Produk serelia yang masih kasar (full grain) dari berbagai jenis serelia
dan kacang lentil. Hal ini karena kandungan serta yang tinggi, vitamin,
dan mineral. Kadar serat tinggi inilah menyebabkan proses
pencernaannya berlangsung lebih lama sehingga kadar gula darah tidak
meningkat secara cepat dibanding proses mencerna serelia giling (refined
grain), misalnya beras, tepung putih, beserta produk olahannya (roti).
Adapun kelebihan kacang lentil adalah lebih rendah kejadian intolerasi
makanan dibandingkan produk full grain dari gandum.

b. Protein
Asupan protein > 20% energy total tidak dianjurkan karena berisiko
terhadap berkembangnya nefropati (kelainan ginjal). Untuk penderita
DM yang sudah mengalami kelainan ginjalm pemberian protein dibatasi
sebesar 0,8/kg BB/hari atau 10% energy total.
c. Lemak
Anjuran asupan lemak disesuaikan berdasarkan pada pencegahan
terjadinya penyakit jantung koroner, yaitu lemak total 25% energy total,
lemak jenuh < 7% dan lemak trans sangat diminimalkan (Ramayulis,

14
20xx). Asam lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam
tubuh, memicu peradangan, mengganggu fungsi membrane sel, dan
mengurangi manfaat omega 3. Hal ini akan meningkatkan risiko terhadap
serangan jantung (Ahsan dkk, 2020).
Sumber asam lemak jenuh bisa diperoleh dari bahan makanan berikut
ini:
1) Daging sapi, daging ayam, daging babi
2) Beberapa minyak nabati, seperti minyak sawit dan minyak kelapa
3) Produk-produk susu, seperti keju, susu, dan mentega
4) Daging olahan, seperti sosis, bacon, dan kornet
5) Camilan dalam kemasan, seperti biskuit, kukis dan cokelat
Sedangkan asam lemak tidak jenuh bisa ditemukan pada ikan-ikan
seperti salmon, makarel, kembung, daging, minyak zaitun, minyak bunga
matahari, minyak jagung, kacang-kacangan, dan alpukat (Ahsan dkk,
2020).
d. Serat
Serat merupakan karbohidrat kompleks yang tidak bisa dicerna, seperti
peptin, selulosa, gums, dan beta-glukans. Konsumsi serat dalam jumlah
yang tinggi bermakna terhadap kontrol kadar glukosa darah karena serta
membuat penyerapan glukosa dari usus menjadi perlahan dan bertahap.
Untuk mengontrol kadar glukosa darah, pemberian makanan harus tepat
jadwal, yaitu jam makan pagi, siang, dan malam harus sama dari hari ke
hari. Begitu juga dengan jumlah makanan yang dikonsumsi saat makan
utama harus mengandung energi dan zat gizi makro yang sama (Ramayulis,
2016).

2.4 Penyakit Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi berarti ada tekanan tinggi di dalam pembuluh
darah arteri. Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung
menuju ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Jadi, darah tinggi bukanlah tekanan
emosi yang berlebihan meskipun kondisi ini bisa memicu kenaikan tekanan darah.

15
Tekanan darah dikatakan normal pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah
antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut prehipertensi. Lebih dari 140/90
mmHg sudah tergolong hipertensi. Dengan menggunakan alat yang bernama
tensimeter, bisa diketahui seberapa tinggi atau rendahnya tekanan darah. Angka
sistolik (atas) menunjukkan tekanan dalam pembuluh darah saat jantung kontraksi
dan memompa darah menuju arteri. Angka diastolik (bawah) menunjukkan
tekanan dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat (Sutomo, 2008).
Hipertensi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya, tetapi mungkin disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti diet yang tidak tepat (kelebihan asupan natrium,
rendahnya asupan kalium, kelebihan asupan alkohol), aktivitas fisik rendah,
stress, dan obesitas. Hipertensi sekunder terjadi karena adanya penyakit lain,
seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, serta gangguan endokrin dan saraf
(Ramayulis, 2016). Hipertensi primer merupakan sebagian besar ± 90% dari
seluruh kejadian hipertensi. Sedangkan sisanya ± 10% adalah hipertensi sekunder
(Soenardi & Susirah, 2000).

