KELOMPOK 4
Nama Anggota:
TINGKAT : 3-C
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat, taufiq, dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah
Diabetes Mellitus. Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular pada Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat .
Pada Kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang setulus-
tulusnya atas semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari semua pihak
selama proses belajar dan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan laporan ini . Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat diharapkan, untuk perbaikan kedepan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
BAB III
PENUTUP ...............................................................................................14
A. Kesimpulan ........................................................................................14
B. Saran .................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin
meningkat, karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya yang terjadi
pada masyarakat. Tiga penyebab utama kematian menurut WHO (1990),
yaitu penyakit jantung koroner, diare dan stroke. Meskipun penyakit Diabetes
Mellitus tidak termasuk dalam ketiga penyebab utama kematian tersebut,
namun penderita DM yang menyebabakan kematian secara keseluruhan juga
besar.
Selama ini epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani
masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi
hanya menangani masalah penyakit menular. Namun dengan adanya
perkembangan sosio-ekonomi dan kultural bangsa dan dunia kemudian
menuntut epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak
menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus
dilatarbelakangi kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit
Diabetes Mellitus dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang menderita penyakit ini adalah
lansia, yang disebabkan karena pola makan dan pola hidup yang tidak
sesuai. Dan sebagian pula terdapat sebagian dari mereka yang sudah
menyadari bahwa dirinya sudah positif terkena penyaikit ini, namun
kebanyakan dari mereka enggan untuk mengobati dan mengatasi penyakit
mereka dari awal. Namun bagi kalangan masyarakat Indonesia dengan
ekonomi rendah, banyak yang kurang bahkan tidak mengetahui tentang
penyakit Diabetes Mellitus baik dari segi pencegahan, gejala, maupun cara
penanganan dan penaggulangannya. Diharapkan pembuatan makalah ini
dapat membantu dan dijadikan sebagai pengetahuan bagi para pembaca.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas , maka dirumuskan masalah :
1
2. Apa saja Tanda dan Gejala munculnya Diabetes Mellitus ?
3. Bagaimana Perjalanan Penyakit Diabetes Mellitus ?
4. Bagaiamana Besar Masalah Diabetes Mellitus ?
5. Apa Saja Kausa dan Faktor Risiko Diabetes Mellitus ?
6. Bagaimana Strategi Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus ?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini yaitu :
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan memakan korban banyak ,
terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke.
Menurut CDC biasanya tanda dan gejala diabetes melitus dapat berupa:
4
membuat sel-sel tubuh merespon, namun pankreas kehilangan
kemampuannya untuk mengimbanginya sehingga kadar gula darah terus
naik.
Penyebab resitensi insulin yang utama adalah lemak. Pada orang yang
mengalami kegemukan, lemak badan memproduksi hormon yang
berlawanan dengan cara kerja insulin yang disebut adipositokin. Sel
lemak yang lebih banyak memproduksi hormon adipositokin adalah
tumpukan lemak yang berada di perut dan pinggang. Jadi itulah
sebabnya ukuran lingkar pinggang saat ini menjadi faktor risiko tinggi
terjadinya resistensi insulin.
2. Prediabetes
Setelah bertahun-tahun mengelami resistensi insulin, maka kondisi
berkembang menjadi prediabetes, yaitu "pra-diagnosis" diabetes. Bisa
5
dikatakan sebagai tanda peringatan, alarm, atau tanda bahaya akan
kehadiran diabetes dalam 5-10 tahun ke depan. Seseorang disebut
prediabetes jika kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya, tetapi tidak
cukup tinggi untuk dianggap sebagai diabetes. Prediabetes merupakan
indikasi kuat bahwa seorang yang akan memiliki diabetes tipe 2 jika tidak
mengubah gaya hidup. Pada tahapan prediabetes ini sudah ditemukan
gangguan toleransi glukosa (Impaired Glucose Tolerence/IGT), yang bisa
dideteksi dengan dua tes:
Tes kadar gula puasa.
