Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Diabetes Mellitus
Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Dosen Pengampu: Dr. Dyan Kunthi ,SKM., MKM

KELOMPOK 4

Nama Anggota:

Wida Nurul Ikmalia (113118093)

Lenny Merliani (113118111)

Silvia Putri Hasanudin (113118118)

Rifa Nisrina Anggraeni (113118126)

Iksan Nuryana (113118102)

TINGKAT : 3-C

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat, taufiq, dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah
Diabetes Mellitus. Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular pada Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat .
Pada Kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang setulus-
tulusnya atas semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari semua pihak
selama proses  belajar dan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan laporan ini . Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat diharapkan, untuk perbaikan kedepan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Bandung, November 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................ii

Daftar Isi ...............................................................................................................


iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................


1

A. Latar Belakang ....................................................................................


1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................
2
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................


3

A. Pengertian Diabetes Mellitus ............................................................3


B. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus ……...........................................
4
C. Perjalanan Penyakit Diabetes Mellitus ................................................5
D. Besar Masalah Diabetes Mellitus ….. ..................................................7
E. Kausa dan Faktor Risiko Diabetes Mellitus ............ …………………...8
F. Strategi Pengendalian dan Pencegahan ………………………..
……..10

BAB III
PENUTUP ...............................................................................................14

A. Kesimpulan ........................................................................................14
B. Saran .................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin
meningkat, karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya yang terjadi
pada masyarakat. Tiga penyebab utama kematian menurut WHO (1990),
yaitu penyakit jantung koroner, diare dan stroke. Meskipun penyakit Diabetes
Mellitus tidak termasuk dalam ketiga penyebab utama kematian tersebut,
namun penderita DM yang menyebabakan kematian secara keseluruhan juga
besar.
Selama ini epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani
masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi
hanya menangani masalah penyakit menular. Namun dengan adanya
perkembangan sosio-ekonomi dan kultural bangsa dan dunia kemudian
menuntut epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak
menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus
dilatarbelakangi kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit
Diabetes Mellitus dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang menderita penyakit ini adalah
lansia, yang disebabkan karena pola makan dan pola hidup yang tidak
sesuai. Dan sebagian pula terdapat sebagian dari mereka yang sudah
menyadari bahwa dirinya sudah positif terkena penyaikit ini, namun
kebanyakan dari mereka enggan untuk mengobati dan mengatasi penyakit
mereka dari awal. Namun bagi kalangan masyarakat Indonesia dengan
ekonomi rendah, banyak yang kurang bahkan tidak mengetahui tentang
penyakit Diabetes Mellitus baik dari segi pencegahan, gejala, maupun cara
penanganan dan penaggulangannya. Diharapkan pembuatan makalah ini
dapat membantu dan dijadikan sebagai pengetahuan bagi para pembaca.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas , maka dirumuskan masalah :

1. Apa Itu Pengertian dari Diabetes Mellitus ?

1
2. Apa saja Tanda dan Gejala munculnya Diabetes Mellitus ?
3. Bagaimana Perjalanan Penyakit Diabetes Mellitus ?
4. Bagaiamana Besar Masalah Diabetes Mellitus ?
5. Apa Saja Kausa dan Faktor Risiko Diabetes Mellitus ?
6. Bagaimana Strategi Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus ?

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui Pengertian dari Diabetes Mellitus


2. Mengetahui Tanda dan Gejala Munculnya Diabetes Mellitus
3. Mengetahui Perjalanan penyakit Diabetes Mellitus
4. Mengetahui Besar Masalah Diabetes Mellitus
5. Mengetahui Kausa dan Faktor Risiko Diabetes Mellitus
6. Mengetahui Strategi Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi kami maupun pembaca tentang Andropause