2.4.1 Nutrisi Pada Penderita Penyakit Hipertensi


Strategi utama dalam penanganan hipertensi adalah dengan memodifikasi
gaya hidup dan diet. Modifikasi gaya hidup meliputi peningkatan aktivitas
fisik, stop merokok, dan penurunan berat badan. Untuk diet yang dianjurkan,
mencakup banyak hal, yaitu yang disusun berdasarkan penelitian klinis.
Penelitian klinis merupakan suatu penelitian yang hasilnya mempunyai
tingkat kepercayaan yang tinggi (Ramayulis, 2016).
1. Membatasi asupan natrium
Pembatasan asupan natrium maksudnya membatasi penggunaan garam
dapur; semua makanan yang diolah atau dikemas atau instan (makanan
kaleng, botol, roti, biskuit, kue-kue), dan semua bumbu yang mengandung
garam (tauco, petis, saud, terasi, kecap, penyedap rasa, soda kue, baking
powder, dan lain-lain).
2. Meningkatkan asupan kalium

16
Artinya mengutamakan konsumsi kentang sebagai pengganti nasi,
mengutamakan konsumsi kacang-kacangan sebagai sumber protein,
konsumsi sayuran hijau, seperti bayam dan daun pepaya, serta konsumsi
buah-buahan, seperti pisang, pepaya, kiwi.
3. Meningkatkan asupan magnesium
Mengutamakan konsumsi kacang-kacangan sebagai sumber protein dan
meningkatkan sayuran hijau.
4. Meningkatkan asupan kalsium
Mengutamakan konsumsi kacang-kacangan sebagai sumber protein dan
meningkatkan sayuran hijau.
5. Menurunkan asupan lemak jenuh
Mengurangi konsumsi goreng-gorengan, santan kental, ayam dengan
kulit, kuning telur, sosis, daging babi, kornet daging sapi, bebek.
6. Meningkatkan asupan lemak tidak jenuh ganda omega 3
Memilih ikan dan kacang-kacangan sebagai sumber protein terutama ikan
salmon, ikan tuna, kacang kenari, dan kacang kedelai. Selain itu,
mengutamakan penggunaan minyak yang mengandung asam lemak tak
jenuh ganda, seperti kacang kedelai, minyak jagung, minyak biji matahari.
Asam lemak tidak jenuh ganda sangat labil pada suhu pemanasa tinggi
sehingga tidak dianjurkan untuk menggunakan teknik menggoreng.
7. Meningkatkan asupan lemak tidak jenuh tunggal
Mengonsumsi advokad dan memilih minyak kacang tanah, minyak zaitun,
atau minyak biji kapas.
8. Meningkatkan sumber protein dari sayur
Mengurangi konsumsi sumber protein hewani dan meningkatkan
konsumsi sayur yang juga mengandung protein. Sayuran yang
mengandung protein lebih tinggi, yaitu bayam merah, daun katuk, daun
pepaya, daun singkong, daunt alas, kacang kapri, keluwih, nangka muda,
dan tauge kacang kedelai.
9. Meningkatkan asupan serat
Mengutamakan konsumsi bahan makanan sumber karbohidrat kompleks,
misalnya beras merah, sayur dan buah serta bahan lain seperti agar-agar.

17
10. Menurunkan asupan kolesterol
Mengurangi atau berhenti mengonsumsi daging berlemak, ayam dengan
kulit, dan kuning telur.

11. Menerapkan diet vegetarian


Tidak mengonsumsi semua makanan yang bersumber dari hewani.
12. Menerapkan diet DASH
Mengurangi konsumsi bahan makanan sumber energy dan natrium serta
meningkatkan asupan kalium, magnesium, kalsium dan serat.