Tes ini dilakukan setelah delapan jam puasa, biasanya dilakukan di
pagi hari. Jika kadar gula darah kamu antara 100 dan 125 mg/dL, maka
sudah masuk kondisi pradiabetes. Dokter mungkin akan
menggunakan istilah "glukosa puasa yang terganggu" yang merupakan
istilah lain untuk prediabetes saat didiagnosis dengan tes glukosa
puasa. Jika kadar gula puasa di atas 126mg /dL Kamu sudah langsung
divonis diabetes.
Uji toleransi glukosa oral (OGTT), yaitu tes lain yang digunakan untuk
mendiagnosis pradiabetes. Dokter akan memberikan petunjuk
bagaimana persiapan sebelum tes, yaitu untuk tidak makan apapun
selama delapan jam sebelumnya,mirip dengan tes gula darah puasa.
3. Diabetes
Ini adalah akhir dari perjalanan berkembangnya diabetes. Maka akan
dinyatakan Diabetes setelah terbukti, melalui pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu berada pada kisaran > 200 mg/dL, atau ≥126 mg/dL untuk kadar
gula darah puasa, dan kadar gula darah 2 jam setelah minum larutan
glukosa 75 gram ada di kisaran ≥ 200 mg/dL. Jika hasilnya seperti itu maka
dapat dipastikan akan menderita diabetes. Jika kadar gula sewaktu masih
ada di kisaran 140-199 mg/dL, maka masih menderita gangguan toleransi
glukosa. Ketika sudah terdiagnosis diabetes, tidak ada yang bisa dilakukan
untuk mencegahnya, pun untuk membalikkannya ke normal. Yang bisa di
lakukan adalah mengendalikan gula darah agar tetap normal dengan segala
upaya, antara lain minum obat, diet, olahraga, dan lain-lain. Dengan begitu,
tidak akan mengalami komplikasi yang berbahaya seperti penyakit jantung,
kebutaan, atau amputasi karena luka di kaki.
6
D. BESAR MASALAH DIABETES MELLITUS
DM ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2040, yaitu sebanyak
16,2 juta jiwa penderita, dapat diartikan bahwa akan terjadi peningkatan
penderita sebanyak 56,2% dari tahun 2015 sampai 2040. Indonesia juga
merupakan negara ketiga yang jumlah orang dengan gangguan toleransi
glukosa (20-79 tahun) pada tahun 2015 yaitu sebesar 29 juta jiwa orang (IDF,
2015).
Menurut International Diabetes Federation Pada tahun 2017, sekitar 425
juta orang di seluruh dunia menderita DM. Jumlah terbesar orang dengan DM
yaitu berada di wilayah Pasifik Barat 159 juta dan Asia Tenggara 82 juta. China
menjadi negara dengan penderita DM terbanyak di dunia dengan 114 juta
penderita, kemudian diikuti oleh India 72,9 juta, lalu Amerika serikat 30,1 juta,
kemudian Brazil 12,5 juta dan Mexico 12 juta penderita. Indonesia menduduki
peringkat ke tujuh untuk penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 10,3
juta penderita (International Diabetes Federation (IDF, 2017). Angka ini
dilaporkan kian meningkat seiring berjalannya waktu, terbukti dari laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menunjukkan prevalensi diabetes mellitus
pada penduduk dewasa Indonesia sebesar 6,9% di tahun 2013, dan melonjak
pesat ke angka 8,5% di tahun 2018.
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi
pada penderita DM yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1%
sedangkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada
tahun 2018 sebesar 2% dengan prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada
daerah DKI Jakarta (3,4%) dan paling rendah daerah terdapat di provinsi NTT
(0,9%). Prevalensi dari penderita DM cenderung meningkat pada perempuan
(1,8%) dibandingkan dengan laki-laki (1,2%) berdasarkan kategori usia
penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun.
Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penduduk DM yang berada di
perkotaan (1,9%) dibanding dengan pedesaan (1,0%) (Riskesdas, 2018).
Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), bahkan
memprediksikan penyakit diabetes mellitus akan menimpa lebih dari 21 juta
penduduk Indonesia di tahun 2030.