2. Sebagai referensi bagi pembaca

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DIABETES MELLITUS


Diabetes adalah penyakit metabolik sebagai akibat kurang insulin baik
karena disfungsi pankreas (pankreas tidak mampu memproduksi insulin)
ataupun disfungsi insulin absolute (pancreas masih mampu memproduksi
insulin tapi tidak aktif ).
Diabetes melittus merupakan penyakit metabolik yang mempunyai
karakteristik ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Gambaran utamanya adalah peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)
yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Hiperglikemia yang menetap dapat mempengaruhi hampir seluruh jaringan di
tubuh dan berhubungan dengan komplikasi berbagai sistem organ, termasuk
mata, syaraf, ginjal dan pembuluh darah.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak
mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Klasifikasi utama DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes militus
tipe 1 biasanya terjadi pada anak-anak (< 40 tahun) dan meliputi 5% dari
seluruh kasus sedangakan DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia paruh baya
(>40 tahun) dengan puncak onset pada usia 60 tahun dan meliputi 95% dari
seluruh kasus. Hampir 50% kasus DM tipe 2 tidak didiagnosa dikarenakan
gejalanya sering tidak disadari dan fase preklinisnya berlangsung selama 5-10
tahun.
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan
oleh sel khusus di pancreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormone pancreas lain yang
disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila
tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi
insulin dengan tepat terjadilah diabetes.
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah
kadar gulanya, obat yang di minum, atau suntukan insulin secara teratur.

3
Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan memakan korban banyak ,
terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke.

B. TANDA DAN GEJALA DIABETES MELLITUS

Menurut CDC biasanya tanda dan gejala diabetes melitus dapat berupa:

1. Meningkatnya frekuensi buang air kecil (kencing) dan biasanya sering


terjadi di malam hari
2. Sering merasa haus
3. Terjadi penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
4. Sering merasa lapar
5. Penglihatan menjadi buram
6. Tangan atau kaki mati rasa atau kesemutan
7. Merasa sangat lelah
8. Kulit menjadi sangat kering
9. Jika terdapat luka, waktu penyembuhan luka menjadi lama
10. Mengalami beberapa infeksi

Perbedaan Gejala Diabete Mellitus tipe 1 dan tipe 2 :

a. Diabetes Melitus tipe 1


Orang dengan diabetes tipe 1 biasanya mengalami tanda dan gejala
seperti mual atau muntah dan sakit perut. Pada diabetes tipe 1, gejala
dapat berkembang menjadi lebih parah dalam beberapa minggu atau
bulan. Diabetes dengan tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak, remaja
atau orang dewasa muda.
b. Diabetes Melitus tipe 2
Sedangkan tanda dan gejala pada diabetes tipe 2 terjadi dalam waktu
yang cukup lama (bertahun-tahun) sehingga kadang diabetes tidak
terdiagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada orang dewasa dan
lanjut usia. 
Pada diabetes tipe 2 terdapat kondisi prediabetes. Prediabetes adalah
kondisi dimana kadar gula darah melebihi ukuran normal (140/90 mmHg).
Prediabetes terjadi akibat sel-sel tubuh tidak bisa merespon insulin secara
normal. Pankreas akan mencoba menghasilkan lebih banyak insulin untuk

4
membuat sel-sel tubuh merespon, namun pankreas kehilangan
kemampuannya untuk mengimbanginya sehingga kadar gula darah terus
naik.

Prediabetes dapat diketahui dengan beberapa gejala, yaitu:

1. Kelebihan berat badan


2. Berusia 45 tahun atau lebih
3. Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2
4. Aktif secara fisik kurang dari 3 kali seminggu
5. Pernah menderita diabetes gestasional (diabetes saat kehamilan) atau
melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 9 kilogram

C. PERJALANAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS

Tahapan -tahapan perjalanan penyakit diabetes:


 
1. Resistensi insulin
Insulin adalah hormon yang membawa glukosa memasuki dinding sel
tubuh. Insulin ini ibarat kunci yang memungkinkan gula dapat masuk ke sel
tubuh. Pada dinding sel tubuh, terdapat sebuah pintu yang membolehkan
insulin untuk masuk, disebut reseptor insulin. Jika seseorang mengalami
resistensi insulin ini berarti pintu masuk tersebut tidak peka
atau sensitif atas kedatangan insulin. Gula tidak dapat masuk ke sel dan
menumpuk di darah mengakibatkan kenaikan kadar gula darah.
 Penyebab resitensi insulin

Penyebab resitensi insulin yang utama adalah lemak. Pada orang yang
mengalami kegemukan, lemak badan memproduksi hormon yang
berlawanan dengan cara kerja insulin yang disebut adipositokin. Sel
lemak yang lebih banyak memproduksi hormon adipositokin adalah
tumpukan lemak yang berada di perut dan pinggang. Jadi itulah
sebabnya ukuran lingkar pinggang saat ini menjadi faktor risiko tinggi
terjadinya resistensi insulin.