2.5 Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner merupakan keadaan penyempitan atau penyumbatan
arteri koroner. Arteri koroner adalah arteri yang menyalurkan darah ke jantung.
Akibatnya, aliran darah ke jantung menjadi berkurang dan akhirnya menimbulkan
kerusakan pada jaringan jantung. Penyumbatan ini terjadi karena terbentuknya
plak di dalam pembuluh darah koroner. Plak terbentuk karena tumpukan
kolesterol, lemak, dan bahan lain yang terdapat dalam pembuluh darah.
Implikasinya meliputi infark miokard (serangan jantung), angina (nyeri dada),
dan aritmia (irama jantung abnormal) (Ramayulis, 2016). Penyakit jantung dan
pembuluh darah (PJP) masih menjadi penyakit mematikan nomor satu di dunia
(Ide, 2010).
2.5.1 Nutrisi Pada Penderita Jantung Koroner
Dalam penanganan penyakit jantung koroner, perlu dilakukan modifikasi
faktor yang bisa diubah, seperti menurunkan berat badan, menurunkan kadar
kolesterol dan trigliserida darah, menurunkan tekanan darah, mengontrol
kadar glukosa darah, dan berhenti merokok. Untuk bisa mencapai modifikasi
ini, diet yang dianjurkan sebagai berikut (Ramayulis, 2016).
1. Total lemak makanan
Anjuran lemak total dalam sehari adalah 25% dari energy total dengan
kata lain ¼ bagian dari energy yang diperlukan tubuh berasal ari lemak.
Individu yang sudah menerapkan konsumsi lemak sesuai anjuran, untuk
menurunkan risiko penyakit jantung koronernya dengan menurunkan

18
asupan lemak total tidak akan bermakna. Namun, pada individu yang
mempunyai kebiasaan makan tinggi lemak (> 25% energy total), dengan
menurunkan asupan lemak total, akan menurunkan risiko penyakit jantung
koroner.
2. Lemak jenuh
Anjuran konsumsi lemak jenuh adalah < 7% energy total, tetapi berbagai
penelitian menjelaskan tidak semua jenis lemak jenuh berhubungan
dengan peningkatan kadar kolesterol dan LDL. Sumber lemak jenuh
adalah hewani, minyak tumbuh-tumbuhan, seperti kelapa dan kelapa sawit.
3. Lemak trans
Lemak trans berbahaya karena dapat meningkatkan kadar kolesterol total
dan kolesterol LDL darah serta menurunkan kadar kolesterol HDL serta
mengganggu konversi asam lemak essensial linoleat menjadi arakhidonat.
Terganggunya konversi ini mengakibatkan terganggunya sistem reaksi
enzimatik dalam metabolisme lemak.
4. Lemak tidak jenuh tunggal
Asupan lemak tidak jenuh tunggal bermakna menurunkan kadar LDL.
Sumbernya berasal dari advokad, minyak zaitun, minyak canola.
5. Asam lemak omega 3 atau asam lemak linolenat
Konsumsi asam lemak esensial menurunkan angka kematian akibat
penyakit jantung koroner. Konsumsi yang dianjurkan 1 g setiap hari.
Sumbernya dari minyak ikan, minyak biji, jerami, ikan tuna, dan ikan
salmon.
6. Asam lemak tidak jenuh ganda
Konsumsi asam lemak tidak jenuh ganda bermakna menurunkan kadar
kolesterol LDL. Sumbernya terdapat pada minyak jagung, minyak biji
kapas, minyak kacang kedelai, minyak biji bunga matahari.
7. Fitosterol
Fitosterol mempunyai komponen yang mirip dengan sterol, tetapi bukan
merupakan kolesterol. Konsumsi fitosterol dapat menurunkan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL. Fitosterol dapat menghambat

19
penyerapan lemak oleh usus halus dan penyerapan kolesterol oleh kantung
empedu.

8. Karotenoid
Konsumsi karotenoid tinggi berkaitan dengan menurunnya risiko penyakit
jantung. Bahan makanan sumber karotenoid yang telah diteliti dapat
menurunkan risiko penyakit jantung adalah wortel dan mangga.
9. Kacang-kacangan
Kacang kedelai, kacang merah, kacang hijau, kacang tanah mempunyai
lemak yang sangat baik untuk kesehatan jantung, yaitu tinggi asam lemak
esensial, rendah lemak jenuh, dan tinggi lemak tidak jenuh. Penggunaan
kacang-kacangan dapat dijadikan sebagai pengganti protein hewani dan
pengganti sumber lemak dari minyak yang mengandung lemak jenuh.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang
muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh dari keadaan normal menjadi
lebih buruk. Contoh dari penyakit degeneratif yaitu kanker, diabetes mellitus,
hipertensi, jantung koroner, dan lain-lain.
Peran nutrisi sangatlah penting dalam menunjang proses penyembuhan
penyakit-penyakit degeneratif. Dengan pemberian nutrisi yang tepat dan sesuai
mampu untuk menurunkan risiko dan mengurangi angka kematian akibat penyakit
degeneratif.