7
E. KAUSA DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Kausa :
Penyebab diabetes tipe 1 adalah ketidakmampuan pankreas untuk
memproduksi cukup insulin, sehingga glukosa di dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel. Gangguan pada pankreas ini diduga karena proses
autoimun, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-
sel tubuh yang sehat. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh
tersebut menyerang dan merusak sel beta pada pankreas, sehingga tidak
dapat memproduksi cukup insulin. Beberapa hal yang bisa menjadi
penyebab kerusakan sel beta pankreas, antara lain infeksi virus
(enterovirus, virus Epstein-Barr, virus rubella, rotavirus, serta virus
gondongan), konsumsi obat-obatan tertentu (pyrinuron dan strepzotocin),
serta pengaruh gluten.
Faktor Risiko :
8
Kausa :
Organ pankreas di dalam tubuh memproduksi sebuah hormon bernama
insulin yang berperan dalam mengendalikan kadar gula dalam darah.Insulin
berfungsi untung memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel-sel tubuh
untuk diubah menjadi energi. Pada pengidap diabetes tipe 2, yang terjadi
adalah:
Faktor Risiko :
Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 adalah sebagai berikut:
9
7. Mengidap polycystic ovarian syndrome (PCOS). Khusus pada wanita,
memiliki riwayat penyakit PCOS membuat seorang wanita berisiko
tinggi mengalami diabetes tipe 2.
1. Promodial Prevention
Promodial prevention merupakan upaya untuk mencegah terjadinya risiko
atau memepertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap
penyakit secara umum. Ppada upaya penanggulangan DM upaya
pencegahan sifatnya priomodial adalah :
a. Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan pola
makan masyarakat yang masih tradisional dengan tidak
membudayakan pola makan cepat saji yang tinggi lemak.
b. Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis.
c. Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan kegiatan-
kegiatan
masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik berupa olahraga teratur
(lebih mengarahkan kepada masyarakat kerja) dimana kegiatan-
kegiatan masyarakat
yang biasanya aktif secara fisik seperti kebiasaan berkebun sekalipun
dalam lingkup kecil namun dapat bermanfaat sebagai sarana olahraga
fisik.
d. Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat.
2. Health Promotion
Health promotion sehubungan dengan pemberian muatan informasi kep
ada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Dan pada upaya
pencegahan DM, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI ekskulsif
kepada masyarakat khususnya kaum perempuan untuk mencegah
terjadinya pemberian susu formula yang terlalu dini.
b. Pemberian informasi
akan pentingnya aktivitas olahraga rutin minimal 36 menit sehari.
3. Specific Protection
10
Specific protection dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan
secara dini kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan.
Pada beberapa penyakit biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian
imunisasi, namun untuk perkembangn sekarang, diabetes mellitus dapat
dilakukan melalui:
A. Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid.
B. Mengistirahatkan sel beta melalui pengobatan insulin secara dini.
C. Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi
sejak dini.
D. Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi
4. Early Diagnosis and Promp Treatment
Early diagnosis and prompt treatment dilakukan sehubungan dengan
upaya pendeteksian secara dini terhadap individu yang nantinya mengalami
DM dimasa mendatang sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan
sedini mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya risiko terhadap
timbulnya penyakit tersebut . Upaya sehubungan dengan early diagnosis
pada DM adalah dengan melakukan:
E. Melakukan skrining DM di masyarakat.
F. Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga p
ada kelompok masyarakat.
5. Disability Limitation
Disability limitation adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
mencegah
dampak lebih besar yang diakibatkan oleh DM yang ditujukan kepada seora
ng yang telah diangap sebagai penderita DM karena risiko keterpaparan
sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemberian insulin yang tepat waktu.
b. Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah sakit.
c. Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik.
6. Rehabilitation
Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan kembali pada
individu yang telah mengalami sakit. Pada penderita DM, upaya rehabilitasi
yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengaturan diet makanan seharihari yang rendah lemak dan pengkons
umsian makanan karbohidrat tinggi yang alami.
11
b. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur
dengan melaksanakan pemeriksaan laboratorium komplit minimal
sekali sebulan.
c. Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat y
ang diabetagonik.