2. Prediabetes
Setelah bertahun-tahun mengelami resistensi insulin, maka kondisi
berkembang menjadi prediabetes, yaitu "pra-diagnosis" diabetes. Bisa

5
dikatakan sebagai tanda peringatan, alarm, atau tanda bahaya akan
kehadiran diabetes dalam 5-10 tahun ke depan. Seseorang disebut
prediabetes jika kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya, tetapi tidak
cukup tinggi untuk dianggap sebagai diabetes. Prediabetes merupakan
indikasi kuat bahwa seorang yang akan memiliki diabetes tipe 2 jika tidak
mengubah gaya hidup. Pada tahapan prediabetes ini sudah ditemukan
gangguan toleransi glukosa (Impaired Glucose Tolerence/IGT), yang bisa
dideteksi dengan dua tes:
 Tes kadar gula puasa.
 Tes ini dilakukan setelah delapan jam puasa, biasanya dilakukan di
pagi hari. Jika kadar gula darah kamu antara 100 dan 125 mg/dL, maka
sudah masuk kondisi   pradiabetes. Dokter mungkin akan
menggunakan istilah "glukosa puasa yang terganggu" yang merupakan
istilah lain untuk prediabetes saat didiagnosis dengan  tes glukosa
puasa. Jika kadar gula puasa di atas 126mg /dL Kamu sudah langsung
divonis diabetes.
 Uji toleransi glukosa oral (OGTT), yaitu tes lain yang digunakan untuk
mendiagnosis pradiabetes. Dokter akan memberikan petunjuk
bagaimana persiapan sebelum tes, yaitu untuk tidak makan apapun
selama delapan jam sebelumnya,mirip dengan tes gula darah puasa.
3. Diabetes
Ini adalah akhir dari perjalanan berkembangnya diabetes. Maka akan
dinyatakan Diabetes setelah terbukti, melalui pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu berada pada kisaran > 200 mg/dL, atau ≥126 mg/dL untuk kadar
gula darah puasa, dan kadar gula darah 2 jam setelah minum larutan
glukosa 75 gram ada di kisaran ≥ 200 mg/dL. Jika hasilnya seperti itu maka
dapat dipastikan akan menderita diabetes. Jika kadar gula sewaktu masih
ada di kisaran 140-199 mg/dL, maka masih menderita gangguan toleransi
glukosa. Ketika sudah terdiagnosis diabetes, tidak ada yang bisa dilakukan
untuk mencegahnya, pun untuk membalikkannya ke normal. Yang bisa di
lakukan adalah mengendalikan gula darah agar tetap normal dengan segala
upaya, antara lain minum obat, diet, olahraga, dan lain-lain. Dengan begitu,
tidak akan mengalami komplikasi yang berbahaya seperti penyakit jantung,
kebutaan, atau amputasi karena luka di kaki.

6
D. BESAR MASALAH DIABETES MELLITUS
DM ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2040, yaitu sebanyak
16,2 juta jiwa penderita, dapat diartikan bahwa akan terjadi peningkatan
penderita sebanyak 56,2% dari tahun 2015 sampai 2040. Indonesia juga
merupakan negara ketiga yang jumlah orang dengan gangguan toleransi
glukosa (20-79 tahun) pada tahun 2015 yaitu sebesar 29 juta jiwa orang (IDF,
2015).
Menurut International Diabetes Federation Pada tahun 2017, sekitar 425
juta orang di seluruh dunia menderita DM. Jumlah terbesar orang dengan DM
yaitu berada di wilayah Pasifik Barat 159 juta dan Asia Tenggara 82 juta. China
menjadi negara dengan penderita DM terbanyak di dunia dengan 114 juta
penderita, kemudian diikuti oleh India 72,9 juta, lalu Amerika serikat 30,1 juta,
kemudian Brazil 12,5 juta dan Mexico 12 juta penderita. Indonesia menduduki
peringkat ke tujuh untuk penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 10,3
juta penderita (International Diabetes Federation (IDF, 2017). Angka ini
dilaporkan kian meningkat seiring berjalannya waktu, terbukti dari laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menunjukkan prevalensi diabetes mellitus
pada penduduk dewasa Indonesia sebesar 6,9% di tahun 2013, dan melonjak
pesat ke angka 8,5% di tahun 2018.
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi
pada penderita DM yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1%
sedangkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada
tahun 2018 sebesar 2% dengan prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada
daerah DKI Jakarta (3,4%) dan paling rendah daerah terdapat di provinsi NTT
(0,9%). Prevalensi dari penderita DM cenderung meningkat pada perempuan
(1,8%) dibandingkan dengan laki-laki (1,2%) berdasarkan kategori usia
penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun.
Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penduduk DM yang berada di
perkotaan (1,9%) dibanding dengan pedesaan (1,0%) (Riskesdas, 2018).
Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), bahkan
memprediksikan penyakit diabetes mellitus akan menimpa lebih dari 21 juta
penduduk Indonesia di tahun 2030.