3.2 Saran
Diharapkan pembaca lebih peduli untuk menjaga kesehatannya agar terhindar dari
penyakit degeneratif. Selain itu, agar dapat memahami dan mempraktekkan
bagaimana cara pemberian nutrisi yang tepat dari setiap kondisi penyakitnya.

21
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, dkk. 2020. Lawan Virus Corona: Studi Nutrisi Untuk Kekebalan Tubuh.
Surabaya: Airlangga University Press. https://books.google.co.id/books?
id=m7fpDwAAQBAJ&pg=PA68&dq=nutrisi+diabetes+mellitus&hl=id&sa
=X&ved=2ahUKEwj6wIK3jr7rAhVN7nMBHcw6CmkQ6AEwA3oECAY
QAg#v=onepage&q=nutrisi%20diabetes%20mellitus&f=false (diakses
tanggal 29 Agustus 2020, 22.45 WITA)
Airyn, dkk. 2017. Optimasi Menu Makanan Untuk Pemenuhan Gizi Penderita
Kanker Dengan Algoritme Genetika. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 1 No. 12
Alifariki, La Ode. 2019. Epidemiologi Hipertensi (Sebuah Tinjauan Berbasis
Riset). Yogyakarta: Leutikoprio
Ardhiansyah, Azril Okta. 2019. Deteksi Dini Kanker. Surabaya: Airlangga
University Press. https://books.google.co.id/books?
id=TvG_DwAAQBAJ&pg=PA21&dq=nutrisi+bagi+penderita+kanker&hl=
id&sa=X&ved=2ahUKEwiHssf9-
r3rAhVDeysKHR6GByIQ6AEwA3oECAQQAg#v=onepage&q=nutrisi
%20bagi%20penderita%20kanker&f=false (diakses tanggal 28 Agustus
2020, 20.25 WITA)
Hardiansyah. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC
Ide, Pangkalan. 2010. Agar Jantung Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Rachmawati, Muchnuria. 2012. Mencegah Obesitas (Problema Obesitas Pada
Remaja). Malang: Universitas Brawijaya Press
Ramayulis, Rita. 2016. Diet Untuk Penyakit Komplikasi. Jakarta: Penebar Plus+.
https://books.google.co.id/books?
id=CJ7ICwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=nutrisi+diabetes+mellitus&

22
hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj6wIK3jr7rAhVN7nMBHcw6CmkQ6AEwA
XoECAMQAg#v=onepage&q&f=false (diakses tanggal 29 Agustus 2020,
22.00 WITA)
Soenardi, Tuti & Susirah, S. 2000. Hidangan Sehat Untuk Penderita Hipertensi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. https://books.google.co.id/books?
id=CpUy-
cBVsusC&printsec=frontcover&dq=buku+nutrisi+pada+penderita+hiperten
si&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi5kLaZ4MDrAhXZZCsKHbODCvQQ6A
EwCHoECAcQAg#v=onepage&q&f=false (diakses tanggal 29 Agustus
2020, 23.15 WITA)
Sutomo, Budi. 2008. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta: De Media.
https://books.google.co.id/books?
id=ld5oViJQfj8C&pg=PA154&dq=buku+nutrisi+pada+penderita+hipertens
i&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi5kLaZ4MDrAhXZZCsKHbODCvQQ6AE
wAXoECAAQAg#v=onepage&q=buku%20nutrisi%20pada%20penderita
%20hipertensi&f=false (diakses tanggal 29 Agustus 2020, 23.00 WITA)
Uripi, Vera. 2002. Menu Untuk Penderita Kanker. Jakarta: Puspa Swara.
https://books.google.co.id/books?
id=LkqjqiP0KAAC&pg=PA35&dq=nutrisi+bagi+penderita+kanker&hl=id
&sa=X&ved=2ahUKEwiHssf9-
r3rAhVDeysKHR6GByIQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepage&q=nutrisi
%20bagi%20penderita%20kanker&f=false (diakses tanggal 28 Agustus
2020, 22.00 WITA)
Utami, Prapti. 2006. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Jakarta:
Agromedia Pustaka

23

Anda mungkin juga menyukai