Adapun strategi lain yaitu:
1. Pengendalian DM berdasarkan fakta (evidence-based) dan skala prioritas.
2. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif dan
stake holder serta pemerintah daerah.
3. Melakukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi program pengendalian
DM.
4. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil penelitian atau
kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan program pengendalian DM.
12
Obesitas mengganggu kerja metabolisme yang akhirnya membuat sel-sel
dalam tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik. Tubuh jadi kurang
atau sama sekali tidak sensitif terhadap insulin. Akibatnya, resistensi insulin
yang berujung pada diabetes.
Hasil uji klinis yang dilakukan oleh National Institutes of Health (NIH) pun
menyarankan hal ini sebagai tindakan pencegahan diabetes. Dalam
laporannya, NIH mengatakan dengan menurunkan berat badan, dapat
mencegah diabetes hingga 58%.
4. Mengelola Stres Dengan Baik
Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko untuk terkena
diabetes. Hal ini karena saat mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon
stres (kortisol) yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Tidak hanya
itu, saat stres tubuh juga akan cenderung lebih mudah lapar dan terdorong
makan lebih banyak.
5. Melakukan Pengecekan Gula Darah Secara Rutin
Untuk menilai kadar gula darah, Anda perlu melakukan pemeriksaan gula darah
secara berkala ke dokter.Tes gula darah penting dilakukan untuk memonitor
kadar gula darah dan mendeteksi dini penyakit diabetes.
Bagi yang sehat dan tidak berisiko tinggi terkena diabetes, maka pemeriksaan
gula darah dapat dilakukan setahun sekali.
13
R : Rajin aktifitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan dan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai
penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan
penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam
darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam
tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Dalam tingkat dunia, Indonesia saat ini menjadi negara peringkat
empat dengan jumlah penderita diabetes mellitus atau kencing manis
terbesar. Para penderita tersebar mulai dari wilayah perkotaan hingga
ke pedesaan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang cukup
sulit untuk diatasi.
Pada penderita yang terkena Diabetes Mellitus, terdapat
berbagai gejala seperti terjadinya peningkatan gula darah, dan gejala
lainnya yang jika tidak tepat ditangani dapat menimbulkan komplikasi
seperti penglihatan kabur, penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan
kulit dan syaraf, pembusukan dan gairah sex menurun, dan lain-lain.
Untuk penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan dilakukannya
terapi insulin atau dengan memperbaiki pola makan dan hidup yang
sesuai.
B. SARAN
14
Untuk melakukan pencegahan dalam penyakit ini, sebaiknya
dilakukan pola hidup yang sesuai, tidak mengkonsumsi makanan
dengan kadar glukosa yang berlebihan, serta pola kesehatan yang lain
seperti olahraga yang teratur. Sedangkan untuk penderita yang sudah
positif menderita DM, dapat dilakukan penanganan dengan
memperbaiki pola hidup untuk mencapai kadar gula yang kembali
mendekati normal, yang disertai dengan terapi insulin.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Waode Azfari., L.Y. Muriman., dan S.R. Burhan. 2020. Hubungan antara
Tingkat Pengetahuan dengan Gaya Hidup pada Penderita Diabetes Melitus.
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Vol. 2(1), 105-114.
Humas FKUI. 2019. Hari Diabetes Nasional 2019: Atasi Obesitas, Hindari
Diabetes https://fk.ui.ac.id/berita/hari-diabetes-nasional-2019-atasi-obesitas-
hindari-diabetes.html
Archiando, dr. Denny. 2020. Penyakit Diabetes: Penyebab, Gejala dan Faktor
Risiko.
https://lifepack.id/penyakit-diabetes-penyebab-gejala-dan-faktor-risiko
https://www.academia.edu/8272988/PENANGGULANGAN_DIABETES_MELLI
TUS_TIPE_2_OLEH_Ketua_Program_Studi_Ilmu_Gizi_Fakultas_Kesehatan_M
asyarakat_Universitas_Hasanuddin_Menyatakan_telah_menerima_makalah_il
miah_atas_nama_Pangkat_Gol_Penata_tkt_I_III_d_Judul_Diabetes_Mellitus
15