7
E. KAUSA DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Kausa :
Penyebab diabetes tipe 1 adalah ketidakmampuan pankreas untuk
memproduksi cukup insulin, sehingga glukosa di dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel. Gangguan pada pankreas ini diduga karena proses
autoimun, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-
sel tubuh yang sehat. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh
tersebut menyerang dan merusak sel beta pada pankreas, sehingga tidak
dapat memproduksi cukup insulin. Beberapa hal yang bisa menjadi
penyebab kerusakan sel beta pankreas, antara lain infeksi virus
(enterovirus, virus Epstein-Barr, virus rubella, rotavirus, serta virus
gondongan), konsumsi obat-obatan tertentu (pyrinuron dan strepzotocin),
serta pengaruh gluten.

Faktor Risiko :

Beberapa faktor risiko terjadinya diabetes tipe 1, antara lain:

 Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu saat seseorang


akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota
keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena
berhubungan dengan gen tertentu.
 Faktor geografi. Orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis
khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, paling banyak
terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya
vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga
akhirnya memicu penyakit autoimun.
 Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak
usia 4-7 tahun, kemudian pada anak-anak usia 10-14 tahun.
 Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia
terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten
sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan
riwayat preeklampsia, serta mengidap penyakit kuning saat lahir.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

8
Kausa :
Organ pankreas di dalam tubuh memproduksi sebuah hormon bernama
insulin yang berperan dalam mengendalikan kadar gula dalam darah.Insulin
berfungsi untung memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel-sel tubuh
untuk diubah menjadi energi. Pada pengidap diabetes tipe 2, yang terjadi
adalah:

 Tubuh pengidap tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup


untuk mengontrol kadar glukosa darah agar tetap dalam batas normal.
 Tubuh pengidap memproduksi insulin yang cukup, tapi sel-sel tubuh
tidak menggunakannya dengan baik sebagaimana mestinya. Kondisi ini
dinamakan resistensi insulin. Orang yang mengalami obesitas berisiko
mengalami resistensi insulin, karena banyaknya kadar lemak dalam
tubuh bisa membuat tubuh kesulitan menggunakan insulin dengan
benar. Selain itu, keturunan atau riwayat keluarga dengan diabetes tipe
2 juga dapat meningkatkan seseorang untuk mengidap penyakit yang
sama.

Faktor Risiko :
Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 adalah sebagai berikut:

1. Mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.


2. Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.
3. Kurang aktif bergerak. Aktivitas fisik bisa membantu seseorang untuk
mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan
membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Itulah mengapa,
orang yang kurang beraktivitas fisik akan lebih mudah terkena diabetes
tipe 2.
4. Usia. Risiko terkena diabetes tipe 2 akan meningkat seiring
bertambahnya usia.
5. Mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi.
6. Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tidak normal. Orang yang
memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoprotein) yang
rendah, tapi kadar trigliseridanya tinggi lebih berisiko mengalami
diabetes tipe 2.

9
7. Mengidap polycystic ovarian syndrome (PCOS). Khusus pada wanita,
memiliki riwayat penyakit PCOS membuat seorang wanita berisiko
tinggi mengalami diabetes tipe 2.

F. STRATEGI PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS

Adapun stategi penanggulangan sebagai berikut, (Moh Joeharno, 2009):

1. Promodial Prevention
Promodial prevention merupakan upaya untuk mencegah terjadinya risiko
atau memepertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap
penyakit secara umum. Ppada upaya penanggulangan DM upaya
pencegahan sifatnya priomodial adalah :
a. Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan pola 
makan masyarakat yang masih tradisional dengan tidak
membudayakan pola makan cepat saji yang tinggi lemak.
b. Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis.
c. Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan kegiatan-
kegiatan
masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik berupa olahraga teratur
(lebih mengarahkan kepada masyarakat kerja) dimana kegiatan-
kegiatan masyarakat
yang biasanya aktif secara fisik seperti kebiasaan berkebun sekalipun 
dalam lingkup kecil namun dapat bermanfaat sebagai sarana olahraga
fisik.
d. Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat.
2. Health Promotion
Health promotion sehubungan dengan pemberian muatan informasi kep
ada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Dan pada upaya
pencegahan DM, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI ekskulsif
kepada masyarakat khususnya kaum perempuan untuk mencegah
terjadinya pemberian susu formula yang terlalu dini.
b. Pemberian informasi
akan pentingnya aktivitas olahraga rutin minimal 36 menit sehari.
3. Specific Protection

10
Specific protection dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan
secara dini kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan.
Pada beberapa penyakit biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian
imunisasi, namun untuk perkembangn sekarang, diabetes mellitus dapat
dilakukan melalui: 
A. Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid.
B. Mengistirahatkan sel beta melalui pengobatan insulin secara dini.
C. Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi
sejak dini.
D. Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi
4. Early Diagnosis and Promp Treatment
Early diagnosis and prompt treatment dilakukan sehubungan dengan
upaya pendeteksian secara dini terhadap individu yang nantinya mengalami
DM dimasa mendatang sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan
sedini mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya risiko terhadap
timbulnya penyakit tersebut . Upaya sehubungan dengan early diagnosis
pada DM adalah dengan melakukan:
E. Melakukan skrining DM di masyarakat.
F. Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga p
ada kelompok masyarakat.
5. Disability Limitation
Disability limitation adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
mencegah
dampak lebih besar yang diakibatkan oleh DM yang ditujukan kepada seora
ng yang telah diangap sebagai penderita DM karena risiko keterpaparan
sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemberian insulin yang tepat waktu.
b. Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah sakit.
c. Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik.
6. Rehabilitation 
Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan kembali pada
individu yang telah mengalami sakit. Pada penderita DM, upaya rehabilitasi
yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengaturan diet makanan seharihari yang rendah lemak dan pengkons
umsian makanan karbohidrat tinggi yang alami.

11
b. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur
dengan melaksanakan pemeriksaan laboratorium komplit minimal
sekali sebulan.
c. Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat y
ang diabetagonik.
Adapun strategi lain yaitu: 
1. Pengendalian DM berdasarkan fakta (evidence-based) dan skala prioritas.
2. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif dan
stake holder serta pemerintah daerah.
3. Melakukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi program pengendalian
DM.
4. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil penelitian atau
kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan program pengendalian DM.

Pencegahan Diabetes Melitus

1. Menerapkan Pola Makan Sehat


Menjalani pola makan sehat adalah salah satu kunci utama untuk terhindar dari
diabetes. Agar tidak terkena diabetes, maka disarankan untuk membatasi
konsumsi makanan dan minuman tinggi gula, kalori, dan lemak, misalnya
makanan olahan, kue, es krim, dan makanan cepat saji. Untuk mengurangi
risiko terkena diabetes, batasi asupan gula harian sebesar 40 gram atau setara
dengan 9 sendok teh gula.
Sebagai gantinya, perbanyak konsumsi sayuran, buah, kacang, dan biji-bijian
yang mengandung banyak serat dan karbohidrat kompleks.
2. Menjalani Olahraga Secara Rutin
Rutin berolahraga memiliki banyak manfaat, salah satunya mencegah tubuh
terkena diabetes. Olahraga rutin dapat membantu tubuh menggunakan hormon
insulin dengan lebih efektif, sehingga kadar gula dalam darah dapat lebih
terkontrol. Sempatkan untuk berolahraga minimal 30 menit sehari. Olahraga
bisa menjadi cara yang efektif untuk mencegah diabetes.
3. Menjaga Berat Badan Ideal
Memiliki berat badan ideal adalah salah satu cara mencegah diabetes di
kemudian hari. Pasalnya, obesitas (kelebihan berat badan) menjadi salah
satu faktor penyebab utama dari diabetes.

12
Obesitas mengganggu kerja metabolisme yang akhirnya membuat sel-sel
dalam tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik. Tubuh jadi kurang
atau sama sekali tidak sensitif terhadap insulin. Akibatnya, resistensi insulin
yang berujung pada diabetes.
Hasil uji klinis yang dilakukan oleh National Institutes of Health (NIH) pun
menyarankan hal ini sebagai tindakan pencegahan diabetes. Dalam
laporannya, NIH mengatakan dengan menurunkan berat badan, dapat
mencegah diabetes hingga 58%.
4. Mengelola Stres Dengan Baik
Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko untuk terkena
diabetes. Hal ini karena saat mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon
stres (kortisol) yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Tidak hanya
itu, saat stres tubuh juga akan cenderung lebih mudah lapar dan terdorong
makan lebih banyak.
5. Melakukan Pengecekan Gula Darah Secara Rutin
Untuk menilai kadar gula darah, Anda perlu melakukan pemeriksaan gula darah
secara berkala ke dokter.Tes gula darah penting dilakukan untuk memonitor
kadar gula darah dan mendeteksi dini penyakit diabetes.
Bagi yang sehat dan tidak berisiko tinggi terkena diabetes, maka pemeriksaan
gula darah dapat dilakukan setahun sekali.

Di samping melakukan langkah di atas, juga perlu menghilangkan


kebiasaan-kebiasaan tidak sehat lainnya dengan berhenti merokok, membatasi
konsumsi minuman beralkohol atau bersoda, serta tidur yang cukup setidaknya
7 jam setiap hari.
Pencegahan merujuk pada rekomendasi dari Kementerian Kesehatan adalah
dengan perilaku PATUH dan CERDIK yaitu:
P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
T : Tetap diet sehat dengan gizi seimbang
U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
H : Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya

C : Cek kondisi kesehatan secara berkala


E : Enyahkan asap rokok

13
R : Rajin aktifitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan dan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai
penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan
penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam
darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam
tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Dalam tingkat dunia, Indonesia saat ini menjadi negara peringkat
empat dengan jumlah penderita diabetes mellitus atau kencing manis
terbesar. Para penderita tersebar mulai dari wilayah perkotaan hingga
ke pedesaan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang cukup
sulit untuk diatasi.
Pada penderita yang terkena Diabetes Mellitus, terdapat
berbagai gejala seperti terjadinya peningkatan gula darah, dan gejala
lainnya yang jika tidak tepat ditangani dapat menimbulkan komplikasi
seperti penglihatan kabur, penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan
kulit dan syaraf, pembusukan dan gairah sex menurun, dan lain-lain.
Untuk penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan dilakukannya
terapi insulin atau dengan memperbaiki pola makan dan hidup yang
sesuai.

B. SARAN

14
Untuk melakukan pencegahan dalam penyakit ini, sebaiknya
dilakukan pola hidup yang sesuai, tidak mengkonsumsi makanan
dengan kadar glukosa yang berlebihan, serta pola kesehatan yang lain
seperti olahraga yang teratur. Sedangkan untuk penderita yang sudah
positif menderita DM, dapat dilakukan penanganan dengan
memperbaiki pola hidup untuk mencapai kadar gula yang kembali
mendekati normal, yang disertai dengan terapi insulin.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, Waode Azfari., L.Y. Muriman., dan S.R. Burhan. 2020. Hubungan antara
Tingkat Pengetahuan dengan Gaya Hidup pada Penderita Diabetes Melitus.
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Vol. 2(1), 105-114.

Humas FKUI. 2019. Hari Diabetes Nasional 2019: Atasi Obesitas, Hindari
Diabetes https://fk.ui.ac.id/berita/hari-diabetes-nasional-2019-atasi-obesitas-
hindari-diabetes.html

Redaksi Halodoc. 2019.12 Faktor Ini Tingkatkan Risiko Diabetes Melitus.


https://www.halodoc.com/artikel/12-faktor-ini-tingkatkan-risiko-diabetes-melitus

Archiando, dr. Denny. 2020. Penyakit Diabetes: Penyebab, Gejala dan Faktor
Risiko.
https://lifepack.id/penyakit-diabetes-penyebab-gejala-dan-faktor-risiko

P2PTM Kemenkes RI. 2019. Faktor Risiko Diabetes Gestasional.


http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-
melitus/faktor-risiko-diabetes-gestasional

https://www.academia.edu/8272988/PENANGGULANGAN_DIABETES_MELLI
TUS_TIPE_2_OLEH_Ketua_Program_Studi_Ilmu_Gizi_Fakultas_Kesehatan_M
asyarakat_Universitas_Hasanuddin_Menyatakan_telah_menerima_makalah_il
miah_atas_nama_Pangkat_Gol_Penata_tkt_I_III_d_Judul_Diabetes_Mellitus 

15

Anda mungkin juga menyukai